//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: brahmajala sutta - pandangan berbelit2  (Read 22400 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 30 March 2009, 05:31:03 PM »
4 PANDANGAN BERBELIT-BELIT

17. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berpandangan dengan bersikap “berbelit-belit”. Seandainya suatu hal ditanyakan, mereka akan menjawab dengan berbelit-belit sehingga membingungkan. Pandangan ini diuraikan dalam empat cara. Apakah asal mula dan dasarnya maka mereka berpandangan demikian?”

Pandangan Ketigabelas

18. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan salah, dan kesalahan tersebut menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Keempatbelas

19. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan terikat pada keadaan batin yang menyebabkan kelahiran kembali, dan ikatan itu akan menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Kelimabelas

20. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari: saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Tetapi, ada pertapa dan brahmana yang pandai, cerdik, pengalaman dalam berdebat, pintar mencari kesalahan, pandai mengelak, yang mampu mematahkan pandangan orang lain dengan kebijaksanaan mereka. Maka, seandainya saya menyatakan ini baik atau itu buruk, mereka datang padaku, meminta pendapatku, dan menunjukkan kesalahan-kesalahanku. Karena mereka bersikap begitu padaku, saya tidak sanggup memberikan jawaban. Dan, hal ini akan menyebabkan saya menyesal, dan rasa penyesalan ini akan menjadi suatu penghalang bagiku.”

Pandangan Keenambelas

21. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang bodoh dan dungu. Dan karena kebodohan dan kedunguannya, maka seandainya ada pertanyaan yang diajukan kepadanya, ia akan menjawab berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan, bahwa seandainya ada pertanyaan kepadaku:

• Apakah ada dunia lain? Jikalau saya pikir ada, saya akan menjawab begitu. Tetapi, saya tidak mengatakan demikian. Saya tidak berpandangan begini atau begitu. Saya pun tidak berpandangan “bukan kedua-duanya”. Saya tidak membantahnya. Saya tidak mengatakan ada atau tidak ada dunia lain. Demikianlah, ia bersikap berbelit-belit. Begitu pula sikap dan jawabannya kalau ditanyakan masalah-masalah:
• Tidak ada dunia lain.
• Ada atau tidak ada dunia lain.
• Bukan ada dan bukan tidak ada dunia lain.

• Ada makhluk yang terlahir secara spontan [langsung], tanpa melalui rahim ibu (opapatika).
• Tidak ada makhluk opapatika.
• Ada atau tidak ada makhluk opapatika.
• Bukan ada dan bukan tidak ada makhluk opapatika.

• Ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Ada atau tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Bukan ada dan bukan tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.

• Setelah meninggal, Tathagata tetap ada.
• Setelah meninggal, Tathagata tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata ada atau tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.”


-----------------------
23. Mereka semua menerima perasaan-perasaan tersebut melalui kontak yang berlangsung terus menerus dengan (saraf) penerima (dari indera-indera). Berdasarkan pada perasaan-perasaan (vedana) muncul keinginan (tanha), karena adanya keinginan muncul kemelekatan (upadana), karena adanya kemelekatan muncul proses menjadi (bhava), karena adanya proses menjadi muncul kelahiran (jati), karena adanya kelahiran terjadi kematian (marana), kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesusahan dan putus asa (soka parideva dukkha domanassa upayasa). Tatkala seorang bhikkhu mengerti hal itu sebagaimana hakekatnya, asal mula dan akhirnya, kenikmatan, bahaya dan cara membebaskan diri dari pemuasan enam inderanya, maka ia dapat mengetahui segala yang termulia dan tertinggi dari semuanya itu.

24. “Para bhikkhu, siapa pun, apakah ia pertapa dan brahmana yang ajaran atau paham mereka berkenaan dengan keadaan masa lampau atau berkenaan dengan keadaan masa yang akan datang, atau pun berpaham kedua-duanya, berspekulasi mengenai keadaan yang lampau dan yang akan datang, yang dengan bermacam-macam dalil menerangkan tentang keadaan yang lampau dan yang akan datang, mereka semua telah terjerat di dalam jala 62 pandangan ini. Dengan berbagai keadaan mereka jatuh dan berada di dalamnya, dan dengan berbagai cara mereka berusaha melepaskan diri, tetapi sia-sia belaka karena mereka terjerat di dalamnya. Bagaikan seorang penjala ikan yang pandai akan menjala di sebuah kolam kecil dengan sebuah jala yang baik, berpikir: ikan apa pun yang berada dalam kolam ini, walaupun berusaha membebaskan diri, tetap semuanya akan terperangkap di dalam jala ini.”


