Topik Buddhisme > Meditasi

40 objek meditasi

<< < (5/6) > >>

Indra:
Dua belas cara melenyapkan kebencian

T. Apakah makna berhasil dalam melenyapkan kebencian?

J. (1) Seseorang harus berbagi untuk memberikan manfaat kepada orang lain (yang ia benci). Seseorang harus merenungkan: (2) kualitas kebaikan, (3) sikap baik dan bersahabat, (4) kammanya sendiri, (5) pembayaran-hutang, (6) hubungan kekeluargaan, (7) kesalahannya sendiri, (8) seseorang tidak boleh memikirkan penderitaan yang ia alami. Ia harus merenungkan: (9) sifat dari indria-indria, (10) penghancuran sementara kondisi-kondisi, (11) dan kelompok-kelompok kehidupan. (12) Seseorang harus menyelidiki kekosongan. Seseorang harus mengingat hal-hal ini dalam pikirannya.

(1) Bahkan jika seseorang sedang marah, ia harus memberi kepada orang lain apa yang diminta, menerima apa yang diberikan. Dan dalam berbicara dengan orang tersebut, ia harus selalu menggunakan kata-kata yang sopan. Seseorang harus melakukan apa yang dilakukan orang lain. Dengan perbuatan-perbuatan demikian, maka penghancuran kemarahan dalam dirinya dan orang lain terjadi. (2) Kebaikan – jika seseorang melihat kualitas kebaikan dalam diri orang lain, ia harus berpikir: “Ini adalah kualitas baik. Ini bukanlah kualitas buruk.”

Perumpamaan kolam

Hal ini adalah seperti berikut ini: Ada sebuah kolam yang permukaannya tertutup oleh tanaman-tanaman, dan seseorang, setelah menyingkirkan tanaman-tanaman tersebut, mengambil air.  Jika orang lain tidak memiliki kualitas baik; ia pasti akan berpikiran buruk”.  (3) Sikap baik dan bersahabat – seseorang harus berpikiran sebagai berikut (untuk mendapatkan sikap baik dan bersahabat dari orang lain:) Jika seseorang tidak menghormati (orang lain), maka ia harus membangkitkan pikiran bersahabat dan sikap baik. Jika ia tidak dihormati, ia harus melakukan kebaikan. Dan juga, menghancurkan kejahatan berarti kebahagiaan. Demikianlah perubahan dari kebencian menjadi sikap baik dan persahabatan harus dipahami. (4) kammanya sendiri – seseorang harus merenungkan kamma  buruknya sendiri sebagai berikut: “Kejahatan yang kulakukan akan menyebabkan orang lain menjadi marah”. (5) Pembayaran-hutang – (seseorang harus berpikir:) “Karena kamma masa lampauku, seseorang marah kepadaku. Sekarang aku bebas dari hutangku. Merenungkan kenyataan ini (pembayaran hutang), aku gembira”. (6) Hubungan kekeluargaan – ia mengingat bahwa makhluk-makhluk silih-berganti bersaudara satu sama lain dalam (lingkaran) kelahiran dan kematian, sebagai berikut: “Ini adalah sanak keluargaku”, dan memunculkan pikiran persaudaraan.  (7) Kesalahan dirinya sendiri – seseorang memunculkan persepsi-diri sendiri sebagai berikut: “Kemarahan orang itu muncul karena diriku. Aku mendapatkan keburukan darinya”. Demikianlah dengan memunculkan persepsi-diri sendiri, seseorang melihat kesalahannya sendiri. (8) Seseorang tidak boleh memikirkan – seseorang tidak boleh memikirkan persepsi (penderitaan diri sendiri) yang tidak berhubungan dengan kebencian. Penderitaan – (seseorang memikirkan sebagai berikut:) “Karena kebodohanku sendiri, aku melihat penderitaanku sendiri sebagai suatu rintangan.” Demikianlah seharusnya seseorang melihat. Seseorang menderita karena dirinya sendiri, karena ia tidak memunculkan pikiran cinta-kasih. Hal tersebut muncul demikian (yaitu, sebagai rintangan) karena penderitaan bathin. Menghindari tempat-tempat di mana musuh berada, ia harus menetap di mana ia tidak mendengar (suara) atau melihatnya. (9) Sifat dari indria – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Terikat dengan yang dicintai dan yang tidak dicintai adalah sifat dari indria. Oleh karena itu aku membenci. Karena hal ini aku menjadi tidak ada perhatian”. (10) Penghancuran sementara kondisi-kondisi – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Orang itu menderita karena kelahiran. Semua kondisi ini lenyap dalam satu saat pikiran. Dengan kondisi yang manakah dari dirinya yang menyebabkan aku menjadi marah?” (11) Kelompok-kelompok kehidupan – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Kelompok-kelompok kehidupan dalam dan luar menghasilkan penderitaan. Tidaklah mungkin bagiku untuk marah kepada bagian atau tempat yang manapun”. (12) Kekosongan – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: dalam pengertian mutlak tidak dapat dikatakan, “Orang ini menyebabkan penderitaan” atau “Orang ini menderita”. Tubuh ini adalah hasil dari sebab dan kondisi. Tidak ada entitas-diri dalam kelompok-kelompok kehidupan.

