//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - traktor

Pages: [1]
1
Diskusi Umum / Mengapa Pelacuran Lebih Ramai Daripada Vihara?
« on: 14 June 2011, 09:14:03 PM »
Anggap saja ada 2 jenis tulisan saya.  Satu yang bergaya seperti rumah pelacuran alias liau kheng.  Satu lagi yang bergenre baik budi seperti orang Niam Kheng.

Tulisan tulisan saya yang bergenre Liam Kheng kurang menarik.  Jumlah viewnya lebih sedikit daripada yang bergenre liau kheng.

Saya kira begitu juga mengapa umat Buddha banyak sekali yang lebih suka jalan-jalan ke liau kheng daripada yang ke vihara niam kheng.

2
Humor / Mengapa Jari Telunjuk Saya Berbulu?
« on: 14 June 2011, 07:57:18 PM »
Terus terang saya malu memperlihatkan photonya.

Ceritanya begini:

Kepala saya botak, rambut enggan tumbuh di kepala. Malah tumbuh di tempat lain. Nah... Saya beli saleb oles penumbuh bulu. Dengan rajin setiap hari saya oleskan ke kepala saya.

Berhasil.... rambut mulai tumbuh dengan lebatnya.

Sialnya tumbuhnya bukan di kepala, tapi di jari telunjuk yang saya pakai untuk mengoleskan saleb itu....


3
Kafe Jongkok / Penyebab Saya Menolak Jadi Nabi
« on: 14 June 2011, 07:42:23 PM »
Saya ingin jujur-jujur saja.

Saya tidak mau menjadi Nabi.
Karena saya tidak ingin apa yang saya katakan dianggap penggemar saya sebagai perkataan Tuhan. Saya tidak ingin apa yang saya lakukan semuanya dinilai benar oleh penggemar saya. Saya tidak ingin saya menjadi berhala oleh penggemar saya. Dan saya paling tidak ingin segala sesuatunya diukur dengan diri saya. Apalagi saya paling tidak ingin, penggemar dan musuh saya bertengkar gara-gara saya.

Singkatnya, saya tidak ingin dianggap bukan manusia.
Padahal saya aslinya juga manusia.Persis seperti manusia biasa.

sumber: blogernas.co.cc

4
Diskusi Umum / Front Pembela Kucing
« on: 14 June 2011, 06:33:51 PM »
Kucing garong sering dimusuhi. 
Disiram air panas
Dikasih makan ikan asin racun biar mati
Kalo beranak anaknya dibuang

Cinta kasih adalah universal, bahkan kepada mahluk lain selain manusia
kepada semua mahluk hidup termasuk kucing

Kok kucing disiram air panas karna curi ikan?
Bukannya memang ikan makanan kucing?
Mana kucingnya tau itu ikan milik siapa?
Manusia tuh yang suka mengklaim ini itu sebagai miliknya.

Mari kita bela kucing.
Buddha tak perlu dibela karna Dia Maha Manusia
TL juga tak perlu dibela, karena dia TOLOL
Biar dia belajar sendiri.

Bela lah kucing
Semoga karma baik melimpahi anda

5
Pengalaman Pribadi / Aduh Sakitnya Hatiku
« on: 14 June 2011, 05:55:17 PM »
Yah benar benar sakit.  Waktu ada yang bilang kitab agama saya kitab palsu, bukan cuman palsu, dilanjutkan lagi dengan kitab porno.  Sudah begitu saya dibilang bodoh.  Ada lagi yang mengklaim sepihak bahwa saya klonengan entah siapa saya juga tak tahu.

Yang lebih para ada psikiater gadungan mencoba menelanjangi saya.  Malu kan ditelanjangi.  Apa dia tak malu ditelanjangi orang lain? Mungkin kalau yang menelanjangi kekasih sendiri tidak malu.

Tapi yang pasti betapa sakitnya hati saya.... agama saya dihina hina.... agama saya dijelek-jelekkan.

Rasanya jantung saya berhenti berdetak.... Tetapi setelah saya raba, kok malah detaknya menjadi lebih cepat?!

Itu hanya dari forum ini.  Tadi saya dimaki-maki bos.  Emak juga ngomel melulu.  Istri saya minta uang tambahan buat beli lipstik.  Ah..... susah yah!

Tapi kesusahan belum tentu bikin sakit hati.  Yang bikin sakit hati itu orang baru.  Baru nongol sudah buat onar.  Muharan! kampungan! Sombong! Cuman ingin cari perhatian! Cuman pingin dipuji! Bedebah.... kutu kupret!

------------------------------------------------------------------

Dari pada makin stress, mending saya baca buku.... bukunya warna kuning.  Polos saja gak banyak cengkunek kaya tulisan si lontong itu.

Halaman pertama - Judul
Halaman kedua - tentang produksi
Halaman ketiga - kata pengantar penerbit Indonesia
halaman keempat - daftar isi

Halaman 1 : HIDUP INI ADALAH DUKA!

PLAK!

6
Keluarga & Teman / GUBUK DITENGAH SAWAH
« on: 14 June 2011, 05:38:32 PM »


Awal 80an atau akhir 70an.

Dusun Aek Kotabatu, di sebuah pedalaman Sumatera Utara. Dusun yang hijau dengan hamparan sawah dan hutan hutan kecil mengelilinginya. Burung Rangkok di bawah pohon yang berlubang, ular sawah yang kadang besarnya bisa sepaha laki-laki dewasa, sumur dipinggir sawah yang airnya lebih sejuk daripada Aqua.

Darbi lahir di sana. Tinggal di rumah dengan banyak bekas bak-bak dari semen yang oleh penduduk sekitar disebut Gudang Asap. Rumah ini dulunya memang gudang untuk mengeringkan getah karet. Bak-bak dari semen itu adalah sisa-sisanya.

Darbi bungsu dari beberapa orang kakak dan abang. Dia belum sekolah, karena tangannya belum nyampai ke kuping kalau disampirkan melewati kepala. Dia selalu senang sekali bila kakak kakaknya pulang sekolah. Biasanya kakaknya akan mengajaknya ke sawah, atau sesekali ke sungai mandi dan bermain air.

Gudang asap terletak di tengah tengah dusun. Di sebelah utaranya terdapat perkampungan Muslim, tempat rumah temannya Ali dan Unden Saga yang baik hati. Sementara ke arah selatan terdapat perkampungan kr****n. Opung Doli yang suka ngasih permen selalu mengajaknya main meriam Tomong kalau Natal sudah dekat.

Siang ini dia sudah tak sabar, abangnya Udin dan kakaknya Sumi serta Ina sudah berkomplot dengannya semalam, hari ini akan mencuri sawo wak Asan. Hihihihihi

“Mencuri?....” tanya Darbi.

