//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama (editing)  (Read 43013 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hendra Susanto

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
thread ini dibuka untuk partisipasi member dalam hal editing, silahkan posting editingnya dan untuk pembahasan diluar editing subjek silahkan ke thread ini => http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html
« Last Edit: 24 August 2010, 04:04:23 PM by Hendra Susanto »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #1 on: 02 August 2010, 07:42:39 PM »
maksudnya, untuk soal editing dilakukan di thread ini, dan untuk mendiskusikan materi sutta di thread yg disebut dalam link di bawah ini?http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html

begitukah?

Offline Hendra Susanto

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #2 on: 02 August 2010, 07:54:48 PM »
maksudnya, untuk soal editing dilakukan di thread ini, dan untuk mendiskusikan materi sutta di thread yg disebut dalam link di bawah ini?http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html

begitukah?


iye..

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #3 on: 02 August 2010, 10:14:11 PM »
5  Anangaṇa Sutta
Tanpa Noda

1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
“Teman-teman, para bhikkhu.”“Teman

2. Di sini, beberapa orang dengan
noda dalam diriku’. Di sini, beberapa orang
‘Aku memiliki noda dalam diriku’. Di sini, beberapa
dalam diriku’. Di sini, beberapa orang tanpa
: ‘Aku tidak memiliki noda dalam diriku’.

3. apakah penyebab dan alasan, mengapa
Apakah penyebab dan alasan, mengapa

4. : ‘Aku memiliki noda dalam diriku’, maka dapat
membersihkannya, melainkan meletakkannya
ternoda?”“Benar, Sahabat.”“Demikian pula,
bahwa: Aku memiliki noda dalam diriku’,

5. cemerlang?”“Benar, Sahabat.”“Demikian pula
dalam diriku’, maka dapat diharapkan

6. Aku tidak memiliki noda dalam diriku’, maka
ternoda?”“Benar, Sahabat.”“Demikian pula,
noda dalam diriku’, maka dapat

7. : ‘Aku tidak memiliki noda dalam diriku’, maka
tidak melakukan demikian, maka nafsu
bersih dan cemerlang?”“Benar, Sahabat.”“ Demikian pula,
noda dalam diriku’, maka dapat diharapkan

8. penyebab dan alasan, mengapa
alasan, mengapa di antara

9. “Noda, noda’, dikatakan, Sahabat
‘Noda’, Sahabat, adalah istilah untuk

10. pelanggaran’. Dan adalah mungkin bahwa para
telah melakukan pelanggaran’. Kemarahan

11. Saṅgha’. Dan adalah mungkin
bukan secara pribadi’. Kemarahan

12. yang tidak setara denganku’. Dan adalah
seseorang yang setara denganku’. Kemarahan

13. berkehendak: ‘O, semoga Sang Guru
bukan dari bhikkhu lain’. Dan adalah
bukan dariku’. Kemarahan dan

14. berkehendak: ‘O, semoga para
bukan bhikkhu lain’. Dan
senang: ‘Para bhikkhu memasuki
paling depan, bukan aku’. Kemarahan

15. berkehendak: ‘O, semoga aku
bhikkhu lain’. Dan adalah mungkin bahwa bhikkhu lain memperoleh tempat duduk terbaik ….

16. berkehendak: ‘O, semoga aku yang
bukan bhikkhu lain’. Dan adalah
bhikkhu lain yang memberikan berkah ….

17-20. berkehendak: ‘O, semoga aku
ke vihara, bukan bhikkhu lain’. Dan
yang mengajarkan Dhamma [29] ….

21-24. berkehendak: ‘O, semoga para
bukan bhikkhu lain’. Dan

25-28. berkehendak: ‘O, semoga Aku
bukan bhikkhu lain’. Dan adalah   
bukan aku’. Kemarahan dan ketidaksenangan

“‘Noda’, Sahabat, adalah istilah

29. dari toko atau dari perajin besi
bagaikan harta berharga’? kemudian
setelah mereka melihatnya, mereka

30. dari toko atau dari perajin besi
berbagai sup dan kuah
bagaikan harta berharga’? kemudian
mereka melihatnya, mereka menjadi
terpengaruh oleh rasa suka, berselera

31. olehku, Sahabat Sāriputta.”“Katakanlah, Sahabat Moggallāna.”“Pada suatu ketika
itu, Samīti si putra pembuat kereta
Ājīvaka Paṇḍuputta, putra pembuat
berdiri di dekat sana. Kemudian
Ājīvaka Paṇḍuputta: ‘O, semoga Samīti si putra
kayu yang murni saja’. [32] Dan persis
saat yang sama, Samitī si putra
Kemudian Ājīvaka Paṇḍuputta, putra

32. karena keyakinan, melainkan
cacat-cacat mereka seolah-olah ia mengetahui

mempertahankan kesadaran, mengutamakan
bersemangat, teguh, kukuh dalam perhatian
tidak bermanfaat dan mengukuhkan

33. perempuanatau seorang laki-lakimuda
bermanfaat dan mengukuhkan mereka
"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #4 on: 03 August 2010, 11:44:32 PM »
1  Mūlapariyāya Sutta
Akar Segala Sesuatu


[1] 1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
“Para bhikkhu.”“Yang Mulia,”

2. Kukatakan.”“Baik

3. “Di sini, Para bhikkhu
tidak terlatih, []yang
Dhamma mereka, []yang
sebagai tanah. []Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira
tanah. []Mengapakah? []Karena

4. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

5. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

6. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

7. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

8. dewa-dewa. []Setelah memahami
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

9. sebagai Pajāpati. [][]Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

10. sebagai Brahmā. []Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

11. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

12. gemerlap. []Setelah memahami
 gemerlap sebagai ‘milikku’, ia

13. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

14. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

15. tanpa batas. []Setelah
tanpa batas, []ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

16. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

17. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

18. bukan-persepsi, []ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

19. yang terlihat. []Setelah memahami
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

20. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

21. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

22. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

23. sebagai kesatuan. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

24. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

25. sebagai seluruhnya. []Setelah
seluruhnya, [][4] ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

26. sebagai Nibbāna. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

27. lebih tinggi, []yang batinnya
sebagai tanah. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia

50. sebagai ‘milikku’, ia

51. kehidupan suci, []telah
tertinggi, []secara langsung
sebagai ‘milikku’, ia

75. sebagai ‘milikku’, ia

99. sebagai ‘milikku’, ia

123. sebagai ‘milikku’, ia

124-146. dari kebeodohan

147. Sang Tathāgata, []yang sempurna
sebagai ‘milikku’, Beliau

171. sepenuhnya, []secara langsung
sebagai ‘milikku’, Beliau
dan kematian. []Oleh karena itu, Para bhikkhu

172-194. Oleh karena itu, Para bhikkhu


1  Mūlapariyāya Sutta

123. melalui hancurnya kebodohan.


1  Mūlapariyāya Sutta

171.  dan bahwa dengan apa pun yang terlahir itu

172-194. dan bahwa dengan apa pun yang terlahir itu



25. “Ia memahami keseluruhan sebagai keseluruhan.  Setelah memahami seluruhnya sebagai seluruhnya,
ia bergembira dalam seluruhnya.

seluruhnya => keseluruhan



(ARAHANT – I)

51. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant dengan noda-noda telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sesungguhnya, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, []ia juga secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.

yg di bawah ini ada tambah "ia juga"?

(ARAHANT – II)

75. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant … sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, [5] secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.

(ARAHANT – III)

99. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant … sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.



(TATHĀGATA – I)

147. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata, 
Beliau tidak menganggap [diri-Nya sebagai] tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya] dalam tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya terpisah] 

(TATHĀGATA – II)

171. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata,
Beliau tidak menganggap [diri-Nya sebagai] tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya] dalam tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya terpisah]



148-170. “Beliau secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami sepenuhnya hingga akhir, Aku katakan.

yg di atas ada kata "juga"?

172-194. “Beliau juga secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami bahwa kegembiraan adalah akar penderitaan, dan bahwa dengan penjelmaan [sebagai kondisi] maka ada kelahiran, dan bahwa dengan apapun yang terlahir itu, maka ada penuaan dan kematian. Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui kehancuran, peluruhan, pelenyapan, penghentian, dan pelepasan keinginan, Sang Tathāgata telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi, Aku katakan.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #5 on: 03 August 2010, 11:46:59 PM »
kata "juga" digunakan kalau kalimat itu adalah pengulangan dari yg sudah disebutkan sebelumnya dalam kelompok yg sama

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #6 on: 04 August 2010, 12:07:45 AM »
kata "juga" digunakan kalau kalimat itu adalah pengulangan dari yg sudah disebutkan sebelumnya dalam kelompok yg sama

berarti ada, tar mau ditambahin


(TATHĀGATA – I)

147. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata,  yang sempurna dan tercerahkan sepenuhnya, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah. Setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah,

148-170. “Beliau [juga] secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami sepenuhnya hingga akhir, Aku katakan.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #7 on: 04 August 2010, 11:06:52 PM »
1  Mūlapariyāya Sutta

172-194. “Beliau
telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi, Aku katakan.



2  Sabbāsava Sutta
Segala Noda

1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
bhikkhu.”“Yang Mulia

2. segala noda. [][7] Dengarkanlah
katakan.”“Baik, Yang Mulia,”

3. “Para bhikkhu, Aku
tidak bijaksana. []Ketika seseorang memperhatikan dengan tidak
Ketika seseorang memperhatikan dengan bijaksana

5. “Apakah noda-noda, Para bhikkhu,
dengan melihat? []Di sini, Para bhikkhu,
tidak layak diperhatikan. []Oleh karena itu, ia memperhatikan
dan ia tidak memperhatikan

6. Yaitu hal-hal yan g ketika ia memperhatikannya
Yaitu hal-hal yan g ketika ia memperhatikannya
[8] Dengan memperhatikan hal
dan dengan tidak memperhatikan

7. memperhatikan

8. “Ketika ia memperhatikan
muncul dalam dirinya. []Pandangan
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
bertahan selamanya.’ []Pandangan spekulatif ini, Para bhikkhu,
pemutarbalikan pandangan,

9. [9] ia tidak memperhatikan
ia memperhatikan

10. ketika ia memperhatikannya
ketika ia memperhatikannya
Dengan tidak memperhatikan
dan dengan memperhatikan

11. “Ia memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana

12. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dengan mengendalikan? []Di sini

13. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dengan menggunakan? []Di sini

14. demi kecantikan []dan kemenarikan

18. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
kata-kata yang tidak ramah, dan perasaan

19. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
tempat yang tidak sesuai, []dan menghindari bergaul

20. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
tidak mentoleransiir 
tidak mentoleransiir
tidak mentoleransiir
tidak mentoleransiir
membasminya. []Sementara noda-noda

21. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dalam pelepasan. []Sementara

22. dengan mengembangkanmaka ia
keangkuhan, ia


2  Sabbāsava Sutta

8. kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan

2  Sabbāsava Sutta

16. hanya untuk perlindungan dari penyakit yang telah muncul dan demi kesehatan.





ralat

3  Dhammadāyāda Sutta
Pewaris dalam Dhamma

1. []Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
bhikkhu.”“Yang Mulia,” mereka
menjawab. []Sang Bhagavā

2. jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam
belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat
menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’? Jika
menjadi pewaris-Ku
sebagai berikut: ‘Para siswa
sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda
sebagai berikut: ‘Para siswa
sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi, bukan sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma’.

