//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?  (Read 37316 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
[ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« on: 11 July 2007, 09:13:45 AM »
Bro n Sis Mohon Pencerahan,
Surga Sukhavati itu termasuk dalam 31 alam yg dibabarkan Buddha Gautama nggak?
Buddha Amitabha itu pernah di ceritakan oleh Buddha Gautama nggak?

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #1 on: 11 July 2007, 09:28:12 AM »
surga sukhavati sama buddha amitabha adanya di sutra2 mahayana.
sutta2 theravada gak menyebutkan kedua hal ini.

mendingan keduanya gak dicampuradukkan deh, bisa bikin bingung ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #2 on: 11 July 2007, 09:43:40 AM »
^ ga bermaksud menggabungkan koq.. saya jg kurang ngerti perbedaan maha n thera ^^
cuma yg jadi pertanyaan saya "Sukhavati n Buddha Amitabha" pernah di singgung sama Buddha Gautama nggak? sory kalo pertanyaan'nya nubie bgt.. mohon pencerahan senior :)


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #3 on: 11 July 2007, 09:53:54 AM »
disinggungnya menurut yang mana dulu ?
Kalau di Thera yah tidak pernah, kalau di Maha yah ada.
There is no place like 127.0.0.1

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #4 on: 11 July 2007, 10:15:58 AM »
misalnya dalam ceramah sang Buddha waktu membabarkan Dharma, pernahkah gak Sang Buddha mengatakan kalo Surga Sukhavati itu bla bla bla atau Budha Amitabha itu bla bla bla..
oh ya.. dalam Buddhisme kan ada 31Alam. Sukhavati termasuk salah satu dari 31alam tsbt?

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #5 on: 11 July 2007, 10:18:29 AM »
Kalau membabarkan Dharma versi Theravada nga ada, versi Mahayana ada.
Bingung ? Yah karena memang kitab sucinya beda juga.

Katanya sih, Sukhavati itu bukan di 31 alam kehidupan tata surya ini. Tapi disebelah.
There is no place like 127.0.0.1

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #6 on: 11 July 2007, 10:55:50 AM »
oh iya baru nyadar.. penulisan² ceramah Sang Buddha kan di tulis di kitabsuci.. sdkn kitabsuci versi maha beda sama versi thera.. pantes ga nyambung dari tadi..
eniwei saya mesti percaya yg mana?? ( ya tergantung pemahaman yakk ;) )
Thx Bro mimin..

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #7 on: 11 July 2007, 02:05:04 PM »
oh iya baru nyadar.. penulisan² ceramah Sang Buddha kan di tulis di kitabsuci.. sdkn kitabsuci versi maha beda sama versi thera.. pantes ga nyambung dari tadi..
eniwei saya mesti percaya yg mana?? ( ya tergantung pemahaman yakk ;) )
Thx Bro mimin..

Itu tergantung dgn motivasi saat mempelajari Buddha Dhamma.
Motivasi awal, menengah dan akhir.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #8 on: 11 July 2007, 06:04:18 PM »
Pilih yang paling cocok dengan Anda.
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #9 on: 13 July 2007, 01:31:07 PM »
Mengenai topik ini, bagi saya sebagai newbie,  maka saya akan mencari karakteristik atau ciri dari yang disebut dengan sebuah alam kehidupan. Kemudian saya mencari ciri dari dari Sukhavati. Setelah itu saya membandingkannya. Apabila ciri sebuah alam kehidupan semua ada dalam ciri atau kondisi di Sukhavati, maka Sukhavati adalah suatu alam kehidupan. Ini adalah cara awam dan pemahaman berdasarkan harafiah.

Cara lain adalah pemahaman secara perumpamaan. Jadi apapun kondisi di Sukhavati bahkan istilah Sukhavati dipahami bukan secara harafiah. Jika dikatakan terdapat sungai, maka sungai tersebut bukanlah sungai dalam arti sesungguhnya.

Dan dari apa yang saya pelajari, Sukhavati dalam Mahayana dimana dikatakan para makhluk yang terlahir di sana akan berlatih di sana dan pasti akan mencapai pembebasan (nirvana) di sana. Hal ini sama dengan alam Sudhavasa dalam Theravada. Para makhluk yang lahir di alam Sudhavasa adalah para makhluk yang tidak akan terlahir lagi karena telah mencapai tingkat Anagami dan di alam Sudhavasa tersebut adalah kehidupan terakhir bagi mereka dan mereka  mencapai Pembebasan di alam tersebut. Ini hanya hipotesa saya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #10 on: 13 July 2007, 01:33:50 PM »
 [at] Lim
gk ada..Buddha Gotama gk pernah menyingung tentang Amithaba Buddha or Surga Sukhavati..I'm just so sure bout it..I dun know why ^^

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #11 on: 13 July 2007, 01:34:42 PM »
Quote
Mengenai topik ini, bagi saya sebagai newbie,  maka saya akan mencari karakteristik atau ciri dari yang disebut dengan sebuah alam kehidupan. Kemudian saya mencari ciri dari dari Sukhavati. Setelah itu saya membandingkannya. Apabila ciri sebuah alam kehidupan semua ada dalam ciri atau kondisi di Sukhavati, maka Sukhavati adalah suatu alam kehidupan. Ini adalah cara awam dan pemahaman berdasarkan harafiah.

Cara lain adalah pemahaman secara perumpamaan. Jadi apapun kondisi di Sukhavati bahkan istilah Sukhavati dipahami bukan secara harafiah. Jika dikatakan terdapat sungai, maka sungai tersebut bukanlah sungai dalam arti sesungguhnya.

Dan dari apa yang saya pelajari, Sukhavati dalam Mahayana dimana dikatakan para makhluk yang terlahir di sana akan berlatih di sana dan pasti akan mencapai pembebasan (nirvana) di sana. Hal ini sama dengan alam Sudhavasa dalam Theravada. Para makhluk yang lahir di alam Sudhavasa adalah para makhluk yang tidak akan terlahir lagi karena telah mencapai tingkat Anagami dan di alam Sudhavasa tersebut adalah kehidupan terakhir bagi mereka dan mereka  mencapai Pembebasan di alam tersebut. Ini hanya hipotesa saya.
kerenz...mungkin ada benernya juga ^^

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #12 on: 13 July 2007, 04:31:35 PM »
Oh ya sekedar share..

Saya pernah mendengar dari seorang teman..
Bahwa sebenarnya sutta2 yang dibabarkan Sang Buddha banyak yang hilang
karena perang dulu (Waktu Islam masuk India).
Dan kebetulan sebelum itu, Buddha sudah masuk ke China dan banyak sutta2 yang
telah diterjemahkan ke bahasa China (Mahayana)

Jadi inti yang ingin disampaikan teman saya :
Bahwa sebenarnya Theravada dan Mahayana itu saling melengkapi..

Bagaimana tanggapan rekan2 sedhamma ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #13 on: 13 July 2007, 07:04:13 PM »
 [at] Hedi
gk percaya ah~~ itu mah cuma cara2 buat orng2 lebih percaya kalo Mahayana tulen...lagepula waktu itu di Sri Langka dah ada Buddhism Theravada...jadi impossible kalo ajaran Thera bisa ilang..yg diserang India kok kenanya Sri langka seh..

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #14 on: 14 July 2007, 09:03:23 AM »
Sol...baru aja, Gus Dur telpon aku.  Dia ngomong, "Gitu aja kok dipikirin."

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #15 on: 16 July 2007, 02:09:09 PM »
Iyah, Bhante... [-o< ;D

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #16 on: 17 July 2007, 04:38:41 PM »
^ XIXIXIXIXIXI :D
btw .. thera dan maha saling melengkapi ya ? :D ... melengkapi gimana isa di jelasin bos ?
kekekekeke ... maap .. cikal bakal flame neh xixixixixixi ....

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #17 on: 17 July 2007, 06:19:33 PM »
 [at]  Sdr. Tula..
Saya bertanya karena saya tidak tahu..
Mohon pencerahannya Sdr. Tula..  ^:)^ ^:)^
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #18 on: 18 July 2007, 04:16:58 PM »
kekeke .. pak hedi .. bukan bukan .. maksud saya comment saya yg diatas itu lo .. cikal bakal flame  :))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #19 on: 18 July 2007, 06:12:16 PM »
Waduh..
Jangan panggil bapak lah..
panggil nama saja..
Ntar tua benaran susah jadinya..  =))
Masih muda..  <:-P
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #20 on: 19 July 2007, 09:07:06 AM »
btw .. thera dan maha saling melengkapi ya ? :D ... melengkapi gimana isa di jelasin bos ?
kekekekeke ... maap .. cikal bakal flame neh xixixixixixi ....

nah sekalian tanya neh, ada berapa seh sebutan untuk title kebhikkhuan (lintas aliran/sekte)... krn di Indon dan Thailand (khusus Theravada) dikenal Thera (lebih dr 10 thn) dan Mahathera (lebih dr 20 thn), tapi di Srilanka cuma Thera (lebih dr 10 thn, CMIIW)

bagaimana dengan negara lain dan aliran/sekte lain... biar ga dapat info yg top cer nih  ;D mohon bantuannya  ^:)^

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #21 on: 20 July 2007, 10:08:58 PM »
Ini Surga Sukhavati n Amitabha kok bisa jadi diskusi Thera dan Mahathera seh?
Tapi ga apalah, numpang tanya juga...
Apa sih artinya Thera itu? dan Mahathera itu apalagi?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #22 on: 21 July 2007, 10:38:08 AM »
Ini Surga Sukhavati n Amitabha kok bisa jadi diskusi Thera dan Mahathera seh?
Tapi ga apalah, numpang tanya juga...
Apa sih artinya Thera itu? dan Mahathera itu apalagi?

ya untuk selingan Bhante   _/\_ ya itung2 nambah pengetahuan tentang istilah didalam Buddhism aja... ;D

Thera itu artinya sesepuh (CMIIW) biasanya digunakan untuk mereka yg telah mencapai kesucian (pada jaman Sang Buddha)

Tapi Thera saat ini menjadi gelar/title untuk para Bhikkhu Sangha, dimana Thera diberikan kepada mereka yg telah menjalankan ke-Bhikkhu-an nya selama 10 tahun dan Mahathera diberikan kepada mereka yg telah menjalankan ke-Bhikkhu-an lebih dari 20 tahun... (CMIIW)

nah yg jd pertanyaan saya, ada berapa seh sebutan untuk title ke-Bhikkhu-an (lintas aliran/sekte)... krn di Indon dan Thailand (khusus Theravada) dikenal Thera (lebih dr 10 thn) dan Mahathera (lebih dr 20 thn), tapi di Srilanka cuma Thera (lebih dr 10 thn, CMIIW) bagaimana dengan negara lain dan aliran/sekte lain ?

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #23 on: 23 July 2007, 08:33:07 AM »
OH...begitu...

Dhan, tapi apa artinya Thera dan Mahathera sih? ::)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #24 on: 23 July 2007, 10:14:05 AM »
itu kayak "man" ama "superman", bhante  ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #25 on: 23 July 2007, 10:28:24 AM »
itu kayak "man" ama "superman", bhante  ;D

ya yg simple gtu aja deh ^-^ tp jangan tanya apa arti "man" dan "superman" lg  ;D
« Last Edit: 23 July 2007, 10:32:22 AM by dhanuttono »

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #26 on: 23 July 2007, 10:58:58 AM »
Apakah Thera dan Mahatera bisa mewakili kulitas bathin/kesucian seorang bhante??
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #27 on: 23 July 2007, 11:42:15 AM »
Halah... ini pertanyaan literal ?

Thera = tua/sesepuh
Maha = super/lebih

cuma label lah buat penghargaan karena sudah lama menjalankan vinaya.....
There is no place like 127.0.0.1

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #28 on: 23 July 2007, 01:25:38 PM »
cuma label lah buat penghargaan karena sudah lama menjalankan vinaya.....

Hehehe...iya ini jawaban yang saya harapkan...cuma label....hehehe

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #29 on: 23 July 2007, 11:26:55 PM »
^ XIXIXIXIXIXI :D
btw .. thera dan maha saling melengkapi ya ? :D ... melengkapi gimana isa di jelasin bos ?
kekekekeke ... maap .. cikal bakal flame neh xixixixixixi ....

