Komunitas > Keluarga & Teman

TOlong .... PAcaran dengan Sepupu ???

<< < (2/12) > >>

Forte:

--- Quote from: Lex Chan on 17 September 2008, 05:06:46 PM ---emangnya udah pacaran berapa lama?

mendingan dikasih pengertian dulu dari segi kesehatan, tanpa langsung men-judge boleh atau ngga boleh.
mudah2an mereka bisa berpikir dengan jernih.. :D

--- End quote ---
Kalau benar2 cinta mati kayaknya kudu pergi ke ahli genetika deh..
Berhubung sepupu, ada kemungkinan anak yang dilahirkan tidak 100% akan menderita kelainan..
Yang perlu diperhatikan juga dalam kasus ini, adalah wanitanya, karena biasanya wanita yang pembawa gen carrier
seperti Hemofilia, Buta warna, dll.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci:
Asumsi saya adalah 2 orang tersebut Buddhis dan keturunan Chinese.

Dalam Buddhisme, menikah dengan sepupu bukanlah pelanggaran sila ketiga. Buddhisme merupakan agama yang longgar dalam mengatur pernikahan, karena pernikahan adalah urusan umat awam. Hal ini bisa diberitahukan kepada keluarga sebagai pertimbangan bagi keluarga.

Tetapi tradisi Chinese memang tidak memperbolehkan sepupu dari sesama wanita (mama dan ieie).
Ada baiknya juga mempertimbangkan perasaan keluarga.

Selain itu, masalah genetis harus dipertimbangkan masak-masak. Periksa ke dokter kemungkinan genetis yang mungkin terjadi, karena ini bisa menjadi masalah besar, anak menderita Thalassemia, Hemofilia, dan penyakit genetis yang mungkin akan membuat penderitaan di kemudian hari.

Semoga berbahagia.
_/\_

K.K.:
Bukannya kalo tradisi Chinese itu boleh yah kalo sepupu dari adik/kakak perempuan ibu? Karena secara garis keturunan, sudah berbeda marga (ibu ikut marga ayah, adik/kakak perempuan ibu juga ikut marga suaminya, jadi sudah pasti berbeda).
Kalo ga salah, kalo masih satu marga, ga boleh. Misalnya dengan anak dari adik/kakak laki-laki dari ayah.


Perihal Siddhata & Yasodara, sepertinya memang sudah tradisi bagi vanna Khattiya untuk menikah sesama khattiya agar memiliki garis keturunan murni. Bahkan menurut kisahnya, suku "Sakya" itu muncul karena para pangeran yang diusir dari kerajaan menikah dengan adik2 perempuan mereka sendiri, demi menjaga keturunan murni.
Belakangan memang Buddha mengatakan menikah dengan yang memiliki hubungan darah langsung adalah pelanggaran sila.

Lily W:

--- Quote from: Che Na on 17 September 2008, 04:53:58 PM ---Dear All...

Ada teman saya (laki2) sebut saja namanya Si A.
Sekarang dia sedang kesulitan menjalani kisah percintaannya dengan wanita (sepupunya sendiri).

Jadi mama dari si A dan mama pacarnya ini kakak beradik.

Semua keluarga menentang hubungan mereka. Tapi mereka pun tidak bisa dipisahkan (cinta mati ) dan ingin melangsungkan pernikahan.

MOhon saran dari rekan2 sekalian  _/\_

--- End quote ---

Wew... keluarga mereka kolot banget... :))

Adik teman saya.... menikah dengan sepupunya ( mama n mama = kakak beradik)... ok2 aja.

Trus waktu saya selesai SMA... mama saya malah mau jodohkan saya dengan anak kakaknya yg di malaysia (kuching). karena waktu itu saya udah pacaran...maka perjodohan itu saya tolak... ;D (jadi nostalgila :)) )

_/\_ :lotus:

dilbert:
menikah sepupuan luar (maksudnya hubungan dari mama) memang lebih bisa diterima dibandingkan dengan sepupuan dalam (hubungan dari papa). Tetapi yang lebih penting adalah apakah ada persamaan genetik antara yang menikah ?? KArena konsekuensi logis dari sebuah pernikahan tentunya adalah adanya keturunan (anak). Karena menurut ilmu kedokteran, jika pernikahan antara genetik yang relatif SAMA sebaiknya  dihindari karena bisa menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Tetapi semuanya harus dicek DNA apakah dua orang tersebut secara genetik CUKUP MIRIP atau TIDAK. Jika ternyata CUKUP MIRIP, sebaiknya dihindari. (Ada beberapa kasus terjadi pemerkosaan oleh orang tua kandung terhadap anak perempuannya, dan anak hasil hubungan tersebut NORMAL NORMAL SAJA, karena walaupun sebagai anak, tetapi tidak terjadi KEMIRIPAN GEN yang MEMADAI untuk terjadinya mutasi genetik.)

Tetapi jika ternyata memang harus terjadi pernikahan (antara sepupuan dalam), mungkin bisa diberi pengertian bahwa kalau bisa tidak memiliki anak, karena bisa saja dalam kehidupan berkeluarga, tidak memiliki anak juga ok ok saja. Tetapi jika ternyata memang harus memiliki anak, yah semuanya tanggung jawab sendiri akibatnya jika ternyata ada hal hal yang ternyata merugikan atau menyedihkan.

Semuanya yah hukum HETU PHALA (hukum sebab akibat).

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version