“Iya, mau ikut tidak?” Udin meyakinkan

“Ah, mencuri gak mau…”

“Bukan mencuri ah… Kita hanya ingin memungut sawo sawo yang sudah jatuh!” kata Sumi yang paling tua dari 4 anak anak yang tengah berkomplot ini.

“Mau ikut, tapi gak mau curi!”

“Yah sudah, besok pulang sekolah habis makan siang kita bergerak” kata Udin lagi.

Jadi, selama menunggu kakak-kakaknya pulang sekolah, Darbi asik sendirian di loteng. Main main dengan piringan hitam. Tahu kan piringan hitam. Alat untuk mutar musik jaman dulu. Sudah ada sebelum era tape recorder. Di bawah ada tape recorder mono. Tapi Darbi kurang suka.

Piringan hitam lebih enak. Bisa buat main main. Kalau baterainya habis masih bisa kedengaran suaranya bila flat nya diputar pakai tangan, dengan cara menggesek gesek.

Kadang iseng, dia justru sengaja menggesek gesek piringan hitam yang sedang diputar. Hasilnya suara yang keluar bisa luar biasa… seeeeettttt…. Cccccccceeeeeeeet….. begitu.

Setelah dewasa nanti, baru Darbi sadar bahwa apa yang dilakukannya dulu adalah apa yang dilakukan DJ DJ itu… menggesek gesek piringan hitam di turntable. Hehehehehe

“Udin pulang……”

“Sumi pulang….”

“Ina pulang…..”

Ibu yang sudah selesai masak, keluar dari dapur. Darbi meninggalkan turntable dan piringan hitamnya, dan turun ke bawah melihat kakak kakaknya pulang sekolah. Duh, senangnya.

“Ganti baju… Mandi… Makan!” kata ibu tegas.

Ke tiga anak SD tersebut segera melakukan yang diperintahkan ibu.

“Eh, sudah turun…. Tadi main apa?” tanya Ibu pada Darbi.

“Main musik….” Kata Darbi.

“Muter lagu apa?” Ibu menggendong Darbi.

“Lagu Titik Sandora…. Lagu Betels… lagu Chang Siau Ing….” Walau pengucapannya tidak benar, tapi Darbi tidak cadel.

“Sudah lapar belum? Makan ya….”

“Nanti sama sama kakak…”
Setelah ke 4 anaknya duduk di meja, Ibu menyendoki nasi sayur dan lauk ke piring piring yang sudah disiapkan di meja.

“Makan yang bener. Harus dihabiskan. Sebentar lagi abang abangmu akan pulang sekolah…”

Yah benar, masih ada bang Ali, Husin, Amir, Wahab dan Bandot yang belum pulang sekolah, mereka sudah SMP dan SMA. Wahab dan Bandot bahkan sudah tamat SMA, sedang bekerja di penggilingan padi milik toke Kecik, sebutan cukong China yang baik hati namun badannya kecil itu.

Bapak sering bolak balik ke Pekan Baru. Kerjanya buka hutan katanya. Darbi sendiri tidak mengerti apa itu buka hutan. Mungkin hutan hutan di Pakan Baru ada pintunya, jadi bisa dibuka tutup semaunya. Kalau hutan hutan disini kebanyakan pohon pohon lebat, ada binatang buas. Kata orang orang kampung hati hati dengan harimau akar. Ah… membingungkan, tapi sebentar lagi sudah enak, main main sama kakak kakak.

Maka, makan siang kali ini berlansung tertir dan lancar, tidak seperti biasanya. Ke empat anak yang sudah berkomplot itu berusaha tampil sebaik mungkin di depan ibu. Supaya tidak langsung disuruh tidur siang. Bisa gagal semua rencana.

Ibu bisa seperti singa betina kalau sudah mengamuk.

Namun siang ini, karena kesibukannya. Ibu sudah ke belakang lagi. Entah ngapain. Ada saja yang dikerjakannya. Dan ke 4 kakak beradik itu keluar diam diam. Mulanya pura pura main di halaman, lalu begitu tidak ada tanda tanda diteriaki Ibu, semuanya pelan pelan menghilang menuju kebun sawo wak Asan.

Darbi kabanyakan digendong Sumi atau Udin bergantian. Ina yang hanya berjarak 2 tahun dari Darbi lebih banyak diam. Sebenarnya Udin dan Sumi agak kurang suka membawa Ina, karna adik mereka ini gampang nangis. Tidak seperti Darbi yang walau paling kecil tapi tahan banting. Jatuh juga jarang nangis.

“Ini dapat…..” teriak Ina yang langsung di sssssstttttt kedua kakaknya.

“Mana…..” tanya Udin sambil melihat kiri kanan, “Wah… ini pasti manis sekali…”

Lalu dia membelah sawo masak tersebut dengan menekan kedua telapak tangannya. Membaginya rata untuk semua.

“Enak… manis ya…” kata Darbi…

Lalu mereka merunduk runduk lagi mencari cari Sawo matang yang sudha jatuh dari pohon. Biasanya buah sawo kalau sudah jatuh dari pohon akan sangat lembek. Sawo dipetik saat tua, lalu diperam. Kulitnya yang bergetah, dilap dengan sabut kelapa supaya licin dan enak dilihat. Jarang ada orang yang mau membeli sawo yang sudah terlalu masak. Sawo yang sudah jatuh ini luar biasa enaknya. Kalau sudah kelamaan jatuh, akan sedikit asam. Kalau sudah asam, sebaiknya jangan dimakan. Bisa sakit perut.

“Hoiiii anak anak nakalllll…. Pencuri….!” Tiba tiba keasikan mereka diusik teriakan suara cempreng dari kejauhan.

“LARIIIIIIIII…..” Darbi langsung disambar Sumi dan keempat anak tersebut berlarian ke arah sawah yang tidak begitu jauh di sebelah ladang…

Wak Asan yang bersarung kotak kotak warna hijau, mengejar dengan susah payah. Tangannya sebelah memegang sarung, sebelah lagi memegang senapan angin.

Iya, senapan angin. Wak Asan itu memang sadis kalau diingat ingat. Senapan anginnya diisi dengan kacang hijau. Terus ngengkolnya juga gak full.

“Aduhh….” Udin menjerit merasakan perih di betisnya kena tembakan wak Asan.

“Lari terus…..” teriak Sumi yang menggendong Darbi.

Ina sudah mulai menangis. Udin menyambarnya lalu menaikkannya di pundaknya. Lalu mereka berlari lagi. Rasanya seperti diketapel. Tapi lebih perih. Memerah di kulit.

Sampai akhirnya ke 4 nya sudah ketawa ketawa di bawah pohon pisang di dekat sumur sawah.

“Wuih panas…….” Udin membuka bajunya yang sudah basah kuyup dengan keringat.

