//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia  (Read 5025 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY


Senin, 11/03/2013 07:38 WIB
Irwin Yousept (31) meraih gelar profesornya di usia yang masih muda yakni 26 tahun. Kini dia bekerja di Technischen Universitat Darmstadt, Universitat in Hessen, Jerman sebagai pengajar. Irwin tidak lupa dengan tanah kelahirannya, Indonesia. Dia mengaku siap jika suatu saat dibutuhkan untuk membangun tanah air Indonesia.

“Saya sangat bangga sekali, saya akan siap balik ke Indonesia apabila Indonesia membutuhkan,” saat berbincang dengan sejumlah wartawan termasuk detikcom di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Selasa (6/3/2013). Irwin adalah salah satu Diaspora Indonesia yang hadir dalam pertemuan dengan Presiden SBY yang sedang melakukan kunjungan kerja di negara tersebut.

Pria yang akrab disapa Yousept ini mengambil jurusan Matematika di Technische Universitat Berlin. Yousept hanya membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk merampungkan sarjana strata I dan II, serta 2,5 tahun untuk mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (Phd).

Usai lulus dari SMA Tarakanita, Pluit, Jakarta Utara, pria kelahiran Jakarta 14 April 1982 ini mengaku mantap memilih melanjutkan studinya di Jerman. Alasannya karena negara ini memiliki teknologi yang jauh lebih baik dari Indonesia.

“Menurut saya, Indonesia harus gigih, bekerja keras, dan harus siap mengejar ketinggalan. Teknologi Indonesia memang beda, tapi saya pikir step by step kita bisa mempelajari, teknologi itu harus diturunkan,” ungkap Yousept yang logat Indonesianya mulai berkurang ini.

Ada alasan tersendiri mengapa Yousept belum mau kembali ke Indonesia saat ini. Salah satunya dia masih ingin terus menimba ilmu di Jerman meski sudah meraih gelar tertinggi.

"Networking saya tidak begitu kuat di Indonesia, saya mau menambah ilmu lagi di jerman. Teknologi yang saya pelajari masih banyak yang perlu dipelajari, saya masih cukup muda dan masih bisa menambah ilmu lagi, kalau saya bisa berkontribusi untuk Indonesia itu saya senang sekali," papar Yousept.

Yousept memberi pesan kepada seluruh pelajar dan mahasiswa di Indonesia agar dapat seperti dirinya saat ini. Sarannya, yang terpenting adalah mau bekerja keras dan tidak mudah putus asa.

"Tidak mudah putus asa, kalau mengalami kegagalan kita harus gigih, dan berjuang keras. Menurut saya kita semua sama, yang penting satu, kita mau kerja keras atau tidak, kalau kita mau bekerja keras kita pasti bisa mencapai apapun. Semua pasti ada halangannya, kita harus berani menghadapi halangan tersebut, berani gagal," saran Yousept.

Sekilas Curiculum Vitae Irwin Yousept:

Di Bidang Profesional:

July 2012 – Now: Professor for “Optimization”. Graduate School of Excellence Computational Engineering (CE) TU-Darmstadt, Germany

October 2009 – June 2012: Postdoc in DFG Research Center MATHEON, TU Berlin. Project C9: Simulation and Optimization of Semiconductor. Crystal Growth from the Melt Controlled by Travelin Magnetic Fields.