Oleh karena itu Sang Buddha mengucapkan syair berikut ini:

   Ia yang menetap di tengah-tengah hutan desa,
   Mengalami kesenangan dan kesakitan,
   Tidak terbakar karena diri sendiri atau orang lain,
   Tetapi karena pikirannya bernafsu,
   Jika pikirannya bersih dari noda nafsu,
   Siapakah yang mampu menyentuh orang tidak ternoda tersebut?

Demikianlah setelah yogi tersebut telah benar-benar memahami cara menghancurkan kebencian, telah mengidentifikasikan teman-teman, orang-orang yang netral dan musuh-musuh, dan mencapai kemahiran dalam praktik, ia harus perlahan-lahan membangkitkan pikiran cinta-kasih dan mengembangkannya kepada para bhikkhu di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada Sangha di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada para dewa di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di desa di luar tempat tinggalnya. Demikianlah (ia mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk) dari desa ke desa, dari negeri ke negeri. Setelah itu ia harus mengembangkan (cinta-kasih kepada makhluk-makhluk) di satu arah. Yogi tersebut “melingkupi satu arah dengan pikiran cinta kasih; dan setelah itu, arah kedua; dan setelah itu, arah ketiga, dan setelah itu, arah keempat. Demikianlah ia memancarkan cinta-kasih kepada semua makhluk di empat penjuru, ke atas, ke bawah dan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran cinta-kasih yang besar tidak terbatas, tanpa permusuhan, tanpa kebencian.  Demikianlah yogi tersebut mengembangkan cinta-kasih dan mencapai meditasi-kokoh dalam tiga cara: dengan melingkupi semua makhluk, dengan melingkupi semua desa-wilayah dan dengan melingkupi semua penjuru. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada satu makhluk, dan dengan cara yang sama, kepada dua, tiga dan kepada semua makhluk. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di satu desa, dan dengan cara yang sama kepada (makhluk-makhluk di ) banyak desa. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di satu arah, dan dengan cara yang sama (kepada makhluk-makhluk) di semua arah. Di sini jika seseorang mengembangkan cinta-kasih kepada satu makhluk, jika makhluk tersebut mati, obyek tersebut hilang. Jika ia kehilangan obyek, maka ia tidak dapat membangkitkan cinta-kasih. Karena itu ia harus mengembangkan pikiran cinta-kasih secara luas. Demikianlah dengan mempraktikkannya ia dapat memenuhi buah dan jasa yang besar.

T. Apakah akar, manifestasi, pemenuhan, bukan-pemenuhan dan obyek dari cinta-kasih?

J. Tidak adanya keserakahan adalah sebuah akar; tidak adanya kebencian adalah sebuah akar; tidak adanya khayalan adalah sebuah akar. Kemauan adalah sebuah akar. Pertimbangan benar  adalah sebuah akar. Apakah “manifestasi”nya? Membuat akar-akar ini terlihat adalah manifestasinya. Apakah “pemenuhan”nya? Ketika seseorang memiliki cinta-kasih, ia menghancurkan kebencian, melenyapkan kasih-sayang yang tidak murni dan memurnikan perbuatan jasmani, ucapan dan pikirannya. Ini disebut “pemenuhan”. Apakah “bukan-pemenuhan”nya? Karena dua penyebab seseorang gagal dalam mempraktikkan cinta-kasih: karena menganggap teman sebagai musuh dan karena kasih-sayang tidak murni. “Bukan pemenuhan” dihasilkan ketika seseorang membangkitkan perasaan permusuhan dan persaingan. Demikianlah “bukan-pemenuhan” dipahami. Apakah “obyek”nya? Makhluk-makhluk adalah “obyek”nya.