“Jika kalian menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi, maka kalian tidak akan dicela [seperti akan dikatakan]: ‘Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma, bukan sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi’; dan Aku tidak akan dicela [seperti akan dikatakan]: ‘Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma, bukan sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi’. Oleh karena itu, Para bhikkhu, jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi. Demi belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’?

3. “Sekarang, Para bhikkhu
dua orang bhikkhu tiba, [13] lapar dan lemah
memakannya, maka Aku
mana tidak ada kehidupan’. Kemudian
memakannya, maka Sang
jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam
keadaan lapar dan lemah’.
hari ini tanpa merasa lapar dan lemah’. Dan setelah memakan makanan itu, ia melewatkan
Sekarang, walaupun bhikkhu itu
dipuji oleh-Ku. Mengapakah
kegigihannya. []Oleh karena itu, Para bhikkhu
, jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi. Demi belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’?”

4. dari duduk-Nya dan masuk ke kediaman-Nya.
para bhikkhu.”“Teman,”

5. “Sesungguhnya, Teman, kami datang
darinya, para bhikkhu
Maka, Teman-teman, dengarkan

6. Di sini, para siswa Sang
 
“Dalam hal ini, para bhikkhu
untuk tiga alasan. []Sebagai
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

7. bagaimanakah, Teman-teman
keterasingan? Di sini, para

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

8. kebencian. []Terdapat Jalan

« Last Edit: 04 August 2010, 11:27:32 PM by Yumi »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #8 on: 04 August 2010, 11:52:16 PM »
4  Bhayabherava Sutta
Kekhawatiran dan Ketakutan

1. Pada suatu ketika, Sang

2. Kemudian Brahmana Jāṇussoṇi []mendatangi
apakah mereka mereka menjadikan

begitulah. Kketika para anggota
berkeyakinan pada-Ku, mereka mereka menjadikan-Ku sebagai pemimpin mereka
orang ini mengikuti teladan-Ku.”

begitulah. Ttempat tinggal di dalam

3.  “Sebelum pencerahan-Ku, sewaktu Aku masih
hutan pasti akan merampas pikiran seorang bhikkhu, jika ia tidak memiliki konsentrasi.[”]

4. karena cacat dari ketidakmurnian
mereka, para petapa dan
Tetapi Aaku tidak mendatangi
jasmani yang murni’. Melihat
jasmani ini dalam diri-Ku, Aku

5-7. terpencil di dalam hutan …[]mereka
penghidupan yang murni’. Melihat
dalam diri-Ku, Aku menemukan

9. “‘  … dengan pikiran berniat buruk dan kecenderungan membenci …

10. “‘ … dikuasai oleh

11. “‘ … dikuasai oleh

12. “‘ … kebimbangan dan keraguan
 
13. “‘ … memuji diri sendiri

14. “‘ … tunduk pada ketakutan dan terror …

15. “‘ … menginginkan perolehan, penghormatan

16. “‘ … malas dan membutuhkan 

17. “‘ … [20] tanpa perhatian dan tidak waspada … Aku kuokuoh dalam

18. “‘ … tidak terkonsentrasi dan dengan pikiran

19. bodoh dengan airu liur menetes,
bodoh dengan airu liur menetes
Aku memiliki kebijaksanaan. []Aku mendatangi
memiliki kebijaksanaan’. Melihat kebijaksanaan ini dalam diri-Ku,

20. sangat baik, yaitu tanggal empat belas
altar-altar di[]hutan,
kekhawatiran dan ketakutan itu’. Dan
sangat baik itu, yaitu tanggal empat belas
di[]hutan, dan altar-altar pohon. Dan sewaktu
ketika ia mendatangi-Ku?’

dan ketakutan mendatangi-Ku; Aku
dan ketakutan mendatangi-Ku
dan ketakutan mendatangi-Ku
dan ketakutan mendatangi-Ku

21. dewa dan manusia’, sesungguhnya adalah sehubungan dengan Aku, ucapan benar itu diucapkan.

22. muncul dalam diri-Ku dan

25. dengannya, para mulia mengatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian’.

27. “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan perenungan kehidupan lampau. []Aku mengingat banyak
kembali di sini’. Demikianlah
ciri-cirinya, Aku

28. pertama yang dicapai oleh-Ku pada jaga
berdiam dengan tekun, rajin, dan teguh.

29. . “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk. []Dengan
alam surga’. Demikianlah

30. ke dua yang dicapai oleh-Ku
tekun, rajin, dan teguh.

31. “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku
menuju lenyapnya penderitaan’. Aku secara
‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya noda-noda’.

32. demikian, batin-Ku terbebas
‘terbebaskan’. []Aku secara langsung
kondisi makhluk apa pun’.

33. sejati ke tiga yang dicapai oleh-Ku pada jaga
tekun, rajin, dan teguh.

