//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MN 131. Bhaddekaratta Sutta: Hari Keberuntungan  (Read 2526 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
MN 131. Bhaddekaratta Sutta: Hari Keberuntungan
« on: 29 August 2010, 04:38:56 AM »
MN 131. Bhaddekaratta Sutta: Hari Keberuntungan
Adaptasi terjemahan dari Pali oleh Bhikkhu Thanissaro dan Bhikkhuni Upalavanna


Aku mendengar bahwa pada suatu kesempatan Sang Bhagava tinggal di Savatthi, di Hutan Jeta, di biara pemberian Anathapindika. Di sana beliau berbicara pada para bhikkhu:
"Bhikkhu!"
"Ya, Yang Mulia," jawab para bhikkhu.

Sang Bhagava berkata: 
"Bhikkhu, aku akan mengajarkan pada kalian ringkasan dan pemaparan bagaimana seseorang  menggunakan hari  dengan baik (hari keberuntungan). “
"Baiklah, Yang Mulia," jawab para bhikkhu

Sang Bhagava berkata:
 
Jangan mengejar masa lalu atau merindukan masa depan.
Yang telah berlalu telah lewat. Masa depan belum terjangkau.
Apa pun fenomena yang hadir, lihatlah dengan kewaspadaan dan kebijaksanaan.
(Realitas  masa kini yang timbul di enam gerbang indera dilihat dengan kewaspadaan dan kebijaksanaan * <1>)
Tidak terhanyut, tak tergoyahkan, itulah bagaimana kalian seharusnya mengembangkan pikiran.
Dengan semangat melakukan apa yang harus dilakukan hari ini, - siapa tahu - esok kematian tiba.
Tidak ada tawar-menawar dengan kematian & bala tentaranya* <2>.
Siapa pun yang hidup dengan penuh semangat, waspada tanpa henti, baik siang maupun malam, telah benar-benar memanfaatkan hari dengan baik (hari keberuntungan)..
Begitulah kata para bijaksana.
 

"Dan bagaimana, bhikkhu,  apakah yang menyebabkan seseorang mengejar masa lalu?
Seseorang terhanyut oleh kegairahan atau keinginan  'Di masa lalu aku memiliki jasmani seperti itu...  perasaan...  persepsi...  bentuk-bentuk batin...  kesadaran seperti itu. "
Ini disebut mengejar  masa lalu.”
 
"Dan bagaimana seseorang tidak mengejar masa lalu?
Seseorang tidak terhanyut oleh kegairahan atau keinginan  'Di masa lalu aku memiliki jasmani seperti itu...  perasaan...  persepsi...  bentuk-bentuk batin...  kesadaran seperti itu.  "
Ini disebut TIDAK mengejar  masa lalu.”
 

"Bagaimana seseorang merindukan masa depan?
Seseorang terhanyut oleh kegairahan atau keinginan  'Di masa depan aku mungkin memiliki jasmani seperti itu...  perasaan...  persepsi...  bentuk-bentuk batin...  kesadaran seperti itu.
Ini disebut merindukan  masa depan.”

"Dan bagaimana seseorang tidak merindukan masa depan?
Seseorang tidak terhanyut oleh kegairahan atau keinginan  'Di masa depan aku mungkin memiliki jasmani seperti itu...  perasaan...  persepsi...  bentuk-bentuk batin...  kesadaran seperti itu.  "
Ini disebut TIDAK merindukan masa depan.”

 
"Bagaimana seseorang terhanyut dalam kaitannya dengan saat kini?

"Ada kasus, bhikkhu, di mana orang yang tidak terpelajar, tidak terlatih, tidak mengenal para Yang Tercerahkan, tidak memahami dan berdisiplin dalam Dhamma, mereka yang tidak mengenal para bijaksana yang memiliki keteguhan; menganggap Jasmani (Rupa) sebagai "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Jasmani (Rupa).

"Dia menganggap Perasaan (Vedana) sebagai "diri", atau menganggap Perasaan (Vedana) dimiliki oleh "diri" , atau menganggap Perasaan (Vedana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Perasaan (Vedana).
 
"Dia menganggap Persepsi (Saňňa) sebagai "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Persepsi (Saňňa).

"Dia menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) sebagai "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara).

"Dia menganggap Kesadaran (Viňňana) sebagai "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Kesadaran (Viňňana).”

Ini disebut terhanyut dalam kaitannya dengan saat kini."

"Dan bagaimana seseorang tidak terhanyut dalam kaitannya dengan saat kini?

"Ada kasus, bhikkhu, di mana orang yang terpelajar, terlatih, mengenal para Yang Tercerahkan, memahami dan berdisiplin dalam Dhamma, mereka yang mengenal para bijaksana yang memiliki keteguhan;  TIDAK menganggap Jasmani (Rupa) sebagai "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Jasmani (Rupa).

