Topik Buddhisme > Meditasi

40 objek meditasi

<< < (2/6) > >>

Indra:
BAGIAN DUA

Di sini, aku akan menunjukkan bagaimana mencapai meditasi, jhāna kedua. Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna pertama dan manfaat dari meditasi, jhāna kedua .

Perumpamaan sapi muda

Sekarang, yogi yang dengan terampil melatih meditasi, jhāna pertama ingin membangkitkan meditasi, jhāna kedua. Mengapa? Jika si yogi tidak mampu melatih meditasi, jhāna pertama dengan terampil, meskipun ia ingin melenyapkan permulaan dan kelangsungan pikiran dan mencapai meditasi, jhāna kedua, ia akan jatuh kembali dan tidak mampu memasuki meditasi, jhāna kedua. Lebih jauh lagi, ia tidak dapat kembali memasuki meditasi, jhāna pertama. Karena itu, Sang Buddha mengajarkan perumpamaan sapi-gunung muda yang, karena bodoh, tidak mengetahui padang rumput yang baik, dan yang, karena tidak berpengalaman, berkeliaran ke tempat yang jauh dan berbahaya. Ia berpikir: “Bagaimana, jika aku memasuki tempat yang belum pernah kumasuki sebelumnya, memakan rumput yang belum pernah kumakan sebelumnya dan meminum air yang belum pernah kuminum sebelumnya”? tanpa menginjakkan kaki depannya dengan kokoh, ia mengangkat kaki belakangnya, menjadi gelisah dan tidak mampu bergerak maju. Dan karena tidak mampu memasuki tempat yang belum pernah ia masuki sebelumnya, memakan rumput yang belum pernah ia makan sebelumnya dan meminum air yang belum pernah ia minum sebelumnya, ia berpikir: “Aku tidak mampu pergi. Aku harus kembali ke padang rumput lama” .

Ada seorang bhikkhu. Ia masih belum mencapai (meditasi, jhāna). Ia tidak mengetahui subyek meditasi .  Ia masih belum melepaskan dirinya dari nafsu dan tidak mengetahui bagaimana memasuki meditasi, jhāna pertama. Ia tidak melatih ajaran ini juga tidak mempelajarinya, namun ia berpikir: “Bagaimana, jika aku memasuki meditasi, jhāna kedua, dan melepaskan diriku dari permulaan dan kelangsungan pikiran”? karena tidak tenang, ia berpikir lagi: “Aku tidak dapat memasuki meditasi, jhāna kedua, dan aku tidak dapat melepaskan diriku dari permulaan dan kelangsungan pikiran. Aku harus berhenti, (dari latihan ini), memasuki meditasi, jhāna pertama dan memisahkan diriku dari nafsu”, Bhikkhu dungu ini adalah sama bodohnya dan tidak berpengalaman seperti sapi- gunung muda. Oleh karena itu, ia seharusnya melatih meditasi, jhāna pertama. Ia harus membuat pikirannya bebas (dari nafsu).

Memasuki meditasi, jhāna kedua

Sebelum dan sesudah makan, pada jaga pertama dan jaga terakhir malam hari, sesuai keinginannya, seorang bhikkhu berlatih memperhatikan, memasuki, menegakkan, membangkitkan dan merenungkan . Jika ia sering memasuki (meditasi, jhāna,) dan sering keluar darinya dan memperoleh kemahiran dalam mempraktikkan meditasi, jhāna pertama, ia dapat mencapai kebahagiaan kemahiran, menyebabkan munculnya meditasi, jhāna kedua, dan melampaui meditasi, jhāna pertama. Dan selanjutnya ia berpikir: “Meditasi, jhāna pertama ini kasar; meditasi, jhāna kedua halus”. Dan ia melihat cacat dari pertama dan keunggulan dari meditasi, jhāna kedua.

T. Apakah cacat dari meditasi, jhāna pertama?

J. Rintangan-rintangan adalah musuh dekat (dari meditasi, jhāna ini) mengaduk-aduk permulaan dan kelangsungan pikiran dan menyebabkan kelengahan jasmani dan gangguan pikiran. Dengan demikian konsentrasi menjadi kasar dan tidak mampu menghasilkan pengetahuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, seseorang tidak menikmati meditasi, jhāna pertama, atau berperan dalam pemadaman di dalamnya. Ini adalah cacat dari meditasi, jhāna pertama . Keunggulan dari meditasi, jhāna kedua adalah kemampuan dalam mengatasi cacat-cacat ini. Dengan demikian, kita telah melihat cacat dari meditasi, jhāna pertama dan keunggulan dari meditasi, jhāna kedua.

Di sini pikiran memisahkan dirinya dari meditasi, jhāna pertama, dan dengan memegang gambaran kasiṇa sebagai obyek dari meditasi, jhāna kedua, dan berdiam di dalamnya. Pikiran, tidak berhubungan dengan permulaan dan kelangsungan pikiran, nyaman dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi, mencapai (meditasi, jhāna kedua). Jika si yogi berusaha, ia mencapai penghancuran permulaan dan kelangsungan pikiran dengan cepat. Ia nyaman dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi dan menyebabkan pikirannya berdiam dalam ketenangan.

Di sini aku menjelaskan empat faktor meditasi, jhāna kedua.

Yogi yang “mencapai dan berdiam dalam meditasi, jhāna kedua, yang, melalui ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran, mengembangkan ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, muncul dari konsentrasi, penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan” . Ini adalah keunggulan dari kasiṇa tanah. Tenangnya permulaan dan kelangsungan pikiran adalah ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran melalui pemahaman murni. Dan juga disebut akhir.

T. Apakah “ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran”?

J. Yaitu hancurnya cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran yang berperan pada meditasi, jhāna pertama. Yaitu hancurnya akar dari semua permulaan dan kelangsungan pikiran. Yaitu juga hancurnya cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran, akar dari permulaan dan kelangsungan pikiran, serta permulaan dan kelangsungan pikiran itu sendiri. Ini adalah “ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran”.

Selanjutnya, setelah memisahkan dirinya dari meditasi, jhāna yang lebih rendah dan kasar, si yogi mencapai meditasi, jhāna yang lebih tinggi dan halus, dan menyebabkannya (yang lebih rendah) lenyap.

“Internal”: Apakah yang dimiliki seseorang yang disebut “internal”. Ada tiga jenis dalam apa yang disebut internal: pertama adalah internal dalam arti diri; kedua adalah konsentrasi internal; ketiga adalah obyek internal.

Apakah “internal dalam arti diri”? enam alam indria internal. “Konsentrasi internal”: perenungan atas kondisi jasmani sendiri disebut “konsentrasi internal”. Pikiran yang mengarah ke dalam (subyektif), tidak mengarah keluar, dan cirinya adalah untuk memahami disebut “obyek internal”, dalam topik ini “internal dalam arti diri” berarti “berada dalam kondisi kebahagiaan”.

Keyakinan , keyakinan benar dan keyakinan yang mengembangkan meditasi, jhāna, disebut “ketenangan”. Dalam konsentrasi internal, ini adalah ketenangan internal.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari ketenangan internal? Tanpa-gangguan adalah karakteristik utama dari ketenangan internal. Istirahat adalah fungsinya. Tanpa-kekotoran adalah manifestasinya. Permulaan dan kelangsungan pikiran adalah penyebab langsungnya.

“mengembangkan kondisi kemenangan-pikiran”: keberdiaman pikiran dalam konsentrasi benar disebut pengembangan kondisi kemenangan-pikiran. Apakah arti dari “pengembangan kondisi kemenangan pikiran”? “Pikiran” artinya kemampuan berpikir. “Kemenangan” adalah sebutan bagi perhatian. “Kondisi” memiliki arti yang sama dengan “kondisi alami” yang diajarkan dalam ilmu suara. “Kondisi” artinya sifat. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran dan munculnya kondisi kemenangan-pikiran melalui keterpusatan pikiran disebut “pengembangan kondisi kemenangan-pikiran”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari ‘kondisi kemenangan-pikiran’?

Kebajikan murni adalah karakteristik utamanya; istirahat adalah fungsinya; tanpa-gangguan adalah manifestasinya; dan ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah penyebab langsungnya.

T. (Dikatakan bahwa si yogi) “mengembangkan ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran”. Kalau begitu, mengapa hal-hal ini tidak termasuk dalam meditasi, jhāna pertama?