25. “Para bhikkhu, bagi Dia yang di luar jala, Ia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, yang sedang berada di hadapan kamu, karena segala belenggu pengikat penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya. Bagaikan sebatang pohon mangga yang ditebang, maka semua buah yang ada di pohon mengikutinya. Demikian pula, walaupun tubuh jasmani dari Dia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, masih berada di depan kamu, namun demikian semua belenggu penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya.”


semoga kita semua tidak berada dalam jala-jala ini....dan mencapai nibbana. "akhir dari derita"

salam metta.
« Last Edit: 30 March 2009, 05:33:11 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #1 on: 30 March 2009, 05:40:14 PM »
tambahan utk referensi yg lebih baru ;D

http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/dn.01.wlsh.html
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #2 on: 30 March 2009, 05:43:59 PM »
Kurang

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh
Indra Anggara

yang di kanan kecil bener
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #3 on: 30 March 2009, 06:04:41 PM »
::)

i liat sutta nya aja dah berbelit2 , ngomongin yg berbelit2

i'm just a mammal with troubled soul



Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #4 on: 30 March 2009, 07:18:24 PM »
2.23. "Ada, para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana yang adalah geliat-belut.48 Saat ditanya tentang masalah ini atau itu, mereka menggunakan pernyataan-pernyataan menghindar, dan mereka menggeliat bagaikan belut dalam empat cara. Apakah itu?"

2.24. [Pandangan salah 13] "Dalam hal ini ada seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku tidak mengetahui sebenarnya apakah hal ini baik [25] atau buruk. Tanpa mengetahui apakah ini benar, aku menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", dan hal itu mungkin suatu kebodohan, dan akan membuatku menderita.Dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.49' Demikianlah karena takut berbohong, tidak suka berbohong,50 tetapi ketika ia ditanya tentang persoalan itu, ia menghindar dan menggeliat seperti belut: 'Aku tidak mengatakan ini, aku tidak mengatakan itu, aku tidak mengatakan sebaliknya. Aku tidak mengatakan tidak. Aku tidak tidak mengatakan tidak' Ini adalah kasus pertama."

2.25. [Pandangan salah 14] "Apakah cara ke dua? Di sini seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku akan menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", dan aku akan merasakan keinginan atau nafsu atau kebencian atau penolakan. Jika aku merasakan keinginan atau nafsu atau kebencian atau penolakan, itu akan menjadi kemelekatan bagiku. Jika aku merasakan kemelekatan, itu akan membuatku menderita, dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.' [26] Demikianlah, karena takut akan kemelekatan, tidak menyukai kemelekatan, ia menghindar ... ini adalah kasus ke dua."

2.26. [Pandangan salah 15] "Apakah cara ke tiga? Di sini seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku akan menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", tetapi ada para pertapa dan Brahmana yang bijaksana, terampil, pendebat terlatih, bagaikan pemanah yang dapat membelah rambut, yang mengembara menghancurkan pandangan-pandangan orang lain dengan kebijaksanaan mereka, dan mereka akan menanyaiku, menuntut alasan-alasanku dan berdebat. Dan aku mungkin tidak mampu menjawab. Tidak mampu menjawab akan membuatku menderita, dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.' Demikianlah, karena takut berdebat, tidak suka berdebat, ia menghindar. Ini adalah kasus ke tiga." [27]

