*Bodhisattva digambarkan sebagai simbol pembimbingan atau pelindung dharma sesuai janji ikrar para Bodhisattva yang akan terus membimbing semua mahluk keluar dari lautan samsara.
Ada satu hal yang saya sering bertanya-tanya:
1. mengapa perlu menunggu untuk bersama-sama menyeberang, sementara sendiri-sendiri juga bisa menyeberang?
2. Mengapa Sang Buddha tidak menunggu murid-muridnya untuk menyeberang bersama-sama?
Gawat... Musti baca RAPB sampe jilid 3. Jilid 1 aja blom kelar :(( :'(
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang buta tetapi mau melihat apel tersebutbagaimana orang buta melihat apel??
ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak melihat tapi percaya
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang buta tetapi mau melihat apel tersebut
adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang yang tidak buta tetapi tidak mau melihat apel tersebut.
(http://i1087.photobucket.com/albums/j465/SUKSES28/Picture029-1.jpg?t=1340309830)"Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama"
Apa yang dimaksud mencapai pantai seberang bersama-sama, banyak umat Buddha diluar tradisi Mahayana yang menganggapnya sebagai mencapai nirvana bersama-sama dan mereka berkata untuk mencapai nirvana tidak akan mungkin bisa bersama-sama tetapi harus sendiri-sendiri pandangan tersebut memang benar, memang untuk mencapai nirvana tidak akan mungkin berbarengan tetapi yang dimaksudkan dalam pandangan Mahayana bukanlah itu, mencapai pantai seberang atau nirvana bersama-sama yaitu dimaksudkan adalah berlatih bersama-sama untuk mencapai kesuksesan pencapaian nirvana.
bagaimana orang buta melihat apel??
pakai mata kaki?? :-?
ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak melihat tapi percaya
Contoh nyata kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh yayasan buddha tzuzhi. Melakukan kebajikan bersama - sama, Mengajak orang lain melakukan kebajikan bersama sama. Mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak. Memberikan diri kita untuk kepentingan orang banyak. Pikiran senantiasa setiap saat selalu mengutama kepentingan orang lain.
Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana.
Meditasi saja tidak cukup.
Jalan kebenaran hanya bisa dicapai melalui pelepasan diri yang sepenuhnya. Pelepasan diri yang sepenuhnya hanya bisa dicapai dengan memberikan dirimu bagi orang lain.
Pertama mungkin kita ke hutan, melakukan meditasi sampai kita menyadari dan melihat kebenaran bahwa jalan tidak ada disana. Karena itu hanya membawa kita pada tahap untuk menyadari bahwa jalan bodhisatva adalah jalan seutuhnya yang membawa diri kita pada pembebasan sepnuhnya melalui pengorbanan diri.
Tanpa orang lain, anda tidak akan mencapai pembebasan seutuhnya.
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang melihat dan mau mengerti bahwa benda tersebut adalah apel.
adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang buta tetapi mau melihat bahwa benda tersebut adalah apel.ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak melihat tapi percaya
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang buta tetapi mau melihat apel tersebut
adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang yang tidak buta tetapi tidak mau melihat apel tersebut.
"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma."
sepertinya ini hanya jadi hiasan saja.
Bro tidak melihat sesuatu hal yang sedang dijelaskan oleh orang lain, tetapi hanya melihat sesuatu/hal yang ingin bro lihat sendiri dan meresponnya berdasarkan persepsi bro sendiri.
Dengan kata lain , bro melihat ilusi bro sendiri dan meresponnya
Kenapa kita melihat hal yang ingin kita lihat dan tidak melihat hal apa adanya, karena ego kita menutupi mata kita. Pengetahuan membuat ego kita semakin besar. Apa yang kita tahu memperkuat ego kita.
Apa yang kita pelajari membuat ego kita semakin kuat, semakin melekat daripada melepaskannya, kita malah terjebak dengan ego kita.
Jadi apa gunanya pengetahuan dhamma itu, bila itu membuat LDM kita semakin menebal
Contoh nyata kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh yayasan buddha tzuzhi. Melakukan kebajikan bersama - sama, Mengajak orang lain melakukan kebajikan bersama sama. Mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak. Memberikan diri kita untuk kepentingan orang banyak. Pikiran senantiasa setiap saat selalu mengutama kepentingan orang lain.teori dari mana pula ini ;D
Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana.
Meditasi saja tidak cukup.
Jalan kebenaran hanya bisa dicapai melalui pelepasan diri yang sepenuhnya. Pelepasan diri yang sepenuhnya hanya bisa dicapai dengan memberikan dirimu bagi orang lain.
Pertama mungkin kita ke hutan, melakukan meditasi sampai kita menyadari dan melihat kebenaran bahwa jalan tidak ada disana. Karena itu hanya membawa kita pada tahap untuk menyadari bahwa jalan bodhisatva adalah jalan seutuhnya yang membawa diri kita pada pembebasan sepnuhnya melalui pengorbanan diri.