October 2008 – September 2009: Guest Professor for “Numerics and Scientific Computing”, Universitat Augsburg, Germany

June 2006 – September 2008: Researcher in DFG Research Center MATHEON, TU-Berlin

February 2006 – Mei 2006: Assistant Researcher, TU Berlin, SFB 557: Control of complex turbulent shear flows

October 2005 – January 2006: Assistant Researcher, TU Berlin

Pendidikan

August 2008: Doctorate Degree: Dr. rer. nat. (TU Berlin)
Final Grade: summa cum laude
Supervisor: Prof. Dr. Fredi Traltzsch

October 2005: Diplom Degree in Mathematics: Dipl.-Math. (TU Berlin)
Final Grade: 1.0 (summa cum laude)

April 2002 – August 2005: Study in Mathematics, TU Berlin

SUMBER

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #1 on: 14 March 2013, 03:03:16 PM »
Secara realitas saja, kalau pulang ke Indonesia mau kerja apa?  Apa ada lembaga riset dan semacamnya yang bisa menyerap keahlian dia?  Paling2 pulang hanya untuk jadi dosen.  Atau cukup menjadi semacam Yohannes Surya, PhD membimbing siswa2 untuk olimpiade matematika.  ::)
« Last Edit: 14 March 2013, 03:11:46 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #2 on: 14 March 2013, 04:11:46 PM »
Mirip Pak Habibie, jenius di jerman....  ;D

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #3 on: 14 March 2013, 04:16:29 PM »
Secara realitas saja, kalau pulang ke Indonesia mau kerja apa?  Apa ada lembaga riset dan semacamnya yang bisa menyerap keahlian dia?  Paling2 pulang hanya untuk jadi dosen.  Atau cukup menjadi semacam Yohannes Surya, PhD membimbing siswa2 untuk olimpiade matematika.  ::)

benar sekali..
mana mau dia pulang ke indonesia cuma jadi dosen yang gajinya di bawah 10 juta?
di german dia jadi profesor, gajinya 10 kali lipat lebih..
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #4 on: 14 March 2013, 04:44:06 PM »
Secara realitas saja, kalau pulang ke Indonesia mau kerja apa?  Apa ada lembaga riset dan semacamnya yang bisa menyerap keahlian dia?  Paling2 pulang hanya untuk jadi dosen.  Atau cukup menjadi semacam Yohannes Surya, PhD membimbing siswa2 untuk olimpiade matematika.  ::)

ralat:
namanya Yohanes (huruf "n"-nya satu saja) Surya, Ph.D.
beliau membimbing siswa2 untuk Olimpiade Fisika (bukan Matematika).


kegiatannya bukan "hanya" membimbing siswa2 untuk Olimpiade Fisika, melainkan sudah mempunyai:
1. Surya Institute (http://www.suryainstitute.org/en/content/view/13/26/)
2. STKIP Surya (http://www.stkipsurya.ac.id/index.php/tentang-stkip.html)
3. Surya Research Education Center (http://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Research_Education_Center)


Kegiatan lainnya:
1. Menulis buku Mestakung


2. Film Mestakung



Pastinya masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini.

 8) 8) 8)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #5 on: 14 March 2013, 05:11:15 PM »
ralat:
namanya Yohanes (huruf "n"-nya satu saja) Surya, Ph.D.
beliau membimbing siswa2 untuk Olimpiade Fisika (bukan Matematika).


kegiatannya bukan "hanya" membimbing siswa2 untuk Olimpiade Fisika, melainkan sudah mempunyai:
1. Surya Institute (http://www.suryainstitute.org/en/content/view/13/26/)
2. STKIP Surya (http://www.stkipsurya.ac.id/index.php/tentang-stkip.html)
3. Surya Research Education Center (http://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Research_Education_Center)


Kegiatan lainnya:
1. Menulis buku Mestakung


2. Film Mestakung



Pastinya masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini.

 8) 8) 8)

Beliau baru saja mendirikan Research-based university namanya Surya University..... dg impian ingin menyamaik MIT, harvard...etc...

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #6 on: 14 March 2013, 06:32:05 PM »
Beliau baru saja mendirikan Research-based university namanya Surya University..... dg impian ingin menyamaik MIT, harvard...etc...