34. rimba belantara yang terpencil di dalam hutan’. Tetapi engkau jangan berpikir demikian. Adalah karena Aku melihat dua manfaat, maka Aku masih

35. Sejak hari ini, sudilah Guru Gotama mengingatku sebagai seorang pengikut awam yang telah menerima

« Last Edit: 05 August 2010, 12:04:58 AM by Yumi »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #9 on: 05 August 2010, 11:05:19 PM »
6  Ākankheyya Sutta
Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki

[33] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.”“Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, berdiamlah dengan memiliki moralitas, memiliki Pātimokkha, terkendali dengan pengendalian Pātimokkha, sempurna dalam perilaku dan [ ]tempat yang sering dikunjungi, dan melihat dengan takut pada pelanggaran terkecil, berlatih dengan menjalankan aturan-aturan latihan.

3. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku disayangi dan disenangi oleh teman-temanku dalam kehidupan suci, dihormati, dan dihargai oleh mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.

4. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

5. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga pelayanan dari mereka yang mempersembahkan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan kepadaku menghasilkan buah dan manfaat besar bagi mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

6. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Ketika kerabat dan sanak saudaraku yang telah meninggal dunia mengingatku dengan penuh keyakinan dalam pikiran mereka, semoga hal itu menghasilkan buah dan manfaat besar bagi mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

7. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi penakluk ketidakpuasan dan kenikmatan, dan semoga ketidakpuasan dan kenikmatan tidak menaklukkan aku’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

8. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi penakluk kekhawatiran dan ketakutan, dan semoga kekhawatiran dan ketakutan tidak menaklukkan aku, semoga aku berdiam melampaui kekhawatiran dan ketakutan kapan pun munculnya’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

9. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi seorang yang mencapai, tanpa kesulitan dan kesusahan, empat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan memberikan kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini[ ]’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

10. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku mengalami dengan tubuhku dan berdiam dalam kebebasan yang damai dan tanpa materi, melampaui bentuk-bentuk’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan .... [34]

11. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya tiga belenggu, menjadi seorang pemasuk-arus, tidak lagi tunduk pada kesengsaraan, pasti [mencapai pembebasan], menuju pencerahan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

12. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya tiga belenggu dan dengan melemahkan nafsu, kebencian, dan kebodohan, menjadi seorang yang-kembali-sekali, hanya kembali satu kali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

13. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, menjadi yang terlahir kembali secara spontan [di alam murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

14. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: [ ]‘Semoga aku mampu mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu; semoga aku muncul dan lenyap; semoga aku mampu bepergian tanpa terhalangi oleh dinding, menembus tembok, menembus gunung seolah-olah menembus ruang kosong; semoga aku mampu menyelam masuk dan keluar dari tanah seolah-olah di dalam air; semoga aku mampu berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; duduk bersila, semoga aku mampu bepergian di angkasa seperti burung; dengan tanganku semoga aku mampu menyentuh dan menepuk bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; semoga aku mampu mengerahkan kekuatan jasmani, hingga sejauh alam-Brahma’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

15. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, mendengar kedua jenis suara, surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

16. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku memahami pikiran makhluk-makhluk lain, orang-orang lain, dengan melingkupi pikiran mereka dengan pikiranku. Semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu dan pikiran yang tidak terpengaruh nafsu sebagai tidak terpengaruh nafsu; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh kebencian sebagai terpengaruh kebencian dan pikiran yang tidak terpengaruh kebencian sebagai tidak terpengaruh kebencian; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh kebodohan sebagai terpengaruh kebodohan dan pikiran yang tidak terpengaruh kebodohan sebagai tidak terpengaruh kebodohan; semoga aku memahami pikiran yang mengerut sebagai mengerut dan pikiran yang kacau sebagai kacau; semoga aku memahami pikiran luhur sebagai luhur dan pikiran tidak luhur sebagai tidak luhur; semoga aku memahami pikiran yang terbatas sebagai terbatas dan pikiran tidak terbatas sebagai tidak terbatas; semoga aku memahami pikiran terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi [35] dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi; semoga aku memahami pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan dan pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

17. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku mampu mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu: satu kelahiran, dua kelahiran … (seperti Sutta 4, §27) … Demikianlah beserta aspek-aspek dan ciri-cirinya, semoga aku mengingat banyak kehidupan lampau’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

18. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia, melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, beruntung dan tidak beruntung, semoga aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka: ‘ …[ ](seperti Sutta 4, §29) … ’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

19. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan menembus bagi diriku dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda’, [36] maka ia harus memenuhi aturan-aturan, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.

20. “Adalah merujuk pada hal ini maka dikatakan: ‘Para bhikkhu, berdiamlah dengan memiliki moralitas, memiliki Pātimokkha, terkendali dengan pengendalian Pātimokkha, sempurna dalam perilaku dan [ ]tempat yang sering dikunjungi, dan melihat dengan takut pada pelanggaran terkecil, berlatih dengan menjalankan aturan-aturan latihan’.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengarkan kata-kata Sang Bhagavā.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #10 on: 06 August 2010, 12:18:43 AM »
7  Vatthūpama Sutta
Perumpamaan Kain

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. [ ]Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.”“Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, misalkan sehelai kain yang kotor dan bernoda, dan seorang pencelup mencelupnya ke dalam pewarna, apakah biru atau kuning atau merah atau merah muda; kain itu akan terlihat dicelup dengan tidak benar dan warnanya tidak murni. Mengapakah? Karena ketidakmurnian kain tersebut. Demikian pula, ketika batin kotor, maka alam tujuan yang tidak bahagialah yang dapat diharapkan. [ ]Para bhikkhu, misalkan sehelai kain yang bersih dan cemerlang, dan seorang pencelup mencelupnya ke dalam pewarna, apakah biru atau kuning atau merah atau merah muda; kain itu akan terlihat dicelup dengan benar dan warnanya murni. Mengapakah? Karena kemurnian kain tersebut. Demikian pula, ketika batin bersih, maka alam tujuan yang bahagialah yang dapat diharapkan.