J. Dalam meditasi, jhāna pertama, karena riak gelombang permulaan dan kelangsungan pikiran, pikiran menjadi keruh.

“Ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran”: seperti halnya, karena riak gelombang, air menjadi keruh, tidak dengan jelas memantulkan bayangan apapun, demikian pula dalam meditasi, jhāna pertama, karena kekeruhan yang disebabkan oleh riak gelombang permulaan dan kelangsungan pikiran, ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran tidak jernih, oleh karena itu maka tidak termasuk dalam meditasi, jhāna pertama.

“Tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran”: setelah ketenangan permulaan pikiran, maka tidak ada permulaan pikiran. Setelah ketenangan kelangsungan pikiran, maka tidak ada kelangsungan pikiran.

T. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran. Apakah terdapat dua jenis akhir dari permulaan dan kelangsungan pikiran? Mengapa dua jenis ini diajarkan?

J. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran mengembangkan ketenangan internal. Kondisi kemenangan-pikiran menjadi penyebab kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, karena timbulnya karakteristik luhur kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari kesunyian.

Dan lagi, ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah: melihat melalui permulaan dan kelangsungan pikiran, cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran, dan ia meninggalkannya. Kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran adalah ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran dari unsur bentuk.

Kemudian, dalam apa yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, terdapat dua kelompok: yang pertama adalah “tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran” yang bukan karena ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran; (yang kedua) adalah “tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran” yang karena ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Jadi, tanpa ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran, lima jenis pengetahuan yang lebih tinggi dan meditasi, jhāna ketiga, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran. Meditasi, jhāna kedua, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran melalui kesunyian yang terampil dan ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Ini adalah dua kelompok tersebut.

“Muncul dari konsentrasi”: ini merujuk pada konsentrasi. Meditasi, jhāna pertama, datang dari kesadaran dan meditasi, jhāna kedua datang dari meditasi, jhāna pertama. Dan selanjutnya, “konsentrasi” berarti bahwa meditasi, jhāna kedua datang bersamaan dengan keterpusatan pikiran.

“Kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi”: kegembiraan dan kebahagiaan telah dijelaskan.

“Meditasi, jhāna kedua”: disebut demikian karena mengikuti yang pertama.

“Mencapai meditasi, jhāna kedua”, artinya bahwa ia memasuki meditasi, jhāna kedua.

“Meditasi, jhāna”: ketenangan internal, kegembiraan dan kebahagiaan dan keterpusatan pikiran disebut “meditasi, jhāna”.

“Mencapai dan berdiam dalam meditasi, jhāna kedua”: ia mencapai meditasi, jhāna kedua, yang bebas dari dua faktor, memiliki dua faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh tiga keunggulan. Ini adalah alam surgawi. Ini adalah keluhuran. Ini adalah kelahiran di alam yang gilang-gemilang . Hal ini telah dijelaskan sebelumnya.

Perumpamaan kolam air

“Alam surgawi” artinya bahwa ia berdiam di dalam alam yang melampaui manusia karena kegembiraan dan kebahagiaan yang berasal dari konsentrasi. Oleh karena itu disebut “alam surgawi”. Karena itu Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu: “Bagaikan di dalam sebuah kolam dengan mata air dan ke dalamnya tidak ada air yang mengalir dari empat arah, tidak ada hujan turun, genangan air sejuk dan murni mengalir dari dalam, memenuhi seluruh kolam, meluap dan mengalir jauh, [419] demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan, sejuk dan murni, yang mengalir dari konsentrasi memenuhi seluruh bagian tubuh dari seorang bhikkhu. Demikianlah kegembiraan yang dihasilkan dari konsentrasi memenuhi jasmani dan bathin” .

Seorang yogi yang memasuki meditasi, jhāna kedua, harus merenungkan jamani ini sebagaimana perumpamaan kolam dengan mata air di dalamnya. Tidak adanya air yang mengalir dari empat arah harus dipahami sebagai ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan air yang mengalir dari dalam memenuhi kolam tanpa menimbulkan ombak, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan yang memancar dari konsentrasi memenuhi faktor-faktor bathin dan jasmani dan tidak menimbulkan gangguan pikiran. Bagaikan air yang dingin menyejukkan tubuh, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi menyebabkan seluruh faktor bathin dan jasmani menjadi nyaman.

Demikianlah imbalan dari praktik konsentrasi: Seseorang terlahir kembali di alam yang gilang-gemilang. Ada tiga jenis imbalan yang berhubungan dengan tiga kelompok meditasi, jhāna kedua: rendah, menengah dan tinggi. Yogi yang melatih meditasi, jhāna yang rendah, akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya Kecil. Umur kehidupannya adalah dua kappa . Jika ia melatih meditasi, jhāna menengah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya Tanpa Batas. Umur kehidupannya adalah empat kappa . Jika ia melatih meditasi, jhāna tinggi, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya gemilang dan umur kehidupannya adalah delapan kappa .

Indra:
Meditasi, jhāna ketiga

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna kedua

Sekarang seorang yogi melatih mditasi, jhāna kedua, dan mencapai kemahiran di dalamnya, berpikir: “Meditasi, jhāna kedua, kasar; meditasi, jhāna ketiga, adalah halus”. Karena mengetahui cacat dari meditasi, jhāna kedua, dan melihat keunggulan dari meditasi, jhāna ketiga, ia membangkitkan meditasi, jhāna ketiga.

Apakah cacat dari meditasi, jhāna kedua? Konsentrasi ini memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran sebagai musuh dekatnya. Meditasi, jhāna ini, karena disertai oleh kegembiraan, adalah kasar. Bathin bersuka ria karena memiliki kegembiraan dan tidak mampu membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) lainnya (yang lebih tinggi). Melekat pada kegembiraan adalah cacat. Jika ia memahami cacat-cacat ini, maka ia menjadi bebas-dari-cacat. Seseorang tidak mampu memperoleh kekuatan supernormal; atau ia mencapai meditasi, jhāna kedua, dan tidak mampu berperan dalam keluhuran. Demikianlah seharusnya seseorang memahami cacat dari meditasi, jhāna kedua. Keunggulan dari meditasi, jhāna ketiga, adalah mengatasi (cacat-cacat) ini. Jika ia merenungkan cacat dari meditasi, jhāna kedua, dan keunggulan dari ketiga, ia dapat melenyapkan kegembiraan melalui meditasi, jhāna, terhadap gambaran kasiṇa dan menjadi nyaman karena bebas dari kegembiraan. Dengan merenungkan demikian ia dalam waktu tidak lama dapat mencapai meditasi kokoh, jhāna melalui kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan.

Aku akan menjelaskan faktor-faktor dari meditasi, jhāna ketiga

Si Yogi “melalui tidak adanya keinginan akan kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan sadar sepenuhnya, mengalami dalam tubuhnya kebahagiaan yang oleh para mulia dikatakan: “Memiliki keseimbangan dan penuh perhatian, dan sadar sepenuhnya, ia berdiam dalam kebahagiaan. Jadi ia berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga”.

“Melalui tidak adanya keinginan akan kegembiraan”: Kegembiraan telah dijelaskan. “Tidak adanya keinginan”: dengan melenyapkan kegembiraan seseorang berdiam dalam keseimbangan. Apakah “keseimbangan”? keadaan seimbang, perlindungan, tidak-mundur, tidak-maju, ketenteraman dan kesetaraan bathin disebut “keseimbangan”. Ada delapan jenis keseimbangan: keseimbangan perasaan, usaha, pandangan terang, faktor-faktor Penerangan Sempurna, kondisi tidak terbatas, enam anggota (kemampuan), faktor-faktor meditasi (jhāna) dan kesucian . Keseimbangan perasaan adalah keseimbangan terhadap lima kualitas. Merenungkan tanda-tanda keseimbangan dari waktu ke waktu – ini adalah keseimbangan usaha. Jika, mengatakan, “Aku akan melenyapkan penyebab penderitaan”, seseorang mencapai keseimbangan, maka disebut keseimbangan pandangan terang. Mempraktikkan faktor-faktor penerangan sempurna adalah keseimbangan faktor-faktor penerangan sempurna. Cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan apresiatif, dan kesetaraan – semua ini disebut keseimbangan kondisi tanpa batas.

Jika, saat melihat suatu bentuk, tidak membeda-bedakan, tidak gembira juga tidak sedih, ini disebut keseimbangan dari enam anggota. Berdiam dalam pencapaian keseimbangan karena tidak adanya keberpihakan disebut keseimbangan faktor-faktor meditasi (jhāna). Kesucian keseimbangan-perhatian adalah keseimbangan kesucian.

