teman2 se Dhamma dengarkan lah curhan hati seorang wanita ini *BUKAN AKU*..
tersebutlah seorang pria yang baru keluar dari dusun , pindah ke kota utk bekerja .. pria yg cuma lulusan SMP ini akhirnya bekerja di tmpt koko nya . ( usia pria saat ini 23 thn ) , suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita , mereka jatuh cinta lalu pacaran , sekalipun wanita ini baru berusia 20 tahun , karna berasal dari keluarga "porak poranda miskin nestapa" hehe.. wanita ini jadi pejuang gigih , dia udah punya usaha sendiri , intinya dia jauh lebih mapan dan berpenghasilan ketimbang pria itu
karna wanita ini merasa bila pacarnya (sang pria) hanya makan gaji buta ama kokonya , dia nggak akan pernah maju .. maka wanita ini merekrut pacarnya kedalam usahanya . Tapi memang nggak gampang , pola pikir dan cara kerja sering berbeda .. gesekan2 di pekerjaan juga memperburuk hubungan mereka berdua . akhirnya wanita ini mengalah dan usaha itu di serahkan pada pacarnya.
semakin lama bukannya berkembang usaha itu malah semakin merosot , si wanita mencoba nggak perduli tapi "Benar2 nggak tahan ngelihatnya" misalnya aja :
** ketika pria ini menjelek2an saingan bisnisnya pada pihak ketiga , kalau di nasehatin si pria malah bilang "saingan" nya itu duluan yang jelek2in dia.
WANITA : " klo org lain makan taik , u juga mau makan?" , jengkel krn pria ini nggak pernah mikir.. kalau dia dan saingannya saling menjelekkan yg di untungkan justru pihak ketiga .
** ketika pria ini berprinsip "membunuh lawan" dengan perlahan2..
WANITA : tusuk sekali ampe MATI . untuk usaha2 yang mengandalkan "perang harga" ,pria ini bnr2 payah (standar si wanita) klo memang mau menjatuhkan lawan .. merugi sekali dua kali nevermind cuma pastikan saingan gulung tikar"
kedepannya produsen yg harusnya di suplai 2 distributor jadi monopoli 1 tangan. mnrt rekan2 gimana?
1. apakah benar wanita ini hanya dikuasai "kesombongan" karna merasa "paling benar sendiri?
2. apakah wanita ini harus menasehati pcrnya? karna biasanya klo dah bahas ginian ujung2nya pasti berantem .
3. apa yang seharusnya di lakukan wanita itu? memberi kan kepercayaan pada pcrnya? dan menelan semua "ego" nya?