3. “Apakah, Para bhikkhu, ketidaksempurnaan yang mengotori batin? [ ]Ketamakan dan keserakahan yang tidak baik adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin. [ ]Niat buruk … kemarahan … kekesalan … sikap meremehkan … kesombongan … iri hati … kekikiran[ ] … menipu …[ ]kecurangan … sifat keras kepala … persaingan … keangkuhan … kecongkakan … kepongahan … [37] … kelengahan adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.

4. “Mengetahui bahwa ketamakan dan keserakahan yang tidak baik adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin, seorang bhikkhu meninggalkannya. [ ]Mengetahui bahwa niat buruk … kelengahan adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin, seorang bhikkhu meninggalkannya.

5. “Ketika seorang bhikkhu telah mengetahui bahwa ketamakan dan keserakahan yang tidak baik adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin dan telah meninggalkannya; Ketika seorang bhikkhu telah mengetahui bahwa niat buruk … kelengahan adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin dan telah meninggalkannya, ia memperoleh keyakinan sempurna dalam Sang Buddha sebagai berikut: [ ]‘Sang Buddha adalah sempurna, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, mahamulia, pengenal seluruh alam, pemimpin yang tanpa bandingannya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, yang tercerahkan, terberkahi’.

6. “Ia memperoleh keyakinan dalam Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dinyatakan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, efektif segera, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dialami oleh para bijaksana untuk diri mereka sendiri’.

7. “Ia memperoleh keyakinan dalam Sangha sebagai berikut: ‘Sangha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan sejati, mempraktikkan jalan yang benar, yaitu: empat pasang makhluk, delapan jenis individu; Sangha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima persembahan, layak menerima keramahan, layak menerima pemberian, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada bandingnya di dunia’.

8. “Ketika ia telah menghentikan, mengusir, membuang, meninggalkan, dan melepaskan [ketidaksempurnaan batin] secara sebagian, [ ]ia mempertimbangkan: ‘Aku memiliki keyakinan sempurna dalam Sang Buddha’, dan ia memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, [ ]memperoleh kegembiraan yang berhubungan dengan Dhamma. Ketika ia gembira, kegirangan meluap muncul dalam dirinya; dalam diri seorang yang girang, jasmaninya menjadi tenang; seorang yang jasmaninya tenang akan merasakan kenikmatan; dalam diri seorang yang merasa nikmat, pikirannya menjadi terkonsentrasi.

9. “Ia mempertimbangkan: ‘Aku memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma’, dan ia memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yang berhubungan dengan Dhamma. Ketika ia gembira, … pikirannya menjadi terkonsentrasi. [38]

10. “Ia mempertimbangkan: ‘Aku memiliki keyakinan sempurna dalam Sangha’, dan ia memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yang berhubungan dengan Dhamma. Ketika ia gembira, … pikirannya menjadi terkonsentrasi.

11. “Ia mempertimbangkan: ‘[Ketidaksempurnaan batin] telah dihentikan, diusir, dibuang, ditinggalkan, dan dilepaskan olehku’, dan ia memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yang berhubungan dengan Dhamma. Ketika ia gembira, kegirangan meluap muncul dalam dirinya; dalam diri seorang yang girang, jasmaninya menjadi tenang; seorang yang jasmaninya tenang akan merasakan kenikmatan; dalam diri seorang yang merasa nikmat, pikirannya menjadi terkonsentrasi.

12. “Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang memiliki kualitas demikian, kondisi [konsentrasi] demikian, dan kebijaksanaan demikian [ ]memakan makanan yang terdiri dari nasi pilihan bersama dengan berbagai kuah dan kari, bahkan hal itu tidak akan menjadi rintangan baginya. [ ]Bagaikan sehelai kain yang kotor dan ternoda menjadi bersih dan cemerlang dengan bantuan air bersih, atau bagaikan emas yang menjadi murni dan cemerlang dengan bantuan pembakaran, demikian pula, jika seorang bhikkhu yang memiliki kualitas demikian … hal itu tidak akan menjadi rintangan baginya.

13. “Ia berdiam dengan melingkupi satu arah dengan pikiran cinta kasih, [ ]demikian pula dengan arah ke dua, arah ke tiga, arah ke empat; demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, dan tanpa niat buruk.

14-16. “Ia berdiam dengan melingkupi satu arah dengan pikiran belas kasihan … dengan pikiran kegembiraan altruistik … dengan pikiran seimbang, [ ]demikian pula dengan arah ke dua, arah ke tiga, arah ke empat; demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran seimbang, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, dan tanpa niat buruk.

17. “Ia memahami bahwa: ‘Ada ini, ada yang rendah, ada yang mulia, dan melampaui ini ada jalan membebaskan diri dari keseluruhan bidang persepsi ini’.