Selanjutnya, ada tiga jenis keseimbangan: keseimbangan yang dianggap sebagai kendaraan konsentrasi; dianggap sebagai kondisi sedikit aktivitas; dan dianggap sebagai tidak berbuat apa-apa. Kemahiran yang seimbang yang hadir dalam semua meditasi, jhāna, dan yang tidak terburu-buru dan tidak lambat adalah “keseimbangan yang dianggap sebagai kendaraan konsentrasi”. Keseimbangan rendah ini dekat dengan meditasi, jhāna kedua dan melenyapkan kegembiraan pikiran yang meluap-luap. Jika pikiran tidak aktif, maka disebut “keseimbangan yang dianggap sebagai kondisi sedikit aktivitas”. Keseimbangan ini dekat dengan meditasi, jhāna ketiga dan melenyapkan kegembiraan bathin yang meluap-luap. Jika pikiran seseorang tidak dengan aktif memperhatikan obyek, melalui tidak adanya gangguan pikiran dan jasmani, ini disebut “keseimbangan yang dianggap sebagai tidak berbuat apa-apa”. Keseimbangan ini dekat dengan meditasi, jhāna keempat.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari keseimbangan? Seimbang adalah karakteristik utamanya. Tidak melekat adalah fungsinya. Tidak-berbuat adalah manifestasinya. Tidak membeda-bedakan adalah penyebab langsungnya.

T. Mengapa diajarkan bahwa keseimbangan adalah terdapat dalam meditasi, jhāna ini dan tidak dalam meditasi, jhāna kedua atau pertama?

J. Dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama, pikiran, karena penuh kegembiraan, tidak menjadi tidak-melekat. Karena kegembiraan dan kebahagiaan, kegembiraan pikiran yang meluap-luap tidak dilenyapkan. Oleh karena itu, keseimbangan ini tidak diajarkan hadir dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama. Karena tidak adanya kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor-faktor meditasi (jhāna) ini muncul. Karena terampil menguasai faktor-faktor meditasi (jhāna), maka dikatakan “berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan sadar sepenuhnya”.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari “perhatian”?

J. mengingat kembali adalah karakteristik utamanya; tidak melupakan adalah fungsinya; perlindungan adalah manifestasinya; dan empat landasan perhatian adalah penyebab langsungnya.

Apakah menjadi “sadar sepenuhnya”? menjadi sadar adalah menjadi waspada. Yaitu menjadi sepenuhnya sadar dengan benar. Ada empat jenis menjadi sepenuhnya sadar dengan benar . Yaitu sepenuhnya sadar terhadap diri sendiri; sepenuhnya sadar terhadap kualitas khusus dari diri sendiri; sepenuhnya sadar tanpa terperdaya; sepenuhnya sadar secara mendasar. Di sini, menjadi sepenuhnya sadar terhadap empat postur, adalah sepenuhnya sadar terhadap diri sendiri, memasuki kesunyian adalah menjadi sepenuhnya sadar terhadap kualitas khusus dari diri sendiri. Mengetahui delapan kondisi duniawi  adalah menjadi sepenuhnya sadar tanpa terperdaya. Berdiam dalam obyek konsentrasi adalah sepenuhnya sadar secara mendasar. Dalam buku ini, yang dimaksudkan adalah (“sepenuhnya sadar” dalam arti) “menjadi sepenuhnya sadar secara mendasar”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari menjadi “sepenuhnya sadar”? Ketidak-bingungan adalah karakteristik utamanya; keputusan adalah fungsinya; penyelidikan atas kondisi-kondisi adalah manifestasinya; merenungkan dengan benar adalah penyebab langsungnya.

T. Apakah seseorang harus selalu penuh perhatian dan sepenuhnya sadar di setiap tempat?

J. Jika seseorang tidak penuh perhatian dan tidak sepenuhnya sadar, ia bahkan tidak mampu membangkitkan tahap pendahuluan dari meditasi, jhāna.

T. Mengapa ini diajarkan dalam meditasi, jhāna ketiga dan bukan dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama?

J. Di sini, kegembiraan dan semua faktor meditasi (jhāna) yang kasar lainnya ditenangkan. Konsentrasi menjadi halus, memasuki tempat halus, dan melalui kondisi sepenuhnya sadar ia berdiam dengan kokoh dalam meditasi, jhāna ketiga. Demikianlah ia mencapai kemahiran dalam melatih faktor-faktor meditasi (jhāna).

Selanjutnya, pikiran si dungu merindukan kebahagiaan dan dengan mudah beralih kepada kebahagiaan meditasi, jhāna, karena sangat nikmat dan disebut “memikat”. Demikianlah (melalui perhatian dan melalui kondisi sepenuhnya sadar) seseorang mampu melenyapkan kegembiraan dan mencapai kemahiran dalam meditasi, jhāna ini.

Perumpamaan anak sapi

Kegembiraan dan kebahagiaan adalah sahabat karib. Jadi, dengan memahami perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar seseorang berdiam pada obyek dalam kebahagiaan yang terpisah dari kegembiraan. Ini bagaikan seekor anak sapi yang mengikuti induknya. Jika seseorang tidak mencengkeram kedua daun telinganya, ia akan mengikuti induknya dengan kepalanya menempel di sisi induknya. Seseorang memahami kebahagiaan yang terpisah dari kegembiraan, bersatu dengan perhatian, dan kondisi sepenuhnya sadar, dan berdiam pada obyek konsentrasi . Sebaliknya, jika seseorang tidak memahami, maka ia memasuki kembali kegembiraan dan berperan pada kemunduran dalam konsentrasi. Demi untuk mencapai kemahiran dalam faktor-faktor meditasi (jhāna), maka perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar diajarkan. Demikianlah keseimbangan, perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar dijelaskan. Oleh karena itu, dikatakan “berdiam dalam keseimbangan, perhatian dan sadar sepenuhnya, mengalami kebahagiaan dalam tubuh”.

T. Apakah kebahagiaan bathin?

J. Kebahagiaan yang dialami oleh bathin adalah kebahagiaan bathin. Datang dari kontak bathin. Ini adalah arti dari kebahagiaan bathin. Ini disebut “kebahagiaan”.

T. Apakah “tubuh”? kelompok-persepsi, kelompok-bentuk, dan kelompok-kesadaran – semua ini disebut “tubuh”.

J. Dalam meditasi, jhāna ketiga, kualitas kebahagiaan dilenyapkan. Ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha yang mengatakan, bahwa dalam meditasi, jhāna ketiga, kualitas kebahagiaan dilenyapkan.

“Kebahagiaan itu yang manakah yang dikatakan oleh Para Mulia”:”Para Mulia” adalah Sang Buddha dan para siswaNya. “mengatakan” artinya mengungkapkan, menegakkan, menjelaskan, menunjukkan. Demikianlah “kebahagiaan itu yang dikatakan oleh Para Mulia” dipahami.

T. Mengapa Para Mulia memuji kondisi tubuh ini dan bukan yang lainnya?

J. Dalam meditasi, jhāna ketiga, walaupun si yogi dapat dengan mudah berdiam dalam kebahagiaan yang menyenangkan, ia tidak menggenggam kebahagiaan. Para Mulia berdiam untuk mencari yang melampaui kebahagiaan. Ini adalah pencapaian Para Mulia. Oleh karena itu, Para Mulia memuji meditasi, jhāna yang luhur ini.

“Dengan memiliki keseimbangan dan perhatian, ia berdiam dalam kebahagiaan”: Keseimbangan, perhatian dan kebahagiaan telah dijelaskan.

“Berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga”: disebut “ketiga” karena yang kedua. Meditasi, jhāna ketiga terdiri dari keseimbangan, perhatian, dan kondisi sepenuhnya sadar, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran. Pencapaian dari hal-hal ini disebut meditasi, jhāna (ketiga). “Berdiam dalam pencapaian” artinya bahwa seseorang yang mencapai meditasi, jhāna ketiga, terpisah dari satu faktor, memenuhi lima faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan.

Menetap di alam surga artinya terlahir kembali di alam gemerlap . Hal ini dipahami dengan cara yang sama seperti yang diajarkan dalam meditasi, jhāna pertama. “Menetap di alam surga” adalah menetap di tempat yang menyenangkan yang bebas dari kegembiraan. “Menetap di alam surga” adalah menetap dengan cara yang melampaui manusia.