2.27. [Pandangan salah 16] "Apakah cara ke empat? Di sini, seorang pertapa atau Brahmana adalah tumpul dan bodoh.51 Karena ketumpulan dan kebodohannya, ketika ia ditanya, ia akan mengemukakan pernyataan menghindar dan menggeliat seperti belut: 'Jika engkau bertanya kepadaku apakah ada dunia lain jika aku berpikir demikian, aku akan mengatakan ada dunia lain. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak mengatakan sebaliknya. Dan aku tidak mengatakan tidak ada, dan aku tidak tidak mengatakan tidak ada.' 'Apakah tidak ada dunia lain? ...' 'Apakah ada dunia lain dan juga tidak ada dunia lain? ...' 'Apakah bukan ada dunia lain dan juga bukan tidak ada dunia lain? ...'52 'Apakah ada makhluk-makhluk yang terlahir secara spontan? ...'53 'Apakah tidak ada ...?' 'Keduanya ...?' 'Bukan keduanya ... ?' 'Apakah Tathagata ada setelah kematian? Apakah Beliau tidak ada setelah kematian? Apakah Beliau ada dan juga tidak ada setelah kematian? Apakah Beliau bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian? ...'54 'Jika aku berpikir demikian, aku akan mengatakan demikian ... Aku tidak mengatakan tidak.' Ini adalah kasus ke empat."

2.28. "Ini adalah empat cara [28] yang oleh para pertapa dan Brahmana yang adalah geliat-belut gunakan untuk menghindar ... Tidak ada cara lain."

------

3.71. "Sehubungan dengan semua ini ..., [45] mereka mengalami perasaan-perasaan ini melalui kontak yang berulang-ulang melalui enam landasan-indria;77 perasaan mengkondisikan keinginan; keinginan mengkondisikan kemelekatan; kemelekatan mengkondisikan penjelmaan; penjelmaan mengkondisikan kelahian; kelahiran mengkondisikan ketuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesedihan dan kesusahan.78"

"Ketika, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya muncul dan lenyapnya enam landasan kontak, keindahan dan bahayanya, dan kebebasan darinya, ia mengetahui apa yang melampaui semua pandangan ini."

3.72. "Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini."

3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

seperti nya sama saja arti nya suhu sumedho...^^

apa perlu saya ganti kata-katanya biar lebih spesifik?
tetapi disini bakalan menambah kebencian jika tidak waspada..
tetapi jika waspada,bahkan mendatangkan kebijaksanaan,

salam metta.
« Last Edit: 30 March 2009, 07:26:04 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #5 on: 30 March 2009, 09:20:48 PM »
 [at] wolverine: thanks bos for pointing that out. soal kecil sih yah emang sengaja kan informasi itu repetitive, nanti terlalu "kenceng" lagi :)

 [at] marcedes: bukannya beda koq, cuma lagi numpang promosi edisi Walshe punya aj hehehhe
« Last Edit: 30 March 2009, 09:36:36 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #6 on: 31 March 2009, 10:29:29 AM »
bro and sis semua...,
lepaskan cangkang... segala (kelekatan) kewujudan. Contoh perumpamaan level tinggi adalah seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)
bro coedabgf yang bijak,

silahkan jawab pertanyaan saya,
"apakah  (kelahiran = penderitaan) itu merupakan kebenaran sejati"?

kalau anda menyebut rakit, saya menyebut demikian.
"seseorang yang belum melihat "kelahiran=penderitaan", jangan kan menaiki rakit, melihat rakit saja belum bisa"

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

yah tentu saja syair ini realita., dari kemelekatan ada kelahiran, dari kelahiran ada jara-marana.
siapa bebas dari kelahiran sama saja bebas dari jara-marana..

kok arti syair nya beda dengan kutipan sutra? ^^

atau mungkin sama seperti kata Ajahn Brahm,
"seseorang saat ini biasanya memakai rakit,belum sampai di tujuan malah sudah di lepas ditengah lautan"

orang seperti ini biasanya menganggap bahwa mencari "pembebasan" adalah kemelekatan itu sendiri.
dan orang seperti ini menganggap bahwa diri-nya telah berusaha "melepas"
sayang-nya yang terjadi justru "melepas" di tengah lautan.

salam metta.


