Menerapkan Jalan Tengah dalam Kehidupan Penuh Tuntutan Konflik - Ven. Master Guo Jun
Tulisan di bawah adalah catatan pribadi Inge Santoso mengenai presentasi oleh Master Guo Jun di 7th Global Conference on Buddhism, 10 December 2011.Ven. Master Guo Jun
KONFLIKBagaimana menyelesaikan konflik dalam kehidupan?
• menjadi optimistik? Tidak menjadi pesimistik
• menjadi objektif? Tidak menjadi subjektif
• menjadi rasional? Tidak emosional
Praktik jalan tengah melampaui subjektif dan objektif dikarenakan objektivitas terbuat dari banyak bagian subjektif. Ven. Master Guo Jun memberikan contoh mengenai perjalanan di pesawat. Ketika udara terasa pengap dalam pesawat dan para penumpang merasa butuh mencari angin, mereka ingin membuka pintu pesawat. Meskipun para penumpang berpikir bahwa mereka objektif ketika memutuskan untuk membuka pintu, hal ini sebenarnya semata-mata pendapat subjektif orang banyak (kolektif). Ketika si pilot tidak sepakat, seorang melawan banyak orang, pendapat si pilot terkesan sebagai pendapat subjektif. Solusinya adalah tidak menjadi objektif ataupun subjektif, namun menjadi realistik.
Ekstrim Jalan Tengah Ekstrim
Subjektif Realistik Objektif Realistik itu melampaui kesan tampilan, melihat ke sebab musabab saling bergantungan (
dependent origination), serta melihat ke sebab dan akibat. Praktik Jalan Tengah melampaui dualitas. Sutra Altar menyebutkan 36 pasang dualitas. Sebenarnya tidak terdapat makna yang pasti di dalam realitas. Sebagai contoh, seandainya tinggi badanmu 170 cm. Apakah ini tergolong tinggi atau pendek? Tinggi atau pendek
dibandingkan dengan siapa?
Dalam inti semua perdebatan, konflik dan ketidaksepakatan, terdapat sikap “Kamu salah. Aku benar.” Orang-orang terikat oleh pemikiran bahwa merekalah yang benar.
Terdapat dua tipe konflik:
- di dalam diri, sebagai contoh mengenai apa yang dipilih dan apa yang dilakukan [konflik intrapersonal, penj.]. Konflik tipe ini biasanya timbul dikarenakan kurangnya kebijaksanaan.
- antara diri dengan lingkungan/orang lain.Konflik tipe ini biasanya timbul dikarenakan oleh kurangnya welas asih.
Masalah muncul karena kita cenderung banyak berwelas-asih ketika menghadapi kesalahan diri sendiri, dan memiliki banyak kebijaksanaan dalam melihat kesalahan orang lain.
Ekstrim Jalan Tengah Ekstrim
Rasional Welas asih Perasaan
Logika Kebijaksanaan Emosi
Menjadi realistik = Kebijaksanaan + welas asih Menjadi realistik dimulai dengan relaksasi tubuh dan batin.
Relaksasi menghasilkan ketenangan, kejernihan, pemahaman dan kewelas-asihan. Laksana permukaan pada sebuah kolam, ketika permukaannya tenang maka ia memantulkan hal yang berada di luar, melihat sesuatu dengan
apa adanya. Ketika air dalam kolam menjadi tenang, kotoran mulai mengendap dan Anda bisa melihat ke dalam kolam dengan jelas.
Pemahaman berasal dari mendengar secara mendalam (
deep listening) yang menghasilkan pikiran terbuka (kebijaksanaan) dan hati yang terbuka (welas asih). Kesalahpahaman seringkali disebabkan oleh tidak mendengarkan, yang menghasilkan konflik.
Sessi ini diakhiri dengan meditasi diiringi oleh musik selama 10 menit.