//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?  (Read 37315 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #45 on: 25 July 2007, 04:32:36 PM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan

Ya pasti dipanggil jika dia memiliki pandangan yg salah.. sebab dalam sutta sendiri diceritakan murid-murid buddha bertanya kepada rekannya yg salah setelah tidak ada titik temu baru di adukannya ke buddha.. maka buddha pun memanggilnya  8)
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #46 on: 25 July 2007, 04:35:04 PM »
Buddha yang memanggil atau mereka mendatangi sang Buddha untuk bertanya nih ?
There is no place like 127.0.0.1

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #47 on: 25 July 2007, 10:10:53 PM »
hmmm ada yg sangat mengganjal di hati tula (hauhauhauahuah sok hebat gue :D>:D

sebetulnya kalo kita belajar ajaran buddha ini .. apa harus di terima asal or harus kita teliti kebenarannya ?
maksudku .. kira2 gini:
ya asal ajarannya baik, berguna utk perkembangan batin .. ya uda trima aja ...

or

ga bisa ... harus di teliti2 dan dipikir trus .. cari tau (dengan jari mu  :o emang yellow pages  :))) .. apakah ajaran itu beneran dari buddha, karena sang buddha uda ga da jadi mumet .. akirnya mikir tok  :))

hayo2 bantu2 tula  :-[

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #48 on: 25 July 2007, 10:48:30 PM »
hmmm ada yg sangat mengganjal di hati tula (hauhauhauahuah sok hebat gue :D>:D

sebetulnya kalo kita belajar ajaran buddha ini .. apa harus di terima asal or harus kita teliti kebenarannya ?
maksudku .. kira2 gini:
ya asal ajarannya baik, berguna utk perkembangan batin .. ya uda trima aja ...

or

ga bisa ... harus di teliti2 dan dipikir trus .. cari tau (dengan jari mu  :o emang yellow pages  :))) .. apakah ajaran itu beneran dari buddha, karena sang buddha uda ga da jadi mumet .. akirnya mikir tok  :))

hayo2 bantu2 tula  :-[

TAN:

Kalau menurut saya dua-duanya tidak ada yang salah, tergantung tujuannya apa. Yang atas adalah jika kita seorang umat Buddha. Pada akhirnya memang manfaat suatu Dharma adalah dilihat dari manfaatnya dalam meningkatkan kemajuan batin. Saya merasa terharu membaca kisah Zen mengenai seorang pangeran yang minta ajaran pada seorang bhikshu Zen di Jepang. Pada saat pangeran itu datang, ada orang miskin yang membawa persembahan makanan sangat sederhana pada sang bhikshu. Bhikshu itu bertanya pada orang yang meminta ajaran, "Kamu ingin Dharma?" Sang pangeran mengangguk. Bhikshu Zen berkata lagi, "Kalau begitu silakan kamu makan makanan yang dibawa oleh dermawan ini." Pangeran itu terkejut, "Bagaimana mungkin saya sebagai pangeran makan makanan orang miskin." Guru Zen itu menjawab, "Dharma tidak mengenal kaya dan miskin. Mengembangkan empati dan mengetahui penderitaan orang lain, itulah Dharma. Ajaran saya cuma ini." Nah, ajaran yang di atas itu adalah Dharma. Itu termasuk salah satu Kisah Zen yang saya sukai. Komiknya ada di Gramedia.

Kalau yang kedua, itu bukan tugas umat Buddha, tetapi seorang scholar yang tidak harus Buddhis. Seorang scholar dengan metoda hermeneutika dan kritik teks (textual criticism) berusaha menentukan asal muasal dan usia suatu teks keagamaan. Jadi lebih ke arah keilmuan dan tidak ada hubungannya dengan praktek Dharma. Sebenarnya dua hal di atas tidak bertentangan, kita bisa jadi kedua-duanya. Hanya saja metode scholar punya kelemahan, yaitu tidak pernah dapat memberikan bukti definitif atau pasti apakah suatu naskah benar-benar diajarkan oleh Buddha. Berdasarkan sejarah naskah Buddhis tertua adalah Sutta Nipata, tetapi apakah Sutta Nipata benar-benar diajarkan oleh Buddha atau tidak, kita tidak tahu. Bahkan ada sebagian scholar yang meragukan apakah Buddha benar-benar hidup. Metode skolastik dapat pula bermanfaat untuk memahami tujuan ditulisnya suatu naskah keagamaan, apa makna di baliknya dan lain sebagainya. Tetapi metode skolastik tidak dapat dipakai untuk kemajuan batin, hanya untuk pemahaman naskah secara keilmuan saja.

Agama ka****k adalah agama yang berhasil dengan baik memadukan kedua hal di atas. Mereka tahu bahwa Alkitab tidak disusun seperti yang diyakini oleh tradisi (misalnya Taurat oleh Musa, padahal diketahui ada banyak pengarangnya), tetapi itu tidak menghilangkan penghormatan mereka terhadap Alkitab. Pertamanya saya bingung, mereka tahu kalau kitab sucinya "palsu," tetapi kok tidak kehilangan keyakinan (jadi atheis misalnya). Waktu saya bertanya mereka menjawab, "No! No! Keduanya beda ibarat. Sesuatu yang palsu belum tentu buruk. Bisa jadi sama bergunanya dengan yang kamu anggap "asli." " Sekarang saya jadi tahu maksud perkataan orang itu.