TAN:

Kalau kita ngomong Thera dan Maha saling melengkapi ya itu tergantung orangnya masing-masing. Kalau sudah cocok dengan Theravada, ya Theravada saja cukup. Kalau sudah cocok dengan Mahayana ya Mahayana saja cukup. Tetapi kalau saya, pelajari kanon kedua2nya, soalnya kanon Mahayana juga mencakup kanon Theravada. Jadi ya ini masalah kecocokan saja. Kita perdebatkan juga tidak ada gunanya.
Buat saya pribadi, dengan belajar Mahayana ajaran Thera dapat lebih dipahami maknanya. Sebaliknya dengan belajar Thera saya jadi mengetahui alasan-alasan atau dasar2 ajaran dalam Mahayana. Tetapi ini pendapat pribadi.

Metta,

Tan

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #30 on: 24 July 2007, 12:35:08 PM »
^ XIXIXIXIXIXI :D
btw .. thera dan maha saling melengkapi ya ? :D ... melengkapi gimana isa di jelasin bos ?
kekekekeke ... maap .. cikal bakal flame neh xixixixixixi ....

TAN:

Kalau kita ngomong Thera dan Maha saling melengkapi ya itu tergantung orangnya masing-masing. Kalau sudah cocok dengan Theravada, ya Theravada saja cukup. Kalau sudah cocok dengan Mahayana ya Mahayana saja cukup. Tetapi kalau saya, pelajari kanon kedua2nya, soalnya kanon Mahayana juga mencakup kanon Theravada. Jadi ya ini masalah kecocokan saja. Kita perdebatkan juga tidak ada gunanya.
Buat saya pribadi, dengan belajar Mahayana ajaran Thera dapat lebih dipahami maknanya. Sebaliknya dengan belajar Thera saya jadi mengetahui alasan-alasan atau dasar2 ajaran dalam Mahayana. Tetapi ini pendapat pribadi.

Metta,

Tan

Hmmmm jadi Theravada dasar-dasarnya mahayana gitu??  :??
 8->
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #31 on: 25 July 2007, 12:12:20 PM »
^ XIXIXIXIXIXI :D
btw .. thera dan maha saling melengkapi ya ? :D ... melengkapi gimana isa di jelasin bos ?
kekekekeke ... maap .. cikal bakal flame neh xixixixixixi ....

TAN:

Kalau kita ngomong Thera dan Maha saling melengkapi ya itu tergantung orangnya masing-masing. Kalau sudah cocok dengan Theravada, ya Theravada saja cukup. Kalau sudah cocok dengan Mahayana ya Mahayana saja cukup. Tetapi kalau saya, pelajari kanon kedua2nya, soalnya kanon Mahayana juga mencakup kanon Theravada. Jadi ya ini masalah kecocokan saja. Kita perdebatkan juga tidak ada gunanya.
Buat saya pribadi, dengan belajar Mahayana ajaran Thera dapat lebih dipahami maknanya. Sebaliknya dengan belajar Thera saya jadi mengetahui alasan-alasan atau dasar2 ajaran dalam Mahayana. Tetapi ini pendapat pribadi.

Metta,

Tan

Hmmmm jadi Theravada dasar-dasarnya mahayana gitu??  :??
 8->

Benar... Ini pengalaman pribadi saya. Belajar Mahayana kalau tidak belajar Theravada terlebih dahulu susah mengerti. Misalnya tentang Atthangikamagga. Meskipun di Mahayana juga ada, tetapi lebih jelas dan gamblang di Theravada. Buku bagus tentang dasar agama Buddha itu, karyanya Bhanthe Sri Dhammananda: "What Buddhist Belief?" Ini layak dibaca. Kalau tidak belajar Mahayana bisa jadi seperti tahayul. Banyak orang yang tidak paham dasar2 agama Buddha, lalu jadi tahayul dan menjadikan Buddha serta Bodhisattva di Mahayana seperti lampu Aladdin untuk meminta berbagai hal demi memupuk lobha (keserakahan). Tetapi saya kira tidak tepat juga kalau dikatakan bahwa Theravada adalah dasarnya Mahayana, karena kanon Mahayana sendiri juga mengandung kanon Pali. Jadi ngomongnya juga susah. Menuangkan sesuatu ke tulisan ga mudah. Kadang kita maksudnya A, tetapi kalau dituliskan jadi B.
Kalau di zaman dahulu memang seharusnya seorang bhikshu belajar Agama Sutra (padanan Nikaya Pali) terlebih dahulu. Jadi ya ajaran Theravada itu sebenarnya sudah masuk ke kanon Mahayana. Tetapi ini pandangan saya sendiri dan tidak perlu diperdebatkan. Apa yang benar bagi seseorang, belum tentu benar bagi orang lain. Penafsiran Dhamma seseorang belum tentu sama. Tetapi kalau kita memperdebatkan atau meributkannya saya kira kurang tepat, karena Guru Buddha dulu tidak mengajarkan Dhamma untuk berdebat.
Semoga bermanfaat.

Metta,

Tan

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #32 on: 25 July 2007, 12:23:08 PM »
Bisa diterima =D> hanya jangan sampai beranggapan yg belajar mahayana merasa lebih tinggi dari theravada sehingga merasa diatas angin  ;) terlebih menjadi tidak mau terima jika dikoreksi ketika pandangannya ada yg miring  _/\_
« Last Edit: 25 July 2007, 12:32:53 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #33 on: 25 July 2007, 12:29:19 PM »
Semoga Roda Dhamma Ajaran Sang Buddha Selalu Berputar di Bumi ini  8->
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #34 on: 25 July 2007, 12:34:19 PM »
Marquee pertama di forum ini  :>-
There is no place like 127.0.0.1

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #35 on: 25 July 2007, 12:47:11 PM »
Bisa diterima =D> hanya jangan sampai beranggapan yg belajar mahayana merasa lebih tinggi dari theravada sehingga merasa diatas angin  ;) terlebih menjadi tidak mau terima jika dikoreksi ketika pandangannya ada yg miring  _/\_

hal yg sama dgn yg belajar theravada  ;D
jgn merasa lbh tinggi dr mahayana krn merasa theravada lbh dahulu ato lbh mendasar drpd mahayana,
terlebih menjadi tidak mau terima jika dikoreksi ketika pandangannya ada yg miring   ;D

theravada dan mahayana saling melengkapi  _/\_
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #36 on: 25 July 2007, 01:01:18 PM »
Sippp lah kalo gitu  ;) jadi marilah berdiskusi dengan sehat  8)
« Last Edit: 25 July 2007, 01:08:10 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #37 on: 25 July 2007, 01:06:03 PM »
theravada dan mahayana saling melengkapi  _/\_

Setuju dengan Bu Jendral LB  ^:)^ ^:)^ ^:)^
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #38 on: 25 July 2007, 01:09:40 PM »
theravada dan mahayana saling melengkapi  _/\_

Setuju dengan Bu Jendral LB  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Wahhhhh bu jendral????  hmmm semoga pak jendral ga turun tangan kalo bu jendral kenapa-kenapa di milis  ;D
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #39 on: 25 July 2007, 01:33:29 PM »
theravada dan mahayana saling melengkapi  _/\_

Setuju dengan Bu Jendral LB  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Wahhhhh bu jendral????  hmmm semoga pak jendral ga turun tangan kalo bu jendral kenapa-kenapa di milis  ;D

FYI, Bu Jendral LB : Ibu Jendral Cewek 1 Truk  :whistle:
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #40 on: 25 July 2007, 01:34:42 PM »
Bisa diterima =D> hanya jangan sampai beranggapan yg belajar mahayana merasa lebih tinggi dari theravada sehingga merasa diatas angin  ;) terlebih menjadi tidak mau terima jika dikoreksi ketika pandangannya ada yg miring  _/\_

TAN:

Setuju, Pak. Oleh karena itu, kalau kita memberikan pendapat atau saran harus dengan semangat persahabatan. Jangan merasa bahwa pendapat kita yang paling benar dan pendapat orang lain sesat. Terkadang kita nulis di milis juga terburu-buru, jadi apa yang kita maksud A bisa jadi B. Selama kita kita menganggap rekan2 seDhamma kita sebagai sahabat yang setara, maka tidak akan ada masalah. Bagi saya, kita semua ini masih belajar, tidak ada yang tinggi atau rendah. Mau Mahayana atau Theravada bagi saya sama saja, yang penting adalah bagaimana tindak-tanduknya di tengah masyarakat. Sudahkan kita mencerminkan sikap Buddhis atau belum. Ini yang susah dan kita semua masih belajar. Saya juga masih suka emosional, walaupun menurut ajaran Buddha saya tahu itu ga benar.
Kita semua juga tahu Dhamma juga dari buku atau dengar kata orang (Bhante, Bhikshu, pandita, dll.), tapi kalau realisasi kita semua masih jauh. Tetapi meskipun hanya dari buku, kita semua harusnya merasa beruntung pernah mengenal Dhamma. Oleh karenanya, tidak bijaksana kita jadikan Dhamma untuk berdebat atau meninggikan ego kita, ini berlaku bagi kita semua, terlepas dari sekte apapun yang dianutnya.
Sekedar sharing, dulu waktu pertama kali masuk agama Buddha, saya teringat bhiksu2 yang ada di film silat, yang nampak bijaksana dalam memberikan petuah2 serta welas asih (walaupun di film silat juga ada bhikshu sesat). Saya kira agama Buddha juga dipenuhi dengan orang2 seperti itu juga. Tetapi kenyataannya lain. Saya juga menyadari bahwa saya selama ini belum mencerminkan sifat-sifat seperti itu, karena itu saya mau terus belajar; karena ajaran Buddha sebenarnya adalah ajaran praktik dan bukannya teori.
Semoga bermanfaat. Mohon maaf kalau ada kata yang salah.

Metta,

Tan

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #41 on: 25 July 2007, 01:48:41 PM »
betulll sekali  >:)<    :-*

kalo pengalaman saya ketika baru mengenal ajaran buddha melihat bhiksu/bhikku itu dari film-film silat disitu malah sering diceritakan mereka suka berantem dan jarang kalah 8) makanya tertarik banget.. eh ga taunya malah yg diajarkan berbeda... tapi untungnya semakin lama malah saya semakin mencintai dan mengagumi ajaran peninggalan guru besar  ^-^

susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #42 on: 25 July 2007, 01:51:09 PM »
 8->
Quote
Master, master, please teach me .....

Radi ! You kill my brother !! Take my revenge !!!!!!!!!!
There is no place like 127.0.0.1

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #43 on: 25 July 2007, 02:12:24 PM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #44 on: 25 July 2007, 04:30:33 PM »
8->
Quote
Master, master, please teach me .....

Radi ! You kill my brother !! Take my revenge !!!!!!!!!!
[/
8->
Quote
Master, master, please teach me .....