"Dia TIDAK menganggap Perasaan (Vedana) sebagai "diri", atau menganggap Perasaan (Vedana) dimiliki oleh "diri" , atau menganggap Perasaan (Vedana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Perasaan (Vedana).
 
"Dia TIDAK menganggap Persepsi (Saňňa) sebagai "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Persepsi (Saňňa).

"Dia TIDAK menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) sebagai "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara).

"Dia TIDAK menganggap Kesadaran (Viňňana) sebagai "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Kesadaran (Viňňana).”

Ini disebut TIDAK terhanyut dalam kaitannya dengan saat kini."


Jangan mengejar masa lalu atau merindukan masa depan.
Yang telah berlalu telah lewat. Masa depan belum terjangkau.
Apa pun fenomena yang hadir, lihatlah dengan kewaspadaan dan kebijaksanaan.
(Realitas  masa kini yang timbul di enam gerbang indera dilihat dengan kewaspadaan dan kebijaksanaan * <1>)
Tidak terhanyut, tak tergoyahkan, itulah bagaimana kalian seharusnya mengembangkan pikiran.
Dengan semangat melakukan apa yang harus dilakukan hari ini, - siapa tahu - esok kematian tiba.
Tidak ada tawar-menawar dengan kematian & bala tentaranya* <2>.
Siapa pun yang hidup dengan penuh semangat, waspada tanpa henti, baik siang maupun malam, telah benar-benar memanfaatkan hari dengan baik (hari keberuntungan)..
Begitulah kata para bijaksana.


 “Bhikkhu, demikianlah ringkasan dan pemaparan bagaimana seseorang  menggunakan hari  dengan baik (hari keberuntungan),” kata Sang Bhagava. Berterimakasih, para bhikkhu bergembira dengan kata-kata Sang Bhagava.

 
 CATATAN:

   1. Hal-hal masa kini, melihat mereka dengan pemahaman saat mereka muncul (paccuppanna ¤ ca yo tattha tattha dhammaü vipassati). Hal-hal yang terus-menerus timbul pada saat ini adalah apapun yang timbul di enam gerbang indera, seperti pemandangan, suara, bau, rasa, sentuhan, dan pemikiran, saat mereka kontak dengan kesadaran. Kemudian setelah terjadi kontak, maka perasaan, persepsi dan bentuk-bentuk batin mengikuti. Semua ini harus dilihat dengan pemahaman yang benar, dan gagasan keliru tentang adanya “Aku/Diri/Atta” harus dibasmi.

   2. Tidak ada tawar-menawar dengan kematian & bala tentaranya (na hi no saügaran tena mahàsenena maccunà). Bala tentara kematian yang dimaksud adalah terdiri dari semua kekotoran-kekotoran batin yang mencemari pikiran, seperti nafsu keserakahan, kebencian, kemalasan , kegelisahan, ketakutan, keraguan, kebingungan, kesombongan, membanding-bandingkan diri, dll.   

3. Untuk memiliki sebuah hari yang baik (beruntung), kita tidak seharusnya:
Terhanyut  oleh MASA LALU: melamun, mengejar, meratapi, atau menyesali masa lalu,
Terhanyut oleh MASA DEPAN: melamun, mengejar, khawatir, atau takut akan masa depan,
Terhanyut oleh MASA KINI: terperdaya, terguncang, menderita, atau kewalahan oleh realitas di saat kini yang bersentuhan dengan keenam indera (menyerang pikiran melalui semua indera).

Terhanyut oleh masa lalu, masa depan, dan masa kini memiliki arti bahwa pikiran kita diliputi atau terbakar oleh nafsu keserakahan (LOBHA), kebencian (DOSA), dan ketidaktahuan termasuk gagasan keliru mengenai  “Aku/Diri/Atta", tidak malu berbuat jahat, tidak takut berbuat jahat, dll. (MOHA).  Mereka menghalangi kita menghargai setiap momen, melakukan hal yang bajik dan bermanfaat di jalan yang benar secara efektif & efisien. Mereka melumpuhkan kita dari memberi manfaat kepada masa kini maupun masa yang akan datang, baik secara internal (diri sendiri) maupun eksternal (orang lain).

« Last Edit: 29 August 2010, 05:06:00 AM by Utphala Dhamma »

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: MN 131. Bhaddekaratta Sutta: Hari Keberuntungan
« Reply #1 on: 29 August 2010, 05:46:34 AM »
TIPS: MENGHARGAI TIAP MOMEN BAK HARTA KARUN YANG TAK TERNILAI

Tiada yg bisa kembali ke masa lalu untuk mengubah yg telah terjadi, tapi kita bisa memulai sesuatu DI SINI DI SAAT INI untuk menentukan masa depan.
Apa yang kita pikirkan, ucapkan dan perbuat saat ini menciptakan masa depan.