Tanpa orang lain, anda tidak akan mencapai pembebasan seutuhnya.
teori dari mana pula ini ;Dah, itu cuma akting kali... ;D
Buddha Gotama meditasi sendiri dan telah mencapai penerangan Sempurna koq.
Jadi jelas statement "Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana."
sangat tidak relevan dengan ajaran Buddha ;D
teori dari mana pula ini ;Dtanpa orang lain gotama gak akan lahir, dia khan lahir dari ibunya jadi setelah lahir dia baru tidak terlahir lagi gitu kali maksudnya =))
Buddha Gotama meditasi sendiri dan telah mencapai penerangan Sempurna koq.
Jadi jelas statement "Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana."
sangat tidak relevan dengan ajaran Buddha ;D
kalau ini dilihat secara harafiah dan mentah2 dibandingkan dengan kanon pali, sudah pasti ngak ketemu poinnya
kalau melihat substansialnya, ini mengajak orang jangan egois, bahkan2 humanis (welas asih)
terlebih lagi untuk Buddhis, karena ini syarat mutlak untuk mencapai pantai seberang
sebenarnya ingin jadi Arahat juga ngak boleh egois, kan ngak mungkin bisa jadi Arahat kalau egois (melekat aku)
saya lihat secara esensial sama saja, cuma mungkin caranya lebih kreatif dan inspiratif
_/\_
Kalo kita naik pesawat, sebelum take off biasanya pramugarinya akan memperagakan prosedur penyelamatan dan keadaan darurat.
Trus ada instruksi seperti ini :
"Jika tekanan udara dalam cabin menurun, masker oksigen akan otomatis keluar. Bagi yang membawa anak kecil, harap memakai masker untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong memakaikan untuk anak anda" ::) :-?
Ooops, ini di kapal laut ya, bukan kapal udara :hammer: ^-^
untuk kapal laut, peraturannya tetap sama, ganti masker jadi pelampung.Kalo begitu kita2 ini masih level anak2 ya bro :D
Kisah Samanera Tissa Yang Berdiam Di Hutan
Tissa adalah seorang putra hartawan dari Savatthi. Ayahnya biasa memberi dana makanan kepada Murid Utama Sang Buddha, Sariputta Thera di rumahnya.
Ketika masih kecil, Tissa sering berjumpa dengan Murid Utama pada setiap kesempatan. Pada umur 7 tahun ia menjadi seorang samanera dibawah bimbingan Sariputta Thera. Ketika ia tinggal di Vihara Jetavana, banyak teman dan saudara-saudaranya yang mengunjunginya, membawa pemberian/hadiah dan dana. Samanera berpikir bahwa kunjungan ini sangat menjemukan.
Setelah mempelajari salah satu objek meditasi, ia pergi ke sebuah vihara yang terletak di dalam hutan. Setiap kali penduduk mendanakan sesuatu, Tissa hanya berkata “Semoga kamu berbahagia, bebas dari penderitaan,” (Sukhita hotha, dukkha muccatha), dan kemudian ia berlalu.
Ketika tinggal di vihara dalam hutan, ia tekun dan rajin berlatih meditasi, dan pada akhir bulan ketiga ia mencapai tingkat kesucian arahat.
Setelah selesai masa vassa, Y.A. Sariputta ditemani oleh Y.A. Maha Moggallana dan beberapa orang bhikkhu senior datang mengunjungi Samanera Tissa, dengan seizin Sang Buddha.
Seluruh penduduk desa hadir untuk menyambut Y.A. Sariputta bersama rombongan 4.000 bhikkhu. Mereka juga memohon agar Y.A. Sariputta berkenan menyampaikan khotbah, tetapi murid utama tersebut meminta muridnya, Samanera Tissa, untuk menyampaikan khotbah kepada penduduk desa.
Para penduduk desa, berkata bahwa guru mereka, Samanera Tissa, hanya dapat berkata, “Semoga anda berbahagia, bebas dari penderitaan,” dan mohon kepada Y.A. Sariputta untuk menugaskan bhikkhu yang lain.
Tetapi Y.A. Sariputta tetap meminta Samanera Tissa untuk memberikan khotbah dhamma, dan berkata kepada Tissa, “Tissa, berkatalah kepada mereka bagaimana mencapai kebahagiaan dan bagaimana bebas dari penderitaan.”
Untuk memenuhi permintaan gurunya, Samanera Tissa pergi ke tempat khusus untuk menyampaikan khotbah Dhamma. Ia menjelaskan kepada para penduduk desa, arti kelompok kehidupan (khandha), landasan indria dan objek indria (ayatana), faktor-faktor menuju penerangan/Pencerahan sempurna (Bodhipakkhiya Dhamma), jalan menuju kesucian arahat dan nibbana, dan sebagainya. Akhirnya, ia menjelaskan, “Siapa saja yang mencapai tingkat kesucian arahat akan terbebas dari semua penderitaan dan mencapai “kedamaian sempurna”, sementara yang lainnya masih berputar-putar pada lingkaran tumimbal lahir (samsara).”