Sepuluh kesempurnaan

T. Itu salah. Dalam pengertian mutlak tidak ada yang disebut makhluk. Mengapa dikatakan bahwa makhluk adalah obyeknya? J. Karena perbedaan dalam indria, dalam bahasa biasa, dikatakan bahwa ada makhluk. Sekarang, Bodihisatta dan Mahāsatta* mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk dan memenuhi sepuluh kesempurnaan.

T. Bagaimanakah itu? J. Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk dan bertekad untuk memberikan manfaat kepada semua makhluk dan memberikan rasa aman kepada mereka.  Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kedermawanan.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka memisahkan penderitaan dan tidak kehilangan kemampuan kejujuran. Ini bagaikan hubungan antara seorang ayah dengan anak-anaknya. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan moralitas.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka melatih ketidak-serakahan, dan untuk melenyapkan kejahatan makhluk-makhluk, mereka mecapai meditasi, jhāna  dan memasuki keadaan tanpa-rumah. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan meninggalkan keduniawian.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mempertimbangkan kebaikan dan kejahatan. Memahaminya sesuai dengan kebenaran, memikirkan dengan bijaksana, mereka menolak yang buruk dan mengambil yang baik. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kebijaksanaan.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka, tanpa meninggalkan usaha, mengerahkannya usaha mereka setiap saat. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan usaha.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mempraktikkan kesabaran dan tidak menumbuhkan kemarahan saat orang lain menyalahkan atau membenci mereka. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kesabaran.

Bodhisatta dan Mahāsatta [743] mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mengucapkan kejujuran, berdiam dalam kejujuran dan mempertahankan kejujuran. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kejujuran.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka tidak pernah melanggar janji mereka melainkan menepatinya dengan penuh kesetiaan hingga akhir hidup mereka. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan tekad.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka menganggap semua makhluk sama seperti mereka dan memenuhi kesempurnaan cinta-kasih.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka menganggap teman-teman, orang-orang netral dan musuh-musuh, sama dan sederajat, tanpa kebencian dan tanpa kemelekatan. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan keseimbangan.

Dalam cara-cara inilah Bodhisatta dan Mahasatta mempraktikkan cinta-kasih dan memenuhi sepuluh kesempurnaan.

Aku akan menjelaskan (lebih jauh lagi) tentang cinta kasih dan empat tekad. †

Sekarang, Bodhisatta dan Mahāsatta setelah mempraktikkan cinta-kasih, setelah memenuhi sepuluh kesempurnaan, memenuhi empat tekad. Yaitu tekad kejujuran, tekad kedermawanan, tekad kedamaian dan tekad kebijaksanaan.

Di sini, kesempurnaan kejujuran, kesempurnaan tekad dan kesempurnaan usaha memenuhi tekad kejujuran.

Kesempurnaan memberi, kesempurnaan moralitas dan kesempurnaan meninggalkan keduniawian, memenuhi tekad kedermawanan.

Kesempurnaan kesabaran, kesempurnaan cinta-kasih dan kesempurnaan keseimbangan memenuhi tekad kedamaian.

Kesempurnaan kebijaksanaan memenuhi tekad kebijaksanaan.

Demikianlah Bodhisatta dan Mahāsatta setelah mempraktikkan cinta-kasih dan memenuhi sepuluh kesempurnaan, memenuhi empat tekad dan mencapai dua keadaan, yaitu, ketenangan dan pandangan terang.

Di sini, tekad kejujuran, tekad kedermawanan dan tekad kedamaian memenuhi ketenangan. Tekad kebijaksanaan memenuhi pandangan terang. Melalui pemenuhan ketenangan, mereka mencapai semua meditasi, jhāna, dan memegang kuat-kuat pembebasan dan konsentrasi. Mereka menyebabkan munculnya konsentrasi keajaiban- ganda  dan konsentrasi pencapaian belas-kasih agung.  Dengan pencapaian Pandangan Terang, mereka memiliki semua pengetahuan supernormal , pengetahuan analitis , kekuatan-kekuatan,  keyakinan . Dan setelahnya mereka membangkitkan pengetahuan alami , dan kemahatahuan.  Demikianlah Bodhisatta dan Mahāsatta mempraktikkan cinta-kasih dan perlahan-lahan mencapai Kebuddhaan.