Radi ! You kill my brother !! Take my revenge !!!!!!!!!!
quote]

Walah... brother elo yg mana?? bukannya dia lagi bulan madu  :P
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #45 on: 25 July 2007, 04:32:36 PM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan

Ya pasti dipanggil jika dia memiliki pandangan yg salah.. sebab dalam sutta sendiri diceritakan murid-murid buddha bertanya kepada rekannya yg salah setelah tidak ada titik temu baru di adukannya ke buddha.. maka buddha pun memanggilnya  8)
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #46 on: 25 July 2007, 04:35:04 PM »
Buddha yang memanggil atau mereka mendatangi sang Buddha untuk bertanya nih ?
There is no place like 127.0.0.1

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #47 on: 25 July 2007, 10:10:53 PM »
hmmm ada yg sangat mengganjal di hati tula (hauhauhauahuah sok hebat gue :D>:D

sebetulnya kalo kita belajar ajaran buddha ini .. apa harus di terima asal or harus kita teliti kebenarannya ?
maksudku .. kira2 gini:
ya asal ajarannya baik, berguna utk perkembangan batin .. ya uda trima aja ...

or

ga bisa ... harus di teliti2 dan dipikir trus .. cari tau (dengan jari mu  :o emang yellow pages  :))) .. apakah ajaran itu beneran dari buddha, karena sang buddha uda ga da jadi mumet .. akirnya mikir tok  :))

hayo2 bantu2 tula  :-[

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #48 on: 25 July 2007, 10:48:30 PM »
hmmm ada yg sangat mengganjal di hati tula (hauhauhauahuah sok hebat gue :D>:D

sebetulnya kalo kita belajar ajaran buddha ini .. apa harus di terima asal or harus kita teliti kebenarannya ?
maksudku .. kira2 gini:
ya asal ajarannya baik, berguna utk perkembangan batin .. ya uda trima aja ...

or

ga bisa ... harus di teliti2 dan dipikir trus .. cari tau (dengan jari mu  :o emang yellow pages  :))) .. apakah ajaran itu beneran dari buddha, karena sang buddha uda ga da jadi mumet .. akirnya mikir tok  :))

hayo2 bantu2 tula  :-[

TAN:

Kalau menurut saya dua-duanya tidak ada yang salah, tergantung tujuannya apa. Yang atas adalah jika kita seorang umat Buddha. Pada akhirnya memang manfaat suatu Dharma adalah dilihat dari manfaatnya dalam meningkatkan kemajuan batin. Saya merasa terharu membaca kisah Zen mengenai seorang pangeran yang minta ajaran pada seorang bhikshu Zen di Jepang. Pada saat pangeran itu datang, ada orang miskin yang membawa persembahan makanan sangat sederhana pada sang bhikshu. Bhikshu itu bertanya pada orang yang meminta ajaran, "Kamu ingin Dharma?" Sang pangeran mengangguk. Bhikshu Zen berkata lagi, "Kalau begitu silakan kamu makan makanan yang dibawa oleh dermawan ini." Pangeran itu terkejut, "Bagaimana mungkin saya sebagai pangeran makan makanan orang miskin." Guru Zen itu menjawab, "Dharma tidak mengenal kaya dan miskin. Mengembangkan empati dan mengetahui penderitaan orang lain, itulah Dharma. Ajaran saya cuma ini." Nah, ajaran yang di atas itu adalah Dharma. Itu termasuk salah satu Kisah Zen yang saya sukai. Komiknya ada di Gramedia.

Kalau yang kedua, itu bukan tugas umat Buddha, tetapi seorang scholar yang tidak harus Buddhis. Seorang scholar dengan metoda hermeneutika dan kritik teks (textual criticism) berusaha menentukan asal muasal dan usia suatu teks keagamaan. Jadi lebih ke arah keilmuan dan tidak ada hubungannya dengan praktek Dharma. Sebenarnya dua hal di atas tidak bertentangan, kita bisa jadi kedua-duanya. Hanya saja metode scholar punya kelemahan, yaitu tidak pernah dapat memberikan bukti definitif atau pasti apakah suatu naskah benar-benar diajarkan oleh Buddha. Berdasarkan sejarah naskah Buddhis tertua adalah Sutta Nipata, tetapi apakah Sutta Nipata benar-benar diajarkan oleh Buddha atau tidak, kita tidak tahu. Bahkan ada sebagian scholar yang meragukan apakah Buddha benar-benar hidup. Metode skolastik dapat pula bermanfaat untuk memahami tujuan ditulisnya suatu naskah keagamaan, apa makna di baliknya dan lain sebagainya. Tetapi metode skolastik tidak dapat dipakai untuk kemajuan batin, hanya untuk pemahaman naskah secara keilmuan saja.

Agama ka****k adalah agama yang berhasil dengan baik memadukan kedua hal di atas. Mereka tahu bahwa Alkitab tidak disusun seperti yang diyakini oleh tradisi (misalnya Taurat oleh Musa, padahal diketahui ada banyak pengarangnya), tetapi itu tidak menghilangkan penghormatan mereka terhadap Alkitab. Pertamanya saya bingung, mereka tahu kalau kitab sucinya "palsu," tetapi kok tidak kehilangan keyakinan (jadi atheis misalnya). Waktu saya bertanya mereka menjawab, "No! No! Keduanya beda ibarat. Sesuatu yang palsu belum tentu buruk. Bisa jadi sama bergunanya dengan yang kamu anggap "asli." " Sekarang saya jadi tahu maksud perkataan orang itu.

Karena itu, kalau kita mau dapat kemajuan batin ya harus praktik langsung, baru bisa tahu apakah itu Dharma yang bermanfaat atau tidak.

Saya kira sekian dulu. Mohon maaf kalau ada kata2 yang salah. Semoga bermanfaat.

Metta,


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #49 on: 26 July 2007, 12:27:56 AM »
Jadi kesimpulannya??? Surga sukhavatinya ada atau tdk?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #50 on: 26 July 2007, 08:26:26 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #51 on: 26 July 2007, 08:34:08 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

kalo liat ulasan Bhante, mengerikan jg kalo debat itu tidak diperbolehkan, Dhamma dilencengkan asal pake nama Buddha Dhamma, ya cing cai la... terima aja... ci-loko jg tuh.

debat sehat it's ok la, jangan terlalu lunak [mengharamkan debat] jg jangan terlalu keras [menghalalkan debat, apalagi yg ada kusirnya] debat mencari yg benar dengan mempertahankan kebenaran...  ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #52 on: 26 July 2007, 08:52:07 AM »
Setuju, juga untuk mempertebal "keimanan" thd ajaran Nya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #53 on: 26 July 2007, 10:03:19 AM »
Setuju, juga untuk mempertebal "keimanan" thd ajaran Nya.

Waduh "keimanan" lagi, ingat loh "keimanan" ini tidak baku di dalam buddhism.. kalo salah tangkap bisa berabe..
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #54 on: 26 July 2007, 10:06:13 AM »
Buddha yang memanggil atau mereka mendatangi sang Buddha untuk bertanya nih ?
Awal-nya murid saling bertanya.. karena tidak ketemu titik terang.. lapor ke Buddha.. lalu Buddha pun memanggil murid-muridnya.. maka dimulailah pembabaran..

Kadang-kadang juga buddha suka nanya-nanya kemuridnya.. jadi tergantung sikon  :??

 8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D
« Last Edit: 26 July 2007, 10:16:20 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #55 on: 26 July 2007, 10:11:19 AM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 

kalo liat ulasan Bhante, mengerikan jg kalo debat itu tidak diperbolehkan, Dhamma dilencengkan asal pake nama Buddha Dhamma, ya cing cai la... terima aja... ci-loko jg tuh.

debat sehat it's ok la, jangan terlalu lunak [mengharamkan debat] jg jangan terlalu keras [menghalalkan debat, apalagi yg ada kusirnya] debat mencari yg benar dengan mempertahankan kebenaran...  ;D

Kalo ga salah kan di Kalama sutta dan Mahaparinibana sutta disebutin tuh kriteria-kriterianya dalam memahami ajaran Buddha

Supaya lebih afdol dan tidak terkesan opini pribadi :
Sumber Alm. Bhante NARADA Mahatera

The Four Great References

Passing thence from village to village, the Buddha arrived at Bhoganagara and there taught the Four Great Citations or References (Mah?padesa) by means of which the Word of the Buddha could be tested and clarified in the following discourse:

(1) A Bhikkhu may say thus:-- From the mouth of the Buddha Himself have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the teaching of the Master?' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion. "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu".

Let this be regarded as the First Great Reference.

(2) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives the Sangha together with leading Theras. From the mouth of that Sangha have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: 'Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the second Great Reference.

(3) Again a Bhikkhu may say thus:-- 'In such a monastery dwell many Theras and Bhikkhus of great learning, versed in the teachings, proficient in the Doctrine, Vinaya, Discipline, and Matrices (M?tik?). From the mouth of those Theras have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teaching of the Master. His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has been correctly grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the Third Great Reference.

(4) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives an elderly Bhikkhu of great learning, versed in the teachings, proficient in the Dhamma, Vinaya, and Matrices. From the mouth of that Thera have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teachings."

Let this be regarded as the Fourth Great Reference.

These, Bhikkhus, are the Four Great References.
« Last Edit: 26 July 2007, 10:18:48 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #56 on: 26 July 2007, 10:32:40 AM »
Kadang-kadang juga buddha suka nanya-nanya kemuridnya.. jadi tergantung sikon  :??

 8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D

bro Radi dulu belajar Dhamma pernah kena jewer/strap ya ?  ^-^ kalo di sharingkan di sini pasti jg menarik loh... [mode kidding on]. kalo mau baca yg lucu2 itu byk di kitab vinaya [komentar/latar belakang munculnya butir2 Vinaya bagi para Bhikkhu]

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #57 on: 26 July 2007, 11:51:17 AM »
8-> Sayang jaman dulu buddha ga ada sistem jewer/starp (berdiri satu kaki)... kalo ada.. wah bisa tambah menarik lagi baca sutta-sutta  ;D

Tau aja? Bukannya Buddha pernah menjelaskan bahwa ada beberapa cara mengajar orang: diberitahu secara tak langsung, diberitahu secara langsung atau malah dipukul, baru orangnya sadar. 

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #58 on: 26 July 2007, 11:59:38 AM »
Jadi kesimpulannya??? Surga sukhavatinya ada atau tdk?

TAN:

Ada dan tidak ada.... Tergantung dari sudut mana kita menjawabnya.

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #59 on: 26 July 2007, 12:02:41 PM »
Namo Buddhaya,

Mungkin seandainya kalo Guru Buddha belum parinibanna dan ada di dunia ini, Beliau akan kecewa pada kita-kita karena menjadikan ajaranNya untuk berdebat. Kita semua pasti akan dipanggilNya dan dinasihati.

Metta,

Tan
Eh...jangan salah..."Debat" adalah tradisi India untuk mencari siapa yang benar dalam mempertahankan Tipitaka pada konsili-konsili awal karena muncul banyak versi Tipitaka pada waktu itu.  Oleh sebab itu, "Debat" masih dipergunakan orang2 Vajrayana untuk mencari kebenaran dalam Tripitaka.

 


TAN:

Namo Buddhaya,

Benar sekali Bhante. Dalam Tradisi Vajrayana debat adalah salah satu kurikulum studi Dharma. Saya ada bukunya "Debate in Tibetan Buddhism," isinya sangat bagus. Bukunya tebal sekali. Tetapi debat yang dimaksud di sana sangat berbeda dengan debat yang terjadi di milis-milis Buddhis.

Metta,

Tan

Offline tunky

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #60 on: 26 July 2007, 02:12:17 PM »
Dear Lim.
Yes, Sakyamuni Buddha did talk about the Amitabha Buddha, malah sangat mendetil mendeskripsikan Pureland (Sukkhavatti).
Ini salah satu referensi nya:
http://online.sfsu.edu/~rone/Buddhism/amitabha.htm

Seperti yg bisa kita baca di bagian awalnya:

Thus I have heard, at one time time Buddha dwelt at Sravasti in the Jeta grove in the garden of the Bene-factor of Orphans and the Solitary  together with a gathering of great Bhiksus, 1250 in all, all great Ar-hats whom the assembly knew and recognized:  Elders Sari-putra, Mahamaudgalyayana, Mahakasyapa, Mahakatyayana, Mahakausthila, Revata, Suddhipanthaka, Nanda, Ananda, Rahula, Gavampati, Pindola-bharadvaja, Kalodayin, Mahakaphina, Vakkula, Aniruddha, and others such as these, all great disciples; together with all the Bodhisattvas, Mahasattvas: Dharma Prince Manjusri, Ajita Bodhisattva, Gandhastin Bodhisattva, Nityodyukta  Bodhisattva, and others such as these, all great Bodhisattvas; and to-gether with Sakra, chief among gods, and the numberless great multitudes from all the heavens.

At that time the Buddha told the Elder Sariputra, "Passing from here through hundreds of thousands of millions of Buddhalands to the West, there is a world called Ultimate Bliss.  In this land a Buddha called Amitabha right now teaches the Dharma. Sariputra, for what reason is this land called Ultimate Bliss? All living beings  of this country endure none of the suf-ferings, but enjoy every bliss.  Therefore, it is called 'Ultimate Bliss'.
....

Disini jelas2 tertulis bahwa Sakyamuni Buddha membabarkan ttg Amitabha Buddha kepada Sariputra, Ananda, Rahula, dll.
Apa ini masih berarti bahwa sutra ini cuma exist di mahayana?
Bukankah theravada juga mengenal para siswa2 sang Buddha tersebut?

Saya ngga ngerti kenapa semua yg me-respons pertanyaan ini begitu mudah dan cepat menyangkal kebenaran Amitabha Buddha, hanya karena dia lebih identik dengan Mahayana school of Buddhism.
haha..

[at] Lim
gk ada..Buddha Gotama gk pernah menyingung tentang Amithaba Buddha or Surga Sukhavati..I'm just so sure bout it..I dun know why ^^

For El Sol, You can't be too sure about something you don't know much about.
Next time, do some research and learn some more before you answer. ;)
Giving wrong answer is worse than not answering. You can mislead people and take away people's opportunity to learn by doing that.

Metta,
Tung.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #61 on: 26 July 2007, 03:16:00 PM »
Nah kembali kita ulang yg terdapat di penjelasan buddha gautama kepada bhante ananda pada point pertama  ;D  nah jika penjelasan itu tidak ada di versi yg lain apakah kita harus bisa langsung menerima??  ??? mari kita lakukan reset bersama-sama  ;)

The Four Great References

Passing thence from village to village, the Buddha arrived at Bhoganagara and there taught the Four Great Citations or References (Mah?padesa) by means of which the Word of the Buddha could be tested and clarified in the following discourse:

(1) A Bhikkhu may say thus:-- From the mouth of the Buddha Himself have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the teaching of the Master?' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion. "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu".

Let this be regarded as the First Great Reference.

(2) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives the Sangha together with leading Theras. From the mouth of that Sangha have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: 'Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the second Great Reference.

(3) Again a Bhikkhu may say thus:-- 'In such a monastery dwell many Theras and Bhikkhus of great learning, versed in the teachings, proficient in the Doctrine, Vinaya, Discipline, and Matrices (M?tik?). From the mouth of those Theras have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teaching of the Master. His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has been correctly grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the Third Great Reference.

(4) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives an elderly Bhikkhu of great learning, versed in the teachings, proficient in the Dhamma, Vinaya, and Matrices. From the mouth of that Thera have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teachings."

Let this be regarded as the Fourth Great Reference.

These, Bhikkhus, are the Four Great References.
« Last Edit: 26 July 2007, 03:32:21 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #62 on: 26 July 2007, 05:51:09 PM »
keberadaan sukhavati dan Buddha Amitabha sama sekali tidak bertentangan dengan four great references...
Nah kembali kita ulang yg terdapat di penjelasan buddha gautama kepada bhante ananda pada point pertama  ;D  nah jika penjelasan itu tidak ada di versi yg lain apakah kita harus bisa langsung menerima??  ??? mari kita lakukan reset bersama-sama  ;)

The Four Great References

Passing thence from village to village, the Buddha arrived at Bhoganagara and there taught the Four Great Citations or References (Mah?padesa) by means of which the Word of the Buddha could be tested and clarified in the following discourse:

(1) A Bhikkhu may say thus:-- From the mouth of the Buddha Himself have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the teaching of the Master?' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion. "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu".

Let this be regarded as the First Great Reference.

(2) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives the Sangha together with leading Theras. From the mouth of that Sangha have I heard, have I received thus: 'This is the Doctrine, this is the Discipline, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: 'Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Discourses and agree with the Disciplinary Rules, you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has correctly been grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the second Great Reference.

(3) Again a Bhikkhu may say thus:-- 'In such a monastery dwell many Theras and Bhikkhus of great learning, versed in the teachings, proficient in the Doctrine, Vinaya, Discipline, and Matrices (M?tik?). From the mouth of those Theras have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teaching of the Master. His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the word of the Exalted One, this has been correctly grasped by the Bhikkhu."

Let this be regarded as the Third Great Reference.

(4) Again a Bhikkhu may say thus:? 'In such a monastery lives an elderly Bhikkhu of great learning, versed in the teachings, proficient in the Dhamma, Vinaya, and Matrices. From the mouth of that Thera have I heard, have I received thus: 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teaching.' His words should neither be accepted nor rejected. Without either accepting or rejecting such words, study thoroughly every word and syllable and then put them beside the Discourses (Sutta) and compare them with the Disciplinary Rules (Vinaya). If, when so compared, they do not harmonise with the Discourses and do not agree with the Disciplinary Rules, then you may come to the conclusion: "Certainly this is not the word of the Exalted One, this has been wrongly grasped by the Bhikkhu."

Therefore you should reject it.

If, when compared and contrasted, they harmonise with the Suttas and agree with the Vinaya, then you may come to the conclusion: "Certainly this is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Master's Teachings."

Let this be regarded as the Fourth Great Reference.

These, Bhikkhus, are the Four Great References.

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #63 on: 26 July 2007, 05:54:06 PM »
referensi tentang Buddha Amitabha dan Sukhawati
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,204.0.html

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #64 on: 26 July 2007, 06:11:28 PM »
cuma mo tanya iseng2 nih... setau gw sih, Buddha cuma ngajarin dalam 1x kehidupan doang.... karena setelah fisiknya (yang sankhata atau berkondisi) tidak ada lagi, maka akan menjadi asankhata atau tidak berkondisi.....

nah kalau buddha amitabha sedang mengajar di sukhavati, seharusnya dia ga akan ngajar lagi di bumi ini dong???

mungkin itu hal esensi yang perlu dipertanyakan dulu yah..

maaf jika ada kata2 yang salah.......

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #65 on: 26 July 2007, 11:28:01 PM »
setau saya, Sang Buddha pun sekarang sedang mengajar di alam yang lain.... 
memangnya ada yang mengajarkan setelah mencapai asankhata, lantas tidak bisa mengajar lagi?

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #66 on: 27 July 2007, 09:02:03 AM »
Everyone is Buddha...Saddhu!!!

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #67 on: 27 July 2007, 11:51:19 AM »
referensi tentang Buddha Amitabha dan Sukhawati
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,204.0.html
referensi tentang Buddha Amitabha dan Sukhawati
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,204.0.html
Ow.. saya butuh referensi langsung dari sutra-nya  :D  lantas kita studi banding, karena saya berusaha ber-diskusi bukan ber-argumen  :-[
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #68 on: 27 July 2007, 11:57:05 AM »
setau saya, Sang Buddha pun sekarang sedang mengajar di alam yang lain.... 
memangnya ada yang mengajarkan setelah mencapai asankhata, lantas tidak bisa mengajar lagi?

Nah kalo saya balik pertanyaan.. ketika sang buddha mengajar apakah sang buddha disini masih memiliki nama dan rupa / pancaindra / pancaskanda ??
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #69 on: 27 July 2007, 12:01:55 PM »
Everyone is Buddha...Saddhu!!!

Calon buddha kali bhante ya  :??  ;D .. kalo semua buddha.. jadi ga ada diskusi lagi donk ;D atu mungkin itu yg terbaik ya??  :??    _/\_
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #70 on: 27 July 2007, 01:10:07 PM »
Disini jelas2 tertulis bahwa Sakyamuni Buddha membabarkan ttg Amitabha Buddha kepada Sariputra, Ananda, Rahula, dll.
Apa ini masih berarti bahwa sutra ini cuma exist di mahayana?
Bukankah theravada juga mengenal para siswa2 sang Buddha tersebut?

Sdr. Tungky, jika hanya menggunakan alasan ini, saya rasa terlalu lemah. Alasan hanya menggunakan nama para siswa, adalah alasan sangat lemah karena semua orang dengan mudah bisa mencantumkan nama-nama itu dalam tulisan yang baru ia buat, semudah memasukan nama Tini, Tono dan Budi dalam sebuah novel dan memasukan novel tersebut dalam jajaran sastra Indonesia di rak perpustakaan. 
Menggunakan alasan karena adanya nama para siswa dan kalimat “Demikianlah yang saya dengar:” sebagai alasan sutta/sutra tersebut merupakan sabda Sang Buddha, merupakan alasan yang lemah.
Saya rasa ada alasan yang lebih baik dari ini, mungkin rekan yang lain bisa menjelaskan atau anda bisa menyimak diskusi http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,130.0.html
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #71 on: 27 July 2007, 05:11:17 PM »
seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik isi sebuah sutta... apa dasarnya.???

Disini jelas2 tertulis bahwa Sakyamuni Buddha membabarkan ttg Amitabha Buddha kepada Sariputra, Ananda, Rahula, dll.
Apa ini masih berarti bahwa sutra ini cuma exist di mahayana?
Bukankah theravada juga mengenal para siswa2 sang Buddha tersebut?

Sdr. Tungky, jika hanya menggunakan alasan ini, saya rasa terlalu lemah. Alasan hanya menggunakan nama para siswa, adalah alasan sangat lemah karena semua orang dengan mudah bisa mencantumkan nama-nama itu dalam tulisan yang baru ia buat, semudah memasukan nama Tini, Tono dan Budi dalam sebuah novel dan memasukan novel tersebut dalam jajaran sastra Indonesia di rak perpustakaan. 
Menggunakan alasan karena adanya nama para siswa dan kalimat “Demikianlah yang saya dengar:” sebagai alasan sutta/sutra tersebut merupakan sabda Sang Buddha, merupakan alasan yang lemah.
Saya rasa ada alasan yang lebih baik dari ini, mungkin rekan yang lain bisa menjelaskan atau anda bisa menyimak diskusi http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,130.0.html


Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #72 on: 27 July 2007, 09:12:27 PM »
seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik isi sebuah sutta... apa dasarnya.???

seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik pengkritik isi sebuah sutta...apa dasarnya.???   ^-^
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #73 on: 27 July 2007, 09:17:39 PM »
seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik isi sebuah sutta... apa dasarnya.???


apakah cuma seorang arahat yg boleh/bs mengkritisi isi sebuah Sutta ? misalkan ada sebuah Sutta yg dilencengkan, kemudian menggunakan embel2 Buddha Dhamma, apakah tidak boleh dikiritisi ? apakah itu diterima sebagai bagian dari Sutta ? bs ka chow itu nantinya... karena adanya kebijakan2 pribadi/kelompok terhadap Dhamma, maka bakal byk Dhamma yg terhapus demi kebijakan2 tersebut.


NB: ini diluar pembicaraan terhadap Surga Sukhavati n Buddha Amitabha bener atau tidak loh ya...

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #74 on: 27 July 2007, 09:23:57 PM »
seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik isi sebuah sutta... apa dasarnya.???

seseorang yang belum mencapai ke-arahatan namun bisa mengkritik pengkritik isi sebuah sutta...apa dasarnya.???   ^-^

nah bener tuh, ketika seseorang harus dituntun menjadi arahat untuk dapat mengenal dan mengkritik Sutta [Dhamma], apakah orang yg meng-kritik si peng-kritik Sutta jg mengenal Dhamma layaknya orang yg telah mencapai ke-arahatan ? jika belum, koq tau bahwa si peng-kritik Sutta itu salah dalam meng-kritisi Sutta ?

kita sama-sama tidak mengetahui, so kudu dicari tau...  _/\_

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #75 on: 27 July 2007, 09:33:49 PM »
Everyone is Buddha...Saddhu!!!

Calon buddha kali bhante ya  :??  ;D .. kalo semua buddha.. jadi ga ada diskusi lagi donk ;D atu mungkin itu yg terbaik ya??  :??    _/\_

Buddha sama dengan Dhamma, Dhamma sama dengan Sangha, Buddha sama dengan Sangha.
Blum pernah tau tentang ini yah?
Dhamma sama dengan Dukkha.  Everyone has Dukkha.  Can we learn Dhamma from everyone?  Is there any Buddha in everyone?

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #76 on: 28 July 2007, 08:56:49 AM »
Everyone is Buddha...Saddhu!!!

Calon buddha kali bhante ya  :??  ;D .. kalo semua buddha.. jadi ga ada diskusi lagi donk ;D atu mungkin itu yg terbaik ya??  :??    _/\_

Buddha sama dengan Dhamma, Dhamma sama dengan Sangha, Buddha sama dengan Sangha.
Blum pernah tau tentang ini yah?
Dhamma sama dengan Dukkha.  Everyone has Dukkha.  Can we learn Dhamma from everyone?  Is there any Buddha in everyone?

Maaf bhante sekedar sharing jika buddha sama dengan sangha saya sedikit agak mengerti dan sedikit agak tau.. tapi kalo individu sangha sama dengan buddha kayaknya itu belum tentu deh..  ???   ;D
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #77 on: 28 July 2007, 05:07:39 PM »
Everyone is Buddha...Saddhu!!!

Calon buddha kali bhante ya  :??  ;D .. kalo semua buddha.. jadi ga ada diskusi lagi donk ;D atu mungkin itu yg terbaik ya??  :??    _/\_

Buddha sama dengan Dhamma, Dhamma sama dengan Sangha, Buddha sama dengan Sangha.
Blum pernah tau tentang ini yah?
Dhamma sama dengan Dukkha.  Everyone has Dukkha.  Can we learn Dhamma from everyone?  Is there any Buddha in everyone?

Maaf bhante sekedar sharing jika buddha sama dengan sangha saya sedikit agak mengerti dan sedikit agak tau.. tapi kalo individu sangha sama dengan buddha kayaknya itu belum tentu deh..  ???   ;D
Kan ada dua macam Sangha: 1. Ariya Sangha adalah Sangha yang telah meralisasi Dhamma. dan 2. Samutti Sangha adalah Sangha perkumpulan para Bhikkhu.

Tentu saja, yang saya maksud diatas adalah Ariya Sangha.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #78 on: 28 July 2007, 11:28:34 PM »
Kan ada dua macam Sangha: 1. Ariya Sangha adalah Sangha yang telah meralisasi Dhamma. dan 2. Samutti Sangha adalah Sangha perkumpulan para Bhikkhu.

Tentu saja, yang saya maksud diatas adalah Ariya Sangha.

ow.. Ic...  :-[ nah kebetulan bhante sedikit OOT.. bhante mengatakan aria sangha telah merealisasikan Dhamma, tapi sebelumnya bhante mengatakan Dhamma sama dengan Dukkha.. yg saya tangkap maksud sebenernya bukan berarti seperti : Ariya sangha telah merealisasikan dukkha kan?  ???  selain itu dalam kesempatan baik ini saya ingin sedikit lebih memahami apakah Dhamma dalam arti sesungguhnya?? sebab masih banyak yg belum mengerti arti Dhamma termasuk saya  :-[ selama ini yg diketahui dukka hanyalah ajaran buddha, namun dikatakan buddha menemukannya.. jika menemukan berarti dhamma sudah ada sebelum buddha ada.. mohon bimbingan bhante  _/\_
« Last Edit: 28 July 2007, 11:30:27 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #79 on: 29 July 2007, 07:21:05 AM »
Kan ada dua macam Sangha: 1. Ariya Sangha adalah Sangha yang telah meralisasi Dhamma. dan 2. Samutti Sangha adalah Sangha perkumpulan para Bhikkhu.

Tentu saja, yang saya maksud diatas adalah Ariya Sangha.

ow.. Ic...  :-[ nah kebetulan bhante sedikit OOT.. bhante mengatakan aria sangha telah merealisasikan Dhamma, tapi sebelumnya bhante mengatakan Dhamma sama dengan Dukkha.. yg saya tangkap maksud sebenernya bukan berarti seperti : Ariya sangha telah merealisasikan dukkha kan?  ???  selain itu dalam kesempatan baik ini saya ingin sedikit lebih memahami apakah Dhamma dalam arti sesungguhnya?? sebab masih banyak yg belum mengerti arti Dhamma termasuk saya  :-[ selama ini yg diketahui dukka hanyalah ajaran buddha, namun dikatakan buddha menemukannya.. jika menemukan berarti dhamma sudah ada sebelum buddha ada.. mohon bimbingan bhante  _/\_

Sang Buddha mengatakan: Siapa yang melihat Dukkha, dia melihat Dhamma.

Dhamma:    
(1) Kejadian; fenomena yang telah dan sedang terjadi;
(2) Kualitas mental;
(3) Doktrin, ajaran;
(4) Hukum penting yang perlu dipraktekkan oleh manusia agar sesuai dengan tatanan alam. Dengan kata lain Dhamma (biasa ditulis dengan diawali huruf besar) juga digunakan untuk menyebut Ajaran yang mengajarkan hal-hal tersebut. Karena itu Dhamma yang diajarkan Sang Buddha mencakup baik ajarannya maupun penerapan untuk Nibbàna, kualitas yang ingin direalisasi dari ajaran-Nya.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #80 on: 29 July 2007, 08:11:56 PM »
 [at] Upaseno
wah Bhante..akhirneeee...dateng berdiskusi Dhamma juga...^^

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #81 on: 30 July 2007, 08:49:18 AM »
Sang Buddha mengatakan: Siapa yang melihat Dukkha, dia melihat Dhamma.

Dhamma:    
(1) Kejadian; fenomena yang telah dan sedang terjadi;
(2) Kualitas mental;
(3) Doktrin, ajaran;
(4) Hukum penting yang perlu dipraktekkan oleh manusia agar sesuai dengan tatanan alam. Dengan kata lain Dhamma (biasa ditulis dengan diawali huruf besar) juga digunakan untuk menyebut Ajaran yang mengajarkan hal-hal tersebut. Karena itu Dhamma yang diajarkan Sang Buddha mencakup baik ajarannya maupun penerapan untuk Nibbàna, kualitas yang ingin direalisasi dari ajaran-Nya.


saya ada sedikit pertanyaan tambahan lagi bhante, apakah yg melihat sukkha itu tidak dapat melihat Dhamma??  :-[ (maaf bhante sering nanya  8) .. abis nanya enak sih bisa nambah wawasan)

Oya bhante menuliskan : Dhamma (yg sering menggunakan awalan huruf besar), apakah memiliki pengaruh jika dituliskan dengan huruf awal kecil (dhamma)?? jika "Buddha" dengan "Budha" sudah tentu memiliki perbedaan arti yg sangat jauh.. mohon jawabannya bhante  _/\_
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #82 on: 30 July 2007, 01:33:40 PM »
Quote from: Post dari Sdr. Yohanes - FS

Amitabha Sutra

Klik SINI untuk lihat detail

Demikianlah yang telah kudengar : Pada suatu saat Hyang Buddha berdiam di Sravasti pertapaan Jeta Taman Anthapindika bersama serombongan Bhiksu yang berjumlah seribu dua ratus lima puluh yang semuanya Arahat yang di kenal oleh semua orang seperti Sesepuh Sariputra : Mahamaudgalyayana, Mahakasyapa, Mahakatyayana, Mahakausthila, Revata, Suddhipanthaka, Nanda, Ananda, Rahula, Gavampati, Pindolabharadvaja, Kalodayin, Mahakaphina, Vakkula, Aniruddha, dan beserta Siswa-siswa terkemuka lainnya ; dan para Bodhisattva Mahasattva, Manjusri Pangeran Dharma, Ajita Bodhisattva, Gandhastin Bodhisattva, Nityodyukta Bodhisattva, dengan para Bodhisattva Mahasattva lainnya ; dan dengan Sakra, Indra atau Raja para dewata yang tak terhingga jumlahnya.

Pada saat itu Hyang Buddha bersabda kepada sesepuh Sariputra : Sebelah Barat dari sini melewati ratusan ribu Koti negeri Buddha, terdapat sebuah alam yang bernama Sukhavati. Ada seseorang Tathagata yang bernama Amitabha. Kini beliau tengah mengajarkan Dharma.

Sariputra, apakah sebabnya alam itu disebut Sukhavati ?

Karena di alam Sukhavati tiada lagi penderitaan bagi makhluk-makhluk yang hidup di sana ! Sumber kebahagiaan tak terhingga banyaknya, oleh sebab itu disebut Sorga Sukhavati. Dan lagi, oh, Sariputra ! Di Sorga Sukhavati terdapat tujuh tingkat Veranda dengan tujuh tirai rajutan, tujuh baris jajaran pohon, semua terbentuk dari empat macam mustika. Karenanya negeri itu disebut kebahagiaan sempurna. Lagi pula Sariputra, di alam Sukhavati terdapat tujuh kolam permata berisi air yang memiliki delapan sifat kebaikan. Dasar kolam penuh dengan hamparan pasir emas, keempat sisinya terdapat tangga yang terbuat dari : emas, perak, batu lazuardi dan batu kristal, di atas terdapat pagoda-pagoda yang terhias emas, perak, beryl, kristal, Musaragarbha batu-batu akik, indung mutiara. Di kolam-kolam terdapat bunga teratai sebesar roda pedati, berwarna hijau dengan kemilau hijaunya, berwarna kuning dengan kemilau kuningnya, berwarna merah dengan kemilau merahnya dan berwarna putih dengan kemilau putihnya, lembut, menakjubkan, indah dan murni. O Sariputra, demikianlah negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan yang indah, megah dan agung, lagipula Sariputra, di negeri Buddha ini senantiasa terdengar musik surgawi dan tanahnya kuning emas. Dalam enam periode sehari semalam, turun hujan bunga-bunga Mandrawa. Tiap makhluk di negeri ini, sepanjang pagi yang cerah dengan jubahnya mengumpulkan bunga dan mempersembahkannya kepada beratus ribu koti Buddha dari penjuru lain. Pada waktu makan mereka kembali ke negeri mereka masing-masing, dan usai makan mereka istirahat. O Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna. Dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung. Lagipula Sariputra, di negeri ini selalu ada burung-burung beraneka warna nan indah dan langka, burung seriap putih, merak, kakaktua, bangau putih kecil, kalavinka dan burung berkepala dua. Kumpulan burung ini bernyanyi dalam enam periode sehari semalam dengan suara merdu dan harmonis. Suara mereka yang jernih dan riang membabarkan lima akar kebajikan. , tujuh bagian bodhi, delapan jalan suci dan Dharma-dharma lain. Bila makhluk di negeri itu, mendengar suara-suara ini mereka bersama-sama ingat akan Buddha, ingat akan Dharma dan ingat akan Sangha.

O, Sariputra , janganlah mengira bahwa burung-burung ini lahir akibar pelanggaran karma mereka karena alasan apakah? Di negeri ini tidak ada tiga jenis kelahiran sesat. O, Sariputra di negeri Buddha ini bahkan nama-nama tiga jenis kelahiran sesat tidak ada.

Bagaimana sebenarnya ?

Kumpulan burung ini semuanya diciptakan melalui penjelmaan oleh Amitabha Buddha agar suara Dharma tersiar luas. O, Sariputra , di negeri Buddha itu, ketika semilir angin berhembus, barisan pohon-pohon permata dan tirai-tirai permata menimbulkan suara-suara lembut dan indah. Laksana seratus ribu jenis musik dialunkan pada saat yang sama. Mereka yang mendengar suara ini dengan sendirinya ingat akan Buddha, ingat akan Dharma, ingat akan Sangha. O, Sariputra, negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung.

O, Sariputra apa yang kau pikirkan? Mengapa Buddha ini disebut Amitabha?

O Sariputra, kemilau cahaya Buddha ini tak terhingga menerangi sepuluh penjuru dunia tanpa halangan. Oleh karenanya disebut Amitabha lagipula O Sariputra, kehidupan Buddha ini dan rakyatnya mencapai kalpa Asankhyeya, tiada terbatas tiada terhingga. Oleh karenanya disebut Amitabha. O Sariputra sejak Amitabha mencapai tingkat kebuddhaan sepuluh kalpa telah berlalu. Lagipula Sariputra, Buddha ini mempunyai siswa-siswa pendengar suara tak terhingga, tak terbatas. Semua arahat, jumlah mereka tak dapat dihitung demikian pula kumpulan Bodhisattva. O Sariputra, demikinlah adanya negeri kebahagiaan sempurna dengan pahala dan kebajikan terhias, megah dan agung. Lagipula Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna makhluk hidup yang lahir semuanya Avaivartika. Di antara mereka banyak yang dalam kehidupan ini mencapai tingkat kebuddhaan, jumlah mereka sangatlah banyak tidak dapat dihitung dan hanya dapat disebut Kalpa Asankhyeya. Yang tiada terbatas, tiada terhingga.

O, Sariputra mahluk hidup yang mendengar ini seyogyanya berikrar agar dilahirkan dinegeri itu, mengapa demikian ?

Agar mereka yang berhasil adalah orang yang suci dan saleh semua berkumpul bersama-sama di satu tempat. O, Sariputra seorang tidak boleh kurang dalam perbuatan-perbuatan baik, berkah, kebajikan dan hubungan penyebab untuk mencapai kelahiran dinegeri itu. Sariputra, kalau ada seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi, mendengar nama Amita Buddha danmemanjatkan nama itu baik selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, dengan sepenuh hati dan tanpa gangguan, bila orang itu mendekati akhir hayatnya, Amita Buddha berserta para orang suci akan muncul dihadapannya. Ketika akhir hayatnya tiba hatinya tidak goyah, ia akan terlahir di negeri kebahagiaan sempurna Amitabha Buddha Sariputra, karena aku melihat manfaatnya maka ku-ucapkan kata-kata itu. Jika mahluk hidup mendengar ucapan ini, mereka seharusnya berikrar untuk lahir di negeri itu.

O Sariputra, sebagaimana aku sekarang memuji manfaat yang tak terkira dari jasa dan kebajikan Amitabha Buddha, demikian juga ditimur ada Aksobhya Buddha, Merudhvaja Buddha, Mahameru Buddha, Meruprabhasa Buddha, Sughosa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga. Di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi Trisuhhasra Mahasahasra loka datu dengan kata-kata tulus dan nyata. Semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra, di dunia sebelah selatan ada Chandrasuryapradipa Buddha, Yasahprabha Buddha, Maharciskamdha Buddha, Merupradipa Buddha, Arantavirya Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negeri-Nya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata tulus dan nyata semua mahluk hidup, patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh khidmat akan jasa kebajikan yang tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra di dunia sebelah Barat, ada Amitayus Buddha, Amitaskhamdha Buddha, Amitadhavaja Buddha, Mahaprabha Buddha, Maharasmiprabha Buddha, Maharatnaketu Buddha, Suddharasmi Buddha dan Buddha-Buddha lainnya, yang tak terhingga seperti pasir-pasir di sungai Gangga dinegerinya masing-masing, mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang. Menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu, dengan kata tulus dan nyata semua makhluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh, khidmat akan jasa kebajikan tak terkirakan dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra didunia sebelah utara ada Maharciskamdha Buddha, Dumdubhisvaranirghosa Buddha, Duspradharsa Buddha, Adityasambhava Buddha, Jalemiprabha Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tidak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata-kata tulus dan nyata. Semua mahluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa kebajikan tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini, Sariputra di dunia sebelah bawah (nadir ) ada Simha Buddha, Yasas Buddha , Yasahprabha Buddha, Dharma Nuddha , Dharmadhvaja Buddha, Dharmadhara Buddha dan Buddha-Buddha liannya yang tidak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah yang maha luas dan panjang menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata kata tulus dan nyata semua makhluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh, akan jasa kebajikan tak terkirakan dari sutra yang di karuniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini di dunia sebelah atas (zenit) ada Brahmaghosa Buddha, Naksatraraja Buddha, Gamdhottama Buddha, Gamdhaprabhasa Buddha, Maharciskamdha Buddha, Ratnakusumasampuspitagatra Buddha, Sa lendraraja Buddha, Ratnotpalasri Buddha, Sarvarthadarsa Buddha, Sumerukalpa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terbilang seperti butiran pasir. Di sungai Gangga, di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua makhluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa kebaikan tak terkirakan dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra, Apa yang kau pikirkan ? Mengapa sutra ini disebut sutra yang dikaruniai dan dilindungi semua Buddha ?

O Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi atau wanita berbudi mendengar sutra ini dan mengucapkannya serta mendengar nama-nama semua Buddha ini. Lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataku dan ucapan semua Buddha. Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar: "Aku berhasrat lahir si negeri Amitabha". Orang-orang ini semua tidak akan gagalmencapai Annutara Samyak Sambodhi. Apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa yang akan datang. Sebab itu Sariputra semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi. Jika mereka orang-orang yang memilik keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini. O Sariputra sebagaimana Aku memuji jasa dan kebaikan semua Buddha, semua Buddha juga memuji jasa dan kebajikanKu yang tak terkirakan, dengan mengucapkan kata-kata : "Sakyamuni Buddha dapat melasanakan secara luar biasa perbuatan-perbuatan sulit di dunia saha, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan diantara kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan, kekeruhan penderitaan, kekeruhan makhluk hidup dan kekeruhan kehidupan. Ia dapat mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi makhluk hidup, membabarkan Dharma. Ini yang diseluruh dunia sulit dipercaya, Sariputra. Kamu seharusnya mengerti bahwa Aku, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan mempraktekkan perbuatan yang sulit ini, mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi semua dunia kuucapkan Dharma yang sulit dipercaya ini, benar-benar sulit untuk dipercaya."

Setelah Hyang Buddha mengucapkan sutra ini, Sariputra dan semua Bhiksu, semua dewa manusia dan para Asura dan yang lain-lain dari dunia, mendengar apa yang telah Hyang Buddha sabdakan menyambut dengan sukacita, menyembah dengan sujud dan mohon diri.

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #83 on: 30 July 2007, 03:45:23 PM »
Quote from: Post dari Sdr. Yohanes - FS

Amitabha Sutra

Klik SINI untuk lihat detail

Demikianlah yang telah kudengar : Pada suatu saat Hyang Buddha berdiam di Sravasti pertapaan Jeta Taman Anthapindika bersama serombongan Bhiksu yang berjumlah seribu dua ratus lima puluh yang semuanya Arahat yang di kenal oleh semua orang seperti Sesepuh Sariputra : Mahamaudgalyayana, Mahakasyapa, Mahakatyayana, Mahakausthila, Revata, Suddhipanthaka, Nanda, Ananda, Rahula, Gavampati, Pindolabharadvaja, Kalodayin, Mahakaphina, Vakkula, Aniruddha, dan beserta Siswa-siswa terkemuka lainnya ; dan para Bodhisattva Mahasattva, Manjusri Pangeran Dharma, Ajita Bodhisattva, Gandhastin Bodhisattva, Nityodyukta Bodhisattva, dengan para Bodhisattva Mahasattva lainnya ; dan dengan Sakra, Indra atau Raja para dewata yang tak terhingga jumlahnya.

Pada saat itu Hyang Buddha bersabda kepada sesepuh Sariputra : Sebelah Barat dari sini melewati ratusan ribu Koti negeri Buddha, terdapat sebuah alam yang bernama Sukhavati. Ada seseorang Tathagata yang bernama Amitabha. Kini beliau tengah mengajarkan Dharma.

Sariputra, apakah sebabnya alam itu disebut Sukhavati ?

Karena di alam Sukhavati tiada lagi penderitaan bagi makhluk-makhluk yang hidup di sana ! Sumber kebahagiaan tak terhingga banyaknya, oleh sebab itu disebut Sorga Sukhavati. Dan lagi, oh, Sariputra ! Di Sorga Sukhavati terdapat tujuh tingkat Veranda dengan tujuh tirai rajutan, tujuh baris jajaran pohon, semua terbentuk dari empat macam mustika. Karenanya negeri itu disebut kebahagiaan sempurna. Lagi pula Sariputra, di alam Sukhavati terdapat tujuh kolam permata berisi air yang memiliki delapan sifat kebaikan. Dasar kolam penuh dengan hamparan pasir emas, keempat sisinya terdapat tangga yang terbuat dari : emas, perak, batu lazuardi dan batu kristal, di atas terdapat pagoda-pagoda yang terhias emas, perak, beryl, kristal, Musaragarbha batu-batu akik, indung mutiara. Di kolam-kolam terdapat bunga teratai sebesar roda pedati, berwarna hijau dengan kemilau hijaunya, berwarna kuning dengan kemilau kuningnya, berwarna merah dengan kemilau merahnya dan berwarna putih dengan kemilau putihnya, lembut, menakjubkan, indah dan murni. O Sariputra, demikianlah negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan yang indah, megah dan agung, lagipula Sariputra, di negeri Buddha ini senantiasa terdengar musik surgawi dan tanahnya kuning emas. Dalam enam periode sehari semalam, turun hujan bunga-bunga Mandrawa. Tiap makhluk di negeri ini, sepanjang pagi yang cerah dengan jubahnya mengumpulkan bunga dan mempersembahkannya kepada beratus ribu koti Buddha dari penjuru lain. Pada waktu makan mereka kembali ke negeri mereka masing-masing, dan usai makan mereka istirahat. O Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna. Dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung. Lagipula Sariputra, di negeri ini selalu ada burung-burung beraneka warna nan indah dan langka, burung seriap putih, merak, kakaktua, bangau putih kecil, kalavinka dan burung berkepala dua. Kumpulan burung ini bernyanyi dalam enam periode sehari semalam dengan suara merdu dan harmonis. Suara mereka yang jernih dan riang membabarkan lima akar kebajikan. , tujuh bagian bodhi, delapan jalan suci dan Dharma-dharma lain. Bila makhluk di negeri itu, mendengar suara-suara ini mereka bersama-sama ingat akan Buddha, ingat akan Dharma dan ingat akan Sangha.

O, Sariputra , janganlah mengira bahwa burung-burung ini lahir akibar pelanggaran karma mereka karena alasan apakah? Di negeri ini tidak ada tiga jenis kelahiran sesat. O, Sariputra di negeri Buddha ini bahkan nama-nama tiga jenis kelahiran sesat tidak ada.

Bagaimana sebenarnya ?

Kumpulan burung ini semuanya diciptakan melalui penjelmaan oleh Amitabha Buddha agar suara Dharma tersiar luas. O, Sariputra , di negeri Buddha itu, ketika semilir angin berhembus, barisan pohon-pohon permata dan tirai-tirai permata menimbulkan suara-suara lembut dan indah. Laksana seratus ribu jenis musik dialunkan pada saat yang sama. Mereka yang mendengar suara ini dengan sendirinya ingat akan Buddha, ingat akan Dharma, ingat akan Sangha. O, Sariputra, negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung.

O, Sariputra apa yang kau pikirkan? Mengapa Buddha ini disebut Amitabha?

O Sariputra, kemilau cahaya Buddha ini tak terhingga menerangi sepuluh penjuru dunia tanpa halangan. Oleh karenanya disebut Amitabha lagipula O Sariputra, kehidupan Buddha ini dan rakyatnya mencapai kalpa Asankhyeya, tiada terbatas tiada terhingga. Oleh karenanya disebut Amitabha. O Sariputra sejak Amitabha mencapai tingkat kebuddhaan sepuluh kalpa telah berlalu. Lagipula Sariputra, Buddha ini mempunyai siswa-siswa pendengar suara tak terhingga, tak terbatas. Semua arahat, jumlah mereka tak dapat dihitung demikian pula kumpulan Bodhisattva. O Sariputra, demikinlah adanya negeri kebahagiaan sempurna dengan pahala dan kebajikan terhias, megah dan agung. Lagipula Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna makhluk hidup yang lahir semuanya Avaivartika. Di antara mereka banyak yang dalam kehidupan ini mencapai tingkat kebuddhaan, jumlah mereka sangatlah banyak tidak dapat dihitung dan hanya dapat disebut Kalpa Asankhyeya. Yang tiada terbatas, tiada terhingga.

O, Sariputra mahluk hidup yang mendengar ini seyogyanya berikrar agar dilahirkan dinegeri itu, mengapa demikian ?

Agar mereka yang berhasil adalah orang yang suci dan saleh semua berkumpul bersama-sama di satu tempat. O, Sariputra seorang tidak boleh kurang dalam perbuatan-perbuatan baik, berkah, kebajikan dan hubungan penyebab untuk mencapai kelahiran dinegeri itu. Sariputra, kalau ada seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi, mendengar nama Amita Buddha danmemanjatkan nama itu baik selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, dengan sepenuh hati dan tanpa gangguan, bila orang itu mendekati akhir hayatnya, Amita Buddha berserta para orang suci akan muncul dihadapannya. Ketika akhir hayatnya tiba hatinya tidak goyah, ia akan terlahir di negeri kebahagiaan sempurna Amitabha Buddha Sariputra, karena aku melihat manfaatnya maka ku-ucapkan kata-kata itu. Jika mahluk hidup mendengar ucapan ini, mereka seharusnya berikrar untuk lahir di negeri itu.

O Sariputra, sebagaimana aku sekarang memuji manfaat yang tak terkira dari jasa dan kebajikan Amitabha Buddha, demikian juga ditimur ada Aksobhya Buddha, Merudhvaja Buddha, Mahameru Buddha, Meruprabhasa Buddha, Sughosa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga. Di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi Trisuhhasra Mahasahasra loka datu dengan kata-kata tulus dan nyata. Semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra, di dunia sebelah selatan ada Chandrasuryapradipa Buddha, Yasahprabha Buddha, Maharciskamdha Buddha, Merupradipa Buddha, Arantavirya Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negeri-Nya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata tulus dan nyata semua mahluk hidup, patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh khidmat akan jasa kebajikan yang tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra di dunia sebelah Barat, ada Amitayus Buddha, Amitaskhamdha Buddha, Amitadhavaja Buddha, Mahaprabha Buddha, Maharasmiprabha Buddha, Maharatnaketu Buddha, Suddharasmi Buddha dan Buddha-Buddha lainnya, yang tak terhingga seperti pasir-pasir di sungai Gangga dinegerinya masing-masing, mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang. Menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu, dengan kata tulus dan nyata semua makhluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh, khidmat akan jasa kebajikan tak terkirakan dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra didunia sebelah utara ada Maharciskamdha Buddha, Dumdubhisvaranirghosa Buddha, Duspradharsa Buddha, Adityasambhava Buddha, Jalemiprabha Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tidak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata-kata tulus dan nyata. Semua mahluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa kebajikan tak terkira dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini, Sariputra di dunia sebelah bawah (nadir ) ada Simha Buddha, Yasas Buddha , Yasahprabha Buddha, Dharma Nuddha , Dharmadhvaja Buddha, Dharmadhara Buddha dan Buddha-Buddha liannya yang tidak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah yang maha luas dan panjang menutupi trisuhasra mahasahasra loka datu dengan kata kata tulus dan nyata semua makhluk hidup patut percaya memuji dan mengingat dengan teguh, akan jasa kebajikan tak terkirakan dari sutra yang di karuniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini di dunia sebelah atas (zenit) ada Brahmaghosa Buddha, Naksatraraja Buddha, Gamdhottama Buddha, Gamdhaprabhasa Buddha, Maharciskamdha Buddha, Ratnakusumasampuspitagatra Buddha, Sa lendraraja Buddha, Ratnotpalasri Buddha, Sarvarthadarsa Buddha, Sumerukalpa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terbilang seperti butiran pasir. Di sungai Gangga, di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah maha luas dan panjang menutupi trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua makhluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa kebaikan tak terkirakan dari sutra yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.

O Sariputra, Apa yang kau pikirkan ? Mengapa sutra ini disebut sutra yang dikaruniai dan dilindungi semua Buddha ?

O Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi atau wanita berbudi mendengar sutra ini dan mengucapkannya serta mendengar nama-nama semua Buddha ini. Lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataku dan ucapan semua Buddha. Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar: "Aku berhasrat lahir si negeri Amitabha". Orang-orang ini semua tidak akan gagalmencapai Annutara Samyak Sambodhi. Apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa yang akan datang. Sebab itu Sariputra semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi. Jika mereka orang-orang yang memilik keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini. O Sariputra sebagaimana Aku memuji jasa dan kebaikan semua Buddha, semua Buddha juga memuji jasa dan kebajikanKu yang tak terkirakan, dengan mengucapkan kata-kata : "Sakyamuni Buddha dapat melasanakan secara luar biasa perbuatan-perbuatan sulit di dunia saha, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan diantara kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan, kekeruhan penderitaan, kekeruhan makhluk hidup dan kekeruhan kehidupan. Ia dapat mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi makhluk hidup, membabarkan Dharma. Ini yang diseluruh dunia sulit dipercaya, Sariputra. Kamu seharusnya mengerti bahwa Aku, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan mempraktekkan perbuatan yang sulit ini, mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi semua dunia kuucapkan Dharma yang sulit dipercaya ini, benar-benar sulit untuk dipercaya."

Setelah Hyang Buddha mengucapkan sutra ini, Sariputra dan semua Bhiksu, semua dewa manusia dan para Asura dan yang lain-lain dari dunia, mendengar apa yang telah Hyang Buddha sabdakan menyambut dengan sukacita, menyembah dengan sujud dan mohon diri.



hmm untuk "Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataku dan ucapan semua Buddha" kenapa bertentangan dengan 4 kriteria penjelasan kepada ananda  :-?
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #84 on: 30 July 2007, 03:54:46 PM »
Makanya saya post di sini..
Apakah karena kesalahan translate atau apa..
Terus terang saya bukan praktisi Mahayana
Jadi mau mendiskusikan ke yang lebih paham.. :)
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #85 on: 30 July 2007, 08:19:36 PM »
Sang Buddha mengatakan: Siapa yang melihat Dukkha, dia melihat Dhamma.

Dhamma:    
(1) Kejadian; fenomena yang telah dan sedang terjadi;
(2) Kualitas mental;
(3) Doktrin, ajaran;
(4) Hukum penting yang perlu dipraktekkan oleh manusia agar sesuai dengan tatanan alam. Dengan kata lain Dhamma (biasa ditulis dengan diawali huruf besar) juga digunakan untuk menyebut Ajaran yang mengajarkan hal-hal tersebut. Karena itu Dhamma yang diajarkan Sang Buddha mencakup baik ajarannya maupun penerapan untuk Nibbàna, kualitas yang ingin direalisasi dari ajaran-Nya.


saya ada sedikit pertanyaan tambahan lagi bhante, apakah yg melihat sukkha itu tidak dapat melihat Dhamma??  :-[ (maaf bhante sering nanya  8) .. abis nanya enak sih bisa nambah wawasan)

Oya bhante menuliskan : Dhamma (yg sering menggunakan awalan huruf besar), apakah memiliki pengaruh jika dituliskan dengan huruf awal kecil (dhamma)?? jika "Buddha" dengan "Budha" sudah tentu memiliki perbedaan arti yg sangat jauh.. mohon jawabannya bhante  _/\_
"apakah yg melihat sukkha itu tidak dapat melihat Dhamma??"  Tentu Dhamma ada dimana2.  Apakah itu Sukkha ataupun Dukkha, kita bisa melihat Dhamma disitu.   

"Oya bhante menuliskan : Dhamma (yg sering menggunakan awalan huruf besar), apakah memiliki pengaruh jika dituliskan dengan huruf awal kecil (dhamma)?? "  I don't think so...karena huruf besar dan huruf kecil ini kan ada di alfabet orang bule.  Kalo huruf2 kuno asia, kan ga ada huruf besar atau huruf kecil, semuanya sama.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #86 on: 03 August 2007, 10:38:30 AM »
Dhamma sama dengan Dukkha.  Everyone has Dukkha.  Can we learn Dhamma from everyone?  Is there any Buddha in everyone?

dear bhante,

1 (satu) adalah angka
tp tidak semua angka itu adalah 1 (satu)

demikian juga,
Dukkha adalah Dhamma
tapi tidak semua Dhamma adalah Dukkha

saya rasa ini sebenarnya sudah anda jawab sendiri di :
Apakah itu Sukkha ataupun Dukkha, kita bisa melihat Dhamma disitu.

anumodana..........

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #87 on: 03 August 2007, 12:16:47 PM »
sumber:http://www.friendster.com/group-discussion/index.php?t=msg&goto=6139816&#msg_6139816

Umat Buddha di Universitas Indonesia kebetulan mendapatkan bimbingan Buddha Dharma dari aliran Mahayana.

Di daerah depok adanya cetiya Theravada, para mahasiswa meminta ijin kepada pengurus vihara untuk melaksanakan kebaktian setelah puja bakti Theravada selesai.

Seharusnya nga masalah, di vihara dekat rumah saya minggu pagi jam 10-1 siang kebaktian tradisi Theravada, sore atau malam kebaktian Tradisi Mahayana. Bae2 aja nga ada masalah ama sekali.

Ada lagi dekat rumah, minggu pagi tradisi Theravada, sore atau malam Tradisi Tantrayana, juga bae2 aja.

Kasus yang saya ceritakan memang memalukan, masa di depan altar Sang Buddha hanya boleh puja bakti tradisi satu aliran.

Hal ini karena kurangnya pengetahuan bahwa kitab suci Mahayana sebenarnya dari bahasa Sansekerta, bukan ajaran Tiongkok.

Konsep Nibbana sebenarnya simple yaitu bebas dari lahir, tua, sakit dan mati.

Bebas dari dilahirkan, tua, sakit dan mati dimana ?

Ya dari perputaran roda samsara ( penderitaan ).

Tanah suci para Buddha, Bodhisattva, Arahat, dll bukan merupakan alam samsara tapi alam kesempurnaan.

Para Buddha, Bodhisattva, Arahat, dll ( yang telah mencapai Nibbana ) tidak dilahirkan untuk menuju kesana, melainkan dapat langsung menuju kesana.

Banyak umat Buddha bingung Nibbana itu apa sih, musnah yah, kan uda nga dilahirkan, tua, sakit dan mati lagi ?

Para Buddha, Bodhisattva, Arahat, Pacceka Buddha setelah mencapai Nibbana sebenarnya menetap di Tanah suci para Buddha.

Para Buddha tidak pernah berhenti membabarkan Dhamma disana, para Buddha membimbing para makhluk yang penuh kebajikan ( yang dilahirkan disana dari sekuntum teratai karena belum mencapai Nibbana ) sampai mereka mencapai Nibbana.

Banyak umat Buddha salah persepsi " Sang Buddha uda mencapai Nibbana jadi uda pensiun membabarkan Dhamma katanya "

Dalam Amitabha Sutra Sang Buddha Gotama menyebutkan banyak nama Buddha di Tanah Suci bagian Utara, Selatan, Barat, Timur dan Tengah.

Sayangnya kita tidak tahu Sang Buddha Gotama sekarang di Tanah Suci para Buddha bagian mana.

Tapi saya yakin " kalau seseorang penuh kebajikan nanti ketika ia meninggal dunia walau belum mencapai tingkat kesucian apapun, ia berkesempatan dilahirkan di Tanah Suci para Buddha dan mungkin saja mendapat bimbingan Dharma dari Sang Buddha Gotama disana ".

Dan sekali lagi saya cuma bisa bilang, apa yang saya sampaikan sangatlah kontroversial bagi umat Buddha yang hanya mendalami Theravada, saya tahu itu, mungkin bagi umat Buddha tipe begini saya hanyalah pengikut Mara yang berusaha menghilangkan Buddha Dharma dari dunia ini.

Saya hanya bisa bilang saya tahu konsekuensi terhadap apa yang saya sampaikan, kalau memang saya umat Buddha yang menyampaikan sesuatu bukan berasal dari Sang Buddha Gotama, saya rela menanggung akibatnya.

Umat Buddha di Indonesia pada bingung sendiri, uda mencapai Nibbana itu musnah ya, mereka nanya ama Bhantenya, Bhantenya juga nga mendalami Amitabha Sutra, akhirnya nga mampu jelasin.

Yah begitulah kondisi pembabaran Buddha Dharma di negeri ini, banyakan ribut antar aliran daripada saling berkumpul dan membahas yang sebenarnya berasal dari satu sumber yaitu Sang Buddha Gotama.

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #88 on: 03 August 2007, 12:19:31 PM »
Umat Buddha kembali dalam satu wadah sayangnya sulit terjadi.

Seperti misalnya apa yang saya postkan diatas, bagi umat Buddha di Indonesia banyak yang merasa Theravada adalah Buddha Dharma yang sesungguhnya karena berasal dari Srilanka dan berbahasa Pali ( bahasa waktu zaman Sang Buddha Gotama ).

Lucunya banyak yang tidak tahu Mahayana sebenarnya berbahasa Sansekerta ( pengembangan dari bahasa Pali, jadi kitab2 suci Mahayana sebenarnya berbahasa Sansekerta, bukan mandarin ).

Diterjemahkan ke bahasa mandarin setelah di bawa ke daratan cina oleh para sesepuh Dharma.

Selain itu setelah Buddha Gotama mencapai Nibbana, mau di cari sampe botak tidak ada Theravada di India, Mahayana juga nga ada.

Yang ada Tantra atau Yoga, ajaran ini berisi Buddha Dharma secara keseluruhan.

Nga heran di Tibet adanya Tantrayana, dan Bodhisattva Avalokitesvara di percaya oleh orang Tibet adalah pelindung agar Buddha Dharma tetap bertahan di sana.

Yang paling gawat umat Theravada di Indonesia banyak yang tidak mempercayai welas asih Bodhisattva Avalokitesvara, padahal di negara asal Theravada sendiri di Srilanka, Bodhisattva Avalokitesvara di hormati para umat Buddha disana.

Hal ini menurut saya karena aliran Theravada di Indonesia berasal dari Thailand bukan dari Srilanka.

Yang juga jadi masalah yang namanya orang fanatik ama alirannya, mata batinnya ketutup dan gawatnya mereka adalah orang2 yang berpengaruh.

Karena yang fanatik itu mis : pemilik bangunan vihara, pengurusnya, bahkan bisa Bhikkunya.

Cth : Cici saya tinggal dekat Depok dan dekat Universitas Indonesia.

Di Universitas Indonesia kebetulan yang biasa membabarkan Dhamma adalah Bhikku dari aliran Mahayana.

Nah di Depok ada umat Theravada yang membangun Cetiya, para mahasiswa UI datang kebaktian di sana eh malah di usir.

Alasannya pemilik cetiya tidak mau ada orang2 kebaktian dengan tradisi Mahayana.

Saya sampe pusing karena mereka akhirnya ribut, bingung saya ama umat Buddha di Indonesia toleransi sesama umat Buddha aja susah.

Saya tanya ama cici saya memang Bhante yang biasa ke cetiya bilang apa soal Bodhisattva Avalokitesvara.

Bhantenya ternyata juga konslet, dia bilang " saya percaya terhadap kesucian Bodhisattva Avalokitesvara, tapi saya yakin Sang Bodhisattva saat ini pasti di Surga karena makhluk yang kondisinya uda Nibbana mana mau kembali ke dunia manusia ini, Sang Bodhisattva pasti jijik melihat alam manusia ini "

Mana ada makhluk yang mencapai kesucian Bodhisattva sampai merasa jijik atau tidak jijik, ampun de no comment.

statement yang saya sampaikan hanya pendapat pribadi, tidak bermaksud menyudutkan aliran manapun, saya mencintai Buddha Dharma secara keseluruhan, tapi selalu pusing dengan pertikaian2 yang terjadi antar aliran.

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #89 on: 03 August 2007, 12:40:08 PM »
Namo Buddhaya,

Yup Nibbana and Nirwana sama saja hanya beda penulisan.
Tapi jangan anggap kata "arwana" juga sama ya, itu mah nama ikan Laughing

Kenapa uda lahir disurga bisa lahir lagi kealam lain ?

Yah itu karena kehidupan di alam surga tidak kekal, para makhluk disana tetap menderita karena lahir, tua, sakit dan mati. Bedanya disana nga usa pusing2 cari duit kaya manusia Smile

Makhluk disana namanya Dewa atau Dewi, dari lahir uda tampan dan cantik serta memiliki segala kebahagiaan. Tapi sekali lagi sayangnya kebahagiaannya tidak kekal.

Apakah Tanah suci para Buddha ada atau tidak ?

Hmm menurut saya aja de ya, boleh percaya atau tidak nga pa pa Smile

Tanah suci para Buddha berada diluar 31 alam kehidupan.

Kenapa bisa begitu ?

Karena di Tanah suci para Buddha tidak terdapat lagi penderitaan.

Lho memangnya yang dilahirkan disana nga menderita karena dilahirkan ?

Tidak karena proses kelahirannya dari sekuntum teratai.

Selain lahirnya nga menderita, memang nga bisa tua, sakit dan mati ?

Tidak para makhluk yang dilahirkan di Tanah suci para Buddha tidak akan dilahirkan lagi dialam menderita ( samsara ).

Kenapa begitu, memangnya yang dilahirkan disana sudah mencapai kondisi Nibbana ?

Kalau yang sudah mencapai tingkat kesucian Arahat ama Maha Bodhisattva ( sudah mencapai kondisi Nibbana ) nga perlu lahir lagi buat kesana. Tinggal kesana aja langsung kan uda bebas untuk kemanapun ( teletransporting ).

Trus kenapa nga akan terjatuh lagi kealam samsara ?

Karena disana mendapatkan bimbingan Dharma dari Para Buddha.
Selain itu walau yang dilahirkan disana belum mencapai tingkat kesucian. Tapi yang dilahirkan disana memiliki karma baik yang luar biasa dan juga keyakinannya terhadap Buddha Dharma sama sekali tidak dapat digoyahkan.

Memang kenapa kalau keyakinannya terhadap Buddha Dharma tak tergoyahkan ?

Bagaikan sebuah permata yang masih kusam tetapi karena tiap hari digosok suatu hari akan sangat berkilau.

Demikian juga walau seseorang belum mencapai kesucian, tapi karena keyakinannya yang tak tergoyahkan kepada Buddha Dharma, untuk terus berusaha mensucikan hati dan pikirannya, suatu hari ia pasti berhasil.

Jadi para makhluk yang dapat terlahir di Tanah suci Para Buddha pasti akan mencapai Nibbana ?

So pasti, dijamin 100 %, siapa dulu gurunya disana ?

Para Buddha

Nga bakal balik lagi kealam Samsara ?

Yang balik karena bertekad membabarkan Buddha Dharma kepada para makhluk dialam yang menderita. Yaitu Para Bodhisattva.

Kenapa ketika balik lagi kealam manusia pakai jalan dilahirkan, kan uda mencapai tingkat kesucian tertinggi dan bebas dari kelahiran ?

Abis gimana, manusia buta semua, lihat pocong aja nga bisa, gimana mau melihat para Bodhisattva.

Kan bisa langsung menampakkan diri dengan kesempurnaannya ?

Manusia itu aneh, kalau lihat yang ajaib2 menampakkan diri dikirain Tuhannya. Akhirnya pandangannya jadi ajaib, segala sesuatu dikirain ditentukan oleh yang dianggapnya Tuhan tersebut.

Jadi begitu kira2 mengapa Para Buddha yang dulunya Bodhisattva, dan para Maha Bodhisattva memutuskan untuk dilahirkan kedunia ini.



Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #90 on: 03 August 2007, 01:06:15 PM »
Bro Dharmakara jujur nih ya, baru kali ini saya sependapat dengan anda  ;D saya setuju dengan uraian anda diatas, sangat realistis dan itu lah yg terjadi, gw baru dalam mempelajari Theravada dan lebih klop dengan Theravada, tapi gw tidak mau masuk dalam pengotak-ngotakan sekte/aliran, gw memandang semua nya sama, selama jalur Buddha Dhamma masih ditemukan didalamnya...

lepaskan ke-egois-an kita dalam kotak-mengkotaki aliran/sekte didalam tubuh Buddhism, ngikuti ego kita malah semakin kita terjerumus dalam kebencian yg semakin dalam, padahal katanya kita telah memahami ajaran Buddhism, tapi koq tidak menyadari munculnya kebencian tersebut.

bagi yg suka dengan A silakan jalankan, bagi yg suka dengan B silakan jalankan, tapi tidak perlu memaksakan pandangan orang untuk sama dengan pandangan kita, kalo dengan dalih ke-asli-an ajaran, susah, karena saya rasa tidak ada yg murni 100% lebih penting berkutat dalam pelaksanaan dari pada membahas hal yg tak bermanfaat

apakah ada permasalahan dalam penggunaan bahasa ? Theravada = Pali, Mahayana = Sansekerta/Tiong Hua koq masih mau berkutat didalam masalah bahasa, bahasa cuma alat bantu, Dhamma bukan terletak didalam bahasa, tapi praktek Dhamma......

semoga umat Buddhism dapat kompak dan bersatu, merasa sama didalam Buddha Dhamma, lepaskan batasan tradisi........

 _/\_



NB: cerita Bhikkhu yg konset itu dikarena banyak pemahaman yg salah terhadap ajaran Mahayana itu sendiri, bukan salah ajaran Mahayana, tapi pelaksana nya yg salah memahaminya....

« Last Edit: 03 August 2007, 01:07:51 PM by dhanuttono »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #91 on: 03 August 2007, 01:14:21 PM »
 [at] dharmakara:
Wah ini memang ada perbedaan pandangan antara theravada dan mahayana. Masing-masing menganggap dirinya yang benar, yah karena itulah ada beda sekte bukan ? kalau sama mah pasti tidak ada sekte2xan.

Biarnya masing-masing berjalan di jalannya sendiri2x.  :>-
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #92 on: 03 August 2007, 02:06:55 PM »
Bro Markos, postingan yang tentang persamaan dan perbedaan, sudah digabung kesini yah

http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,178.0.html

 _/\_
There is no place like 127.0.0.1

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #93 on: 04 August 2007, 10:16:14 AM »
Rekan dharmakara anda menuliskan :

Lho memangnya yang dilahirkan disana nga menderita karena dilahirkan ?

Tidak karena proses kelahirannya dari sekuntum teratai.

Jika saya bertanya : Bisakah anda menjelaskan lebih jelas dari tulisan anda tersebut?? jika itu bahasa perumpaman setidaknya anda bisa menjelaskan
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #94 on: 05 August 2007, 04:53:37 PM »
Quote from:  Dharmakara
Tanah suci para Buddha, Bodhisattva, Arahat, dll bukan merupakan alam samsara tapi alam kesempurnaan.

Para Buddha, Bodhisattva, Arahat, dll ( yang telah mencapai Nibbana ) tidak dilahirkan untuk menuju kesana, melainkan dapat langsung menuju kesana.

Banyak umat Buddha bingung Nibbana itu apa sih, musnah yah, kan uda nga dilahirkan, tua, sakit dan mati lagi ?

Para Buddha, Bodhisattva, Arahat, Pacceka Buddha setelah mencapai Nibbana sebenarnya menetap di Tanah suci para Buddha.
keren uey teorinya...semoga anda terlahir di alam Nibbana...dikerumunin oleh kebahagiaan surgawi yg sangat indah...gw mo nanya donk... disono gk?

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #95 on: 07 August 2007, 12:30:18 PM »
maap bro tulisan ini hasil mencomot dari friendster.. ntar tanya aja ama yang bersangkutan langsung.. di atas udah gue kasih alamat tempat gue mencomot ..

Rekan dharmakara anda menuliskan :

Lho memangnya yang dilahirkan disana nga menderita karena dilahirkan ?

Tidak karena proses kelahirannya dari sekuntum teratai.

Jika saya bertanya : Bisakah anda menjelaskan lebih jelas dari tulisan anda tersebut?? jika itu bahasa perumpaman setidaknya anda bisa menjelaskan

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #96 on: 07 January 2009, 11:38:31 AM »
Bro para penganut Theravada, kalau sekarang tidak percaya adanya para Buddha dan Bodhisattva bukan masalah besar. Ini juga karma masing2 orang beda.

Malah menegaskan sikap ehipassiko bro sekalian.

Para Guru besar Mahayana di masa lampau pun juga tidak begitu saja langsung percaya. Ada juga yang berasal dari Theravada, lalu setelah terjadi peristiwa tertentu menjadi Mahayana.
« Last Edit: 07 January 2009, 11:52:01 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #97 on: 07 January 2009, 11:54:20 AM »
Sutra-sutra Mahayana umumnya dititipkan pada para dewa dan naga setelah Buddha parinirvana,lalu beberapa ratus tahun kemudian baru muncul lagi setelah waktunya tiba, bagi manusia2 yang sanggup memahaminya mucul di dunia.

Memang sulit untuk menjelaskan hal ini, singkat kata, Kekuatan dan Kebijaksanaan Buddha tak terbatas dan sulit dipahami.

Banyak juga mahayanist yang setelah mempelajari Mahayana mencapai Arahat… seperti Arya Bodhidharma, dll. Toh mereka tidak mempermasalahkan malah menyebarluaskan Mahayana.
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: [ASK]Surga Sukhavati n Buddha Amitabha?
« Reply #98 on: 07 January 2009, 11:57:05 AM »
Dalam teks pali, Buddha pun pernah beremanasi bahkan menjadi Buddha, yaitu saat mengajar para dewa dan Brahma. Beliau menciptakan tubuh Buddha lain yang datang ke persamuan itu dan melakukan tanya jawab. Juga saat mengajar di Tavatimsa selama 3 bulan, waktu hendak pindapatta Buddha menciptakan tubuh Buddha lagi yang sama persis yang mengajar sama persis. Sungguh Kekuatan Buddha tak terbatas…
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.