Wah.. ini berita baru..
Saya baru tahu, maklum bukan tinggal di Indo :)

Sebetulnya peluang berkembang di dalam bidang akademik di Indonesia, makin lama makin terbuka lebar.
Yohanes Surya ber-cita2 bahwa pada tahun 2020 nanti akan ada peraih penghargaan Nobel dari Indonesia.
Strateginya: lulusan TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) dikirim ke luar negeri untuk dibimbing oleh peraih penghargaan Nobel terdahulu.
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #7 on: 14 March 2013, 09:10:14 PM »
Secara realitas saja, kalau pulang ke Indonesia mau kerja apa? 

tidak usah kerja,
jadi Samana hindari keramaian :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #8 on: 14 March 2013, 11:11:02 PM »
tidak usah kerja,
jadi Samana hindari keramaian :))

Ngikutin jejak sarjana Cambridge yang jadi murid Ajahn Chah itu ya?  ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #9 on: 15 March 2013, 04:50:06 AM »
kayaknya prof ini ada hubungan kerabat ama sis Shining Moon

Prof. Irwin Yousept di Jerman menjadi prof di usia 26 tahun...beliau kelahiran jakarta, april 1982. Lulusan smu tarakanita 2 tahun 2000.
really bangga mode: ON...
sayang, otak cicinya nggak ada separuh kepandaian adiknya:P:P
malu-malu mode: ON
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Menjadi Profesor di Usia 26, Irwin Yousept Siap Membangun Indonesia
« Reply #10 on: 15 March 2013, 03:54:09 PM »
Coba Bandingkan dengan Prof.Nelson Tansu (teman satu angkatan saya sejak TK, SD, SMP dan SMA dulu).



Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).


Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude. Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.

Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.

Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.

Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.

Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.

Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat membutuhkannya.

Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan, dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia.

Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan
di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main!!

Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.

Karena itu, Indonesia layak bangga atas prestasi anak bangsa di negeri rantau tersebut. Lajang kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, itu sampai sekarang masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai orang Indonesia. Sikap Nelson itu sangat membanggakan di tengah banyak tokoh kita yang malu mengakui Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

"Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan, saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya, serius.

Di Negeri Paman Sam, kecintaan Nelson terhadap negerinya yang dicap sebagai terkorup di Asia tersebut dikonkretkan dengan memperlihatkan ketekunan serta prestasi kerjanya sebagai anak bangsa. Saat berbicara soal Indonesia, mimic pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dan jauh dari basa-basi.

"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson menjawab koran ini.

Anak muda itu memang enak diajak mengobrol. Idealismenya berkobar-kobar dan penuh semangat. Layaknya profesor Amerika, sosok Nelson sangat bersahaja dan bahkan suka merendah. Busana kesehariannya juga tak aneh-aneh, yakni mengenakan kemeja berkerah dan pantalon.

Sekilas, dia terkesan pendiam. Pengetahuan dan bobotnya sering tersembunyi di balik penampilannya yang seperti tak suka bicara. Tapi, ketika dia mengajar atau berbicara di konferensi para intelektual, jati diri akademisi Nelson tampak. Lingkungan akademisi, riset, dan kampus memang menjadi dunianya. Dia selalu peduli pada kepentingan serta dahaga pengetahuan para mahasiswanya di kampus.

Ada yang menarik di sini. Karena tampangnya yang sangat belia, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master. Dia dikira sebagai mahasiswa umumnya. Namun, bagi yang mengenalnya, terutama kalangan universitas atau jurusannya mengajar, begitu bertemu dirinya, mereka selalu menyapanya hormat: Prof Tansu.

"Di semester Fall 2003, saya mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang physics and applications of photonics crystals. Di semester Spring 2004, sekarang, saya mengajar kelas untuk mahasiswa senior dan master tentang semiconductor device physics. Begitulah," ungkap Nelson menjawab soal kegiatan mengajarnya. September hingga Desember atau semester Fall 2004, jadwal mengajar Nelson sudah menanti lagi. Selama semester itu, dia akan mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang applied quantum mechanics for semiconductor nanotechnology.

---

Sumber lain : http://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_Tansu
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan