Seperti kita sering katakan, bahwa manusia pada dasarnya beragama
untuk memuluskan harapan dan impian2 mereka. Ada yang mengharapkan
kesuksesan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan
surga, dsb. Tetapi kala mereka tidak mendapatkan apa yang mereka
impikan, mereka mulai guncang, atau pun menyalahkan sesembahannya.
Atau manusia membuat berbagai macam dalih atas ketidak terkabulkannya
impian tersebut. Berbagai macam kambing hitam dicari.
Kita sebagai Buddhist yang mempraktekkan Dharma seringkali
mencemoohkan sikap orang beragama yang seperti itu. Tapi janganlah
kita bergembira dulu karena sudah mengerti atau melaksanakan Dharma
secara benar. Apabila kita merasa sombong, dan berbangga bahwa kita
lebih baik daripada 'mereka', disitu pulalah kita sebenarnya sudah
mulai terjatuh sebagai praktisi Dharma. Bila kita sudah merasa lebih
benar daripada orang lain, atau merasa bahwa orang beragama/ aliran
lain tidaklah sebaik agama/aliran kita, sadarlah bahwa kita belum
mempraktekkan Dharma secara benar. Kearogansian ini malah barangkali
bisa membawa kita kepada sikap takabur dan selanjutnya bila kebutaan
ini semakin menjadi-jadi dan kita tidak senantiasa waspada , menurut
saya bisa memerosotkan kita jatuh ke alam2 asura (cmiiw). Mengapa?
Alasan saya sederhana, alih-alih Dharma membuat kita menjadi semakin
sejuk dan damai, pembelajaran yg keliru itu membuat kita menjadi
semakin sombong, merasa benar sendiri, pemarah, gampang tersinggung,
intoleran, dsb.
Sudah selayaknya, kita belajar Dharma untuk mengurangi kemelekatan
pada sang 'aku'. Tetapi dalam perjalanan menghilangkan kemelekatan itu
--apalagi bila kita mendapatkan suatu insight /pencapaian tertentu--
kita seringkali semakin melekat kepada 'ketidakmelekatan' itu.
Bagaikan minum obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi karena
overdosis justru menimbulkan efek samping yang lain.
Sudah semestinya --secara teori, dan saya akui saya sendiri baru
berjuang utk melaksanakannya -- bahwa kita bisa menjadi semakin rendah
hati dan menjadi bak pelayan kepada orang yang lain, terutama kepada
orang yang berbeda agama / aliran. Karena kala itu, dimana ego
materialistik / keduniawian kita sudah sedikit banyak ditundukkan,
tetapi disitulah ego kerohanian kita justru semakin menguat.
Saya hanya mengira-ira saja , bahwa sebenarnya, semakin tinggi praktek
Dharma seseorang, semestinyalah ybs merasa menjadi semakin rendah dan
tidak bisa apa-apa. Betulkah? (cmiiw).