Sumi sedang mendiamkan Ina…

“Kalau nangis terus, lain kali gak diajak yah…. Gak malu sama adiknya. Darbi saja gak nangis…” Bukannya diam, malah semakin nangis. Mungkin ketakutan.

“Nih…. Ada sawo lagi….” Udin mengeluarkan buah berkulit coklat itu dari saku celananya.

Mula mula merajuk, namun akhirnya Ina mau juga menerima sawo yang sudah hampir habis dimakan Sumi, Darbi dan Udin.

“Cuci tangan….” Kata Darbi, tangannya lengket lengket bekas air sawo yang manis.

“Bentar..” Udin mengambil galah yang ujungnya sudah diikat ember di sebelah sumur. Sumurnya tidak dalam, paling 1 meteran dari permukaan tanah. Tapi kedalamannya sampai dasar tidak diketahui. Ada 2 meter barangkali. Airnya sangat jernih.

Jadi, mereka terindungi di dekat sumur itu. Di depan mereka hamparan padi yang sudah mulai menguning. Di kejauhan Unden Saga sedang menjaga sawah dari burung burung yang mau ambil bagian panen padi. Kalau tali dari gubuk ditariknya, maka oran orangan di tengah sawah akan bergerak gerak, serta kaleng kaleng rombeng yang sudah diisi batu batuan akan berbunyi di seontoro sawah. Biasanya kalau Unden Saga memulainya, akan diikuti unden unden di gubuk gubuk yang lain.

Entah bagaimana ceritanya, Ina yang sudah diam dari nangisnya, sampai lalai diperhatikan Sumi dan Udin. Ina sudah nyemplung di sumur …. Megap megap menjerit ketakutan menggapai pinggiran sumur tanah….

BYURRR……… Udin yang memang jago berenang langsung nyebur ke dalam sumur itu untuk menolong adiknya. Sumi mengambil dari bambu yang tadi buat nimbah air, lalu menjulurkannya ke Udin dan Ina. Kali ini galah dipacakkan kandas ke dasar sumur.

Udin segera berpegangan pada galah.

“Tarik Ina…..” katanya pada Sumi sambil menjulurkan Ina yang untungnya mungil ke atas.

“Iya…” Sumi menyambut tanga Ina dari pinggiran sumur. Darbi melihat mereka dengan tanda tanya. Asik memperhatikan.

Akhirnya Ina selamat ditarik Sumi. Terminum air entah berapa banyak. Udin yang sudah basah kuyup menelungkup di tanah.

“Halahhhh…. Sumurku… itu airnya buat air sembahyang…” Rupanya Wak Saga sudah diantara mereka. Wak Saga adalah suami Unden Saga.

Tapi Wak Saga banyak membantu. Ina ditelungkupkan di atas badan Udin yang sudah rebah dari tadi. Lalu air pun keluar dari mulutnya. Tampang Ina sudah seperti kertas.
Ina lantas dipeluk Sumi dengan kasih sayang…

“Jangan takut ya…. Jangan takut… Gak apa apa…” kata Sumi sambil menepuk nepuk pundak bagian belakang Ina.

Ina sudah tak sanggup menangis. Masih shock.

“Yang bandalan lah kalian ini… Bagaimana tadi kalau si Ina …..” ups… agaknya wak Saga tak tega untuk mengucapkannya.

“Yah sudahlah… Ayo ikut Uwak. Di dekat gubuk unden ada Ubi (singkong) tadi sudah uwak bakar. Sudah dari tadi nya uwak lihat kalian berempat di sini dikejar kejar wak Asan… Pulang ke rumah, pasti kalian ini kena libas….” Wak Saga yang baik ini mengajak mereka ke gubuk unden.

Unden Saga yang gemuk menunggu dikejauhan.

“Kenapa?..........” teriaknya dari jauh, melihat Ina yang lemas digendongan Sumi.

Setelah mendekat.

“Si Ina jatuh ke sumur….” Kata Wak Saga pada istrinya.

“Ha…….?... Haduhhh… yang nakal lah kalian ini,…” sambil berkata begitu unden Saga mengambil Ina yang masih lemas dari pelukan Sumi dan membawanya masuk ke gubuk. Dihandukinya Ina dengan kain selendang. Tak ada handuk. Yang ada sarung dan selendang.

“Minum yah…. Ini air gula, biar tak terkejut lagi…” ini kebiasaan orang kampung, kalau anak anak terkejut diberi minum air gula.

Wak Saga menggendong Darbi naik ke gubuk.

“Kau tak apa apa kan nak?” katanya.

“Curi sawo…. Kena tembak… dorrr” Darbi menunjuk kaki abangnya yang diam seribu bahasa. Sama seperti Sumi yang juga sudah diam seribu bahasa.

Keduanya berpikir, betapa bahaya yang sudah mereka buat tadi.

“Sudahlah… Udin, Sumi naik ke sini. Lap badan kalian yang basah itu…”

Keduanye menurut.
“Minum the yah….. “ kata wak Saga. “Dek…. Kau bikin dulu teh manis untuk anak anak ini…” katanya pada istrinya.

“Abang teh apa kopi?” tanya unden. “Abang pegangkan dulu si Ina..”

“Aku kopi saja lah…” Wak Saga menyambut Ina yang masih lemas dan shock.

“Udin, Sumi…. Sini dulu…”

“Iya wak….”

“Tahu kalian apa salah kalian?”

Keduanya tak berani menjawab.

“Adik adikmu ini masih kecil kecil. Bahaya kalau terjadi apa apa. Kalau mau bawa jalan jalan atau main main. Dijaga yang benar. Jangan dibawa ke tempat yang bahaya….”

“Iya wak… Udin salah….”

“Iya wak…. Sumi paling salah….” Lalu Sumi mulai menangis sedih. Menyesali perbuatannya dengan Udin yang mengajak kedua adiknya yang masih kecil ini ikutan. Waktu itu memang Sumi yang paling tua.

Sumi kelas 6 SD, Udin kelas 4. Ina kelas 2. Darbi belum sekolah. Tahun depan baru boleh sekolah. Di dusun ini tak ada TK.

“Sudah jangan nangis… yang penting lain kali kalau mau main, dekat dekat gubuk uwak saja. Sambil bakar ubi kan enak…Oh, iya…. Jadinya kita bakar ubi?” Wak Saga udah ketawa lagi.

Tapi akhirnya Unden yang bakar ubinya di tungku samping gubuk. Ubi kayu atau singkong itu dimasukkan ke dalam bara begitu saja. Sambil menunggu air panas untuk bikin teh.

Sudah jam 4 sore. Ubi bakar dan teh sudah habis. Udin, Sumi dan Ina sudah lumayan santai lagi.

“Wak…. Mau pulang…” Kata Sumi.