Siapakah umat Buddhist (baik rohaniawan atau awam) yang sudah tercerahkan?
bro mercedes, tahukan anda dari semua bahasan tulisan anda, bahkan secara umum pandangan siapapun umat (baik rohaniawan ataupun awam) dalam status tingkatan rohani yang berbeda, apa bedanya dengan bahasan tulisan saya?, seperti(nya) anda menghilangkan bagian yang terpenting ini pada brahmajala sutta, tetapi malah saya menimbulkan kutipan brahmajala sutta ini pada jawaban tulisan saya sebagai berikut dibawah ini :

Siapakah masih didalam jala dan yang diluar jala? yang bersikokoh membicarakan realitas keberadaan kebenaran dalam jaring (seolah-olah) sebagai kebenaran nyata/sejati, dan keberadaannya tetap (mempertahankan) didalam jaring, bahwa itulah sebagai kebenaran yang (harus) dipertahankan.
kutipan brahmajala sutta yang tak dikutip pada pembahasan sebelumnya :
"Ketika, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya muncul dan lenyapnya enam landasan kontak, keindahan dan bahayanya, dan kebebasan darinya, ia mengetahui apa yang melampaui semua pandangan ini."

3.72. "Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapuandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini."

3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

2.15. "Ini, para bhikkhu, Sang Tathagata memahami: sudut-sudut pandang ini [22] yang digenggam secara demikian dan karenanya akan membawa menuju alam kelahiran kembali ini dan itu di alam lain. Ini, Sang Tathagata mengetahui, dan lebih jauh lagi, namun Beliau tidak melekat pada pengatahuan itu. Dan karena tidak melekat, Beliau mengalami bagi diriNya sendiri kedamaian sempurna, dan setelah memahami sepenuhnya muncul dan lenyapnya perasaan, keindahan dan bahayanya dan kebebasan darinya, Sang Tathagata terbebaskan tanpa sisa."

"Ini, para bhikkhu, adalah hal-hal lain tersebut, yang mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami, damai, luhur, melampaui sekedar pikiran, halus, yang harus dialami oleh para bijaksana, yang Sang Tathagata, setelah mencapainya dengan pengetahuan-agung-Nya sendiri, menyatakan, dan tentang hal-hal yang diucapkan dengan benar oleh ia yang sungguh-sungguh memuji Sang Tathagata."


Seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara, berasal dari yang (bersifat) sementara/khayal/ilusi, bukan yang sesungguhnya. Seperti yang guru Buddha bilang bahwa semua hanyalah (bersifat) spekulasi, spekulator, para pembicara tentang hal-hal itu pada kenyataannya.


semoga teman-teman Buddhist dapat melihat mutiara dalam tulisan dan kenyataan pandangan yang benar ajaran guru Buddha mengenai pembebasan
good hope and love
coedabgf


nb : karena keterbatasan tulisan (ruang), untuk menjadi suatu gambaran bagian yang lebih utuh, menjadi lebih jelas, silahkan mengulas, membacanya  juga  pada tulisan-tulisan dan pertanyaan-pertanyaan untuk saya di topik Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda... by coedabgf (Mahayana)
« Last Edit: 31 March 2009, 10:45:37 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #7 on: 31 March 2009, 10:50:18 AM »
 [at]  coedabgf

Jadi, point-nya apa?

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #8 on: 31 March 2009, 11:21:30 AM »
dalam satu sutta yang sama atau dalam pembahasan DHAMMA lainnya, (kecenderungan) pointnya apa yang ditunjukan/diributkan teman-teman Buddhist dan apa bedanya (pointnya) dengan yang saya tunjukan? apa maksudnya yang guru Buddha bilang semua (masih) bersifat spekulasi (dan pembicaranya/penganutnya disebut spekulator)?
bingung gak, coba telusuri/renungkan perbedaan point tujuan pembahasan pada tulisan-tulisan topik ini, tetapi point penting kebenaran sesungguhnya apa yang sebenarnya yang ditunjukan (ditujukan bagi umat) oleh guru Buddha pada sutta brahmajala ini?  ;D
« Last Edit: 31 March 2009, 11:35:42 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #9 on: 31 March 2009, 11:25:57 AM »
agnostik berarti masuk dalam jala-jala itu yak?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #10 on: 31 March 2009, 11:44:51 AM »
dicari dari dictionary, penjelasannya adalah :
a person who holds that the existence of the ultimate cause, as God, and the essential nature of things are unknown and unknowable, or that human knowledge is limited to experience.