Karena itu, kalau kita mau dapat kemajuan batin ya harus praktik langsung, baru bisa tahu apakah itu Dharma yang bermanfaat atau tidak.

Saya kira sekian dulu. Mohon maaf kalau ada kata2 yang salah. Semoga bermanfaat.

Metta,


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #49 on: 26 July 2007, 12:27:56 AM »
Jadi kesimpulannya??? Surga sukhavatinya ada atau tdk?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #50 on: 26 July 2007, 08:26:26 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #51 on: 26 July 2007, 08:34:08 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

kalo liat ulasan Bhante, mengerikan jg kalo debat itu tidak diperbolehkan, Dhamma dilencengkan asal pake nama Buddha Dhamma, ya cing cai la... terima aja... ci-loko jg tuh.

debat sehat it's ok la, jangan terlalu lunak [mengharamkan debat] jg jangan terlalu keras [menghalalkan debat, apalagi yg ada kusirnya] debat mencari yg benar dengan mempertahankan kebenaran...  ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #52 on: 26 July 2007, 08:52:07 AM »
Setuju, juga untuk mempertebal "keimanan" thd ajaran Nya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #53 on: 26 July 2007, 10:03:19 AM »
Setuju, juga untuk mempertebal "keimanan" thd ajaran Nya.

Waduh "keimanan" lagi, ingat loh "keimanan" ini tidak baku di dalam buddhism.. kalo salah tangkap bisa berabe..
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #54 on: 26 July 2007, 10:06:13 AM »
Buddha yang memanggil atau mereka mendatangi sang Buddha untuk bertanya nih ?
Awal-nya murid saling bertanya.. karena tidak ketemu titik terang.. lapor ke Buddha.. lalu Buddha pun memanggil murid-muridnya.. maka dimulailah pembabaran..

Kadang-kadang juga buddha suka nanya-nanya kemuridnya.. jadi tergantung sikon  :??

 8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D
« Last Edit: 26 July 2007, 10:16:20 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #55 on: 26 July 2007, 10:11:19 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

kalo liat ulasan Bhante, mengerikan jg kalo debat itu tidak diperbolehkan, Dhamma dilencengkan asal pake nama Buddha Dhamma, ya cing cai la... terima aja... ci-loko jg tuh.

debat sehat it's ok la, jangan terlalu lunak [mengharamkan debat] jg jangan terlalu keras [menghalalkan debat, apalagi yg ada kusirnya] debat mencari yg benar dengan mempertahankan kebenaran...  ;D

Kalo ga salah kan di Kalama sutta dan Mahaparinibana sutta disebutin tuh kriteria-kriterianya dalam memahami ajaran Buddha

Supaya lebih afdol dan tidak terkesan opini pribadi :
Sumber Alm. Bhante NARADA Mahatera

The Four Great References

Passing thence from village to village, the Buddha arrived at Bhoganagara and there taught the Four Great Citations or References (Mah?padesa) by means of which the Word of the Buddha could be tested and clarified in the following discourse:

(1) A Bhikkhu may say thus:-- From the mouth of the Buddha Himself have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the teaching of the Master?' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion. "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu".

Let this be regarded as the First Great Reference.

(2) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives the Sangha together with leading Theras. From the mouth of that Sangha have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: 'Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the second Great Reference.

(3) Again a Bhikkhu may say thus:-- 'In such a monastery dwell many Theras and Bhikkhus of great learning, versed in the teachings, proficient in the Doctrine, Vinaya, Discipline, and Matrices (M?tik?). From the mouth of those Theras have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teaching of the Master. His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has been correctly grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the Third Great Reference.

(4) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives an elderly Bhikkhu of great learning, versed in the teachings, proficient in the Dhamma, Vinaya, and Matrices. From the mouth of that Thera have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teachings."

Let this be regarded as the Fourth Great Reference.

These, Bhikkhus, are the Four Great References.
« Last Edit: 26 July 2007, 10:18:48 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #56 on: 26 July 2007, 10:32:40 AM »
Kadang-kadang juga buddha suka nanya-nanya kemuridnya.. jadi tergantung sikon  :??

 8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D

bro Radi dulu belajar Dhamma pernah kena jewer/strap ya ?  ^-^ kalo di sharingkan di sini pasti jg menarik loh... [mode kidding on]. kalo mau baca yg lucu2 itu byk di kitab vinaya [komentar/latar belakang munculnya butir2 Vinaya bagi para Bhikkhu]

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #57 on: 26 July 2007, 11:51:17 AM »
8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D

Tau aja? Bukannya Buddha pernah menjelaskan bahwa ada beberapa cara mengajar orang: diberitahu secara tak langsung, diberitahu secara langsung atau malah dipukul, baru orangnya sadar. 

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #58 on: 26 July 2007, 11:59:38 AM »
Jadi kesimpulannya??? Surga sukhavatinya ada atau tdk?

TAN:

Ada dan tidak ada.... Tergantung dari sudut mana kita menjawabnya.

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #59 on: 26 July 2007, 12:02:41 PM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 


TAN:

Namo Buddhaya,

Benar sekali Bhante. Dalam Tradisi Vajrayana debat adalah salah satu kurikulum studi Dharma. Saya ada bukunya "Debate in Tibetan Buddhism," isinya sangat bagus. Bukunya tebal sekali. Tetapi debat yang dimaksud di sana sangat berbeda dengan debat yang terjadi di milis-milis Buddhis.

Metta,

Tan