“Yah, pulanglah…. Habis ini jangan nakal lagi ya… Nanti malam kalau uwak sempat, singgah ke rumah kalian” kata wak Saga.

“Bang! Labi-labinya bagaimana?” tanya unden Saga.

“Oh iya, Udin. Kuat nya kau ngangkat ember itu” tunjuknya pada ember hitam dari plastik yang ukurannya lumayan untuk anak kelas 4 SD.

“Kuat wak…”

“Itu tadi pagi uwak dapat labi-labi…. Hahahaha, akong mu paling suka makan labi-labi kan… bawa pulang nanti ya… bilang dari unden” Labi-labi adalah sejenis penyu yang hidup di rawa rawa. Sangat banyak dulu di dusun itu. Biasanya bisa sampai ukuran 30 cm panjangnya. Tertangkap di gorong gorong.

“Mudah mudahan bawa labi-labi jadi tidak kena pukul ibu….” Udin tersenyum

“Sumi, ini juga ada kangkung dan genjer… kasih ibumu… bilang dari unden ya…”

Sumipun tersenyum.

“Makasih yah wak, unden….. kami pulang dulu” sehabis cium tangan 4 kakak beradik itu pulang. Tidak berapa jauh sebenarnya. Sekita 1,5 km dari Gudang Asap.





…………………………

Sampai di pekarangan, keempatnya mengendap endap.

Tapi rupanya ibu sudah menunggu dengan lidi dari daun kelapa 3 helai yang sudah ditocang dan diikat karet ujung ujungnya.

“Dari mana kalian……?” Bentak Ibu.

“Ini dari uwak dan unden Saga…” Sumi meletakkan ikatan kangkung dan genjer di bale bale samping Gudang Asap.

“Haiya…… PIK BAK! “ Akong muncul dari belakang ibu. Akong adalah kakek ke 4 anak itu. Jago Kung Fu, ilmu toya, nyentrik dan suka sekali makan labi-labi. Pik Bak, artinya daging labi-labi (logat Hokkian).

Akang mengurus labi labi dalam ember.

Ibu mulai melibaskan lidi ke kaki Sumi dan Udin, yang langsung menangis kesakitan. Dua tiga kali saja. Namun kemarahan ibu sanat terasa. Lama keduanya menangis. Hatinya yang sakit sekali. Menyesal. Sedih. Merasa bersalah. Kesedihan karena merasa bersalah lebih dalam sakitnya. Rupanya tadi Wak Asan mendatangi ibu melaporkan kelakuan mencuri 4 kakak beradik itu.  Ibu sakit sekali mendengar anak anaknya disebut  mencuri.
Darbi dan Ina juga menangis melihat Udin dan Sumi menangis.

“Sut… Neng neng….” Artinya ‘libas yang lentur’ begitu komentar Akong saat melihat ke 4 nya menangis.

Bang Ali, Husin dan Amir muncul. Masing masing menenangkan adik mereka yang nangis. Ibu masih marah. Suami di perantauan, anak yang masih kecil kecil sudah bandel. Jahitan baju belum selesai.

Begitulah sore itu. Tak akan pernah bisa kulupakan, sampai kapanpun.

Kak Sumi tahun 2009 meninggal dunia, karena kecelakaan lalu lintas. Meninggal di tempat. Meninggalkan 4 orang anaknya, keponakanku yang usianya seperti kami di cerita tadi.

7
Baru satu hari gabung disini, hari ini saya lihat sudah ada postingan tentang saya.

Hidup ini tidak hitam putih.  Ada yang suka pasti ada yang benci.  Bagi anda Sidharta Gaotama guru agung manusia dan para dewa.  Mungkin bagi yang lain justru dia gurunya pada setan dan iblis. 

Paham Teroris
Saya istilahkan dengan paham teroris.  Sebuah paham yang tidak mengenal wilayah abu-abu.  Bila tidak hitam maka putih.  Bila tidak seiman dengan saya maka anda kafir.  Bila tidak mengikuti cara saya menulis, maka tulisan anda tidak berkwalitas.  Bila tulisan anda mengandalkan kontroversi, maka tulisan anda murahan.

Itulah paham teroris.

Di dalam pemahaman ini akan terpicu apa yang dinamakan kebencian.  Dalam kadar yang sangat tinggi, paham teroris ini akan menjelma menjadi tindakan teror.  Yang sekarang sedang menginfeksi dunia.

Tidak kita sadari, kadang kadang paham teroris ini muncul di kita sendiri.

Menolak bukan menerima.  Menerima bukan menolak.

Ajaran Buddha katanya, ambillah jalan tengah.  Jalan luhur yang beruas delapan.
Nirwana, nir = kosong.
Tidak ini dan tidak itu. 
Abu abu. 
Bukan putih bukan hitam. 

Tiap hari mengecam teroris, padahal di dalam diri ada paham teroris.



 

8
Pojok Seni / Satu Diantara Bintang [Traktor Lubis Musisi Gagal]
« on: 14 June 2011, 02:56:03 AM »


Judul: Satu Diantara Bintang
Ciptaan: Traktor Lubis/Kuyek
Performanced by: Gildor (my band)
Personil: Traktor [vocal, arrangement, loops, mixing], Kuyek [all guitars], Boch [bass], Iluk [drums]
Prod.: 2005

Lyrics:


SATU DIANTARA BINTANG

Berdiri ku disini, menatap bayang hitam,
Wajah kusut yang kelam, berharap pada bintang
Dimana kau kekasih, kucari dan kucari
Sampai ke ujung dunia, sampai rambut memutih

Kau satu diantara bintang dalam langit malam
Kau satu diantara doa berbaring dalam damai

Kini aku sendiri, teringat masa dulu
Saat kau disisiku, saat kau peluk aku
Masih kuingat jelas, sebelum engkau pergi
Kau beri aku nada, untuk lagu-lagumu

9
Saya tahu pasti kebanyakan member disini sudah baca.  Tapi saya ngotot.  Saya mau share resensi yang saya buat.  Kalau anda tidak berkenan, silahkan close jendela ini.  Thanks...

========================



Inilah kunci sukses dari buku I Ajahn Brahm Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Bayangkan, bagaimana sebuah buku yang berisi tentang ajaran ajaran kuno Buddha yang sekiranya seperti sudah ketinggalan jaman, kemudian dari judul dan kisah di dalamnya menyamakan pembacanya sebagai ‘Si Cacing’, bisa menjadi buku yang best seller? 

Reaksi pertama saya setelah melihat tumpukan buku Ajahn Brahm: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2 di Gramedia tadi sore adalah, ini penerbit mulai keterlaluan. Garansi 100% Uang Kembali Jika Anda tidak mendapatkan manfaat setelah membaca buku ini – simpan struk pembelian buku ini. Ini sudah berlebihan.

Lebih kaget lagi saat membaca (yah, saya akhirnya beli juga) prakata yang ditulis Ajahn Brahm sendiri;

“Akan tetapi, jika cerita cerita dalam buku ini tidak memperbaiki hidup Anda, maka saya, sebagai pengarangnya, memberi izin kepada Anda untuk meminta kembali uang Anda. Anda belum tentu mendapatkan kembali uang Anda, tapi setidaknya Anda punya izin untk memintahnya!”

Anda belum tentu mendapatkan kembali uang Anda, tapi setidaknya Anda punya izin untk memintahnya!

Apakah ini semacam penipuan antara penulis dengan penerbitnya?

Ajahn Brahm ternyata menusuk ke dogma itu sendiri. Anda berhak berteriak teriak menghujat kesalahan, ketidak sesuaian, kepincangan, kekurang ajaran, ketidak sucian sebuah ajaran agama. Anda belum tentu bisa mengubah ajaran tersebut, tapi setidaknya Anda punya izin untuk mempertanyakannya…!

Yah, anda, saya siapa pun yang baca buku ini akan mendapati perumpamaan diri sebagai Cacing. Cacing yang kesenangan berkubang di kotoran sapi lagi.

Satu hal yang membuat buku yang baru saya temukan ini laku adalah enak dibaca. Anda akan diajak mengetawai hidup anda. Anda akan diajak untuk melihat, bahwa banyak hal hal yang kita lakukan selama ini ternyata sangat menggelikan. Bukan dalam tendensi mengejek. Namun dalam hal yang benar benar sangat nyata.



Ajahn Brahm mengubah cara biasa menjadi luar biasa. Empat Kebenaran (Kesunyataan) Mulia yang di teks teks Buddhis dimulai dari ‘HIDUP ADALAH DUKA” disamarkan Ajahn Brahm menjadi “Bagaimana agar bisa bahagia…”

Secara gamblang dalam sebuah pertemuan Ajahn Brahm menjelaskan hal ini sebagai ilmu marketing. Bagaimana orang bisa tertarik pada ajaran Buddha bila mula mula mereka dihadapkan pada ‘Hidupmu penuh duka!’, ‘Seumur hidup kamu akan berduka!’, ‘Setelah matipun kamu tetap berduka!”

KIAAAAAAAAA………. Anda mungkin bisa langsung mati ketakutan atau depresi tingkat akut.

Namun cara Ajahn adalah mengajak audiensnya untuk ‘bagaimana menjadi bahagia’. Nah, ini membuat bibir atas anda tertarik sedikit ke atas. Membacanya saja sudah mendatangnya senyum. Nyaman bukan?

Semakin menyelediki, ternyata untuk menjadi bahagia, anda harus membongkar semua duka duka bathin anda. Dengan memahami kembali, bahwa memang kehidupan ini adalah duka. Dengan menyadari kedukaan ini baru kita mampu melihat kenyataan bagaimana cara melenyapkan duka duka bathin ini. Bila sudah terlenyapkan, maka sudah secara otomatis menjadi bahagia…

Bagaimana bisa bahagia bila duka belum dilenyapkan?

Ajahn Brahm menggambarkan secara gamblang ajaran Buddha dengan contoh contoh hal hal remeh di kehidupan kita sehari hari. Bukan dari cerita inspiratif para nabi, para guru agung, para murid Sang Buddha atau orang suci lainnya. Tapi dari kita sendiri. Anda diajak belajar kebijaksanaan dari diri anda sendiri.

Secara universal, Ajahn Brahm memberitahu anda, bahwa anda adalah khalifah yang sebenarnya pada diri anda.

Anda punya hak minta uang kembali, walau belum tentu anda mendapatkan uang anda.

Uang anda hanya akan benar benar kembali bila anda ulet untuk memperjuangkan uang anda kembali sesuai dengan panduan yang dituliskan di buku dan situs penerbit buku ini.

NB: Mengapa saya tulis judulnya Ajahn Brahm: Anda Benar Benar Cacing? Jawabnya adalah, tidak cukup sekali dia menyebutkan anda cacing.  Tapi sudah 2 kali, dibukukan lagi. 

10
1. Taurat

Jelas kitab Orang Jahudi ini adalah yang paling suci. Karena langsung diturunkan oleh Tuhan tanpa perantara siapapun kepada nabi Musa. Saat ini Tuhan masih rajin dan tidak jaim. Dia turun langsung untuk mengukirkan 10 perintahnya pada orang Jahudi.


2. Al Quran

Kitab ini juga sangat suci. Diturunkan Tuhan melalui Jibril, salah satu malaikatnya yang kerap berperan sebagai kurir. Membisikkannya langsung ke Nabi Muhammad yang dikatakan buta huruf. Kebuta-hurufan nabi Muhammad dianggap sebagai penguat campur tangan Tuhan dalam urusan penurunan kitab Al Quran. Al Quran adalah salah satu mujijat dalam hal ke absahan kitab suci yang berasal dari Tuhan.


3. Injil

Injil ditulisakan oleh orang orang yang dianggap Rasul Tuhan. Tulisan tulisan dalam Injil adalah Inspirasi Ilahi. Inspirasi dari Tuhan yang dituliskan dengan sudut pandang berbeda namun sama lewat Mathius, Lukas, Markus dan Johanes.


==================================

Ketiga kitab suci yang diturunkan kepada keturunan Abraham/Ibrahim ini PASTI BENAR. Tidak ada cacat dalam kitab-kitab itu. Karena kitab itu adalah suara Tuhan sendiri.

Al Quran sebagai kitab terakhir yang turun kepada Muhammad bahkan dimaksudkan sebagai koreksi terakhir atas penyelewengan penyelewengan yang sudah dilakukan orang orang Jahudi dan Nasrani atas kitab-kitab Tuhan. Ini salah satu bukti, bahwa Tuhan tidak tinggal diam bila kitab-kitabnya diotak atik manusia.

Jahudi mengutak-atik kitab Taurat dan Zabur untuk kepentingan politik bangsa Jahudi. Dengan menekankan pada keberpihakan Tuhan secara terang terangan pada bangsa Jahudi. Padahal tidak benar begitu. Tuhan adalah milik semua mahluk. Bukan hanya orang Jahudi.

Demikian juga Injil dan Perjanjian Baru dalam Alkitab yang dianggap seudah menyelewengkan tentang kenabian  sebagai Tuhan. Ini jelas jelas sesat. Karena yang disalibkan itu bukan  sebenarnya, melainkan Judas Iskariot sebagai hukuman padanya karena sudah mengkhianati  alias nabi Isa. Tuhan tidak akan membiarkan salah satu rasulnya disalib dan dianiaya serta dibunuh secara brutal.