Perumpamaan kolam teratai

Karena itu, Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Bagaikan di dalam sebuah kolam yang terdapat teratai biru dan putih, teratai-teratai biru, merah dan putih tumbuh di dalam air dan tenggelam di dalam air dingin dari akar hingga lehernya, demikian pula tubuh ini, terisi dan penuh dengan kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan” . Bagaikan teratai-teratai biru, merah dan putih yang tumbuh di dalam air, demikianlah ia berdiam di dalam meditasi, jhāna ketiga. Tubuhnya harus dipahami sebagai berikut: bagaikan teratai-teratai yang tumbuh di dalam air, tenggelam di dalam air dari akar hingga lehernya, demikianlah ia berdiam di dalam meditasi, jhāna ketiga, dengan jasmani dan bathin terisi dan penuh dengan kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan.

Demikianlah imbalan dari praktik meditasi: Seseorang terlahir kembali di alam gemerlap penuh. Ada tiga jenis imbalan yang berhubungan dengan tiga kelompok meditasi, jhāna ketiga: rendah, menengah dan tinggi. Jika seorang yogi melatih meditasi, jhāna yang rendah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Kegemerlapan Kecil. Umur kehidupannya adalah enam belas kappa. Jika ia melatih meditasi, jhāna menengah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Kegemerlapan Tanpa Batas. Umur kehidupannya adalah tiga puluh dua kappa. Jika ia melatih meditasi, jhāna tinggi, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam gemerlap penuh dan umur kehidupannya adalah enam puluh empat kappa .

Meditasi, jhāna keempat

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna ketiga

Sekarang, seorang yogi melatih meditasi, jhāna ketiga, dan mencapai kemahiran di dalamnya, ingin membangkitkan meditasi, jhāna keempat, dan melampaui meditasi, jhāna ketiga. (Ia berpikir), “Ketiga adalah kasar. Keempat adalah halus”. Ia melihat cacat dari meditasi, jhāna ketiga dan keunggulan dari meditasi, jhāna keempat. Apakah cacat dari meditasi, jhāna ketiga? Kegembiraan adalah musuh dekat. Konsentrasi benar dengan kebahagiaan adalah kasar. Karena itu ia tidak mampu mencapai kekuatan supernormal. Meditasi, jhāna ketiga tidak berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari meditasi, jhāna ketiga. Keunggulan dari meditasi, jhāna keempat, terdiri dari hal-hal yang mengatasi (cacat-cacat) ini.

Aku akan menjelaskan faktor-faktor meditasi, jhāna keempat

Yogi tersebut, “setelah melepaskan kenikmatan dan kesakitan, meninggalkan kegembiraan dan kesedihan yang sebelumnya, tidak menderita, tidak bergembira, dalam kemurnian perhatian-seimbang, mencapai meditasi, jhāna keempat dan berdiam” . Ini adalah keunggulan dari kasiṇa tanah.

“Setelah melepaskan kenikmatan”: ini adalah melepaskan kenikmatan jasmani. Setelah melepaskan “kesakitan”: Ini adalah melepaskan kesakitan jasmani. “Meninggalkan kegembiraan dan kesedihan sebelumnya”: kegembiraan adalah kebahagiaan kelompok-kelompok bathin . Ini adalah meniggalkan hal-hal ini.

T. Dikatakan, “setelah melepaskan kenikmatan dan kesakitan, meninggalkan kesedihan”. Dimanakah hal-hal ini dilepaskan dan ditinggalkan? J. Hal-hal ini dilepaskan dan ditinggalkan pada saat pendahuluan dari meditasi, jhāna. Sang Buddha mengajarkan pelenyapan kesakitan dalam meditasi, jhāna keempat ini. T. Dimanakah faktor kesakitan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? J. Sang Buddha mengajarkan para bhikkhu sebagai berikut: “Dalam meditasi, jhāna pertama, keberpisahan dengan keinginan-indria terpenuhi. Saat itu, faktor kesakitan yang telah muncul menjadi lenyap secara total” . T. Mengapakah faktor kesakitan lenyap secara total dalam meditasi, jhāna pertama? J. Karena kegembiraan yang sempurna, terdapat kenyamanan jasmani . Karena kenyamanan jasmani, faktor kesakitan berakhir, yaitu, melalui melewatinya, kesakitan dilepaskan. Oleh karena itu, dalam meditasi, jhāna pertama, faktor kesakitan dilenyapkan. Dalam meditasi, jhāna kedua, faktor kesedihan dilenyapkan. Menurut Ajaran Sang Buddha, pelenyapan faktor kesedihan adalah sebagai berikut: “Dimanakah faktor kesedihan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? Di sini, para bhikkhu, permulaan dan kelangsungan pikiran ditenangkan, dan ia berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna kedua. Di sini, faktor kesedihan yang telah muncul menjadi lenyap secara total”.  Mengapakah faktor kesedihan, lenyap dalam meditasi, jhāna kedua? Jika seseorang memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran dalam waktu yang lama, jasmani dan bathinnya menjadi lengah. Jika bathinnya menjadi lengah, faktor kesedihan muncul dengan segera. Dalam meditasi, jhāna kedua, permulaan dan kelangsungan pikiran ditenangkan. Dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor kebahagiaan dilenyapkan. Sang Buddha mengajarkan sebagai berikut: “Dimanakah faktor kebahagiaan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? Di sini, para bhikkhu, tidak menyukai kegembiraan, seseorang berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga. Di sini, faktor kebahagiaan yang telah muncul menjadi lenyap secara total”.  T. Mengapakah faktor kebahagiaan menjadi lenyap secara total dalam meditasi, jhāna ketiga? J. Kegembiraan musnah, dan demikian pula, kebahagiaan yang muncul bergantung pada kegembiraan juga musnah. Oleh karena itu, dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor kebahagiaan musnah.

T. Jika faktor kesakitan, kebahagiaan dan kesedihan dilenyapkan dalam meditasi, jhāna ketiga, mengapa pengakhirannya diajarkan dalam meditasi, jhāna keempat.

J. faktor-faktor ini dilenyapkan dalam meditasi, jhāna ketiga. Meditasi, jhāna ketiga adalah suatu pendekatan kepada meditasi, jhāna keempat. Dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor-faktor ini setelah muncul, kemudian lenyap. Oleh karena itu, pelenyapannya diajarkan dalam meditasi, jhāna keempat.

Selanjutnya, “mencapai” “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan” artinya menaklukkan kesakitan dan kenikmatan.  Oleh karena itu, penaklukkan kesakitan dan kenikmatan diajarkan sebagai pencapaian tanpa kesakitan dan tanpa kenikmatan. Dan kemudian, adalah karena meditasi, jhāna keempat, pencapaian dan penaklukkan muncul bersamaan. Selanjutnya, keseimbangan melenyapkan kekotoran dengan segera dan secara total. Pencapaian “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan” artinya bahwa bathin tidak menerima dan pikiran tidak menolak. Ini disebut mencapai “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari pencapaian “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan”?

Pertengahan adalah karakteristik utamanya. Berdiam di posisi tengah adalah fungsinya. Melepaskan adalah manifestasinya. Pelenyapan kegembiraan adalah penyebab langsungnya.

Apakah kesucian keseimbangan-perhatian? Netralitas disebut keseimbangan. “Perhatian” disebut mengamati, mengingat dan Perhatian Benar. Semua ini disebut “perhatian”. Perhatian yang dimurnikan dan disucikan oleh keseimbangan disebut “kesucian keseimbangan-perhatian”.

T. Bagaimanakah perhatian dibersihkan dan disucikan oleh keseimbangan?  J. Di sini, ketenangan dan tidak-berbuat dipenuhi, karena dilepaskannya semua kekotoran dan karena kemiripan dan kedekatan dengan pencapaian itu. Tidak-berbuat ini berhubungan dengan keseimbangan. Oleh karena itu, perhatian mencapai ketenangan dan memenuhi keadaan tanpa-perasaan. Oleh karena itu, perhatian ini adalah keseimbangan dan mencapai kejernihan dan kemurnian.

“Keempat”: ini berarti bahwa karena ketiga, maka keempat dipenuhi. “Mencapai meditasi”: ini merujuk pada keseimbangan-perhatian dn keterpusatan pikiran dari meditasi, jhāna keempat. Ini adalah arti dari “mencapai meditasi”. “Mencapai” dan “berdiam”: seseorang memisahkan diri dari satu faktor, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan. Demikianlah seseorang berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna keempat. Imbalan dari (meditasi) ini adalah kelahiran kembali di alam surga. Keunggulan dari hal ini menyebabkan kelahiran kembali di alam Buah Agung.  Hal ini telah dijelaskan secara lengkap sebelumnya. “Menetap di alam surga”: ini adalah menetap dengan cara yang melampaui manusia. Ini adalah menetap dalam kebahagiaan keseimbangan. Ini disebut menetap di alam surga.

