Topik Buddhisme > Meditasi

Salah persepsi mengenai meditasi direct Vipassana.

(1/35) > >>

fabian c:
Teman-teman sekalian,

Saya ingin sharing apa yang saya ketahui mengenai meditasi Vipassana, mengenai apa yang benar, dan apa yang tidak benar mengenai meditasi Vipassana.

Seringkali kita mendengar dari pakar-pakar meditasi (praktisi maupun scholar), ada berbagai pendapat mengenai meditasi Vipassana,

- ada yang mengatakan bahwa meditasi Vipassana bisa langsung tanpa melalui meditasi samatha
- ada juga yang beranggapan bahwa meditasi Vipassana harus didahului samatha hingga tercapai upacara
  samadhi
- ada yang mengatakan harus melalui Jhana (harus mencapai Jhana terlebih dahulu)
- bahkan ada juga yang mengatakan harus melalui Jhana hingga mampu melihat Paramattha sacca
  (kebenaran hakiki/ultimate reality)

Sebenarnya manakah yang benar?

Secara sederhana saya ingin mengatakan semua cara yang dilakukan diatas akan membawa pada pencerahan, tetapi untuk kata HARUS kita musti berhati-hati meletakkannya.

Kita semua mengerti bahwa semua retret meditasi yang dilakukan oleh para peserta meditasi diatas, umumnya  diikuti oleh para peserta yang sangat awam dan banyak diantaranya yang memperoleh hasil yang maksimal. Entah dia berlatih Samatha atau berlatih Vipassana.

Dalam Abhidhamma dan dalam Visuddhi Magga dikatakan bahwa ada Arahat yang memiliki Jhana dan ada juga Arahat yang tidak memiliki Jhana. Arahat yang tidak memiliki Jhana disebut Sukha vipassaka Arahat.
Menurut Abhidhamma, Magga-phala citta (batin/kesadaran)nya juga berbeda. Pada seorang Arahat yang memiliki Jhana pertama cittanya disebut Patthama jhana Arahatta Magga/phala citta, sedangkan bila Arahat tersebut memiliki Jhana kedua disebut dutiya Jhana Arahatta Magga/Phala citta dstnya hingga pancama Jhana (Jhana kelima).

Sedangkan pada Arahat yang tak memiliki Jhana disebut Arahatta Magga/phala citta.
Jadi disini kita melihat perbedaan jelas antara Arahat dengan Jhana dan Arahat tanpa Jhana.
Sutta yang sering dijadikan acuan oleh para scholar tidak menguraikan secara spesifik mengenai Sukha Vipassaka Arahat. Tetapi sutta secara gamblang tak pernah menyebut bahwa untuk mencapai kesucian harus berlatih samatha terlebih dahulu. Mengapa demikian?

Memang para praktisi meditasi Buddhis, entah metode Mahasi Sayadaw, metode Acharn Mun dan metode lainnya, sepakat bahwa konsentrasi yang kuat diperlukan pada penembusan Nibbana.
Tetapi bukan berarti awal berlatih meditasi Vipassana maupun Samatha kita memerlukan konsentrasi yang kuat, bila kita bermeditasi Vipassana maupun Samatha walau kita tak pernah meditasi sekalipun bisa membawa kemajuan, mengapa?

Pada umumnya setiap meditator yang memulai meditasi intensif memiliki konsentrasi yang lemah. Seiring berlalunya waktu maka konsentrasi mereka bertambah baik dari hari kehari, disebabkan perhatian mereka diikat pada objek yang sama setiap hari sehingga batin menjadi terbiasa terhadap rutinitas dan hanya memperhatikan objek yang sama ( inilah gunanya berlatih dengan objek utama).

Sesuai dengan konsentrasi yang dicapai, maka fenomena batin yang berhasil diamati pada setiap pencapaian juga berbeda, oleh karena itu pengetahuan yg dicapai juga berbeda sesuai dengan tingkat konsentrasi. misalnya pada meditasi Vipassana:

- pada mereka yang berlatih beberapa hari mulai mampu melihat langkah kaki mereka seperti tersendat-sendat (broken movement), ini sebenarnya melihat anicca pada kadar yang lebih rendah
- setelah berlatih beberapa minggu mereka mampu melihat bahwa setiap sendatan langkah selalu didahului oleh kehendak (cetana)
- setelah beberapa bulan ia mampu melihat setiap fenomena yang muncul dari landasan hati, dsbnya.

Semoga sharing ini membantu teman-teman untuk tidak berkecil hati bila mengikuti retret meditasi padahal belum pernah bermeditasi, karena konsentrasi akan terbentuk bersamaan dengan waktu, sepanjang kita mengikuti petunjuk pembimbing, berlatih dengan bersemangat dan tekun. tak ada bayi yang lahir langsung berjalan kan? (kecuali pangeran Siddharta)

Perlu diingat bahwa ada kasus-kasus dimana performance mereka yang belum pernah retret melebihi mereka yang sudah pernah mengikuti retret.