Lalu bagaimana "tips" agar kita bisa efektif, efisien dan leluasa memanfaatkan tiap momen, tidak terpaku masa lalu, tak tergoncangkan di masa kini, juga tak mengkhawatirkan masa depan, dalam rangka:
1. Menghindari kejahatan atau apapun yang merugikan.
2. Melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain (mengasihi, berbagi, berbuat bajik, berlatih dan berkarya)?

TIPS 1:
Mengenali PANCA NIVARANA (5 RINTANGAN BATIN)  sebagai "alarm atau sinyal tanda bahaya" karena pikiran yang diliputi 5 NIVARANA, bentuk-bentuk batin buruk, selain menghambat dan melemahkan kebijaksanaan juga menghasilkan akibat buruk (AKUSALA CETASIKA), selain itu mereka tidak bermanfaat baik demi kebaikan di masa kini maupun di masa depan:

LOBHAMULA CITTA :
1. Nafsu keinginan/keserakahan (kāmacchanda)
DOSAMULA CITTA :
2. Kebencian / Ketidaksukaan termasuk kemarahan (byāpāda, vyāpāda)
MOHAMULA CITTA :
3. Kegelisahan & Rasa sesal (uddhacca-kukkucca)
4. Keragu-raguan/Kebingungan (vicikicchā)
THIDUKA CETASIKA :
5. Kemalasan & Kelambanan batin (thīna-middha)


TIPS 2:
Ditunjang dengan berlatih meditasi ANAPANASATI, mengamati betapa alami dan betapa bukan-diri-nya keluar masuknya napas, sebagai landasan untuk melihat sifat bukan diri (anatta) batin dan jasmani sehingga mengurangi ketergantungan pada batin dan jasmani.


TIPS 3
Menerapkan Perhatian Benar (SAMMA SATI):
* Mengetahui PIKIRAN, hanyalah sebagai pikiran semata..
-> CITTANUPASSANA
* Mengetahui PERASAAN, hanyalah sebagai perasaan semata..
-> VEDANANUPASSANA
* Mengetahui JASMANI (materi), hanyalah sebagai jasmani (materi) semata..
-> KAYANUPASSANA

SINGKATNYA:
* Mengetahui BATIN (NAMA) hanyalah sebagai fenomena BATIN semata..
* Mengetahui JASMANI/materi (RUPA) hanyalah sebagai fenomena JASMANI/materi semata..

ATAU:

* Merenungkan atau membaca "MANTRA*" seperti ini:
"YANG ADA DISINI, YANG DISEBUT DIRI INI" sesungguhnya hanyalah paduan batin dan jasmani.
BATIN ini memang ADA.
JASMANI ini memang ADA.
Inilah BATIN. Inilah JASMANI.
Beginilah BATIN (dan sifat-sifatnya).
Beginilah JASMANI (dan sifat-sifatnya).
Hanyalah batin semata. Hanyalah jasmani semata.

Catatan:
"Mantra" perenungan ini boleh dimodifikasi dengan kata-kata sendiri. (",).

SINGKATNYA:
* Mengetahui segala sesuatu hanyalah sebagai fenomena semata..
->DHAMMANUPASSANA

Dengan SIFATNYA yang (Anicca, Dukkha dan Anatta):
tidak kekal, berubah-ubah, tertampak timbul lenyapnya, tidak memuaskan, tidak bisa diandalkan, bukan diri, tidak mengandung suatu diri dan bukan milik diri...

*****************

"... singkatnya, MELEKAT pada Pancakhandha (batin & jasmani) adalah DUKKHA"
<Buddha, Maha-Satipatthana Sutta>

"MELEPASKAN apa yang BUKAN MILIK KITA akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan sejati.
Apa yang bukan milik kita? Jasmani ini, Perasaan ini, Persepsi ini, Bentuk-bentuk batin atau pikiran ini, dan Kesadaran ini."
<Buddha, Alagaddupama Sutta>

"Apakah BEBAN yang terberat?
Jasmani ini, Perasaan ini, Persepsi ini, Bentuk-bentuk batin atau pikiran ini, dan Kesadaran ini."
<Buddha>

*****************

Apapun yang menghalangi, membebani, atau melumpuhkan kita dalam mengasihi, berbagi, berbuat bajik, berlatih dan berkarya; itu adalah kemelekatan/keterikatan kita kepada Pancakhandha (batin & jasmani).

Apapun yang mendorong kita dalam kejahatan dan segala hal yang merugikan serta tak bermanfaaat; itu adalah kemelekatan/keterikatan kita kepada Pancakhandha (batin &  jasmani).

Semoga dengan "mengetahui, memaklumi dan melepas", kita semua berbahagia dan terbebas dari segala bentuk penderitaan, rintangan, dan hal-hal yang tidak perlu.

DAFTAR PUSTAKA:
- DN 22. Maha Satipatthana Sutta, Digha Nikaya
- MN 131. Bhaddekaratta Sutta, Majjhima Nikaya
- MN 22. Alagaddupama Sutta, Majjhima Nikaya
- MN 109. Maha Puññama Sutta, Majjhima Nikaya

 

anything