Indra:
Perumpamaan kain putih

Oleh karena itu Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: “Bagaikan seseorang yang duduk dan menutupi tubuhnya dengan kain putih dari kepala hingga kakinya, sedemikian sehingga tidak ada bagian tubuhnya yang tidak tertutupi, demikian pula seorang bhikkhu menutupi tubuh dan bagian-bagian tubuhnya dengan perhatian murni, sedemikian sehingga tidak ada bagian tubuhnya yang tidak tertutupi oleh perhatian murni”.  Si yogi bagaikan seseorang yang menutupi dirinya dengan kain putih. Terbebas dari semua kekotoran halus, ia berdiam dalam meditasi, jhāna keempat. Demikianlah, agar dimengerti. Bagaikan seseorang yang menutupi dirinya dengan kain putih dari kepala hingga kaki dan terlindung dari panas dan dingin, mengalami temperatur yang tetap dan tidak terganggu tubuh dan pikirannya, demikian pula si yogi yang memasuki meditasi, jhāna keempat tidak memgalami kesakitan maupun kenikmatan. Ini adalah kebahagiaan dari keseimbangan. Dengan ini ia memenuhi tubuhnya.

Berikut ini adalah keunggulan dari konsentrasi: seseorang terlahir kembali di alam Buah Agung. Seorang awam yang melatih meditasi, jhāna keempat, akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Buah Agung. Jika bathinnya tidak menyukai hasil usaha ini, ia akan terlahir kembali di alam Tanpa-kesadaran. Umur kehidupannya adalah lima puluh kappa.  Jika si yogi adalah seorang pertapa, ia akan terlahir kembali di alam Buah Agung, atau satu di antara lima Alam Murni . Demikianlah imbalan dari meditasi, jhāna ini.

T. Mengapa (meditasi, jhāna) rendah, menengah dan tinggi dan yang berperan pada keunggulan dari landasan-buah diajarkan dalam ketiga dan bukan dalam meditasi, jhāna keempat?

J. Ada perbedaan antara “kasar” dan “halus”, menurut hasilnya, dalam meditasi, jhāna ketiga. Oleh karena itu, keunggulan dari landasan-buah diajarkan melalui peran dalam keluhuran. Dalam meditasi, jhāna keempat, si yogi mencapai batas dari peran dalam keunggulan. Di luar ini, tidak ada peran keluhuran lainnya. Oleh karena itu, tidak ada peran keluhuran dari landasan-buah.

Alam ruang tanpa batas

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna keempat.

Sekarang, si yogi yang telah memperoleh kebahagiaan yang tidak terbatas dalam meditasi, jhāna keempat, ingin menikmati konsentrasi-ruang dan melampaui alam berbentuk. Ia merenungkan: “Konsentrasi berbentuk adalah kasar; konsentrasi-ruang adalah halus”. Yogi itu melihat cacat dari bentuk dan keunggulan dari konsentrasi-ruang. Apakah cacat dari bentuk? Ada banyak (cacat) seperti mengambil tongkat dan senjata, memukul, bertengkar, memfitnah, berbohong, melukai dan sejenisnya. Ada banyak penderitaan sakit mata dan sakit bagian tubuh lainnya, dingin dan panas, lapar dan haus. Ini adalah ujian berat dari bentuk indria.

Apakah cacat dari meditasi, jhāna keempat? Ketergantungan pada obyek berbentuk memiliki kepuasan sebagai musuh dekat. Ini disebut kasar. Seseorang yang melekat pada bentuk dan berbahagia di dalamnya tidak dapat berperan dalam keluhuran. Tetapi dengan bergantung pada ruang, seseorang dapat membebaskan dirinya dengan damai. Dalam konsentrasi ini, seseorang memenuhi kekasaran. Demikianlah si yogi melihat cacat dari meditasi, jhāna keempat, dalam bentuk. Keunggulan dari konsentrasi-ruang adalah mengatasi hal-hal ini.

Aku telah merenungkan kesulitan-kesulitan dari meditasi, jhāna keempat. Dan sekarang aku akan menunjukkan bagaimana memasuki konsentrasi alam ruang tanpa batas.

Si yogi setelah melihat bentuk dan cacat besar di sana dan keunggulan dari konsentrasi-ruang, keluar dari konsentrasi (bentuk) itu, melepaskan kasiṇa tanah, gambaran tanah dan melatih konsentrasi-ruang.

Ia harus berdiam di ruang dan menganggapnya sebagai obyek yang tidak terbatas. Jika ia berlatih dengan cara demikian, ia dengan cepat berhasil menghancurkan gambaran tanah dan pikirannya keluar dari gambaran tanah dan pergi melampaui gambaran tanah menuju ruang. Melalui pencapaian kemahiran dalam persepsi alam ruang tanpa batas ia mencapai meditasi kokoh, jhāna.

Yogi tersebut “dengan melewati secara total melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak, dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi, dengan berpikir, “ruang adalah tidak terbatas”, memasuki dan berdiam di dalam alam ruang tanpa batas.

“Secara total” artinya tanpa sisa. “Dengan melewati melampaui persepsi bentuk”: apakah persepsi bentuk? Persepsi, penglihatan, kondisi mengamati sehubungan dengan seseorang yang berdiam dalam konsentrasi pada unsur-bentuk – ini disebut persepsi bentuk. “Melewati melampaui” artinya mengungguli hal ini. [421] “Dengan lenyapnya persepsi kontak”: Apakah persepsi sentuhan? Persepsi dari obyek terlihat, dari suara, dari bau-bauan, dari rasa kecapan, dan dari obyek sentuhan – semua ini disebut persepsi kontak. “Lenyapnya” artinya akhir dari berbagai jenis persepsi (kontak) ini. “Dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi”: Apakah keaneka-ragaman persepsi? Persepsi, penglihatan, kondisi mengamati sehubungan dengan seseorang yang belum mencapai konsentrasi dan yang memiliki unsur pikiran dan unsur kesadaran – ini disebut keaneka-ragaman persepsi. “Terbebas dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” artinya bahwa seseorang terbebas dari melayani keaneka-ragaman persepsi ini.

T. Mengapa hanya yang melampaui persepsi yang diajarkan dan bukan yang melampaui perasaan, bentuk dan kesadaran?

J. Jika seseorang melewati melampaui persepsi bentuk, ia melewati melampaui semua lainnya; dan jika seseorang belum terbebas dari persepsi bentuk, bathinnya tidak mampu melewati melampaui yang lain-lainnya. Karena itu Sang Buddha mengajarkan melewati melampaui persepsi bentuk dengan tujuan untuk memulai melampaui semua obyek-bentuk, karena semua (bentuk) konsentrasi bergantung pada persepsi.

T. Jika hal tersebut tidak terjadi (yaitu, jika ia tidak melampaui persepsi bentuk) apakah ada atau tidak ada persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi?

J. Ada persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi dalam konsentrasi-bentuk, karena hal-hal ini dilenyapkan (belakangan).

T. Mengapa ia tidak maju lebih jauh ke konsentrasi tersebut?

J. Ia tidak menyukai bentuk, oleh karena itu, ia tidak melenyapkan (persepsi-persepsi ini) dalam (konsentrasi) tersebut. Ini sesuai dengan Ajaran Buddha yang mengatakan bahwa, karena tidak melenyapkan (persepsi-persepsi kontak) ini dalam (konsentrasi bentuk) itu, suara adalah duri bagi seseorang yang memasuki meditasi, jhāna pertama . Demikianlah dengan tidak menyukai bentuk, ia maju lebih jauh. Ia menghancurkannya di sini. Oleh karena itu, ia mencapai ketenangan pencapaian tanpa bentuk dan kedamaian kebebasan. Âëāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta ketika memasuki pencapaian tanpa bentuk ini, tidak melihat maupun mendengar lima ratus kereta yang berlalu-lalang.  Oleh karena itu, hal ini diajarkan sebagai penghancuran alam-alam (indria); dan demikianlah, melampaui semua persepsi bentuk diajarkan sebagai penghancuran kondisi-kondisi bentuk dan persepsi kontak. “Dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” artinya penghancuran kondisi-kondisi indria. Selanjutnya, melampaui semua persepsi bentuk diajarkan sebagai pencapaian alam tanpa bentuk. Lenyapnya persepsi kontak diajarkan sebagai penghancuran gangguan luar dari konsentrasi (tanpa bentuk) dan pemurnian ketenangan. “Bebas dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” diajarkan sebagai penghancuran gangguan dalam dari konsentrasi tersebut dan pemurnian kedamaian kebebasan.

