//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Aturan Main (Semua Member Harap Baca Dulu)  (Read 10141 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Aturan Main (Semua Member Harap Baca Dulu)
« on: 03 April 2008, 10:46:48 AM »
Sebagai tambahan aturan main umum, khusus Sub Forum Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain, ada tambahan aturan main yang berlaku mulai 3 April 2008 sebagai berikut:

1. Semua thread harus mempunyai hubungan dengan Buddhisme atau filsafat Buddhis.
2. Forum ini bukan tempat untuk membandingkan agama, kepercayaan dan filsafat Non-Buddhis dengan agama, kepercayaan dan filsafat Non-Buddhis.
3. Semua yang membuka thread baru harus menyebutkan dengan jelas apa agama, kepercayaan atau filsafat apa yang dibandingkan mulai dari post pertama.
4. Topik harus spesifik, misalnya "semua agama mengajarkan..." terlalu luas.
5. Jangan dengan cara apapun merendahkan Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.
6. Jangan mempromosikan agama, kepercayaan dan filsafat Non-Buddhis
7. Bagi yang merasa Buddhis, harap ingat toleransi, sebagaimana diajarkan dalam Brahmajala Sutta.

Quote
      Bhikkhus! if others should malign the Buddha, the Dhamma and the Sangha, you must not feel resentment, nor displeasure, nor anger on that account.

      Bhikkhus! If you feel angry or displeased when others malign the Buddha, the Dhamma and the Sangha, it will only be harmful to you (because then you will not be able to practise the dhamma).

      Bhikkhus! If you feel angry or displeased when others malign the Buddha, the Dhamma and the Sangha, will you be able to discriminatc their good speech from bad?

      "No, indeed, Venerable Sir!" said the bhikkhus.

      If others malign me or the Dhamma, or the Sangha, you should explain (to them what is false as false, saying 'It is not so. It is not true. It is, indeed, not thus with us. Such fault is not to be found among us.'

      Bhikkhus! If others should praise the Buddha, the Dhamma and the Sangha, you should not, feel pleased, or delighted, or elated on that account.

      Bhikkhus! If you feel pleased, or delighted, or elated, when others praise me, or the Dhamma, or the Sangha, it will only be harmful to you.

      Bhikkhus! If others praise me, or the Dhamma, or the Sangha, you should admit what is true as true, saying 'It is so. It is true. It is, indeed, thus with us. In fact, it is to be found among us.'
« Last Edit: 03 April 2008, 01:01:26 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Aturan Main (Semua Member Harap Baca Dulu)
« Reply #1 on: 03 April 2008, 01:07:22 PM »
Supaya kaga salah baca dalam bahasa inggris

1. Demikian telah kudengar, pada suatu saat Sang Bhagava (Sang Buddha) sedang dalam perjalanan dari kota Rajagaha menuju Nalanda dengan diikuti oleh 500 orang bhikkhu (siswa Sang Buddha). Pada saat itu pula pertapa Suppiya bersama muridnya, seorang pemuda bernama Brahmadatta, juga sedang dalam perjalanan antara Rajagaha dan Nalanda. Ketika itu, pertapa Suppiya mengucapkan berbagai perkataan yang merendahkan Sang Buddha, Dhamma (ajaranNya) dan Sangha (para siswaNya). Tetapi sebaliknya, muridnya, Brahmadatta, memuji Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, dan keduanya sambil berjalan mengikuti rombongan Sang Bhagava.

2. Kemudian, Sang Bhagava bersama-sama dengan para bhikkhu berhenti dan bermalam di Ambalatthika (suatu tempat peristirahatan raja). Demikian pula pertapa Suppiya dan muridnya, Brahmadatta, berhenti di Ambalatthika. Di tempat itu, mereka berdua melanjutkan perbincangan mereka tadi.

3. Pagi harinya, sekelompok bhikkhu berkumpul di Mandalamale (semacam pavilyun) sambil membincangkan kata-kata berikut: “Sahabat, sungguh mengherankan, bukankah Sang Bhagava sebagai seorang Arahat (seseorang yang memiliki kesucian tertinggi), Sammasambuddha (Buddha yang maha sempurna), telah melihat dan menyadari dengan jelas kecenderungan yang berlainan yang ada pada setiap manusia. Bukankah Beliau mengetahui bagaimana pertapa Suppiya merendahkan Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha. Demikian pula bukankah Sang Bhagava mengetahui pandangan yang berbeda antara guru dan murid yang berjalan mengikuti rombongan Beliau?”