Y.A. Sariputta memuji Tissa telah menyampaikan khotbah Dhamma dengan baik.
Fajar mulai menyingsing ketika ia menyelesaikan uraiannya, dan seluruh penduduk desa sangat terpesona. Beberapa dari mereka terkejut karena Samanera Tissa memahami Dhamma dengan baik, tetapi mereka juga merasa tidak puas, karena pada awalnya ia hanya sedikit mengajarkan Dhamma kepada mereka; sedangkan yang lain merasa bahagia mengetahui samanera tersebut sangat terpelajar dam merasa bahwa mereka sangat beruntung Samanera Tissa berada di antara mereka.
Sang Buddha, dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, melihat dari Vihara Jetavana bahwa timbul dua kelompok penduduk desa, kemudian Beliau menampakkan diri, untuk menjernihkan kesalah-pahaman yang ada.
Sang Buddha hadir ketika para penduduk desa sedang menyiapkan makanan untuk para bhikkhu. Maka, mereka mempunyai kesempatan untuk berdana makanan kepada Sang Buddha. Setelah bersantap, Sang Buddha berkata kepada para penduduk desa, “O umat awam, kamu semua sangat beruntung memiliki Samanera Tissa di antara kalian. Karena dengan kehadirannya di sini, aku, murid-murid utama-Ku, bhikkhu-bhikkhu senior dan banyak bhikkhu lainnya saat ini hadir mengunjungi kalian.” Kata-kata ini menyadarkan para penduduk desa bagaimana beruntungnya mereka bersama Samanera Tissa dan mereka sangat puas.
Sang Buddha kemudian menyampaikan khotbah kepada para penduduk desa dan para bhikkhu, dan pada akhirnya, beberapa dari mereka mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, “Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan.”
Kepada mereka Sang Buddha menjelaskan, “Para bhikkhu, seorang bhikkhu, apakah ia tinggal di desa ataupun di kota, seharusnya hidup tidak mengharapkan pemberian dan dana. Jika seorang bhikkhu meninggalkan semua keuntungan keduniawian dan rajin melaksanakan Dhamma, maka ia pasti akan mencapai tingkat kesucian arahat.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 75 berikut:
Ada jalan lain menuju pada keuntungan duniawi,
dan ada jalan lain yang menuju ke Nibbana. Setelah menyadari hal ini dengan jelas,
hendaklah seseorang bhikkhu siswa Sang Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi,
tetapi mengembangkan pembebasan diri.
Kalo begitu kita2 ini masih level anak2 ya bro :Dhealing ... ;D
Waduh, baru ngomong soal pramugari di pesawat sudah ada yg lempar 2 bata ke gw ::)
healing ... ;Dtq bro ;)
Kalo kita naik pesawat, sebelum take off biasanya pramugarinya akan memperagakan prosedur penyelamatan dan keadaan darurat.
Trus ada instruksi seperti ini :
"Jika tekanan udara dalam cabin menurun, masker oksigen akan otomatis keluar. Bagi yang membawa anak kecil, harap memakai masker untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong memakaikan untuk anak anda" ::) :-?
Ooops, ini di kapal laut ya, bukan kapal udara :hammer: ^-^
Berarti orang yang hanya sekaliber Buddha kah yang bisa mencapai penerangan dengan meditasi di hutan ?
wah berarti artikel ini perlu direvisi kah ?
Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, “Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan.”
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???oh berarti anda itu burung beo yang sudah menjadi manusia atau sama juga burung beo?
Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.
:(
Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???jika ingin berdiskusi.. berdiskusilah dengan ilmiah bro..
Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.
:(
Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
Kecuali anda sekaliber Buddha, pergi ke hutan dan meditasi tidak akan membawa kemana mana.
Dan perlu diingat, Buddha pergi ke hutan dan meditasi demi penderitaan manusia. Ia memberikan dirinya demi penderitaan orang lain. Ia mencari jalan demi penderitaan orang lain.
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???
Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.
:(
Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri dalam kesunyian tidak akan mampu menolong lain dengan baik. Setahu saya,dari kisah hidup para bhiksu mahayanist yang berhasil dalam berlatih diri,semuanya memulainya dari hidup menyendiri dulu yang cukup lama baru keluar,itu pun kalau dimohon mengajar. Contoh Bhiksu YIn Kuang,Bhiksu Kuang Chin,Bhiksu Xin Yun,Bhiksu Tao an,para bhiksu tibetan dan juga para Bhikhu Dhutangga di hutan. Maafkan saya,saya belum membaca kisah hidup dan melihat satu bhiksu,bhikkhu,lama tibetan yang belum pernah hidup dalam penyepian yang berhasil dalam "jalan" tapi anehnya dikenal orang ramai. Setelah meninggalnya,tidak ada relicnya sebagai bukti pencapaian.Bahkan bhante Ashin Jinarakita pun pernah mengalami hidup dalam pertapaan di burma. Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? NamasteBravo, pandangan anda kritis dan analitis ^:)^
Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? NamasteLSY
LSYRYU
LSYYang bedua ini memang tidak bisa dipisahkan :)) :)) ^:)^
RYU
RYU:hammer: :hammer: :hammer:
:hammer: :hammer: :hammer:iya sih aye blom bisa kek gini :
tapi masih kalah sama LSY.... ;D ;D
jika ingin berdiskusi.. berdiskusilah dengan ilmiah bro..
