Benar, dalam menerjemahkan sesuatu kita perlu melihat konteksnya. Tapi dalam cuplikan Shurangama Sutra tersebut tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa itu adalah permulaan waktu dan ruang. Darimana anda bisa menyimpulkan itu adalah permulaan ruang dan waktu? Ini karena mungkin pikiran anda terpengaruh pada kalimat: “suddenly difference appears”, padahal dalam terjemahan lain tidak ada. Jadi penggunaan ‘suatu ketika...’ tidak bisa digunakan.
Kedua. Saya telah memberikan 2 alternatif terjemahan dan anda memilih kata “Di antara kesamaan .....”Nah, ini berarti sudah adanya 2 hal yang sudah muncul yang tidak ada penjelasan dalam sutra kapan munculnya. Jadi tidak mungkin kita mengatakan ini adalah TITIK AWAL.
Itu hanyalah asumsi anda semata karena mungkin anda masih terpengaruh pada terjemahan “suddenly difference appears”. Sehingga menganggap sebagai sutra ini membahas tentang TITIK AWAL terbentuknya dunia dan anda menggunakan istilah”suatu KETIKA”, “SEBELUM dunia muncul”.
Proses pembentukkan dunia memang bisa dijelaskan, tapi kapan TITIK AWAL waktunya proses itu terjadi tidak bisa ditentukan TITIK awalnya. Sutra tidak menjelaskan hal itu.
Apa yang dikatakan dalam sutra, adalah BAGAIMANA terbentuknya dunia bukan KAPAN dunia terbentuk. Dalam sutra, Purna bertanya tentang BAGAIMANA dunia terbentuk bukan KAPAN dunia terbentuk. Sekali lagi ini bukan membahas WAKTU apalagi TITIK AWAL.
Bila dunia(alam semesta beserta para mahkluk hidup) tidak dapat diketahui asal muasalnya, maka Paticcasamudpada itu bohong besar. Tentu saja Paticcasamudpada menjelaskan akan asal muasal Jaramarana. Karena jelas sekali disebutkan bahwa penyebabnya adalah Avidya. Tanpa memulai dari Awal, kita tidak bisa mencapai Akhir. Tanpa Sebab tiada Akibat. Ada sebab maka ada akibat.
Pertama, Sdr. Dharmamitra. Saya harap kita tidak terjebak antara asal muasal dalam arti BAGAIMANA proses terbentuk dengan asal muasal dalam arti PERMULAAN WAKTU (titik awal). Ini perlu diperjelas.
Hukum Paticcasamudpada berarti sebab musabab yang saling bergantungan, dimana ke 12 nidana saling bergantungan, ada ini maka ada itu. Hukum Paticcasamudpada menjelaskan BAGAIMANA PROSES batin dan kehidupan itu terbentuk BUKAN menjelaskan tentang KAPAN, WAKTU dari proses batin dan kehidupan itu dimulai. Singkatnya tidak didisampaikan KAPAN AWAL EKSISTENSI kehidupan itu ada. Ini perlu kita catat.
Anda mengatakan adanya asal muasal, lalu darimana asal muasal Avidya? Apa penyebab Avidya?? Zippp!!! muncul begitu saja?? Jelas karena adanya batin. Lalu apa penyebab munculnya batin? demikian seterusnya. Sampai disini, mana yang bisa kita sebut dengan asal mula, titik awal, sebab pertama ??
Sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada BUKAN untuk menjelaskan asal mula (titik awal) eksistensi kehidupan di semesta ini. Avidya adalah penyebab UTAMA bukan penyebab PERTAMA. Bisa anda membedakannya?? Penyebab UTAMA berarti penyebab yang PENTING sedangkan penyebab PERTAMA adalah penyebab awal dari penyebab lainnya.
Karena proses ini berputar-putar terus, tidaklah mungkin menjelaskannya tanpa memutus rangkaian itu. Dan karena melihat Advidya adalah factor TERPENTING maka di putus pada mata rantai Advidya dan ditaruh pada urutan pertama dalam penjelasan Paticcasamudpada
Jadi penggunaan Paticcasamudpada oleh anda sebagai alasan adanya asal muasal (titik awal) tidaklah tepat.
