//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)  (Read 18326 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

cunda

  • Guest
Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Dengan ini aku kutipkan teks PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ HŖDAYA SŪTRA (Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan) yang sudah tersimpan lebih dari 30 tahun, mohon koreksi apabila ada kekeliruan.

aku samasekali tidak mengetahui sumber Teks ini, apabila ada yang memiliki teks yang serupa mohon informasikan sumbernya, hal ini penting guna perbandingan dan koreksi

Yathā mama manoratho nipphanno,
Evaŋ tumhākam‘pi nipphajjatū‘ti.

Sebagaimana keinginanku telah tercapai,
Demikian juga semoga keinginanmu tercapai.


Anumodanam


Cunda


PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ HŖDAYA SŪTRA
(Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan)


Namah Sarvajñāya
Âryāvalokiteśvaro bodhisattvo gambhìrāyām prajñā-pāramitāyām caryām caramāņo vyavalokayati sma: Pañcaskandhās tāmś ca svabhāva-śūnyān paśyati sma.

Terpujilah Yang Maha Mengetahui.
Ketika Yang Maha Suci, Bodhisattva Avalokiteśvara sedang bermeditasi merenungkan Kesempurnaan Kebijaksanaan yang dalam (Prajñā-pāramitā). Beliau melihat bahwa `Lima kelompok kehidupan` (pañcaskandha) adalah kosong.

Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam. Rūpān na pŗthak śūnyatā,  śūnyatāyā na pŗthag rūpam. Yad rūpam sā śūnyatā, yā śūnyatā tad rūpam.
Evam eva vedanā-samjñā-samskāra-vijñānāni.

Di sini o Śāriputra, badan jasmani (rūpa) adalah kekosongan, dan kekosongan adalah badan jasmani. Badan jasmani tidak berbeda dengan kekosongan (śūnyatā), dan kekosongan tidak berbeda dengan badan jasmani.
Demikian pula halnya dengan perasaan (vedanā), pencerapan (samjñā), bentuk-bentuk mental (samskārā), dan kesadaran (vijñānā)

Iha Śāriputra sarvadharmāh śūnyatā-lakşaņā anutpannā aniruddhā amalāvimalā nonā na paripūrņāh.

Di sini o Śāriputra, sifat kekosongan dari segala sesuatu adalah: bukan muncul, bukan lenyap, bukan kotor, bukan bersih, bukan berkurang, bukan bertambah.

Tasmāc Chāriputra śūnyatāyām na rūpam na vedanā na samjñā na samskārā na vijñānam.
Na cakşuh-śrotra-ghrāņa-jihvā-kāya-manāmsi. Na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraşţavya-dharmāh. Na cakşur-dhātur yāvan na mano-vijñāna-dhātuh.

Oleh karena itu, oh Śāriputra, dalam kekosongan itu bukan badan jasmani (na rūpam), bukan perasaan (na vedanā), bukan pencerapan (na samjñā), bukan bentuk-bentuk mental (na samskārā), bukan kesadaran (na vijñānam).

Bukan mata (na cakşuh), bukan telinga (na śrotram), bukan hidung (na ghrāņam), bukan lidah (na jihvā), bukan tubuh jasmani (na kāyah), bukan batin (na manah). Bukan bentuk (na rūpam), bukan suara (na śabdah), bukan bau (na gandhah), bukan rasa (na rasah), bukan rasa sentuhan (na spraşţavyam), bukan objek mental (na dharmah). Bukan unsur mata (na cakşur-dhātuh), sampai kepada bukan unsur pikiran dan kesadaran (na mano-vijñāna-dhātuh).

Na vidyā nāvidyā na vidyākşayo nāvidyākşayo yāvan na jarāmaraņam na jarāmaraņakşayo na duhkha-samudaya-nirodha-mārgā, na jñānam na prāptih.

Bukan pengetahuan (na vidyā), bukan kebodohan (nāvidyā), bukan akhir pengetahuan (na vidyākşayah), bukan akhir kebodohan (nāvidyākşayah), sampai kepada bukan umur tua dan kematian (na jarāmaraņam), bukan akhir umur tua dan kematian (na jarāmaraņakşayah), bukan penderitaan (na duhkham), bukan asal-mula penderitaan (na duhkha-samudayah), bukan lenyapnya penderitaan (na duhkha-nirodhah), bukan jalan yang menuju lenyapnya penderitaan (na mārgāh), bukan kebijaksanaan (na jñānam), bukan pencapaian (na prāptih)

Tasmād aprāptitvād bodhisattvānām prajñāpāramitām āśritya viharaty acittāvaraņah, cittāvaraņa-nāstitvād atrasto viparyāsātikrānto nişţhanirvāņah, tryadhavavyavasthitāh sarvabuddhāh prajñāpāramitām āśrityānuttarām samyaksambodhim abhisambuddhāh.