Anda mengatakan : "pergi ke hutan dan meditasi itu adalah hal sia2 dan tidak bisa mendapatkan pencerahan"
lalu ketika statement anda diuji.. anda malah bermellow ria..
bagaimana bisa berdiskusi jika model pribadi anda seperti ini..
ilustrasi seperti ini :
djoe : 1+1= 3
guru : ha ? 1+1 bukannya 2 ?
djoe : guru, anda jangan hanya meniru ucapan orang lain.. bagaimana pun juga anda bukan penemu 1+1 = 2, anda hanya seperti burung beo berlagak manusia..
walau si guru dikatai sebagai burung beo, burung nuri, burung kakaktua, burung parkit segala macam.. tapi jawaban 1+1 = 3 itu tetap saja salah, kebenaran yang sesungguhnya tetap 1+1 = 2
Itu dikarenakan anda hanya melihat apa yang ingin anda lihatbukan menurut saya koq.. sesuai dengan literatur tipitaka..
anda mendengar hanya apa yang ingin anda dengar
anda melihat kebenaran hanya apa yang menurut anda benar
Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri dalam kesunyian tidak akan mampu menolong lain dengan baik. Setahu saya,dari kisah hidup para bhiksu mahayanist yang berhasil dalam berlatih diri,semuanya memulainya dari hidup menyendiri dulu yang cukup lama baru keluar,itu pun kalau dimohon mengajar. Contoh Bhiksu YIn Kuang,Bhiksu Kuang Chin,Bhiksu Xin Yun,Bhiksu Tao an,para bhiksu tibetan dan juga para Bhikhu Dhutangga di hutan. Maafkan saya,saya belum membaca kisah hidup dan melihat satu bhiksu,bhikkhu,lama tibetan yang belum pernah hidup dalam penyepian yang berhasil dalam "jalan" tapi anehnya dikenal orang ramai. Setelah meninggalnya,tidak ada relicnya sebagai bukti pencapaian.Bahkan bhante Ashin Jinarakita pun pernah mengalami hidup dalam pertapaan di burma. Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? Namaste
Pergi ke hutan dan hidup menyendiri seseorang mungkin bisa menembus anatta dan merasakan sedikit pencerahan, tetapi itu hanyalah pencerahan kecil. Ibarat seperti seseorang diatas kapal yang terciprat air laut. Walau ia bisa merasakan air laut, tetapi ia belum menjadi laut itu sendiri. Walau ada kebijaksanaan tetapi ia belumlah menjadi kebijaksanaan itu sendiri. Walau ada kebenaran tetapi ia belum menjadi kebenaran.nah.. anda sendiri sudah mulai tidak konsisten dengan ketikan anda sendiri :
Ia harus keluar dari hutan untuk mempraktekkan dan membuktikan apa yang ia rasakan didalam kehidupaan pertapaan ke dalam perbuatan nyata.
Ia harus membuktikan benarkah ia telah mencapai anatta dengan perbuatan nyata di masyarakat dengan memberikan dirinya.
Pergi ke hutan mungkin seperti seseorang yang belajar dari sd sampai mahasiswa, kemudian menyadari pada akhirnya ia harus keluar hutan untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya langsung di masyarakat.
Sedangkan ada orang yang mempraktekkannya langsung seperti seseorang yang belajar secukupnya dan memiliki pengetahuan dasar yang secukupnya untuk menunjang pekerjaannya dan kemudian bekerja praktek dan menimba ilmu pengetahuan yang nyata secara langsung dan lewat perbuatan nyata.
Intinya pergi ke hutan dan hidup menyendiri tanpa praktek dan perbuatan nyata di masyarakat, seseorang tidak mungkin akan mencapai pencerahan sempurna.
Karena jalan menuju pencerahan sempurna adalah melalui pemberian dirimu seutuhnya dengan berakhirnya ego. Ego hanya bisa diakhiri dengan perbuatan nyata. Meditasi mungkin bisa menembus anatta tetapi itu hanyalah pengetahuan intelletual anda tentang anatta. Karena keadaan tanpa diri itu harus dibuktikan dalam perbuatan nyata di dalam kehidupan sehari hari.