4. Ketika Sang Bhagava mengetahui masalah yang sedang mereka bicarakan, Beliau lalu pergi ke Mandalamale dan duduk di tempat yang telah disediakan. Setelah duduk, Beliau bertanya, “Apakah yang sedang kalian bicarakan? Apa pula yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam pertemuan ini?” Mereka lalu menceritakan permasalahan yang mereka bicarakan tadi.

5. Sang Buddha bersabda, “Para bhikkhu, seandainya ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, janganlah lalu kamu membenci, dendam, atau memusuhinya. Seandainya karena hal tersebut kalian menjadi marah atau merasa tersinggung, maka hal itu hanyalah akan menghalangi jalan Pembebasan kalian, dan mengakibatkan kalian menjadi marah dan tidak senang. Apakah kalian dapat merenungkan ucapan mereka itu baik atau tidak baik?”

“Tidak baik, Bhante “

“Karena itulah seandainya ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, maka kalian harus menyatakan mana yang salah dan menunjukkan kesalahannya, dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini tidak benar, atau itu bukan begitu, hal demikian tidak ada pada kami, dan bukan pada kami.

6. “Tetapi, para bhikkhu, seandainya ada orang lain memuji Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal tersebut kamu merasa bangga, gembira dan senang hati. Seandainya kamu bersikap demikian, maka hal itu akan menghalangi jalan Pembebasan kalian. Maka itulah, seandainya ada orang lain memuji Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, maka kamu harus menyatakan mana yang benar dan menunjukkan faktanya dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian ada pada kami, dan benar pada kami.

7. “Walaupun oleh hal-hal kecil, hal-hal yang kurang berharga, ataupun karena sila (disiplin moral), maka dapat menyebabkan orang-orang memuji Tathagata (Sang Buddha). Apakah hal-hal kecil yang kurang berharga ataupun sila, yang menyebabkan orang-orang memuji Tathagata?”
« Last Edit: 03 April 2008, 01:25:41 PM by karuna_murti »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Aturan Main (Semua Member Harap Baca Dulu)
« Reply #2 on: 04 April 2008, 09:23:58 PM »
Dari Samagi Phala : http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1130&multi=T&hal=0

Quote
Ketika Buddha tinggal di hutan mangga di Nalanda, Upali, seorang pengikut setia dari Nigantha Nataputta (Jaina Mahavira), sebagaimana yang diminta oleh Mahavira menemui Buddha dengan keinginan semata-mata berdebat dengan Beliau dan mengalahkan-Nya melalui perdebatan. Pokok persoalannya adalah teori karma yang diakui oleh Buddha maupun Mahavira, namun pandangan mereka mengenai karma berbeda. Pada akhir pembicaraan yang sangat bersahabat, Upali setelah merasa yakin terhadap argumentasi Buddha, setuju dengan pendapat Beliau, dan siap untuk menjadi pengikut-Nya, sebagai seorang umat awam, (upasaka). Meskipun demikian, Buddha mengingatkannya dengan berkata: “Mengenai suatu kebenaran, Upali, lakukanlah penyelidikan yang menyeluruh. Adalah baik bila orang terkenal seperti engkau melakukan penyelidikan yang menyeluruh." Bagaimanapun, Upali menjadi semakin puas dan senang terhadap Buddha karena mendapat petunjuk seperti itu, dan menyatakan diri berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Walaupun Upali menjadi seorang umat berdasarkan keyakinan, Buddha menasihatinya agar tetap menghormati dan membantu guru-gurunya yang terdahulu sebagaimana yang biasa dilakakukannya (Upali Sutta, M. 56).

Demikianlah Buddha menganjurkan pentingnya kebebasan berpikir dan berbicara dan toleransi.

Quote
Mengikuti jejak Buddha, Raja Asoka yang beragama Buddha, yang memerintah India pada abad ke-3 SM, menyatakan dalam Prasasti Batu XII :

"Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jelekkan agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain untuk alasan ini atau itu. Dengan demikian ia menolong agamanya sendiri untuk berkembang juga memberikan bantuan kepada agama orang lain. Dengan melakukan hal yang sebaliknya ia menggali kuburan bagi agamanya sendiri dan juga merugikan agama-agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jelekkan agama lain, melakukannya karena kesetiaan kepada agamanya sendiri, berpikir: 'Aku akan memuliakan agamaku.' Akan tetapi dengan melakukan hal itu justru sebaliknya mclukai agamanya sendiri lebih parah. Jadi rukunlah, sungguh patut dipuji: Marilah semua mendengar, mau mendengar ajaran yang dinyatakan oleh orang lain."
« Last Edit: 13 May 2008, 09:28:00 AM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days