Karena dua kelancangan terhadap Taurat serta Injil itulah Al Quran turun langsung dari Tuhan untuk menjadi kebenaran paling Ilahi akan Tuhan. Tuhan Yang Satu. Tuhannya Ibrahim. Bukan Tuhan Yahwe atau Tuhan Trinitas.

Taurat diralat ralat untuk kepentingan politik bangsa Jahudi. Injil dibuat sedemikian rupa untuk melanggengkan kr****nisasi.

Sementara Jahudi dan kr****n menganggap Al Quran sebagai jiplakan tidak sempurna dari Taurat dan Injil, yang ditulisakan untuk kepentingan orang Arab.

==============================

Sementara itu ada juga Weda, kitab suci orang Hindu yang juga berasal dari dewa dewi. Paling tidak ditulis karena kehendak Dewa dewi sebagai wujud nyata dari Tuhan. Sehingga sempat, Weda tidak boleh keluar dari tanah suci India. Dan hanya kaum Brahmana yang boleh membaca Weda.


==============================

Lalu ada Tri Pitaka.

Yang ini kitab sampah. Sisa sisa yang tersisa dari ribuan teks yang dipakai oleh mereka yang kepalanya gundul. Yang dianggap sesuai dimasukkan ke salah satu keranjang, sementara yang tidak sesuai dicampakkan entah ke mana.

Tidak dari Tuhan, mungkin dari Iblis. Bukan kitab yang suci suci amat. Kalau sedang musim dingin lumayan bermanfaat bisa dibakar untuk menghangatkan badan penghuni Vihara.

Dan manusia yang aneh.... 3 keranjang sampah itu disebut suci?....


==========================

Itu kalau anda percaya DONGENG

11
Pengalaman Pribadi / Lidah Lidah Celaka
« on: 14 June 2011, 01:23:24 AM »
Dulu, sampai SMP-SMA (80an awal)  saya tidak pernah sekalipun ketemu buku berbahasa Indonesia yang berisi Buddha Dharma.  Dari kecil saya malah tidak tahu apa agama saya sebenarnya.  Saat ketertarikan itu datang, kendala juga datang.

Saya tidak ngerti bahasa Sansekerta dan bahasa Mandarin apalagi bahasa Pali.  Kebanyakan teks Buddha ditulis dalam ragam bahasa ini.  Atau paling tidak yang kandungan lokal, bahasa Jawi kuno. Wah.... menebak nebak yang ada.

Saya ikut kebaktian di Vihara.  Baca Paritta di buku bersampul kuning yang tebalnya paling ada 15 lembar. Semuanya isinya paritta (semacam puji-pujian) pada Buddha, Dharma dan Sangha.  Apa yang saya baca, saya lafalkan dengan berusaha keras.  Seringkali tidak sesuai dengan lidah Melayu saya.

Bahkan, di awal awal perkenalan ini banyak terjadi kesalahan pengucapan.

Misalnya dalam mengucapkan Namo Buddhaya.... dulu diucapkan dengan Namo Buddhaye....

Kemudian saya baca Nirvana.... mereka kok bacanya Nirwana...

Sabbe satta bavantu sukitatta... dibaca sabbe satta bawantu sukitatta

Sampai ke Vihara pun bacanya harus wihara.

.

.

Tanpa peduli aliran, saya menyebang ke Mahayana.  Disini juga saya mengalami hal hal yang sama.  Pengucapan dalam bahasa Mandarin ternyata lebih sulit lagi....

"Tidak bisa begitu...." ujar panditta yang membimbing saya

"Salah pengucapan akan menjadi salah arti... bisa berbahaya dan sia-sia... karena maksud yang akan diutarakan tidak akan sampai ke tujuan" begitu kira kira nasehat mereka

Saya bersedih hati.

Saya hanya ingin belajar agama.  Bukan mencari bahaya.  Apakah agama ini hanya untuk mereka yang fasih berbahasa Mandarin? Lalu saya pun beranjak lagi ke Sankrit Mahayana....

Namun kendalanya sama saja.

Akhirnya sewaktu saya kuliah saya bertemu dengan Bhante (panggilan untuk Bhikku) Jinadammo yang waktu itu tinggal di Vihara Borobudur Medan.  Juga dengan almarhum bhante Nanda, tempat saya banyak bertukar pikiran.

Dengan kedua 'teman' inilah agaknya saya mendapatkan ketetapan.

"Buddha Dharma dibaca dengan hati, dipahami dengan pikiran" demikian kira kira ucapan beliau berdua.

Bahkan bhante memberitahu saya, "kelak kamu akan menemukan sesuatu dari yang kamu baca! Baca apa saja yang ingin kamu baca! baca dengan hati, jangan hanya memakai mata..." begitu pesan beliau.

Saat itu saya merenung.  Dengan perasaan ingin meneteskan air mata di dalam dada.  Seyogianya bahasa adalah membantu manusia untuk berkomunikasi.  Baik dalam hal pemahaman keagamaan.  Namun kondisi bathin yang gelap menjadikan bahasa sebagai penghalang.

"Lupakan dialeg dialeg itu! ambil hakikat yang ada di dalamnya" begitu kira kira pesan kedua manusia yang saya anggap paling suci yang pernah saya jumpai seumur hidup saya sampai hari ini.

Mungkin ini yang dinamakan keyakinan.  Atau kalau boleh lancang sebagai kesadaran tingkat bawah.  Sesudah pemahaman ini saya merasa bisa menerima relatif lebih banyak ide-ide yang bersebrangan dengan agama yang saya pelajari. Religius menjadi universal.  Dengan karakter yang kuat tajam menghujam di sanubari.

Sampai di music metal yang saya gandrungi yang jelas jelas berlabel setan, saya bisa merasakan denyut nadi. Nadi kemanusiaan yang bernama cinta.  Walau kadang penuh darah, walau tak jarang penuh nanah.  Saya merasa paling kecil, disaat saya merasa adalah yang paling menyita tempat di muka bumi.
Semoga Semua Mahluk Berbahagia

12
Diskusi Umum / Tri Pitaka Kitab Porno
« on: 14 June 2011, 01:07:49 AM »
Prakata:
Diperlukan pendekatan sastra untuk memahami tulisan ini.  Tanpa sastra, silahkan close saja jendela halaman ini.

==================================

Sabar sabar..... Jangan ngamuk dulu!

Anda tahu apa arti porno? Sudah gak usah diucapkan. Asal tahu saja. Yang pasti, sesuatu yang porno itu identik dengan ketelanjangan. Polos, tanpa penutup, tanpa tabir.

Dalam mengungkapkan kebenaran hidup, dengan caranya sendiri, Sidharta Gaotama adalah manusia porno. Tanpa penutup, tanpa tabir, tanpa penghalang, semuanya gamblang...

Porno sekali.