T. “Alam ruang tanpa batas”: Apakah ruang?

J. Yaitu, alam ruang, unsur ruang dan kehampaan .  Yaitu yang tidak tersentuh oleh empat utama – ini disebut kehampaan. Ketika seseorang menenangkan pikiraannya dengan menggunakan persepsi ruang tanpa batas, ini dikatakan ia berpikir, “ruang adalah tidak terbatas”. Ruang tanpa batas artinya memasuki ruang yang tidak terbatas. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki ruang disebut “alam ruang”. Apakah “alam ruang”? ketidak-terbatasan adalah sifat dari ruang. Sifat tidak terbatas ini adalah “alam ruang”. Ini diajarkan sebagai arti dari ruang. Seperti halnya berdiam di alam surga disebut surga, demikian pula (berdiam dalam) konsentrasi alam ruang disebut “alam ruang”. “Memasuki dan berdiam dalam alam ruang tanpa batas” artinya bahwa ia mencapai konsentrasi alam ruang tanpa batas, melewati melampaui semua obyek bentuk, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan dari latihan konsentrasi. Dengan alasan dari kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam ruang tanpa batas, sebagaimana telah diajarkan secara lengkap sebelumnya. “Dengan kualitas-kualitas baik ini ia akan terlahir kembali di (alam) ruang (tanpa batas)” artinya bahwa ia yang mempraktikkan konsentrasi alam ruang akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam ruang tanpa batas. Umur kehidupannya adalah dua ribu kappa.

Konsentrasi alam kesadaran tanpa batas

Aku merenungkan cacat dari konsentrasi alam ruang tanpa batas.

Sekarang, yogi itu setelah mencapai kemahiran dalam praktik (konsentrasi) alam ruang tanpa batas ingin membangkitkan konsentrasi kasiṇa kesadaran tanpa batas dan melampaui kasiṇa ruang tanpa batas. Merenungkan bahwa konsentrasi (alam) ruang sebagai kasar, ia melihat kehalusan (konsentrasi) alam kesadaran tanpa batas.

Selanjutnya, ia melihat cacat dari alam ruang tanpa batas dan keunggulan dari alam kesadaran tanpa batas. Apakah cacat dari alam ruang tanpa batas? Konsentrasi ini memiliki bentuk sebagai musuh dekat. Obyek konsentrasi alam ruang tanpa batas adalah kasar, dan persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi belum terpecah. Di sini, karena kemelekatan, si yogi tidak mampu berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari konsentrasi alam ruang tanpa batas. Keunggulan dari kasiṇa kesadaran adalah mengatasi cacat-cacat ini.

Aku akan menjelaskan kesadaran tanpa batas

Yogi itu, setelah melihat kesulitan besar dalam konsentrasi alam ruang tanpa batas dan keunggulan dari alam kesadaran tanpa batas, harus merenungkan alam (kesadaran tanpa batas) sebagai ketenangan, dan dengan kokoh memperhatikan munculnya kesadaran yang bergerak menyebar melalui ruang dengan pikiran, “kesadaran adalah tidak terbatas”. Demikianlah pikirannya berada dalam persepsi alam kesadaran tanpa batas. Demikianlah ia bermeditasi dan dalam waktu tidak lama pikiran akan keluar dari persepsi ruang tanpa batas, dan memasuki alam kesadaran tanpa batas. Dalam persepsi alam kesadaran tanpa batas, pikiran mencapai meditasi kokoh, jhāna. Demikianlah “melewati secara total melampaui alam ruang tanpa batas, yogi itu, berpikir, ‘kesadaran adalah tanpa batas’. Memasuki, dan berdiam di dalam alam kesadaran tanpa batas”. “Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam ruang tanpa batas” artinya mengungguli alam ruang tanpa batas. “Melewati melampaui” artinya dengan benar mengungguli. Ini disebut “melewati melampaui alam ruang tanpa batas”. “Ruang tanpa batas”: “Ia memperhatikan kesadaran itu yang dengannya ruang terisi”.

T. Antara bentuk dan tanpa bentuk, manakah yang tanpa batas?

J. Hanya tanpa bentuk yang tanpa batas, karena tidak ada batasan pada tanpa-bentuk, dan karena tidak dapat dipegang. Dan selanjutnya, ruang adalah tanpa batasan. Oleh karena itu, disebut tanpa batas. Kata “tanpa batas” (ananta) artinya tanpa batas (ananta). Demikianlah penggunaan kata “tanpa batas”. Demikian pula dengan kata kesadaran.

“Berdiam di dalam alam” artinya berdiam di dalam alam kesadaran tanpa batas. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin disebut alam kesadaran tanpa batas. Apakah “alam kesadaran tanpa batas”? Yaitu kesadaran yang tidak terbatas. Ini disebut “alam kesadaran tanpa batas”. Seperti halnya berdiam di alam surga disebut surga, demikian pula (berdiam dalam) konsentrasi kesadaran tanpa batas disebut “alam kesadaran tanpa batas”. “Memasuki dan berdiam dalam alam kesadaran tanpa batas” artinya bahwa ia melampaui obyek ruang dalam konsentrasi alam kesadaran tanpa batas. Ia memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan, dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan praktik-konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di dalam alam kesadaran tanpa batas. Ini telah dijelaskan sebelumnya.

Demikianlah keunggulan dari praktik (konsentrasi) alam kesadaran tanpa batas. Seseorang yang mempraktikkan konsentrasi kesadaran tanpa batas akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam kesadaran tanpa batas. Umur kehidupannya adalah empat ribu kappa.

Alam kekosongan

Aku merenungkan cacat dari alam kesadaran tanpa batas

Sekarang, yogi itu, setelah mencapai kemahiran dalam praktik konsentrasi alam kesadaran tanpa batas, ingin membangkitkan konsentrasi alam kekosongan, dan melampaui alam kesadaran tanpa batas.

Kemudian, ia merenungkan: “Konsentrasi alam kesadaran tanpa batas adalah kasar; konsentrasi alam kekosongan adalah halus”. Dan ia melihat cacat dari alam kesadaran tanpa batas dan keunggulan dari konsentrasi alam kekosongan. Apakah cacat dari konsentrasi alam kesadaran tanpa batas? Konsentrasi ini memiliki ruang sebagai musuh dekat. Obyek kesadaran adalah kasar. Di sini, yogi itu, karena kemelekatan, tidak mampu berperan dalam keluhuran melalui perenungan persepsi tidak terbatas. Keunggulan dari alam kekosongan adalah mengatasi cacat-cacat ini. Yogi itu, setelah melihat cacat dari alam kesadaran tanpa batas dan keunggulan dari alam kekosongan, keluar dari alam kesadaran tanpa batas dengan damai, tidak melanjutkan kesadaran itu lagi, tidak merenungkannya lagi dan menyingkirkan kesadaran tersebut. Melihat kebebasan dari alam kekosongan, ia ingin mencapainya, dan dengan merenungkan demikian ia segera keluar dari persepsi kesadaran. Karena persepsi alam kekosongan, ia mencapai meditasi kokoh, jhāna. Melewati secara total melampaui alam kesadaran tanpa batas, yogi itu berpikir, “Tidak ada apa-apa lagi”, memasuki dan berdiam di dalam alam kekosongan.

“Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam kesadaran tanpa batas” artinya dengan benar mengungguli kesadaran. Ini disebut “Melewati melampaui alam kesadaran tanpa batas” . “Kekosongan” artinya bahwa ia tidak mempraktikkan (konsentrasi kesadaran) lagi; tidak memperhatikannya lagi; keluar dari (alam) kesadaran, dan hanya melihat kekosongan. Demikianlah kekosongan dipahami. “Alam (kekosongan)”: Pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki alam kekosongan disebut “alam kekosongan”. Apakah alam kekosongan? Yaitu yang tanpa ciri-ciri kesadaran dan hampa. Alam kekosongan dijelaskan sebagai “tidak memegang apa-apa”. “Memasuki alam” artinya “mencapai konsentrasi alam kekosongan”. ”Memasuki dan berdiam”: ia mencapai konsentrasi (alam) kekosongan, melewati melampaui obyek kesadaran, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan, dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia terlahir kembali di alam kekosongan. Ini telah dijelaskan sebelumnya. Keunggulan dari seseorang yang terlahir kembali di alam kekosongan adalah sebagai berikut: ia yang mempraktikkan konsentrasi alam kekosongan akan terlahir kembali, setelah kematiannya, di alam kekosongan. Umur kehidupannya adalah enam ribu kappa.

Alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi

Aku merenungkan cacat dari alam kekosongan

Sekarang, si yogi setelah mencapai kemahiran dalam praktik konsentrasi alam kekosongan ingin membangkitkan konsentrasi bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, dan melampaui alam kekosongan. Ia merenungkan: “Alam kekosongan adalah kasar; alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah halus”. Dan selanjutnya, ia melihat cacat dari alam kekosongan dan keunggulan dari alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. [422] Apakah cacat dari alam kekosongan? Yaitu, memiliki kesadaran sebagai musuh dekat. Ini disertai dengan persepsi kasar. Oleh karena itu, kasar. Karena kemelekatan terhadapnya, seseorang tidak berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari alam kekosongan. Keunggulan dari alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah mengatasi cacat-cacat ini. Dan kemudian, persepsi ini adalah penyakit, borok, duri. Tanpa-persepsi – ini benar, tenang dan agung. Demikianlah ia melihat alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Dan setelah melihat hal itu, yogi tersebut mempraktikkan konsentrasi lain dengan membangkitkan ketenangan dari kesunyian alam kekosongan. Dengan bermeditasi demikian, ia melewati persepsi alam kekosongan dalam waktu tidak lama, dan mencapai meditasi kokoh, jhāna di dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Aku akan menjelaskan alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi

“Melewati secara total melampaui alam kekosongan, yogi tersebut memasuki dan berdiam di dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”. “Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam kekosongan” artinya mengungguli alam kekosongan dan melampauinya, dengan benar. Ini disebut “melewati secara total melampaui alam kekosongan”. “Bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”: Ia, mempraktikkan konsentrasi lain dengan membangkitkan ketenangan dari kesunyian alam kekosongan. Ini disebut alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. “Alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”: pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi disebut alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Apakah arti dari “alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”? melalui pelenyapan persepsi kasar, ia memperoleh tanpa-persepsi. Karena adanya persepsi halus yang tersisa, ia memasuki alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Demikianlah “alam” dan “bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi” agar dimengerti. “Memasuki dan berdiam”: Ia mencapai konsentrasi alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, melewati melampaui alam kekosongan, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan dan berdiam dalam kenikmatan imbalan praktik konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini telah dijelaskan sebelumnya. “Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi” artinya bahwa ia yang mempraktikkan konsentrasi bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi akan terlahir kembali, setelah kematiannya, di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Umur kehidupannya adalah delapan puluh empat ribu kappa.

T. Mengapa ini disebut “alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”, dan bukan “alam kesadaran tanpa batas”?

J. Ia memisahkan dirinya dari kemelekatan terhadap ketidak-terbatasan dan membangkitkan persepsi halus. Oleh karena itu, ia tidak mencapai alam kesadaran tanpa batas.

T. Mengapa kekotoran-kekotoran tidak dihancurkan melalui konsentrasi ini?

J. Jika seseorang memisahkan dirinya dari persepsi kasar, ia tidak akan mampu melihat Sang Jalan. Dan juga, konsentrasi ini sangat halus. Sehingga ia tidak dapat melihat sifat dari bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Oleh karena itu ia tidak mampu menghancurkan kekotoran-kekotoran.

Indra:
Berbagai Ajaran

Aku akan menjelaskan lebih jauh lagi tentang makna di atas

T. Apakah ajaran-ajaran lain dalam wilayah konsentrasi?

J. Penghentian suara; membalikkan; keluar; melampaui; pendahuluan; permulaan pikiran; perasaan; keragu-raguan. “Penghentian suara”: Dalam meditasi, jhāna pertama, kemampuan berbicara dihentikan. Ketika memasuki meditasi, jhāna keempat, si yogi berhenti bernafas.  Penghentian suara setahap demi setahap: ketika si yogi memasuki konsentrasi, ia mendengar suara-suara, tetapi ia tidak mampu berbicara karena kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara tidak bersatu. Bagi orang yang memasuki konsentrasi bentuk, suara adalah mengganggu. Karena itu Sang Budha mengajarkan: “Bagi orang yang memasuki meditasi, jhāna, suara adalah duri” . “Membalikkan” : Seseorang, yang berkonsentrasi pada kasiṇa tanah mengembangkan persepsi tanah melalui persepsi bukan-tanah.

T. Kalau begitu, apakah ia tidak memenuhi “membalikkan”?

J. persepsi tanah harus dipahami sebagai persepsi itu. Ini berbeda dengan empat jenis persepsi membalikkan. Oleh karena itu, ini tidak memenuhi “membalikkan” . Keluar dari konsentrasi dikondisikan oleh lima penyebab, yaitu, sakit karena postur; banyak belenggu; keluar karena rintangan-rintangan; kemampuan yang tidak seimbang; dan kecenderungan.

Ketika seseorang memasuki konsentrasi tanpa-bentuk, ia tidak “keluar” karena “banyak belenggu”, karena ia berdiam dalam ketenangan. Jika ia memasuki pencapaian pelenyapan dan pencapaian buah . Ia dapat “keluar” melalui perbuatan sebelumnya  dan bukan melalui penyebab lainnya. “Melampaui”: Dalam melampaui ada dua jenis, yaitu, melampaui faktor-faktor  dan melampaui obyek . Melewati dari meditasi, jhāna berbentuk menuju meditasi, jhāna berbentuk, disebut “melampaui faktor-faktor”. Melewati dari meditasi, jhāna berbentuk, menuju konsentrasi tanpa bentuk, dan dari konsentrasi tanpa bentuk menuju konsentrasi tanpa bentuk disebut “melampaui obyek”. “Pendahuluan” adalah pendahuluan dari semua meditasi, jhāna. Ini terdiri dari lima faktor. “Permulaan pikiran”: Dalam meditasi, jhāna kedua, dan lainnya melalui tekanan terus-menerus, kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran dipenuhi. “Perasaan”: Dalam meditasi, jhāna keempat, dan lainnya melalui tekanan terus-menerus, kondisi yang dengan keseimbangan muncul tanpa berlebihan. “Keragu-raguan”: Karena ini, seseorang tidak melenyapkan rintangan-rintangan dari keinginan-indria dan yang lainnya, dan berdiam dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini disebut “bersisa”. Ini seperti, karena takut akan ular, seseorang memanjat pohon.

Ada empat jenis individu yang tidak dapat memasuki konsentrasi. Mereka, pasti akan, terlahir kembali di alam sengsara. Tanpa penyebab mereka melakukan lima perbuatan yang menjadi efektif segera . Mereka adalah yang berpandangan sesat.

Indra:
Kasina Air

T. Apakah kasiṇa air? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran air – ini disebut kasiṇa air. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Terserap dalam kasiṇa air adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi air adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

Ada lima jenis manfaat istimewa dari (mempraktikkan) kasiṇa air: seseorang mampu menyelam ke dalam tanah dan keluar lagi dengan mudah; mengguncangkan istana, gunung atau bumi; menurunkan hujan; menyebabkan air memancar dari tubuhnya dan membuat (air) tersebut seolah-olah adalah lautan. Manfaat lainnya sama dengan kasiṇa tanah. Seseorang yang mempraktikkan kasiṇa air, melihat air di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya”? Orang yang menerima kasiṇa air menangkap gambaran di dalam air, yaitu, air alami atau yang dipersiapkan. Di sini, seorang yogi yang terlatih menangkap gambaran air di tempat-tempat yang tidak ada air atau ketika melihat air di berbagai tempat, yaitu, di sumur, kendi, kolam, rawa, sungai, danau atau teluk. Demikianlah ia dapat melihat (gambaran) di manapun yang ia sukai, dan dapat memunculkan gambaran bathin air. Ia tidak seperti seorang yogi baru. Seorang yogi baru harus menangkap gambaran di suatu tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu mempraktikkan kasiṇa air dengan terampil di tempat yang tidak dipersiapkan. Demikianlah, yogi itu, pertama-tama, harus mencari tempat yang tenang, di dalam vihara atau di gua batu, atau di bawah pohon, yang tidak terlalu gelap dan di mana matahari tidak menyengat. Tempat tersebut harus tidak berdebu atau berangin dan tidak ada nyamuk, serangga atau gangguan lainnya. Di tempat tersebut, ia menguburkan sebuah mangkuk atau kendi air di dalam tanah yang bersih dengan bibir mangkuk tersebut rata dengan tanah. Kelilingnya adalah dua meter. Mangkuk itu harus di isi dengan air hujan dan tidak berwarna. Mangkuk atau kendi harus penuh hingga ke bibirnya. Di sini, ia harus berdiam dalam persepsi air, dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan atas kasiṇa tanah yang telah dijelaskan sebelumnya dan alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Kasina Api