Seperti sesorang yang hidup di desa dan menemukan singkong di hutan dan hanya makan singkong dan mengatakan singkong makanan yang terenak dan tidak mau yang lain karena ia tidak tahu tentang adanya keju. Tetapi ketika ia mulai berubungan dengan keju dan tahu tentang keju ini disitu baru bisa diketahui apakah ia masih tetap setia dengan singkong dan mengatakan singkong makanan yang terenak dan tidak mengiginkan makanan lain.
nah.. anda sendiri sudah mulai tidak konsisten dengan ketikan anda sendiri :
Awal mengatakan : hasil penyendirian ke dalam hutan tidak membawa pencerahan apa-apa..
Sekarang : hasil penyendirian ke dalam hutan hanya membawa pencerahan sedikit..
Yang benar yang mana ? dan literatur please.
itu karena anda hanya melihat apa yang ingin anda lihat. Anda tidak melihat secara keseluruhan.saya "melihat" berdasarkan literatur yang saya pegang karena saya belum mencapai pencerahan.
Itu dikarenakan anda hanya melihat apa yang ingin anda lihatsama ajah, anda membenar2kan hanya apa yang menurut anda benar, setelah salah jurus belut keluar dan menambahkan kesalahan dari kebenaran sehingga kebenaran menjadi kesalahan, lalu kebenaran pun menjadi kabur dengan kesalahan pandangan sendiri =))
anda mendengar hanya apa yang ingin anda dengar
anda melihat kebenaran hanya apa yang menurut anda benar
Pergi ke hutan dan hidup menyendiri seseorang mungkin bisa menembus anatta dan merasakan sedikit pencerahan, tetapi itu hanyalah pencerahan kecil. Ibarat seperti seseorang diatas kapal yang terciprat air laut. Walau ia bisa merasakan air laut, tetapi ia belum menjadi laut itu sendiri. Walau ada kebijaksanaan tetapi ia belumlah menjadi kebijaksanaan itu sendiri. Walau ada kebenaran tetapi ia belum menjadi kebenaran.
ini sungguh mengejutkan, pencapaian penerangan Sempurna Sang Buddha di hutan Uruvela ternyata hanyalah "sedikit pencerahan".nah itu juga cukup kaget
Pengetahuan pertama merupakan pengetahuan melihat dengan jelas dan rinci kelahiran-kelahiran-Nya yang terdahulu (pubbenivasanussati ñana). Hal ini terjadi pada waktu jaga pertama, yaitu antara jam 18.00 sampai 22.00.
Pengetahuan kedua merupakan pengetahuan melihat dengan jelas kematian dan tumimbal lahir kembali makhluk hidup (dibbacakkhu ñana). Ia melihat makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali dalam kondisi rendah dan mulia, cantik dan buruk, mujur dan sial. Hal ini terjadi pada waktu jaga kedua, yaitu antara jam 22.00 sampai 02.00.
Pengetahuan ketiga merupakan pengetahuan akan penghancuran noda (asavakkhaya ñãna). Ia mengetahui secara langsung segala sesuatu sebagaimana adanya. Ia menyadari dan mencerap bahwa pikiran-Nya terbebas dari noda keinginan indrawi, noda kehidupan, dan noda kebodohan batin. Dan ketika Ia terbebas, muncullah pengetahuan bahwa Ia telah terbebas. Ia menyadari langsung bahwa kelahiran-Nya sudah dihancurkan; hidup suci sudah dijalankan; apa yang harus dilakukan sudah dilakukan; tiada lagi kelahiran kembali di alam mana pun juga. Hal ini terjadi pada waktu jaga ketiga, yaitu antara jam 02.00 sampai 04.00. Ia mengetahui bahwa “inilah penderitaan”, bahwa “inilah sumber penderitaan”, bahwa “inilah berakhirnya penderitaan”, dan bahwa “inilah jalan menuju akhirnya penderitaan”.
Dengan tercapainya Pengetahuan Sejati Ketiga maka Bodhisatta mencapai Arahatta-Magga, menjadi Yang Sadar (Buddha), Yang Terberkahi (Bhagava), Yang Tercerahkan Sempurna (Sammasambuddha). Seiring dengan Pencerahan-Nya, Buddha juga memperoleh penegtahuan sempurna tentang Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani).
nah itu juga cukup kagetkeknya bagi maha memang buddha ketika masih arahat masih SD, masih kecil =))
pengetahuan2 seperti ini.. hanya sedikit :
keknya bagi maha memang buddha ketika masih arahat masih SD, masih kecil =))
itu namanya generalisir, jangan hanya karena seorang umat tolol lalu alirannya yg disalahkan.umat tolol atau bodohsatwa?
umat tolol atau bodohsatwa?
ini sungguh mengejutkan, pencapaian penerangan Sempurna Sang Buddha di hutan Uruvela ternyata hanyalah "sedikit pencerahan".
umat tolol atau bodohsatwa?
Contoh umat tolor atau bodohsatwa(pakai istilah bro), yang mengatakan pergi ke hutan dan meditasi bisa mencapai pencerahan sementara diri tidak pernah meditasi. Bukankah itu umat tolor atau Bodohsatwa?yeah, berarti anda orang pintar apa tolol?