18. “Ketika ia mengetahui dan melihat demikian, batinnya terbebaskan dari noda keinginan indria, dari noda penjelmaan, dan dari noda kebodohan. Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan’. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apa pun’. [39] Para bhikkhu, bhikkhu ini disebut seorang yang mandi dengan mandi batin.”

19. Pada saat itu, Brahmana Sundarika Bhāradvāja sedang duduk tidak jauh dari Sang Bhagavā. Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Tetapi apakah Guru Gotama pergi ke Sungai Bāhukā untuk mandi?”

“Mengapa, Brahmana, pergi ke Sungai Bāhuka? Apa yang dapat dilakukan oleh Sungai Bāhuka?”

“Guru Gotama, Sungai Bāhuka dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebebasan, sungai itu dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebaikan, dan banyak yang mencuci perbuatan jahat mereka di Sungai Bāhuka.”

20. Kemudian Sang Bhagavā menjawab Brahmana Sundarika Bhāradvāja dalam syair:

   “Bāhukā dan Adhikakkā,
   Gayā dan Sundarikā juga,
   Payāga dan Sarassatī,
   Dan arus Bahumatī -
   Si dungu boleh saja mandi selamanya di sana
   Namun tidak akan menyucikan perbuatan gelap mereka.

   Apakah yang dapat dibersihkan [ ]oleh Sundarikā?
   Dan Payāga? Dan Bāhukā?
   Sungai-sungai itu tidak dapat memurnikan pelaku-kejahatan
   Seorang yang telah melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan kasar

   Seseorang yang murni dalam batin selamanya memiliki
   Pesta musim semi, hari Suci,
   Seorang yang baik dalam tindakan, seorang yang murni dalam batin
   Mengarahkan moralitasnya menuju kesempurnaan.

   Adalah di sini, Brahmana, engkau harus mandi,
   Untuk menjadikan dirimu, sebuah perlindungan bagi semua makhluk.
   Dan jika engkau tidak mengucapkan kebohongan
   Juga tidak bekerja dengan mencelakai makhluk-makhluk hidup,
   Juga tidak mengambil apa yang tidak diberikan,
   Dengan keyakinan dan bebas dari kekikiran,
   Mengapa engkau perlu pergi ke Gayā?
   Karena sumur apa pun akan menjadi Sungai Gayā bagimu.”

21. Ketika ini dikatakan, Brahmana Sundarika Bhāradvāja berkata: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah menjelaskan Dhamma dalam berbagai cara, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan pada mereka yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Aku ingin menerima pelepasan keduniawian di bawah Guru Gotama, aku memohon penahbisan penuh.”

22. Dan Brahmana Sundarika Bhāradvāja menerima pelepasan keduniawian di bawah Sang Bhagavā, dan ia menerima penahbisan penuh. [40] Dan segera, tidak lama setelah ia menerima penahbisan penuh, dengan berdiam sendirian, mengasingkan diri, rajin, tekun, dan teguh, Yang Mulia Bhāradvāja, dengan menembus bagi dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini memasuki dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang dicari oleh para anggota keluarga yang meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung mengetahui: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apa pun.” Dan Yang Mulia Bhāradvāja menjadi satu di antara para Arahant.
"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #11 on: 06 August 2010, 01:29:35 PM »
Tambahan utk yg 5  Anangaṇa Sutta

4. “Di sini, Sahabat, ketika seorang dengan noda tidak memahami sebagaimana adanya bahwa: ‘Aku memiliki noda dalam diriku,’ maka dapat diharapkan bahwa ia tidak akan membangkitkan semangat, tidak berusaha, atau tidak memicu kegigihan untuk meninggalkan noda itu, dan bahwa ia akan mati dengan nafsu, kebencian,

5. “Di sini, Sahabat, ketika seorang dengan noda memahami sebagaimana adanya bahwa: ‘Aku memiliki noda dalam diriku,’ maka dapat diharapkan bahwa ia akan membangkitkan semangat, berusaha, dan memicu kegigihan untuk meninggalkan noda itu, dan bahwa ia akan mati dengan nafsu, kebencian

ko indra, yg digarisbawahi itu sbtlnya mau pake 'atau' ato 'dan' ya?

5. ‘Aku memiliki noda dalam diriku’, maka
adanya bahwa: Aku memiliki

6. akan memerhatikan gambaran keindahan, 
adanya bahwa: Aku tidak memiliki

7. tidak akan memerhatikan gambaran keindahan,
adanya bahwa: Aku tidak memiliki

10. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

11. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

12. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

13. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

14. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

25-28. ketidaksenangan itu keduanya adalah noda.

31. sedang menghaluskan bagian lingkaran roda, dan Ājīvaka Paṇḍuputta
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #12 on: 06 August 2010, 01:47:24 PM »
"Atau" -> cukup satu yg terpenuhi maka kondisi menjadi benar
"Dan" -> harus semuanya terpenuhi maka kondisi menjadi benar

ATAU dan DAN di atas sudah benar

Offline mitta

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #13 on: 06 August 2010, 11:27:12 PM »
9  Sammādiṭṭhi Sutta
Pandangan Benar


1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana,  Yang Mulia Sāriputta memanggil para bhikkhu: “Teman-teman, para bhikkhu.” – “Teman,” mereka menjawab. Yang Mulia Sāriputta berkata sebagai berikut:

“Sesungguhnya, teman, kami datang dari jauh untuk mempelajari makna pernyataan ini dari Yang Mulia Sāriputta. Baik sekali jika Yang Mulia Sāriputta sudi menjelaskan makna pernyataan ini. Setelah mendengarkannya darinya para bhikkhu akan mengingatnya.”