Ingatlah bahwa Semua yang memiliki Akhir memiliki Awal. Buddha sendiri menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak. Bila tiada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak ini; maka tidak mungkin ada pembebasan.
Bila, dunia ini tidak memiliki asal muasal, berarti ia kekal dan kita tidak akan pernah bisa terbebas darinya. Namun karena ia memiliki asal muasal, kita dapat terbebas darinya.
Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.
Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan. Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.
Analoginya (mudah-mudahan tepat): api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.
juga “Tathagata hanya mengajarkan Dunia, awal dari Dunia, akhir dari Dunia, dan sebab menuju akhir dari Dunia.”
Dalam sutta/ sutra mana jika saya boleh tahu?? Saya baru tahu. Setahu saya adalah Sang Buddha mengajarkan Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan menuju Akhir Dukkha. Bukan awal Dunia.
Ya, “Di antara kesamaan .....” bisa dipakai dan sangat cocok (great idea...!), tapi “Di mana kesamaan...” tidak sesuai dengan prinsip yang dijelaskan. Suatu bahasa yang menjelaskan suatu prinsip, tidak bisa begitu saja diterjemahkan mentah-mentah secara literal. Kata ‘where there was’ di sini tidak menunjukkan suatu ‘tempat’ atau ‘ di mana ada’. Kata ini lebih cocok dengan ‘di antara’ karena ‘di antara’ juga berfungsi menjelaskan ‘suatu keadaan’. Saya memilih ‘suatu ketika...’ karena keadaan yang dijelaskan di sini adalah keadaan di mana ruang dan waktu belum muncul. Suatu ketika ini sekaligus bermakna ‘where’ dan ‘when’. Karena hal ini juga saya menyertakan bahasa Inggrisnya. Memang saya bertujuan mengajak bro sekalian menganalisa kenapa saya memakai ‘suatu ketika’ untuk frasa ‘where there was’.
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.
Benar, dalam menerjemahkan sesuatu kita perlu melihat konteksnya. Tapi dalam cuplikan Shurangama Sutra tersebut tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa itu adalah permulaan waktu dan ruang. Darimana anda bisa menyimpulkan itu adalah permulaan ruang dan waktu? Ini karena mungkin pikiran anda terpengaruh pada kalimat: “suddenly difference appears”, padahal dalam terjemahan lain tidak ada. Jadi penggunaan ‘suatu ketika...’ tidak bisa digunakan.
Kedua. Saya telah memberikan 2 alternatif terjemahan dan anda memilih kata “Di antara kesamaan .....”Nah, ini berarti sudah adanya 2 hal yang sudah muncul yang tidak ada penjelasan dalam sutra kapan munculnya. Jadi tidak mungkin kita mengatakan ini adalah TITIK AWAL.
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.
Benar sekali, tidak ada penjelasan tentang ‘awal dari penyebab munculnya dunia’ (avidya) yang dalam cuplikan ini dijelaskan sebagai ‘tiba-tiba perbedaan muncul’. Namun proses munculnya Dunia dari ‘tiada dunia’ masih bisa dijelaskan. Yang dimaksud Buddha dengan ‘tiada awal yang dapat diketahui’ itu saya mengerti sebagai berikut: sebelum dunia muncul, tiada suatu apapun yang disebutkan sebagai ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’. Nah, bila diusut lebih jauh lagi, ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’ ini tidak dapat diketahui awal mulanya.
Itu hanyalah asumsi anda semata karena mungkin anda masih terpengaruh pada terjemahan “suddenly difference appears”. Sehingga menganggap sebagai sutra ini membahas tentang TITIK AWAL terbentuknya dunia dan anda menggunakan istilah”suatu KETIKA”, “SEBELUM dunia muncul”.
