Outside the walls they stand,
& at crossroads.
At door posts they stand,
returning to their old homes.
But when a meal with plentiful food & drink is served,
no one remembers them:
Such is the kamma of living beings.
Thus those who feel sympathy for their dead relatives
give timely donations of proper food & drink
— exquisite, clean —
[thinking:] "May this be for our relatives.
May our relatives be happy!"
And those who have gathered there,
the assembled shades of the relatives,
with appreciation give their blessing
for the plentiful food & drink:
"May our relatives live long
because of whom we have gained [this gift].
We have been honored,
and the donors are not without reward!"
For there [in their realm] there's
no farming,
no herding of cattle,
no commerce,
no trading with money.
They live on what is given here,
hungry shades
whose time here is done.
As water raining on a hill
flows down to the valley,
even so does what is given here
benefit the dead.
As rivers full of water
fill the ocean full,
even so does what is given here
benefit the dead.
"He gave to me, she acted on my behalf,
they were my relatives, companions, friends":
Offerings should be given for the dead
when one reflects thus
on things done in the past.
For no weeping,
no sorrowing
no other lamentation
benefits the dead
whose relatives persist in that way.
But when this offering is given, well-placed in the Sangha,
it works for their long-term benefit
and they profit immediately.
In this way the proper duty to relatives has been shown,
great honor has been done to the dead,
and monks have been given strength:
The merit you've acquired
isn't small.
taken from hxxp://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/pv/pv.1.05.than.html
coba cari kata Vimapeta disini..-_-"...jelas2 gk ada gitu...
Wakakakaka
Baca tuh judulnya di link yang anda kasih:
Petavatthu
Stories of the Hungry Ghosts
(excerpt)Anda tahu apa itu excerpt?
Anda tuh cuma bacanya ternyata cuma bagian I.5 aja toh....... Makanya saya tanya pada anda:
"Anda yakin udah baca tuh Petavatthu
lengkap?"
Eh... baru baca sebagian kecil saja udah pede ngomong kalau di Petavatthu nggak ada kisah Vimanapeta..... ya ampun............. Konyol... konyol........
buktinya dalam Mahayana para Boddhisatva level tinggi dah dianggap sebagai Buddha, karena level(baca: tingkat kesucian) mereka dah setaraf dengan Buddha!...nah loh?!...yg bener yg mana neh?...gw liat banyak umat2 Vajra(Vajra= maha) manggil Avalokhitesvara, tara, dll sebagai BUDDHA...bukan Boddhisatva, dan mereka jelasinnya ke gw karena Boddhisatva2 itu kesuciannya dah selevel sama Buddha...
Silahkan baca ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5314.0Kalau kagak kuat baca, ya terserah. Kalau anda mau tahu, ya baca.
Angulimala jadi Arahat waktu dia mati???...masalahnya khan dia jadi Arahat waktu dia masih idup..dan di boost sama kamma baek lampau dia sehingga bisa jadi Arahat...kayak diteken ajah pake batu..
tapi kalo Angulimala dah meninggal dunia..dan jadi lets say Dhammapala or Arahat...itu khan gk mungkin!...karena kondisi batin dan fisik sangat2 menderita...
bahkan sang Buddha pernah suruh Bhikkhu kasih makan orang laper yg pengen denger Dhamma, karena kalo laper denger Dhamma susah masuk..apalage Peta yg menderita terus menerus nonstop 24 jam...
IMPOSSIBLE!...
Wakakaka......
Nah... misalnya kalau ada pembunuh seperti Angulimala terus bertobat dan mencapai tataran Anagamin......... terus meninggal, terus masuk mana hayooo??
Menderita getoh yaa?? Padahal Anagamin itu langsung... wusssss.... masuk Surga Akanittha.....
Dan lagipula.... anda tahu Sabda Sang Buddha tentang perang?