Yang Mulia, ----> kelhatannya lebih cocok

trus mengapa di tiap akhir kalimat tidak ad petik dua-nya sbg penutup ya? bila ditutup misal pada no. 8 (per topik utama), kenapa di no 4 dst diawali tanda petik 2 lagi y?

4. “Dan apakah, teman-teman, yang tidak bermanfaat? Apakah akar dari yang tidak bermanfaat? Apakah yang bermanfaat? Apakah akar dari yang bermanfaat?

6. tidak-bermusuhan adalah bermanfaat;

8. dan dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati, ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan.

9. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta.

10. “Ketika, teman-teman, seorang siswa mulia memahami makanan, asal-mula makanan, lenyapnya makanan, dan jalan menuju lenyapnya makanan. Dengan cara itulah ia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada [48] Dhamma sejati ini.

11. “Dan apakah makanan, apakah asal-mula makanan? Apakah lenyapnya makanan? Apakah jalan menuju lenyapnya makanan? Ada empat jenis makanan untuk memelihara makhluk-makhluk yang telah terlahir dan untuk menyokong mereka yang mencari kehidupan baru. Apakah empat ini? Yaitu: makanan fisik sebagai makanan, kasar atau halus; kontak sebagai yang ke-dua; kehendak pikiran sebagai yang ke-tiga; dan kesadaran sebagai yang ke-empat.  Dengan munculnya keinginan maka muncul pula makanan. Dengan lenyapnya keinginan maka lenyap pula makanan. Jalan menuju lenyapnya makanan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

12. dan dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati, ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan.

13. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?” – “Ada, teman-teman.

15. “Dan apakah penderitaan, apakah asal-mula penderitaan? Apakah lenyapnya penderitaan? Apakah jalan menuju lenyapnya penderitaan? Kelahiran adalah penderitaan; penuaan adalah penderitaan; sakit adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; duka-cita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan adalah penderitaan; tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan; singkatnya, kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan adalah penderitaan. Ini disebut penderitaan.

20. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

22. “Dan apakah penuaan dan kematian? Apakah asal-mula penuaan dan kematian? Apakah lenyapnya penuaan dan kematian? Apakah jalan menuju lenyapnya penuaan dan kematian? Penuaan makhluk-makhluk dalam berbagai urutan penjelmaan, usia tua, gigi tanggal, rambut memutih, kulit keriput, kehidupan menurun, indria-indria melemah – ini disebut penuaan. Berlalunya makhluk-makhluk dalam berbagai urutan makhluk-makhluk, kematiannya, terputusnya, lenyapnya, sekarat, selesainya waktu, hancurnya kelompok-kelompok unsur kehidupan,  terbaringnya tubuh – ini disebut kematian. Maka penuaan ini dan kematian ini adalah apa yang disebut dengan penuaan dan kematian. Dengan munculnya kelahiran, maka muncul pula penuaan dan kematian. Dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian. Jalan menuju lenyapnya penuaan dan kematian adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

24. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

26. “Dan apakah kelahiran? Apakah asal-mula kelahiran? Apakah lenyapnya kelahiran? Apakah jalan menuju lenyapnya kelahiran? Kelahiran makhluk-makhluk adalah berbagai urutan penjelmaan, akan terlahir, berdiam [(dalam rahim)], pembentukan, perwujudan kelompok-kelompok unsur kehidupan, memperoleh landasan-landasan kontak  - ini disebut kelahiran. Dengan munculnya penjelmaan, maka muncul pula kelahiran. Dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran. Jalan menuju lenyapnya kelahiran adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

28. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

30. “Dan apakah penjelmaan? Apakah asal mula penjelmaan? Apakah lenyapnya penjelmaan? Apakah jalan menuju lenyapnya penjelmaan? Terdapat tiga jenis penjelmaan ini: penjelmaan alam indria, penjelmaan berbentuk, dan makhluk tanpa bentuk.  Dengan munculnya kemelekatan, maka muncul pula penjelmaan. Dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan. Jalan menuju lenyapnya penjelmaan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

32. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu

34. “Dan apakah kemelekatan? Apakah asal-mula kemelekatan? Apakah lenyapnya kemelekatan? Apakah jalan menuju lenyapnya kemelekatan? Terdapat empat [51] jenis kemelekatan ini: kemelekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan-pandangan, kemelekatan pada aturan dan upacara, dan kemelekatan pada doktrin diri.  Dengan munculnya keinginan,maka muncul pula kemelekatan. Dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan. Jalan menuju lenyapnya kemelekatan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

36. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu

dst, koreksi di bagian yg sama yg berulang

38. keinginan akan obyek-obyek sentuhan, dan keinginan akan obyek-obyek pikiran.

42. dan perasaan yang muncul dari kontak-pikiran.

46. dan kontak-pikiran.

50. dan landasan-pikiran. 

CMIIW
« Last Edit: 06 August 2010, 11:44:53 PM by mitta »

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama
« Reply #14 on: 07 August 2010, 12:31:43 AM »
8  Sallekha Sutta
Pemurnian

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. [ ]Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

2. Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Mahā Cunda bangkit dari meditasi dan mendatangi Sang Bhagavā. Setelah bersujud pada Sang Bhagavā, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:

3. “Yang Mulia, berbagai pandangan muncul di dunia berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia. [ ]Sekarang apakah meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi dalam diri seorang bhikkhu yang memerhatikan hanya pada bagian permulaan [dari latihan meditatifnya]?”