Ibarat seperti seseorang mengatakan siapa bilang apel rasanya tidak enak loh? Itu umat tolor atau bodohsatwa?
Sementara diri tidak pernah makan apel. Bukankah itu umat tolor atau Bodohsatwa?
pergi ke hutan dan hidup menyendiri tanpa praktek dan perbuatan nyata di masyarakat, seseorang tidak mungkin akan mencapai pencerahan sempurna.pengalaman andakah orang pintar?
yeah, berarti anda orang pintar apa tolol?
berarti anda yang mengatakan pergi ke hutan dan meditasi bisa mencapai pencerahan kecil?
anda sudah meditasi kehutan sehingga bisa mengatakan hanya mencapai pencerahan kecil?
bahkan anda mengatakan :pengalaman andakah orang pintar?
Bagaimana kalau bro djoe masuk hutan dulu untuk beberapa bulan,lalu kita lihat dan share disini,kira-kira lebih berat mana antara kehidupan dalam penyunyian dan hidup berlatih dalam dunia ramai? Kalau ada orang yang mampu mencapai pencerahan dalam dunia ramai tanpa pernah merasakan hidup dalam penyunyian,maka tolong tunjukkan siapa orangnya.Ini benar serius,saya pribadi sangat ingin belajar dari orang demikian.Ingat bro djoe,di hutan,gunung sunyi itu penghuninya lebih ramai dari perkotaan.
:)) ibarat orang yang tidak bisa berenang dia mengajari, memberikan les, melayani agar orang bisa berenang, maka otomatis orang itu akan bisa berenang dengan sendirinya :))
"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma."
sepertinya ini hanya jadi hiasan saja.
Bro tidak melihat sesuatu hal yang sedang dijelaskan oleh orang lain, tetapi hanya melihat sesuatu/hal yang ingin bro lihat sendiri dan meresponnya berdasarkan persepsi bro sendiri.
Dengan kata lain , bro melihat ilusi bro sendiri dan meresponnya
Kenapa kita melihat hal yang ingin kita lihat dan tidak melihat hal apa adanya, karena ego kita menutupi mata kita. Pengetahuan membuat ego kita semakin besar. Apa yang kita tahu memperkuat ego kita.
Apa yang kita pelajari membuat ego kita semakin kuat, semakin melekat daripada melepaskannya, kita malah terjebak dengan ego kita.
Jadi apa gunanya pengetahuan dhamma itu, bila itu membuat LDM kita semakin menebal
Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana.
Meditasi saja tidak cukup.
Jalan kebenaran hanya bisa dicapai melalui pelepasan diri yang sepenuhnya. Pelepasan diri yang sepenuhnya hanya bisa dicapai dengan memberikan dirimu bagi orang lain.
Daripada masuk ke hutan untuk mencapai pencerahan, adalah lebih baik bila kita melakukan perbuatan nyata yang bermanfaat bagi banyak orang lain.
Dan masuk ke hutan bukanlah suatu jaminan akan mendapatkan pencerahan walau saya sendiri juga tidak akan menolak untuk masuk ke hutan. Tetapi saya lebih memilih melakukan suatu perbuatan nyata yang bermanfaat bagi orang lain. Karena ego kitalah yang menghalangi kita daripada pencerahan.
Bisa juga kita melakukan ke dua duanya, intinya masuk ke hutan bukanlah jaminan ada pencerahan. Sedangkan menurut saya melakukan perbuatan nyata yang bermanfaat bagi orang lain, menghapus ego dan memikirkan orang lain adalah suatu hal multlak untuk pencerahan. Jika dilakukan secara sepenuh hati secara konsisten dan terus menerus di tambah meditasi maka kita akan bisa melihat dan menembus ego itu sendiri suatu hari.
Jalan bodhisatva adalah jalan multrak yang harus dilalui bagi orang yang ingin mencapai pencerahan, sedangkan masuk ke hutan hanyalah option.
Anda harus menumbangkan ego itu sendiri baru akan terungkap hal diluar ego.,
pertanyaan saya belum dijawab sampe sekarang..
Sang Buddha mencapai pencerahan dulu baru mengajar atau mengajar dulu baru mencapai pencerahan??
djoe
At Djoe,Kata-katamu tidak bisa membuktikan mentalmu. Kalau ada orang yang sedang susah dan tidak pernah bahagia datang padamu meminta semua uangmu dan rumahmu,istrimu yang cantik,anakmu yang lucu,saya harap kamu sebagai bodhisatva yang memikirkan makhluk hidup dan memberikan semua milikmu padanya.Sanggup?
Begini saja, supaya argumenmu bisa diterima oleh siapa pun dalam buddhism,kamu tulis saja sanggahanmu tentang hidup dhutanga yang dipuji oleh Sang Buddha.
Begini saja, supaya argumenmu bisa diterima oleh siapa pun dalam buddhism,kamu tulis saja sanggahanmu tentang hidup dhutanga yang dipuji oleh Sang Buddha.
diperkuat dengan rujukan / referensi ;D
kalau tidak ada rujukan, kami anggap Anda sedang berilusi
nah.. anda sendiri sudah mulai tidak konsisten dengan ketikan anda sendiri :
Awal mengatakan : hasil penyendirian ke dalam hutan tidak membawa ke mana2..
Sekarang : hasil penyendirian ke dalam hutan hanya membawa pencerahan kecil..
Yang benar yang mana ? tidak membawa kemana2 atau pencerahan kecil ?
dan literatur please.
Kalau burung beo meniru Buddha dari luar saja, maka burung tetaplah burung
Jika burung beo mengerti Buddha dari luar dan dalam dan bisa meniru Buddha dari luar dan dalam, maka burung pun bisa menjadi Buddha.
Kalau mata hanya mempeletoti satu titik saja di alam yang luas ini, maka orang melek itu sama saja dengan orang buta, tidak mau melihat hal yang lain dan hanya melihat hal yang ingin dilihatnya.
burung beo teriak burung beo, maling teriak maling.... ;D
burung beo teriak burung beo, maling teriak maling.... ;D
salah, yg benar "lalat teriak lalat"salah juga.
Seseorang yang mempunyai pikiran yang tidak pantas, pikiran yang tidak menuju ke arah pencerahan dan welas asih di masa lalu dan menyadari bahwa pikiran tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya dan batinnya dan hanya menciptakan penderitaan dan meciptakan karma negatif kemudian bertekad untuk berlatih dan berdiam di masa sekarang dan menciptakan pikiran yang menuju welas asih dan pencerahan untuk menetralisirkan karma negatif di masa lalu.
Dua orang yang mempunyai pikiran serakah dimasa lalu dan menyadari bahwa pikiran tersebut tidak bermanfaat dan hanya menciptakan penderitaan batin dan karma negatif.
Yang satu berlatih pergi ke hutan dan berdiam di masa sekarang dan menciptakan pikiran yang tidak serakah dari waktu ke waktu dengan tujuan menetralkan karma masa lalu untuk mencapai buah
Yang satu berlatih pergi ke tempat dimana terdapat penderitaan dan berdiam dimasa sekarang dengan menciptakan pikiran yang murah hati dengan perbuatan nyata demi tujuan meringakan penderitaan orang lain tanpa memikirkan karma masa lalu dan sekarang.
Yang pertama mengkonsentrasikan pada menetralkan pada karma diri sendiri
Yang kedua mengkonsentrasikan pada meringankan penderitaan orang lain.ajaran baru nih ?
Makanya terkadang statement om djoe ini cukup menyesatkan ;D
Dalam tradisi aliran Buddhism apapun ada cara latihan Dhutanga nya. Sekedar contoh saja. Kalau ada yang pernah pergi ke Gunung JIU HUA SAN,gunung sucinya bagi KSITIGHARBA BODHISATVA,maka akan tahu betapa para bhiksu disana hidup dalam kesederhanaan yang prihatin di cuaca yang sangat dingin,makanan sehari-hari boleh dikatakan cuma bubur dan sayur asin lobak. Bhiksu-bhiksunya pada kurus tapi anehnya raut muka mereka cerah-cerah. Setiap kepala viharanya pasti pernah menjalani dhutanga selama beberapa tahun di gua-gua yang ada disekitar pengunungan itu dan semua kepala viharanya meninggalkan relic setelah meninggalkan jasmaninya.Kalau kebetulan beruntung diperkenankan masuk ke ruang para leluhur maka kita bisa melihat peninggalan relic para bhiksu. Bhiksu-bhiksu yang hidup disini tak mau dan tidak suka keramaian,hanya menjalani kegiatan sehari-hari dan berlatih meditasi.Wah wah.... ::) apakah dengan demikian mereka kembali ke jalan sravakayana? :-? :whistle: ^:)^
Dalam tradisi aliran Buddhism apapun ada cara latihan Dhutanga nya. Sekedar contoh saja. Kalau ada yang pernah pergi ke Gunung JIU HUA SAN,gunung sucinya bagi KSITIGHARBA BODHISATVA,maka akan tahu betapa para bhiksu disana hidup dalam kesederhanaan yang prihatin di cuaca yang sangat dingin,makanan sehari-hari boleh dikatakan cuma bubur dan sayur asin lobak. Bhiksu-bhiksunya pada kurus tapi anehnya raut muka mereka cerah-cerah. Setiap kepala viharanya pasti pernah menjalani dhutanga selama beberapa tahun di gua-gua yang ada disekitar pengunungan itu dan semua kepala viharanya meninggalkan relic setelah meninggalkan jasmaninya.Kalau kebetulan beruntung diperkenankan masuk ke ruang para leluhur maka kita bisa melihat peninggalan relic para bhiksu. Bhiksu-bhiksu yang hidup disini tak mau dan tidak suka keramaian,hanya menjalani kegiatan sehari-hari dan berlatih meditasi.