Karena bukan pencapaian, para Bodhisattva berkelana tanpa rintangan batin melalui pelaksanaan Prajñāpāramitā. Karena tiada rintangan batin, maka segala rasa takut dan kebingungan teratasi, serta nirvāņa-pun tercapai.
Semua Buddha dari "Tiga masa"  (lampau, sekarang, dan yang akan datang) juga telah mencapai Penerangan Sempurna Tanpa Banding setelah melaksanakan Prajñāpāramitā.

Tasmāj jñātavyam prajñāpāramitā-mahāmantro mahāvidyāmantro 'nuttaramantro 'samasama-mantrah, sarvaduhkhapraśamanah, satyam amithyatvāt prajñāpāramitāyām ukto mantrah, tad yathā: Gate Gate Pāragate Pārasamgate Bodhi Svāhā.
Iti Prajñāpāramitā-hÂdayam samāptam

Oleh karena itu Prajñāpāramitā dikenal sebagai Mantra Yang Agung (mahāmantrah), Mantra Pengetahuan Yang Agung (mahāvidyāmantrah), Mantra Yang Tertinggi (anuttaramantrah), Mantra Yang Tanpa Banding (asamasama-mantrah), yang dengan pasti mampu melenyapkan semua penderitaan (duhkha).
Mantra Prajñāpāramitā yang (seharusnya) diucapkan dengan benar tanpa salah adalah:
“Gate Gate Pāragate Pārasamgate Bodhi Svāhā”.
Demikianlah Prajñāpāramitā-hŗdaya-sūtra telah selesai (dibabarkan)



Catatan:
aprāptitvād = bukan pencapaian
āśritya (ind) = mencari suaka; memperoleh suaka; menggunakan; memakai; praktek
viharati (vi + √hŗi) = cerai berai; bubar; buyar; terpisah; terbuka; musnah; hancur; menjelajahi; berkelana melalui; berjalan; berdiam; tinggal
acittāvaraņah (a + citta + āvaraņah) = tanpa rintangan batin
nāstitvād (na + astitvād) = tidak terdapat, tidak ada; tiada
atrasto (a + trasta) = tidak gemetar; tidak gentar; tidak takut
viparyāsa (m)  = jatuhnya; tergulingnya; kebingungan; lamunan; khayalan
atikrānta (m,f, n) = teratasi; terlampaui; terseberangi
nişţha (m, f, n) = terpancarnya; mengeluarkan; menghasilkan; tercapainya; puncak
nirvāņa = padamnya nafsu
jñātavya (m, f, n) = diketahui; dikenal; dipahami; dipertimbangkan sebagai
ukta (p kl; √vac) = yang diucapkan
samāpta (m, f, n) = berakhir; tamat; lengkap; selesai

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #1 on: 17 September 2008, 04:50:48 PM »
Fiuh,,,Susah juga nyari link ini, tapi memank pernah dibahas romo, dan sepertinya tidak ada perbedaan versi deh...

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=656.30
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

cunda

  • Guest
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #2 on: 17 September 2008, 05:17:14 PM »
Fiuh,,,Susah juga nyari link ini, tapi memank pernah dibahas romo, dan sepertinya tidak ada perbedaan versi deh...

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=656.30


Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Hehehehehe
Aku juga gak tahu dulu dapat dari mana, susah nyari teks sanskrit, puyenk


Dhammo have rakkhati dhammacāriŋ
Dhamma sesungguhnya melindungi pelaksana Dhamma

anumodanam

Cunda


Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #3 on: 17 September 2008, 05:20:30 PM »
hehehe...mksdnya nyari link yg ttng pembahasan ini di forum yang rada ribet, soalnya rada susah tulisannya...hehehe..
Tapi prajna paramitta ini sudah cukup populer sebenarnya, bahkan di sudah banyak versi lagu-nya lho...
Bahkan di youtube ada versi "up beat" lho...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

cunda

  • Guest
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #4 on: 18 September 2008, 07:16:00 PM »
hehehe...mksdnya nyari link yg ttng pembahasan ini di forum yang rada ribet, soalnya rada susah tulisannya...hehehe..
Tapi prajna paramitta ini sudah cukup populer sebenarnya, bahkan di sudah banyak versi lagu-nya lho...
Bahkan di youtube ada versi "up beat" lho...