“Cunda, sehubungan dengan berbagai pandangan muncul di dunia yang berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia: jika [objek] [ ]yang sehubungan dengannya pandangan-pandangan itu muncul, di mana pandangan-pandangan itu berlandaskan, dan di mana pandangan-pandangan itu diterapkan [ ]dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku’, maka meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi.


(DELAPAN PENCAPAIAN)

4. “Adalah mungkin di sini, Cunda, bahwa dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ [41] dalam Disiplin Yang Mulia.

5. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan tenangnya awal pikiran dan kelangsungan pikiran, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi ... ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

6. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meluruhnya kegembiraan, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kesenangan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang sehubungan dengannya para mulia menyatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian’. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi ... ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

7. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan lenyapnya sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, beberapa bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāṅa ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kesenangan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

8. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada keragaman persepsi, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas’, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan[ ]’ dalam Disiplin Yang Mulia.

9. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas’, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan’ dalam Disiplin Yang Mulia.

10. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa’, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan’ dalam Disiplin Yang Mulia.

11. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, beberapa bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian’. [42] Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan[ ]’ dalam Disiplin Yang Mulia.

(PEMURNIAN)

12. Sekarang, Cunda, di sini pemurnian harus engkau praktikkan:

(1) ‘Orang lain akan bertindak kejam; kita tidak akan bertindak kejam di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(2) ‘Orang lain akan membunuh makhluk-makhluk hidup; kita harus menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(3) ‘Orang lain akan mengambil apa yang tidak diberikan; kita harus menghindari tindakan mengambil apa yang tidak diberikan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(4) ‘Orang lain tidak selibat; kita harus selibat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(5) [ ]‘Orang lain akan mengatakan kebohongan; kita harus menghindari kebohongan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(6) [ ]‘Orang lain akan berkata-kata jahat; kita harus menghindari berkata-kata jahat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(7) ‘Orang lain akan berkata-kata kasar; kita harus menghindari berkata-kata kasar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
( 8 ) ‘Orang lain akan bergosip; kita harus menghindari gosip di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(9) ‘Orang lain akan tamak; kita tidak boleh tamak di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(10) ‘Orang lain akan memiliki niat buruk; kita harus tanpa niat buruk di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(11) ‘Orang lain akan memiliki pandangan salah; kita harus memiliki pandangan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(12) ‘Orang lain akan memiliki kehendak salah; kita harus memiliki kehendak benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(13) ‘Orang lain akan memiliki ucapan salah; kita harus memiliki ucapan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(14) ‘Orang lain akan memiliki perbuatan salah; kita harus memiliki perbuatan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(15) ‘Orang lain akan memiliki penghidupan salah di sini; kita harus memiliki penghidupan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(16) ‘Orang lain akan memiliki usaha salah; kita harus memiliki usaha benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(17) ‘Orang lain akan memiliki perhatian salah; kita harus memiliki perhatian benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(18) ‘Orang lain akan memiliki konsentrasi salah; kita harus memiliki konsentrasi benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(19) ‘Orang lain akan memiliki pengetahuan salah; kita harus memiliki pengetahuan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(20) ‘Orang lain akan memiliki pembebasan salah; kita harus memiliki pembebasan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(21) ‘Orang lain akan dikuasai oleh kelambanan dan ketumpulan; kita harus terbebas dari kelambanan dan ketumpulan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(22) ‘Orang lain akan gelisah; kita tidak boleh gelisah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(23) ‘Orang lain akan merasa ragu-ragu; kita harus melampaui keragu-raguan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(24) ‘Orang lain akan marah; kita tidak boleh marah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(25) ‘Orang lain akan kesal; kita tidak boleh kesal di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian. [43]
(26) ‘Orang lain akan meremehkan orang lain; kita tidak boleh meremehkan orang lain di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(27) ‘Orang lain akan sombong; kita tidak boleh sombong di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(28) ‘Orang lain akan merasa iri; kita tidak boleh iri di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(29) ‘Orang lain akan bersifat tamak; kita tidak boleh tamak di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(30) ‘Orang lain akan curang; kita tidak boleh curang di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(31) ‘Orang lain akan menipu; kita tidak boleh menipu di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(32) ‘Orang lain akan keras-kepala; kita tidak boleh keras-kepala di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(33) ‘Orang lain akan angkuh; kita tidak boleh angkuh di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(34) ‘Orang lain akan sulit dinasihati; kita harus mudah dinasihati di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(35) ‘Orang lain akan memiliki teman-teman jahat; kita harus memiliki teman-teman baik di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(36) ‘Orang lain akan lalai; kita harus rajin di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(37) ‘Orang lain akan tidak berkeyakinan; kita harus berkeyakinan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(38) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa malu; kita harus memiliki rasa malu di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(39) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa takut melakukan perbuatan jahat; kita harus takut melakukan perbuatan jahat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(40) ‘Orang lain akan sedikit belajar; kita harus banyak belajar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(41) ‘Orang lain akan malas; kita harus bersemangat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(42) ‘Orang lain akan tanpa perhatian; kita harus kukuh dalam perhatian di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(43) ‘Orang lain akan tidak memiliki kebijaksanaan; kita harus memiliki kebijaksanaan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(44) ‘Orang lain akan terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya dengan susah-payah; [ ]kita tidak boleh terikat pada pandangan-pandangan kita sendiri atau menggenggamnya erat-erat, melainkan harus melepaskannya dengan mudah’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."