Guru Buddha melanjutkan,
“Buddha mengajarkan bahwa segala perang di mana terjadi pembantaian terhadap saudara-saudara sendiri adalah sangat
disayangkan sekali. Akan tetapi, Buddha tidak mengajarkan bahwa mereka yang terlibat perang untuk memelihara perdamaian dan ketentraman, setelah menggunakan berbagai cara untuk menghindari konflik, adalah pantas disalahkan.”“Perjuangan tetap harus ada, karena pada hakikatnya hidup adalah perjuangan.
Tetapi pastikan bahwa engkau tidak berjuang demi kepentingan pribadi hingga menentang kebenaran dan keadilan. Seseorang yang berjuang demi kepentingan pribadi untuk membesarkan dirinya sendiri atau memiliki kekuasaan atau kaya atau terkenal, tidak akan
mendapatkan penghargaan. Tetapi, dia yang berjuang demi perdamaian dan kebenaran akan memperoleh penghargaan besar; bahkan kekalahannya akan dianggap sebagai kemenangan.”
“Kemudian Sinha, jika seseorang pergi berperang bahkan untuk alasan yang pantas, dia harus siap-siap untuk dibunuh musuhnya karena kematian adalah bagian dari resiko seorang prajurit. Dan jika karmanya itu mengikutinya, dia tidak memiliki alasan apapun untuk mengeluh. Tetapi jika dia yang menang, keberhasilannya akan dianggap besar, tetapi tidak peduli sebesar apapun itu, roda kehidupan akan berputar kembali dan membawa hidupnya hancur lebur seperti debu."
Saya yakin Guan Yu adalah seorang yang seperti disebutkan Sang Buddha di atas.
Sekali lagi saya tekankan, bekerja karma tidak sesederhana yang anda bayangkan. Saya dan bro. Edward sudah menjelaskannya pada anda.
Anda seolah-olah menekankan bahwa karma buruk Guan Yu itu buesarrrr.... padahal... Guan Yu sendiri juga banyak berbuat kebajikan........
Bahkan Guan Yu berperang bukan karena menjajah atau alasan yang buruk, tetapi:
"Buddha tidak mengajarkan bahwa mereka yang terlibat perang untuk memelihara perdamaian dan ketentraman, setelah menggunakan berbagai cara untuk menghindari konflik, adalah pantas disalahkan.”
Lagian, baca dulu tentang Vimanapeta baru ngomong!
oh..haha..minta2 ama Boddhisatva buatan itu logika yak?...huahuahua
iyah deh..yg logikanya tinggi..huahuahua
Wakakaka...... ya logika dong..... ketika saya berpikir memohon pada Bodhisattva..... Bodhisattva itu ada di mana ya???
Pikiran saya kan? La karena saya sadari bahwa Bodhisattva itu sejatinya ada dalam pikiran saya, maka otomatis saya memohon pada diri saya sendiri... Lak getoh?
Alam Akanishta itu juga ada di alam pikiran saya sendiri.
10 alam tumibal lahir ada dalam pikiran saya sendiri.
Bedanya dengan agama lain: mayoritas kalau di agama lain memohon-mohon pada Tuhannya, mereka nggak menyadari bahwa Tuhan mereka itu ada dalam pikiran mereka sendiri, alhasil ya mereka merasa Tuhan itu berada di luar diri mereka.....
kalo bisa pake kata2 yg simple, instant dan gampang dimengerti...
aku bukan tipe nerd kuper yg kerjaannya duduk depan komputer 24/7..jadi gk biasa banget baca tulisan panjang2 dimonitor..
masih sayang gw sama mata gw...kasian....
Saya sudah menjelaskan apa adanya. Silahkan baca sendiri......
Hoooo..... anda lebih sayang mata anda ketimbang membaca uraian Dharma yang panjang tapi padahal kalau dibaca 10 menit aja udah selesai
Apa hubungannya mata juga sama kata-kata yang simple dan gampang dimengerti?
Memang mata bisa berpikir tentang tulisan ya??
Wah.... bener-bener nerd nih...... kuper sama Dharma.....
The Siddha Wanderer