T. Apakah kasiṇa api? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran api – ini disebut kasiṇa api. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Terserap dalam kasiṇa api adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi api adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat istimewa. Ini akan diperlihatkan dalam kasiṇa api. Seseorang mampu menciptakan asap dan api, mampu melihat benda-benda dengan menciptakan terang, mampu menghancurkan cahaya dari bentuk-bentuk lain. Manfaat (lainnya) dari kasiṇa sama dengan kasiṇa tanah. dengan mempraktikkan kasiṇa api, seseorang mampu melihat api di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya”?: Orang  yang menerima gambaran api, menangkap gambaran dalam api, yaitu dalam api alami atau yang dipersiapkan. Di sini, seorang yogi yang terlatih menangkap gambaran alami. (Ia menangkap gambaran) saat melihat api apapun, seperti, api-rumput, api-kayu, api-hutan atau rumah yang terbakar. Ia mengembangkan api alami atau api yang dipersiapkan sesuai keinginannya dan melihat gambaran yang sesuai. Demikianlah gambaran bathin muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Ia hanya mampu menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan dan tidak di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa api. Seorang yogi baru pertama-tama, harus mengumpulkan kayu bakar, menumpuknya di tempat yang bersih dan membakarnya. Ia membakarnya dari bawah, kira-kira pada waktu matahari terbit atau terbenam. Ia tidak memikirkan asap atau kobaran yang muncul. Ia memusatkan pikirannya ke arah gambaran api dengan mengarahkannya ke tengah-tengah kobaran tebal dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan [423] dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Angin

T. Apakah kasiṇa angin? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran angin – ini disebut kasiṇa angin. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran angin adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi angin adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada tiga manfaat istimewa dalam kasiṇa angin. Seseorang mampu bepergian dengan kecepatan angin, mampu memunculkan angin dan menciptakan kesejukan. Manfaat lainnya sama dengan kasiṇa tanah. Seseorang mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?” : seorang yogi baru menangkap kasiṇa angin melalui dua cara: melalui penglihatan dan sentuhan. Bagaimanakah ia menangkap gambaran melalui penglihatan? Yogi itu, melihat ladang kentang, hutan bambu atau padang rumput yang bergerak karena tertiup angin, merenungkan persepsi angin. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Demikianlah ia mengangkap gambaran melalui penglihatan. Bagaimanakah ia menangkap gambaran melalui sentuhan? Di suatu tempat yang tenang, seorang yogi baru membuat lubang di dinding, kemudian menyelipkan sebatang pipa dari bambu atau buluh di lubang di dinding itu dan duduk di dekatnya, merasakan angin yang datang melewati pipa itu menyentuh tubuhnya. Demikianlah ia menangkap gambaran angin melalui sentuhan.

Seorang yogi terlatih mampu menangkap gambaran kapanpun angin menyentuh tubuhnya apakah sedang duduk, berjalan, berdiri atau berbaring. Demikianlah gambaran-bathin angin muncul dalam dirinya. Tidak seperti si yogi baru.

Kasina biru-kehijauan

T. Apakah kasiṇa biru-kehijauan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan kasiṇa biru-kehijauan – ini disebut kasiṇa biru-kehijauan. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran biru-kehijauan adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi biru-kehijauan adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat. Dalam kasiṇa biru-kehijauan, seseorang mencapai  kebebasan keindahan. Ia mencapai posisi kemahiran dari biru  yang seperti bunga biru. Ia dapat mengubah semua benda menjadi biru. Ia melihat warna biru di mana-mana melalui praktik kasiṇa biru .

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Si yogi menangkap gambaran dalam tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi itu melihat (gambaran) dalam bunga biru, kain biru atau benda-benda biru di manapun. Ia selalu melihatnya di depannya, dalam kenikmatan atau kesakitan, dan demikianlah gambaran-bathin dari gambaran hijau-kebiruan. Seorang yogi baru agak berbeda. Ia menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa hijau kebiruan. Yogi ini membuat maṇḍala di atas kain, papan atau dinding yang berwarna bunga Asita , yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran hijau-kebiruan. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Kuning

T. Apakah kasiṇa kuning? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran kuning – ini disebut kasiṇa kuning. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran kuning adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi kuning adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan. Ia mencapai posisi kemahiran dari kuning. Ia merenungkan berbagai warna kuning sama dengan warna bunga Kaṇikāra . Dengan melatih kasiṇa kuning ia melihat warna kuning di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa kuning menangkap gambaran kuning di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. (Yogi yang terlatih) menangkap gambaran di tempat yang tidak dipersiapkan. Yogi itu melihat warna kuning dari bunga kuning atau kain kuning di manapun. Ia selalu melihatnya, dalam kenikmatan atau dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin kuning muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa kuning. Yogi ini membuat maṇḍala berwarna kuning seperti kuningnya bunga kaṇikāra, di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran kuning. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Merah

T. Apakah kasiṇa merah? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran merah – ini disebut kasiṇa merah. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran merah adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi merah adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Ada empat manfaat istimewa. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan dalam kasiṇa merah. Ia mencapai posisi kemahiran dari merah . Ia mampu mengubah benda-benda menjadi berwarna merah. Manfaat-manfaat lainnya sama dengan yang dijelaskan dalam kasiṇa tanah. Ia yang melatih kasiṇa merah melihat warna merah meliputi segala sesuatu.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa merah menangkap gambaran merah di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami, seperti, melihat bunga merah atau kain merah di manapun. Ia selalu melihatnya, dalam kenikmatan atau dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin merah muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa merah. Yogi ini membuat warna merah yang menyerupai merhanya bunga Bandhujīvaka di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Atau, ia membuat maṇḍala dari bunga merah. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran merah. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Putih

T. Apakah kasiṇa putih? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran putih – ini disebut kasiṇa putih. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran putih adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi putih adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Ada delapan manfaat istimewa. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan, dan posisi kemahiran dari putih . Ia mengatasi kekakuan dan ketumpulan, menghalau kegelapan, menciptakan terang dan membangkitkan mata-dewa melalui kasiṇa putih. Manfaat-manfaat lainnya sama dengan yang dijelaskan dalam kasiṇa tanah. Ia yang melatih kasiṇa putih melihat warna putih meliputi segala sesuatu.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa putih menangkap gambaran putih di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami. Ia melihat gambaran di berbagai tempat – di bunga putih, cahaya bulan, cahaya matahari, cahaya bintang atau cermin bundar. Bermula dari sini, ia selalu melihat gambaran di depannya, dalam kenikmatan dan dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin putih muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa putih. Yogi ini membuat maṇḍala di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat, dengan warna yang menyerupai warna bintang pagi. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran putih. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. (Selanjutnya) sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Cahaya

[424] T. Apakah kasiṇa cahaya? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran cahaya – ini disebut kasiṇa cahaya. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran cahaya adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi cahaya adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Manfaatnya sama dengan manfaat dari kasiṇa putih. Ia yang melatih kasiṇa cahaya melihat cahaya di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa cahaya menangkap gambaran cahaya di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami. Ia melihat gambaran di berbagai tempat – di cahaya bulan, cahaya matahari, cahaya bintang, cahaya lampu atau di cahaya permata. Bermula dari sini, ia selalu melihat (gambaran) dalam kenikmatan dan dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin cahaya muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa cahaya. Yogi ini memilih dinding yang menghadap ke timur atau barat. Ia mengisi mangkuknya dengan air dan meletakkannya di tempat yang terkena cahaya matahari di dekat sana. Air ini menghasilkan maṇḍala cahaya. Dari maṇḍala ini, cahaya memancar dan terpantul di dinding. Di sini, ia melihat gambaran cahaya. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. (Selanjutnya) sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version