namaste


tapi trims untuk perhatiannya



Anumodanam

Cunda

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Kawan-kawan,
Pada frase ini, "Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam," sering diterjemahkan "ada adalah tiada, tiada adalah ada." Menurut kawan-kawan apakah terjemahan ini bisa diterima?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
[at] atas

bisa donk

badan jasmani (rūpa) adalah kekosongan, dan kekosongan adalah badan jasmani.

inti adalah kosong, kosong adalah inti

CMIIW,

navis
;D
« Last Edit: 05 October 2008, 11:41:23 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Kawan-kawan,
Pada frase ini, "Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam," sering diterjemahkan "ada adalah tiada, tiada adalah ada." Menurut kawan-kawan apakah terjemahan ini bisa diterima?


 _/\_

Frase Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam,

iha = di sini; pada tahapan ini, maksudnya tahapan dimana bodhisattva Avalokitesvara melihat pancakkhandha bersifat sunyata.
Jadi apabila orang ingin mengetahui makna yang sesungguhnya dari isi sutra ini maka orang tersebut dapat memahami "śūnyatā" secara langsung dan benar.
Apabila kita cuma bicara "śūnyatā", maka yang kita bicarakan bukan pengertian śūnyatā yang sesungguhnya, itu hanyalah "konsep" pikiran belaka.

Banyak orang menganggap śūnyata sebagai "atma", ingatlah anekdot komik Zen, ketika seorang bhiksu muda yang selalu menganggap segala sesuatu kosong (tiada apapun) dipukul bagian kepalanya dan dia berteriak "aduh", kemudian gurunya bertanya kamu selalu bilang "kosong" lalu yang berteriak "aduh" itu siapa?

Apabila kita berbicara śūnyata maka kita baru membahasnya secara "prajnapti dharma", sebatas konsep dan kata-kata, maka perlu bermeditasi sehingga kita bisa memahami secara "paramartha dharma"

rūpam śūnyatā = badan jasmani bersifat kosong (dari atma)
śūnyataiva rūpam = śūnyata (kekosongan) bagaikan rūpam (bersifat kosong dari atma juga)

jadi bukan berarti "kosong = isi" dan "isi = kosong" dalam tataran pembicaraan umum.
Mobil itu ada ketika semua komponen yang membentuknya ada, ketika komponennya terurai maka istilah mobil menjadi tidak ada, yang ada hanya aneka komponen mobil. Pada tahapan berikutnya yang disebut komponen mobil katakan saja sebuan "ban", ban itu ada selama unsur pembentuknya ada, dst

Amatlah berbahaya ketika mobil melintas cepat di jalan raya lalu anda anggap "tidak ada mobil" kemudia anda menyeberang jalan tersebut tanpa waspada, akibatnya kecelakaanpun terjadi, karena apa? karena mobil itu "memang ada" dan bukan "tidak ada".

jadi bukan berarti "kosong = isi" dan "isi = kosong" dalam tataran pembicaraan umum.


 _/\_



Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
cetuju tuch... kosong isi... isi kosong gak bisa maen ucap...

mobil ada karena memang bentuknya mobil, klo dipretelin namanya bukan mobil lagi

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
cetuju tuch... kosong isi... isi kosong gak bisa maen ucap...

mobil ada karena memang bentuknya mobil, klo dipretelin namanya bukan mobil lagi

loe tuh, jgn nge-flame ya...
disini kita belajar dhamma, saling bertukar pikiran....

sungguh terlalu.... ;D

masi bisa ditambah, masi bisa dikurang

selagi masi ditaraf bisa bertambah, bisa berkurang
menurut saya, seseorang tidak akan mencapai nirvana, kenapa?
karena selagi dia masi menambah karma, maka dia harus menikmati karmanya.

sedangkan dalam sutra hati, dikatakan, tidak bertambah, jg tidak berkurang.
tidak ada kebodohan, jg tidak ada akhir dari kebodohan.

tapi menurut saya, ada benarnya jg, pemikiran andi sangkala. bahwa mobil itu harus ada komponen nya, klu tidak ada komponen nya, maka tidak bisa disebut mobil.

yang saya bingung, klu misalnya, api itu padam? kemana api itu? hilang dimana api itu? sembunyi dimana api itu?
kenapa klu kita panggil lg api itu ada?

memang, bisa ucap, inti = kosong, kosong = inti, bukan berarti seseorang bisa disebut sudah mengerti akan artinya yg terkandung di sutra hati.

dharma itu bagaikan rakit
untuk menyebrangkan kita ke pantai seberang
bahkan dharma sendiri itu harus ditinggal
apalg yg bukan dharma
(dikutip dari vajracheddika prajna paramita, katanya sech masi ada hub sodara ama prajan paramita hrdaya)

;D

klu pemahaman saya inti = kosong, kosong = inti
menurut saya, apa yg sudah kita pelajari, harus kita lupakan
untuk mencapai tingkat tertinggi.
klu kita masi terikat apa dengan yg kita pelajari, krn ada terikatan, timbul kemelekatan.

se7?

CMIIW,

navis
« Last Edit: 05 October 2008, 02:50:35 PM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #10 on: 06 October 2008, 12:25:18 AM »
Sekedar pendapat:
Dalam teks yang diposting sama cunda di atas, kata "Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam," diterjemahkan sebagai "Di sini o Śāriputra, badan jasmani (rūpa) adalah kekosongan, dan kekosongan adalah badan jasmani." Pemahaman ini agak berbeda dengan kata inti=kosong, kosong=inti, karena lebih tepat dirumuskan sebagai: badan jasmani (rupa)=kekosongan (sunyata), kekosongan (sunyata)=badan jasamani (rupa).

Kemudian pada beberapa bait kemudian di bawah dilanjutkan dengan kata-kata berikut:
"Oleh karena itu, oh Śāriputra, dalam kekosongan itu bukan badan jasmani (na rūpam), bukan perasaan (na vedanā), bukan pencerapan (na samjñā), bukan bentuk-bentuk mental (na samskārā), bukan kesadaran (na vijñānam)."

Dalam bagian ini ia menyebutkan bukan hanya rūpam sebagai sunyata, tetapi juga vedanā, samjñā, samskārā, dan vijñānam. Disebutkannya keempat hal tersebut, di samping rūpam, bukankah hal tersebut menunjukkan bahwa dimaksud adalah panca skandha? Jika demikian, apakah lebih tepat dikatakan kalau: panca skandha=sunyata, sunyata=panca skandha.

Bagaimana menurut teman-teman?




Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #11 on: 06 October 2008, 06:02:17 AM »
kalau di sutta theravada juga senada, hanya bukan sunyata tapi anatta. setiap komponen panca khanda itu anatta
nama rupa -> anatta
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html

untung belum ada, isi adalah bukan aku, bukan aku adalah isi. Mungkin karena shunyata (kosong) dan isi itu paradok dan aneh sehingga jadi ngetop. padahal bukan itu maksudnya.

anatta itu sinonim dengan shunyata kalo nga salah, cmiiw
There is no place like 127.0.0.1

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #12 on: 06 October 2008, 03:05:57 PM »
Mungkin lebih tepat kalau "panca skandha=sunyata" sama dengan "anatta". Tapi bagaimana memahami pemahaman yang sebaliknya "sunyata=panca skandha"? Ini lah yang membuat Sutra ini menjadi misterius.



 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #13 on: 06 October 2008, 06:11:53 PM »
nga juga bro. coba cek http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html

Quote
"Wujud, para bhikkhu, adalah bukan diri. Jika wujud adalah diri, wujud ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Akan mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini demikian. Wujud ini tidak demikian.' Tetapi karena wujud bukan diri, wujud membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini jadi demikian. Wujud ini tidak jadi demikian.'

"Sensasi bukanlah diri...

"Persepsi bukanlah diri...

"Bentukan [batin] bukanlah diri...

"Kesadaran bukanlah diri. Jika kesadaran adalah diri, kesadaran ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Adalah mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku demikian. Kesadaranku tidak demikian.' Tetapi karena kesadaran bukan diri, kesadaran membiarkan dirinya menjadi tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku jadi demikian. Kesadaranku tidak jadi demikian.'

Panca Khanda = anatta/bukan diri.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutra Hati Kesempurnaan Kebijaksanaan (PRAJÑÂ-PÂRAMITÂ H?DAYA S?TRA)
« Reply #14 on: 06 October 2008, 06:36:39 PM »
Pandangan Theravada adalah Sun~n~atta -> kosong dari atta.

Di dunia tidak diketemukan atta, di dunia segala sesuatu memiliki tiga karakteristik universal tilakhana, anicca, dukkha, anatta.

Tapi menurut Theravada, pandangan Shunyata Mahayana terlalu "kosong". Selain tiga karateristik universal itu, ada karakteristik khusus yang membedakan.

Misalnya rupa, ada panas ada dingin.
Misalnya citta, ada lobha ada alobha.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days