Kusala Kamma dalam pengertian yang lebih luas berarti perbuatan yang tidak berlandaskan niat untuk menimbulkan kerugian, baik kepada si pembuat maupun kepada orang lain, pada saat perbuatan itu dilakukan atau pada saat yang akan datang.
Numpang nimbrung walaupun tidak mengikuti diskusi secara rinci dari depan. Saya hanya ingin mengomentari tentang kusala kamma.
Pada garisbesarnya, pendapat sdr.Willibordus sudah benar, hanya saja disini saya hendak mencoba mengkaji secara lebih mendasar lagi.
Setahu saya, kusala artinya wholesome ataupun skillful.
Wholesome ini dalam bhs indonesia artinya sehat. Jadi saya artikan sebagai sesuatu yang sehat bagi perkembangan batin atau sesuatu yang bisa membawa menuju pembebasan ultimate (nibbana).
Skillful barangkali memiliki konotasi yg sedikit berbeda, karena dalam bhs indonesianya, skillful berarti terampil. Berarti disini ada suatu faktor kemampuan untuk secara terampil menentukan sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan batin menuju nibbana.
Kamma berarti action, perbuatan.
Jadi, kusala kamma --menurut saya-- adalah perbuatan-perbuatan (ucapan, pikiran, tindakan) yang apabila dilakukan akan membawa kemajuan batin menjadi semakin dekat dengan nibbana.
Nah selanjutnya, apa perbuatan-perbuatan yang sehat itu, tentunya kita tidak bisa semata melihat dari niat, proses maupun hasilnya, melainkan seharusnya melalui suatu study yang menyeluruh dari ajaran-ajaran Sang Buddha seperti yang terdapat dalam Tipitaka. Oleh karena itu, implikasinya apa?
Implikasinya adalah kita tidak bisa secara sederhana mematok mana perbuatan yang kusala ataupun akusala secara penampakan luar belaka. Penilaian ini membutuhkan kebijaksanaan yang diperoleh melalui 3 proses panna (sutta maya panna, citta maya panna, bhavana maya panna). Oleh karena itu, dalam kasus-kasus tertentu, bisa jadi apa yang terlihat sepintas terlihat kusala kamma tapi bila dipandang dengan kebijaksanaan ternyata bukan. Demikian sebaliknya. Tetapi tentu saja, dalam kejadian-kejadian kebanyakan, tentu kita tetap berpegangan spt apa yg telah disampaikan sdr.Willibordus. Karena memang penentu sebuah kamma yg pada hakikatnya adalah cetana adalah motivasi yg mendasarinya. Hanya saja, kita perlu lihat lagi apakah motivasi baik itu masih diliputi oleh moha atau tidak.
Mohon koreksinya bila kurang tepat.