Proses pembentukkan dunia memang bisa dijelaskan, tapi kapan TITIK AWAL waktunya proses itu terjadi tidak bisa ditentukan TITIK awalnya. Sutra tidak menjelaskan hal itu.
Apa yang dikatakan dalam sutra, adalah BAGAIMANA terbentuknya dunia bukan KAPAN dunia terbentuk. Dalam sutra, Purna bertanya tentang BAGAIMANA dunia terbentuk bukan KAPAN dunia terbentuk. Sekali lagi ini bukan membahas WAKTU apalagi TITIK AWAL.
Bila dunia(alam semesta beserta para mahkluk hidup) tidak dapat diketahui asal muasalnya, maka Paticcasamudpada itu bohong besar. Tentu saja Paticcasamudpada menjelaskan akan asal muasal Jaramarana. Karena jelas sekali disebutkan bahwa penyebabnya adalah Avidya. Tanpa memulai dari Awal, kita tidak bisa mencapai Akhir. Tanpa Sebab tiada Akibat. Ada sebab maka ada akibat.
Pertama, Sdr. Dharmamitra. Saya harap kita tidak terjebak antara asal muasal dalam arti BAGAIMANA proses terbentuk dengan asal muasal dalam arti PERMULAAN WAKTU (titik awal). Ini perlu diperjelas.
Hukum Paticcasamudpada berarti sebab musabab yang saling bergantungan, dimana ke 12 nidana saling bergantungan, ada ini maka ada itu. Hukum Paticcasamudpada menjelaskan BAGAIMANA PROSES batin dan kehidupan itu terbentuk BUKAN menjelaskan tentang KAPAN, WAKTU dari proses batin dan kehidupan itu dimulai. Singkatnya tidak didisampaikan KAPAN AWAL EKSISTENSI kehidupan itu ada. Ini perlu kita catat.
Anda mengatakan adanya asal muasal, lalu darimana asal muasal Avidya? Apa penyebab Avidya?? Zippp!!! muncul begitu saja?? Jelas karena adanya batin. Lalu apa penyebab munculnya batin? demikian seterusnya. Sampai disini, mana yang bisa kita sebut dengan asal mula, titik awal, sebab pertama ??
Sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada BUKAN untuk menjelaskan asal mula (titik awal) eksistensi kehidupan di semesta ini. Avidya adalah penyebab UTAMA bukan penyebab PERTAMA. Bisa anda membedakannya?? Penyebab UTAMA berarti penyebab yang PENTING sedangkan penyebab PERTAMA adalah penyebab awal dari penyebab lainnya.
Karena proses ini berputar-putar terus, tidaklah mungkin menjelaskannya tanpa memutus rangkaian itu. Dan karena melihat Advidya adalah factor TERPENTING maka di putus pada mata rantai Advidya dan ditaruh pada urutan pertama dalam penjelasan Paticcasamudpada
Jadi penggunaan Paticcasamudpada oleh anda sebagai alasan adanya asal muasal (titik awal) tidaklah tepat.
Ingatlah bahwa Semua yang memiliki Akhir memiliki Awal. Buddha sendiri menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak. Bila tiada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak ini; maka tidak mungkin ada pembebasan.
Bila, dunia ini tidak memiliki asal muasal, berarti ia kekal dan kita tidak akan pernah bisa terbebas darinya. Namun karena ia memiliki asal muasal, kita dapat terbebas darinya.
Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.
Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan. Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.
Analoginya (mudah-mudahan tepat): api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.
juga “Tathagata hanya mengajarkan Dunia, awal dari Dunia, akhir dari Dunia, dan sebab menuju akhir dari Dunia.”
Dalam sutta/ sutra mana jika saya boleh tahu?? Saya baru tahu. Setahu saya adalah Sang Buddha mengajarkan Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan menuju Akhir Dukkha. Bukan awal Dunia.
Tentu saja terjemahan saya bukanlah yang terbaik. Teman-teman sekalian silahkan menerjemahkan sendiri dari bahasa Inggrisnya.
Jika bro membaca paragraf lainnya tentu akan jelas bahwa Buddha sedang menjelaskan bagaimana alam dan mahkluk hidup terbentuk. Lagi pula "suddenly difference appears" ini menunjukkan bahwa Avidya itu pertama kali muncul tiba-tiba.
Mohon dibaca ulang post saya sebelumnya bro tentang: 'Where there was' tidak menunjukkan suatu tempat ataupun waktu. Bahwa saya memakai 'suatu ketika' untuk menyangkal 'where' sebagai tempat...
Mohon jangan anggap terjemahan saya yang jauh dari sempurna sebagai standard. Baiknya yang dijadikan standard itu bahasa Inggrisnya saja. harap maklum bro...
Sebenarnya titik awal itu memang tidak ada (kebenaran mutlak), ini berlaku bagi yang tercerahkan. Namun bagi kita yang belum tercerahkan, titik itu ada (kebenaran relatif).
Karena kita melihat semua ini dalam kebenaran relatif, maka titik itu ada. Ini sama seperti halnya nafsu. Bagi yang terbebaskan, tiada nafsu; tapi bagi kita, masih ada nafsu.
Bila kita mengatakan tiada (titik) awal, maka juga berarti tiada titik akhir (nibbana).
Dalam ajaran Mahayana, seluruh keberadaan kita ini adalah kosong dan bersifat khayal; artinya keberadaan ini tidak benar-benar ada. Apa yang kita sebut titik awal dan akhir itu tidak benar-benar eksis. Satu-satunya kebenaran adalah Sunyata sejati, Nirvana para Buddha.
[at] bro Upasaka, saya sekalian menjawab sebisa saya di sini... Tentu saja, saya belum sanggup untuk menjelaskannya secara sangat detail dan 100% sempurna. JAdi sekali lagi, harap maklumi kebodohan dan ketidakmampuan saya. Sulit sekali menjelaskan topik ini, karena butuh realisasi langsung akan Sunyata baru bisa memahami secara sempurna. Saya ini ibarat menyontek dari ajaran para Master sejati.
Dari pandangan Madhyamika, satu-satunya Kebenaran adalah Sunyata. Sunyata yang satu ini bisa disebut Nirvana para Buddha. Bila dikatakan bahwa Nirvana adalah detonator pertama, menurut saya bukan seperti itu. Detonator pertamanya tetaplah Avidya. Dan Bisa bro baca lagi kutipan Shurangama sutra di atas.
Samsara ini sebenarnya terbentuk secara khayal dan hanya eksis di dalam sebuah dunia Khalayan(MIMPI) raksasa. Oleh sebab itu, mereka yang terbebaskan dari dunia mimpi ini disebut sebagai: Yang Sadar (Yang Bangun), The Awakened One, a.k.a. BUDDHA.
Mahayana sering menyebut: "Kecuali Buddha, yang lainnya sedang bermimpi." Bahkan Bodhisattva pun sedang bermimpi menyelamatkan para mahkluk. Apalagi kita...
Mahayana-Yogacara mengajarkan: "Segala sesuatu muncul dari pikiran." Atau bisa kita katakan, 'segala sesuatu(samsara) muncul secara khayal dari pikiran sejati (Tathagata-garbha)'. Tapi tetap saja bukan berarti Nirvana adalah detonatornya.
Pikiran sejati kita itu pada dasarnya sudah bebas, hanya kita belum menyadarinya. Yang sadar adalah Buddha, yang bermimpi adalah mahkluk hidup. Ini seperti koin dengan dua sisi. Berdasarkan teori inilah Buddha mengajarkan cara mencapai Kebuddhaan dengan lebih cepat (Tantra, Ch'an).
Kenapa kita tidak menyadari pikiran sejati ini? Avidya menyelimutinya, menyebabkan kita memunculkan berbagai pandangan salah. Pikiran sejati yang tercemari oleh Avidya ini menjadi Alaya Vijnana, atau Kesadaran ke-8. Kemudian kita salah mengenali kesadaran ini sebagai suatu Diri (Atta). Dari sini muncul khayalan akan adanya suatu Diri. Lalu berkembang muncul kesadaran ke-7 yaitu pikiran yang membeda-bedakan (diskriminasi) yang melahirkan kesadaran pikiran atau kesadaran ke-6. Kesadaran ini memiliki beberapa faktor yang dapat berfungsi mengenali fenomena yang akhirnya memunculkan 5 kesadaran indera yang tak terpisahkan dari kesadaran ke-6.
Shurangama sutra menjelaskan hal ini secara lebih luas dan menambahkan proses terbentuknya 4 elemen alam semesta, sehingga total menjelaskan 6 elemen (angin, api, air, tanah, ruang kosong dan kesadaran).
Proses munculnya kesadaran yang tercemar avidya ini sangat pelik, rumit dan kacau. Akibatnya avidya itu tertanam dalam dan halus, sehingga disebut sebagai kemelekatan inherent (bawaan) karena terus terbawa dan terus menyebabkan kelahiran berulang. Maka dari itu dibutuhkan latihan dalam Ariya marga yang telah dirumuskan Buddha untuk melepaskan diri darinya.
Pikiran kita yang kita miliki sekarang ini merupakan turunan dari Pikiran sejati. Jadi sedikit banyak ia tetap memiliki potensi dari pIkiran sejati. Hal ini pula lah yang memungkinkan kita untuk mencapai Nirvana.
Kenapa pikiran manusia itu begitu menakjubkan dan mampu melakukan berbagai macam hal? Ini merupakan manifestasi dari Pikiran sejati. Ibarat kita dalam mimpi dapat melakukan apapun yang kita mau. Begitu juga, bagi yang memurnikan pikirannya akan dapat menguasai dan mengendalikan 'Mimpi raksasa' ini.
Karena itulah Buddha memiliki abhinna yang tanpa batas. Namun, kenapa Buddha tetap tidak bisa mengintervensi karma kita dengan abhinnanya? Karena pada dasarnya kita juga Buddha. Potensi Kebuddhaan dalam diri kita inilah yang mencegahnya. Tapi dengan teknik khusus seperti Tantra, kita justru dapat ber-yoga dengan Buddha dan dengan begitu kekuatan Buddha dapat membantu kita mencapai Kebuddhaan.
Buddha benar mengatakan awal mula Dukkha sebagai awal mula Dunia. Dunia yang dimaksud di sini adalah Dunia sekaligus Dukkha. Dukkha adalah sifat dasar dari Dunia. Akhir dari Dunia juga adalah akhir dari Dukkha.
Kata-kata Buddha ini saya interpretasikan dengan cara saya sendiri sebagai juga alam semesta.
Sesuai pemikiran Mahayana, ketika kita mencapai akhir dari Dukkha, Dunia ini beserta alam semesta juga berakhir, bagi kita. Dan bila ini dicapai oleh semua mahkluk hidup, maka alam ini benar-benar akan berakhir secara total.
Ketika kita tersadarkan dan menjadi Buddha, maka kita akan melihat bahwa ternyata Dunia ini hanya sebuah mimpi. Mimpi ini hanya khayalan, tanpa awal dan tanpa akhir karena ia hanya mimpi, bukan sesuatu yang eksis secara nyata.
Hanya saja, bagi subjek yang mengalami 'mimpi' ini, maka mimpi ini nyata dan terjadi.
Titik awal ini ada tidak ? Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Bisa ada, bisa tidak.
Nirvana pun dapat dilihat dari berbagai macam konteks. Apapun yang kita katakan tentang Nirvana selalu bisa benar juga bisa salah, tergantung dari konteks mana kita berbicara.
Dari pembahasan di atas, seharusnya semakin jelas bahwa saya tidak mengatakan Nirvana sebagai sebab atau asal mula Dunia. Namun, beberapa faktor dari Nirvana terlibat dalam prosesnya. Adanya Nirvana menurut saya juga ada akibatnya, yaitu memungkinkan kita untuk terbebas dari samsara.