Group One: Dhutanga Connected with Robes: (1) Refuse-Rag-Wearer’s Practice, and (2) Triple-Robe Wearer’s Practice,
Group Two: Dhutanga Connected with Alms-food: (3) Alms-Food-Eater’s Practice, (4) House-to-House-Seeker’s Practice, (5) One-Sessioner’s Practice, (6) Bowl-Food-Eater’s Practice, (7) Later-Food-Refuser’s Practice,
Group Three: Dhutanga Connected with the Resting Place: (8) Forest-Dweller’s Practice, (9) Tree-Root-Dweller’s Practice, (10) Open-Air-Dweller’s Practice, (11) Charnel-Ground-Dweller’s Practice, (12) Any-Bed-User’s Practice, and
Group Four: Dhutanga Connected with Energy: (13) Sitter’s Practice.
Anda harus tanyakan pada masing-masing bhiksu tersebut kalau mau tahu. Adalah terserah mereka mau praktekkan yang mana,bukan urusanku dan urusanmu.Lagian tidak diumumkan mereka mau praktekkan yang mana? Lagian apakah masalah buatmu kalau mereka tidak kasih tahu yang mana?
Anda harus tanyakan pada masing-masing bhiksu tersebut kalau mau tahu. Adalah terserah mereka mau praktekkan yang mana,bukan urusanku dan urusanmu.Lagian tidak diumumkan mereka mau praktekkan yang mana? Lagian apakah masalah buatmu kalau mereka tidak kasih tahu yang mana?
Yg dimaksud dlm topik diskusi ini mengacu pd warna semangat altruistik, jd bukan dlm artian harfiahnya. Sebetulnya ada 3 macam:
1. Saya dulu mencapai kebebasan baru yg lain saya tolong
2. Barengan mencapai kebebasan
3. Saya terakhir
Jgn dibayangkan sbg implementasinya di lapangan. Ini murni cuma tendensi/preferensi masing2 individu dlm menumbuhkan semangatnya.
Mari kita lihat mana yang lebih ego. 1. Mereka yang hidup di kota ramai,segala fasilitas boleh dikatakan sudah ada, mau makan disediakan dengan segala menu ditambah cia pou,mau mandi dan buang air besar sudah ada tempat,mau tidur tinggal nyalakan AC dan ranjang sudah empuklah. Bosan,tinggal main gadget daripada membaca buku dharma,kemana-mana ada yang antarin dan mobil tersedia,baju cukup dan mungkin pembantu yang cuci dll............ lalu apakah mereka ini MUDAH mencapai pencerahan atau tambah susah dirawat? 2.Mereka yang hidup menyendiri,apalagi yang di hutan dan gunung. Makan,jalan kaki keluar cari sendiri,itu kalau dapat dan makan apa adanya. Mandi tidak ada sabun,mau buang air besar dan kecil harus hati-hati,takut ada makhluk kecil yang tertimpa air bah dan longsoran tinja.Tidur,kasur seempuk tanah dan batu,musiknya dinyanyikan para penghuni hutan. Baju cuci sendiri apa adanya dll............... apakah orang-orang ini merepotkan orang lain? Apa yang didapat? Paling tidak mereka tidak merepotkan orang lain dan merusak lingkungan,batin mereka lebih terkendali dan matang tenang.
Saya punya banyak teman beragama lain yang tidak pernah tahu apalagi khawatir masalah 'pencapaian', berarti mereka telah tercerahkan donk yah?
Praktik tidak mencari merupakan praktik lanjutan karena ia merupakan praktik tanpa-diri. Sementara adalah wajar bagi orang yang mulai mempelajari dan mempraktikkan Buddhisme demi keuntungan mereka sendiri, akhirnya, melalui praktik, keegoisan mereka berguguran. Mereka mendapati diri mereka sibuk karena orang lain memerlukan bantuan mereka, dan mereka menyediakan apa yang dibutuhkan. Orang seperti itu bahkan tidak lagi berpikir tentang mencapai pencerahan.
Bila kamu telah berhenti khawatir soal pencapaianmu sendiri, maka kamu telah tercerahkan. Jika tidak demikian, akan selalu ada pikiran berkelana yang halus dan keterikatan pada keinginan untuk melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Jika kamu ingin membebaskan diri dari segala kekotoran batin dan penderitaan duniawi dan jika kamu menginginkan pembebasan, kamu masih melekat pada dirimu. Hanya ketika kamu tidak memiliki kekhawatiran soal pencerahanmu sendiri, maka kamu benar-benar dapat tercerahkan. Praktik tidak mencari merupakan praktik keadaan tercerahkan.
Saya punya banyak teman beragama lain yang tidak pernah tahu apalagi khawatir masalah 'pencapaian', berarti mereka telah tercerahkan donk yah?
Yang bold biru, mungkin seperti orang sakit ingin sembuh, berusaha untuk sembuh, makan obat untuk sembuh, berarti orang itu sakit. Kalau sudah pasrah nunggu ko'it, tidak lagi berusaha, maka ia telah sembuh. ;D