mengapa? seperti tertulis sebab 'that human knowledge is limited to experience'. Itu dari sudut pandang pikiran/pemikiran/kebijaksanaan (kelekatan/cekatan yang sangat kuat) apa/siapa? (Aku diri Atta anicca anatta, kesementaraan)

makanya kawan-kawan jangan bangga-bangga ngaku-ngaku agama agnostic loh.
« Last Edit: 31 March 2009, 11:54:35 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #11 on: 31 March 2009, 11:45:19 AM »
dalam satu sutta yang sama atau dalam pembahasan DHAMMA lainnya, (kecenderungan) pointnya apa yang ditunjukan/diributkan teman-teman Buddhist dan apa bedanya (pointnya) dengan yang saya tunjukan? apa maksudnya yang guru Buddha bilang semua (masih) bersifat spekulasi (dan pembicaranya/penganutnya disebut spekulator)?
bingung gak, coba telusuri/renungkan perbedaan point tujuan pembahasan pada tulisan-tulisan topik ini, tetapi point penting kebenaran sesungguhnya apa yang sebenarnya yang ditunjukan (ditujukan bagi umat) oleh guru Buddha pada sutta brahmajala ini?  ;D

Ya, memang yang dibahas di sini semua adalah masih spekulasi. Maka alangkah baiknya tidak menunjuk kepercayaan sendiri paling benar dan orang lain salah, karena kalau kita belum mencapai kesucian, omongan dhamma yang kita bicarakan juga hanya spekulasi saja.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #12 on: 31 March 2009, 11:59:36 AM »
Teman-teman sekalian,

Pandangan bahwa ada orang yang telah mencapai kesucian merupakan suatu spekulasi, tetapi harus diingat bahwa pandangan bahwa tidak ada orang yang mencapai kesucian, entah bhikkhu, entah umat awam, juga hanya merupakan sebuah spekulasi belaka...

Sulit membuktikan bahwa ada orang yang telah mencapai kesucian, tetapi harus diingat bahwa juga hal yang sangat sulit membuktikan bahwa tidak ada orang yang mencapai kesucian..

Jadi yang penting kita membicarakan Dhamma adalah Dhamma, jangan dikaitkan dengan persona, karena Dhamma di realisasi dalam diri sendiri, hanya orang suci (ariya puggala) yang memiliki abhinna yang mampu mengetahui seseorang telah mencapai kesucian.

Dan yang terpenting coba bermeditasi untuk berusaha membuktikan apakah apa yang ada pada teori benar atau tidak..?

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

semoga bermanfaat.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #13 on: 31 March 2009, 12:03:15 PM »
menyatakan orang lain berspekulasi juga pernyataan yg spekulasi bukan ;D

Quote

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

nah.... yg menjadi permasalahan bukannya hal tersebut adalah spekulasi atau bukan...

tetapi apakah kita mau menyelidiki spekulasi tersebut dalam Dhamma sang Buddha.. itu yg jadi point.
« Last Edit: 31 March 2009, 12:05:17 PM by hatRed »
i'm just a mammal with troubled soul



Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« Reply #14 on: 31 March 2009, 12:11:49 PM »
saya mo meluruskan bahwa saya tidak berspekulasi bahwa tidak ada orang yang mencapai kesucian, entah bhikkhu, entah umat awam. Tetapi saya hanya menimbulkan suatu pertanyaan untuk membangkitkan/menggairahkan umat melepaskan kemandekan pengetahuan dan mengorek/menggali lebih dalam lagi kebenaran Dhamma dan melepaskan/membebaskan diri dari cangkang kemapanan diri dari pengetahuan/kebijakan yang sudah didapat/dicapai dari pandangan yang sudah secara umum diajarkan.

Menimbulkan suatu pertanyaan dengan menyatakan/menunjuk, apakah yang suatu spekulasi?


semoga melihat dengan hati yang dingin (tenang).
good hope and love
coedabgf
iKuT NGeRumPI Akh..!

 

anything