Tri Pitaka sebagai kitab yang terdiri dari antara lain kisah hidup, kotbah, ajaran dan hal hal lain yang terangkum dalam 3 kategori, Sutta, Vinaya dan Abhidhamma adalah kitab yang sangat porno seporno-pornonya yang bisa anda bayangkan.

Tanpa basa basi, pakaian-pakaian suci indah mutu manikam, Tri Pitaka menyatakan Hidup Ini Adalah Duka!

Anda bayangkan, kitab lain akan memakai banyak sekali pakaian yang berbelit belit menutupi kebenaran dari ketelanjangan. Dengan mengatakan hidup ini adalah anugerah, hidup ini adalah indah, hidup ini suci, hidup ini adalah segalanya deh..... tapi tentu saja langsung diikuti tapi. 'Tapi' yang sebagai izin untuk anda untuk menelanjangi tubuh kebenaran itu.

Tapi, yang kadang berupa... manusia kemudian merusaknya dengan dosa.
Tapi, yang kadang berupa... manusia kemudian terlena pada nafsu.
Tapi, yang kadang berupa... manusia kemudian melupakan kodratnya sebagai mahluk Tuhan.

Dalam hal Tuhan pun kemudian Tri Pitaka dan Sidharta Gautama berlaku sangat porno. Sangat telanjang bulat, sangat bugil.

TIDAK ADA TUHAN! Kemungkinan Tuhan Tidak Ada!

Itulah mengapa saat belajar sufi dan tasawuf seseorang bisa dengan lantang berani berteriak 'akulah Tuhan.... Akulah nabi... Akulah Alfa akulah Omega!"

Atau umat agama yang lain meneriakkan.... Dialah Anak Manusia yang Sekaligus juga Tuhan. Bahkan dijadikan 3 tetapi 1.

Dan Tri Pitaka dengan gamblang tanpa penutup selembar benangpun menari nari dengan pornonya di pikiran anda. Samma Sambuddha. Buddha yang manusia. Buddha yang merupakan mahluk sempurna. Manusia yang sudah mencapai kesempurnaan.

Dengan porno sekali, Tri Pitaka kemudian mengajarkan, Buddha bukan Tuhan!

Apa itu Tuhan? Apa peduli Tuhan?

===========================================

Karena pornonya kulit kulit indah Tri Pitaka dan ajaran Buddha, anda memerlukan lidah untuk mengecapnya. Bukan sekedar sendok untuk colek colek. Lidah bisa merasakan, tapi sendok tidak.

13
Diskusi Umum / Front Pembela Buddha
« on: 14 June 2011, 01:04:09 AM »
Mengapa tak ada Front Pembela Buddha?

Saat Buddha Bar diberikan izin untuk beroperasi?
Bhikku bhikku dibantai rezim Myanmar?
Bhiksu bhiksu dikuliti di Tibet?
Peninggalan peninggalan sejarah peradaban Buddha dihancurkan di Afganistan?
.
Borobudur pernah di BOM?
.
Apa kesalahan batu batu tua itu?
Apa kesalahan orang orang botak yang tak mengurusi dunia itu?
Apakah nama Buddha begitu menjual?
Apakah kulit kulit Bhiksu itu lebih bagus dari kulit ular?
Borobudur rela dinjak injak jutaan orang!
.
Karena Buddha Maha manusia
Karena Buddha tak perlu dibela
Karena Buddha lebih besar dari manusia manapun
Karena Buddha tak pernah peduli masa lalu atau masa depan
Karena Buddha percaya kejahatan hanya akan bertambah jahat bila dibalas dengan kejahatan
.
Karena Buddha adalah kebajikan
.
Tak perlu Front Pembela Buddha
Buddha akan membela dirinya sendiri

14
Keluarga & Teman / Kisah Manusia Guna Guna
« on: 14 June 2011, 01:02:43 AM »


SD Inpres di sebuah kampung.  Kain benderanya lusuh. Gurunya setiap kelas hanya satu. Namun ilmu tak pandang geografis.  Kearifan lokal ada dimana mana.  Juga di SD Impres masuk sore yang WCnya bau pesing ini.

Dalam suatu tanya jawab di sekolah.  Anak anak SD kelas lima, dengan bu guru cantik Siti Juleha. Dalam mata pelajaran guna guna.

"Andy.... Coba sebutkan kegunaan Cecak....!"

"Hmmmm..... makan nyamuk buk...!" Andy tersenyum kiri kanan.

"Anak pinter.... Desy... coba kamu sebutkan apa guna Anjing....!"

Desy berdiri, "Si Bleky anjingnya Desy, bisa jaga rumah buk.... Pernah malam malam ada maling mau maling di rumah Desy, digigit si Bleky....."

"Oh..... lalu bagaimana?" Tanya bu Siti penasaran.

"Bleky dapat hadiah tulang tulangan dari papa..."

"Bukan si Bleky... malingnya.... Cakep gak?" wakakakakakaka

"Aduh, gak tau buk.... Kan malam malam, Desy sudah tidur....."

"Oke deh, kalau begitu kita lanjutkan yah..... Nah, Amir... coba kamu sebutkan kegunaan kucing.....!"

"Ngusir tikus buk.... Tapi kucing sekarang takut sama tikus yang gede gede....."

Seisi kelas tertawa....

"Kucingku si manis bisa buat dipeluk peluk...." Kata Tineke kenes. Yah, namanya anak anak....

"Amir pinter.... Nah, Joko.  Kamu tahu tupai kan?.... coba sebutkan kegunaannya....!"

Joko berdiri.... Matanya mendelik ke atas sekejap, kesannya mikir berat banget... Tiba tiba, parasnya cemerlang.... Seperti kena TUK.

"Ah.... Gantungan kunci bapak, dari buntut tupai buk....."

Wekekekeke.... Benar juga, pikir bu Siti Juleha.

"Nah... anak anak.  Bumi dan seluruh isinya ini diciptakan Tuhan ada kegunaannya.... Sebagai pertanyaan terakhir ibu. Hayo kamu Sahat! Ibu sudah lama tak mendengar suaramu, nak....!"

Sahat berdiri sedikit malu malu.

"Coba Sahat sebutkan kegunaan ular...!"

Sama seperti Joko, bayangan Sahat adalah ular sendok yang sudah siap siap matuk dia di depan mukanya.  Eh.... Bu Siti jadi mirip ular sendok. Tapi, hanya sekejap, mengingat jawaban Joko.

"Bapakku tali pinggangnya dari kulit ular.... Dompet ibu juga.... Terus ular juga makan tikus kan.  Tikus kan hama bagi petani"

"Oh... disampaikan bagus sekali Sahat.  Jam tangan ibu juga talinya kulit ular... Tapi yang palsu, hehehehehe" bu Siti yang baik cengengesan sendiri.