Semoga teman-teman tidak melewatkan "kesempatan berlian" dalam kehidupan ini untuk menimba pengalaman bermeditasi bila waktunya memungkinkan.

sukhi hotu

 _/\_

tesla:

--- Quote ---Memang para praktisi meditasi Buddhis, entah metode Mahasi Sayadaw, metode Acharn Mun dan metode lainnya, sepakat bahwa konsentrasi yang kuat diperlukan pada penembusan Nibbana.
--- End quote ---

bisa minta referensinya, dimana Mahasi Sayadaw & Ajahn Mun menekankan perlu "konsentrasi yg kuat"?

Anumodana

hendrako:
Berikut beberapa rujukan di dalam sutta, tepatnya di dalam Angutara Nikaya yang berhubungan dengan Samatha dan Vipassana Bhavana:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.


83. Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:
"Para sahabat!"
"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
(IV, 170)

Catatan:

65 Samatha-pubbangamam vipassanam. Ini mengacu pada meditator yang menggunakan ketenangan sebagai sarana prakteknya (samatha-yanika), yaitu orang yang pertama-tama mengembangkan konsentrasi akses, jhana-jhana atau pencapaian tanpa-bentuk dan kemudian mengambil meditasi pandangan terang (vipassana).

66 "Sang Jalan" (magga) adalah jalan supra-duniawi pertama, jalan pemasuk-arus. Untuk "mengembangkan jalan itu", menurut AA, berarti berpraktek untuk pencapaian tiga jalan yang lebih tinggi. Mengenai sepuluh kekotoran batin, lihat Bab III, no. 65-67; tentang tujuh kecenderungan mendasar, lihat Bab I, no. 25.

67 Vipassana-pubbangamam samatham. AA: "Ini mengacu pada orang yang lewat kecenderungan alaminya terlebih dahulu mencapai pandangan terang, dan kemudian, berdasarkan atas pandangan terang, menghasilkan konsentrasi (samadhi)." AT: "Ini adalah orang yang menggunakan pandangan terang sebagai sarana (vipassana-yanika)."

68 Samatha-vipassanam yuganaddham. Di dalam praktek jenis ini, orang memasuki jhana pertama. Kemudian, setelah keluar dari situ, dia menerapkan pandangan terang pada pengalaman itu; yaitu orang melihat bahwa lima kelompok kehidupan di dalam jhana (bentuk, perasaan, persepsi, dll.) itu bersifat tidak kekal, terkena penderitaan dan tanpa-diri. Kemudian dia memasuki jhana kedua dan merenungkannya dengan pandangan terang; dan menerapkan prosedur pasangan seperti itu pada jhana-jhana lain juga, sampai dia dapat merealisasikan jalan pemasuk-arus dll.

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739

hendrako:
Ada yg mengatakan samatha tidak perlu,
Ada yg mengatakan harus samatha terlebih dahulu.
Samatha jadi bulan-bulanan antara perlu dan tidak perlu.
Vipassana seakan hal yg paling perlu.

Di mataku,
keduanya perlu
keduanya saling perlu
walau juga dapat saling meninju

Ketenangan dapat menghasikan kebijaksanaan
Kebijaksanaan dapat menghasilkan ketenangan
Ketenangan terhambat kebijaksanaan, kaku
Kebijaksanaan terhambat ketenangan, beku

Selain itu,
Ketenangan dan kebijaksanaan dapat bergandengan
tanpa peduli mana yang lebih dulu
bekerja sama berpadu berpasangan

Ada juga yg tanpa sebutan samatha dan vipassana
Memiliki pikiran yg setara dengan kebijaksanaan
kumpulan banyak kebaikan perbuatan dan jasa
yang suatu waktu sekejab tenang dan terang

Tetap harus diingat juga
Jalan tak hanya Samadhi dan Panna
Ingatlah akan Sila
Ingatlah akan kamma


bond:

--- Quote from: tesla on 11 March 2009, 02:32:50 PM ---
--- Quote ---Memang para praktisi meditasi Buddhis, entah metode Mahasi Sayadaw, metode Acharn Mun dan metode lainnya, sepakat bahwa konsentrasi yang kuat diperlukan pada penembusan Nibbana.
--- End quote ---

bisa minta referensinya, dimana Mahasi Sayadaw & Ajahn Mun menekankan perlu "konsentrasi yg kuat"?

Anumodana

--- End quote ---

Buku Meditasi Vipasanna (bahasa Indonesia) halaman 107 oleh Mahasi Sayadaw.

demikian yg beliau tulis :.......Namun, kesamaan konsentrasi sesaat dengan konsentrasi serapan penuh yg sedemikian itu akan muncul (hanya) ketika latihan terpola dari pandangan cerah/terang mencapai puncaknya.

 Ajahn Mun adalah bhikkhu dhutangga yg mencapai nibbana dengan dasar jhana. (bisa search di om google/buku2 biography ajahn Mun). Termasuk murid dan cucu murid Ajahn Mun , mereka memiliki jhana. Harus dimengerti "konsentrasi yg kuat " yg dimaksud om fabian adalah berbarengan dengan "sati yg kuat" jadi ada kesimbangan disana dan tidak berdiri sendiri.



 _/\_

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version