"Nah.... Bahkan ularpun ada gunanya, yah anak-anak.  Semua yang diciptakan Tuhan*) ada gunanya bagi alam ini.... Sampai disini, ada pertanyaan?" Bu Siti Juleha sudah berdiri kokoh di depan kelas.  Sambil melemparkan pandangan ke seisi kelas.

"Yak..... Erianto.  Silahkan.... Mau tanya apa...?"

Erianto dengan tatapan mata tajam. Jidat jendol bertanya dengan tegas.

"Apa kegunaan manusia bu guru.........?"

Pertanyaan Erianto membuat seisi kelas terdiam.  Bu Juleha terdiam, berjalan ke kursinya.  Bayangannya pada polusi, saling bunuh, perang, demontrasi, kebakaran hutan, gajinya yang dipotong ibu kepala sekolah, jodohnya yang belum dapat dapat, macet, banjir, asap rokok, ikan ikan berformalin, susu susu berbakteri, korupsi, aborsi, pelacuran, lapindo, dan hal hal lain.  Dan bu Siti lalu ngomong dari hatinya....

"Ibu mengajar nak.....!" bu Siti terharu.


==========================================

*) Kisah imajinatif ini terjadi di SD Impres, bukan sekolah Buddhis. 

Sumber: http://www.traktor.co.cc/2011/03/manusia-guna-guna.html

15
Perkenalan / Traktor Lubis Mau Nyampah di Dhamma Citta
« on: 13 June 2011, 11:01:54 PM »
Nah.... jangan ngamuk dulu.  Sampah sampah itu terserah anda mau dijadikan apa.  Sebagai bibit penyakit atau untuk didaur ulah menjadi pupuk kandang.  Tapi yang pasti saya mampir ke sini pertama adalah karena ajakan teman. 

Yang kedua, sebenarnya ini yang lebih penting.  Karena tulisan genre Buddhis saya yang sebenarnya untuk konsumsi Blog Universal saya www.traktor.co.cc sudah banyak di share di portal Buddhis.  Tanpa sepengetahuan saya lagi... huuu!

Jadi mohon maaf bila tulisan saya menimbulkan pro dan kontra.  Masalah adalah dicara penyampaian mungkin.  Saya menyampaikannya di Blog saya bukan hanya untuk umat Buddha.  Tetapi juga kepada umat lain seperti Islam, kr****n bahkan Jahudi.

Apakah saya Buddhis?

Bisa dikatakan begitu bila melihat sepak terjang saya selama ini.  Saya pernah menjadi ketua Muda Mudi di sebuah Vihara dulu sekali waktu SMA.  Sampai detik ini juga saya masih meyakini Buddhisme paling sesuai dengan pikiran liar saya mengenai hidup. 

Bisa dikatakan sejak SD sampai SMA kelas 1 saya adalah kr****n sejati yang sangat terikat pada Tuhan.  Saya terikat pada keingintahuan saya akan Tuhan.  Bahkan saya menolak Buddhisme pada mulanya karena tidak adanya Tuhan yang saya temukan di teks-teks Buddhis.  Namun seiring dengan berjalannya hidup, Buddhisme membuka mata hati saya, bahwa saya memang tidak bisa menemukan Tuhan dimana-mana. 

Lalu apakah itu yang membuat saya berniat pada Buddhisme? karena ketidakmungkinan adanya Tuhan?

Saya kira tidak.  Buddhisme menarik minat saya karena ehipasiko.  Terutama pada agama yang memberikan sebuah penghargaan paling besar pada kemanusiaan.  Bahwa manusia adalah penyelamat bagi dirinya sendiri.  Buddhisme mengajarkan saya untuk tidak menjadi pengemis.  Yang setiap hari minta minta ini dan itu pada Tuhan.  Itu yang paling menarik.  Ketidakadaaan dogma pada Buddhisme.  Walau perkembangan selanjutnya sangat banyak saya lihat umat Buddha yang justru sangat terdogma.  Membatasi pikirannya sendiri, justru oleh Buddhisme itu sendiri.

Kalau saya tertarik Buddhis karena ketiadaan Tuhan, maka mungkin lebih baik saya menjadi atheis saja.

Jadi saya adalah manusia biasa yang mempedomani Buddhisme sebagai cara saya berpikir.  Saya bersyukur sempat dalam hidup ini mendalami Buddhisme.  Saya tidak pernah berguru pada bhante ini atau itu.  Tapi dulu selama kuliah saya sering bincang bincang dengan bhante Jinadammo di Vihara Borobudur Medan.  Itu saja.

Selebihnya, bahkan diwisudi sebagai Buddhispun saya tidak pernah.  Dan maaf, berminat untuk di wisudi pun saya tidak! Karena menurut saya wisudi Buddhis itu hanya tradisi. tanpa itu juga saya bisa menjalankan Buddhisme sama baiknya dengan anda yang sudah diwisudi.  Jadi maaf, saya tidak punya nama Buddhis.

Saya memilih nama Traktor, karena sifat dari Traktor itu sendiri yang melindas. Halangan seberat apapun akan dilindas Traktor untuk memuluskan perjalanan.  Lalu bila anda melihat ada Lubis di belakang nama saya.  Mungkin anda curiga, apakah saya Buddhis beneran atau kr****n yang menyamar?

Hal yang sejenis sering saya alami di kalangan orang orang Batak.  Mereka tidak percaya saya Lubis karena saya mengaku sebagai Buddhis.

Kembali ke Kalama Sutta.  Bahwa kita hendkanya meneliti dulu sebelum menjatuhkan vonis. Begitu juga dengan Buddhis dan Lubisnya saya. Lubis itu marga, sama dengan Lim atau Tan bagi orang orang dari etnis China.  Jadi ada riwayat marga Lubis di darah saya dari sisi bapak saya.  Marga diturunkan dari kakek ke ayah lalu ke anak laki-lakinya.  Begitulah yang saya hadapi.  Ibu saya kebetulan penganut Khong Hu Cu, karena beliau Chinese.

Agama bisa ditukar tukar sesuka hati.  Tapi marga tidak.  Lubis, Lim atau Tan bisa memilih agama apa yang sesuai dengan dirinya.  Jadi sangat masuk akal seorang Lubis menjadi Buddhis.  Jangan kaget.  Walau fenomena ini langka.  Tapi secara teori sangat masuk akal.  Pahami Kamala Sutta anda.

Saya rasa begitu saja.  Salam kenal pada semua member senior disini.  Kalau ingin lebih tau banyak tentang saya silahkan mampir ke Blog saya. Saya banyak menulis caci maki lintas agama.  Tentang agama Buddha saya masukkan di sebuah tab 'Buddhis'.  Tentang agama agama Abrahamik, Islam, kr****n dan Jahudi, saya masukkan ke tab 'Abrahamik.

Semuanya ada di www.traktor.co.cc

Pages: [1]