Cinta-kasih berakhir.†

Indra:
Pikiran Belas-Kasihan Tanpa Batas

T. Apakah belas-kasihan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua saat melihat penderitaan anak tunggalnya yang tersayang, berbelas-kasihan, mengatakan, “O, Betapa menderitanya engkau!”, demikian pula seseorang berbelas-kasihan terhadap semua makhluk. Seseorang berdiam dalam belas-kasihan – ini disebut praktiknya. Bukan manifestasi dari bukan-keuntungan adalah karakteristik utamanya. Kebahagiaan adalah fungsinya. Keselamatan  adalah manifestasinya. Manfaatnya sama dengan manfaat cinta-kasih.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu. Jika ia melihat atau mendengar seseorang diserang oleh penyakit, atau seseorang menderita karena tua, atau seseorang yang penuh keserakahan, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.  Dan kemudian, jika ia melihat atau mendengar seseorang yang sesat dan terbelenggu oleh kekotoran, atau seseorang yang memasuki kebodohan, atau seseorang, yang, telah melakukan kebajikan di masa lampau, namun tidak melatih dirinya dalam kehidupan sekarang, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan, ia mengembara dalam kejahatan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.  Dan kemudian, jika melihat atau mendengar seseorang yang mengikuti ajaran jahat dan tidak mengikuti ajaran yang baik, atau seseorang yang mengikuti ajaran yang tidak menyenangkan dan tidak mengikuti ajaran yang menyenangkan, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan, ia mengembara dalam kejahatan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.

Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-akivitas ini mengembangkan pikiran belas-kasihan terhadap orang tersebut dan mengulanginya. Setelah dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-akivitas ini mengembangkan pikiran belas-kasihan terhadap orang tersebut dan mengulanginya, ia membuat bathinnya menjadi lunak, dan mampu memusatkan pikiran pada obyek. Setelah itu, ia perlahan-lahan mengembangkan (belas-kasihan) terhadap orang-orang yang netral dan musuh. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru.

T. Apakah pemenuhan belas-kasihan dan apakah, bukan-pemenuhan? J. Ketika seseorang memenuhi belas-kasihan, ia memisahkan diri dari mencelakai dan dari membunuh. Ia tidak menderita. Ia memisahkan diri dari kasih-sayang yang tidak murni. Melalui dua penyebab belas-kasihan tidak terpenuhi: melalui kekesalan yang muncul dari diri sendiri dan melalui penyiksaan.

T. Semua tidak menderita. Penderitaan tidak selalu terjadi. Kalau begitu, bagaimana mungkin berbelas-kasih kepada semua makhluk? J. Karena semua makhluk pernah di masa lalu mengalami penderitaan, mereka dapat menangkap gambaran dengan baik dan mempraktikkan belas-kasihan di segala tempat. Dan lagi, penderitaan karena kelahiran dan kematian adalah peristiwa yang pasti terjadi pada semua makhluk. Oleh karena itu semua makhluk dapat mempraktikkan belas-kasihan di segala tempat.

Belas-kasihan berakhir.†

Pikiran Kegembiraan altruistik Tanpa Batas

T. Apakah kegembiraan altruistik? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua, yang, melihat kebahagiaan anak tunggalnya yang tersayang, menjadi gembira, dan berkata, “Sādhu!”, demikian pula seseorang mengembangkan kegembiraan altruistik terhadap semua makhluk. Demikianlah kegembiraan altruistik dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam kegembiraan altruistik – ini disebut praktiknya. Kegembiraan adalah karakteristik utamanya. Ketidak-takutan adalah fungsinya. Penghancuran ketidak-sukaan adalah manifestasinya. Manfaat-manfaatnya sama dengan manfaat-manfaat cinta-kasih.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu. Ketika ia melihat atau mendengar tentang kualitas-kualitas seseorang yang dihormati oleh orang lain, dan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan damai dan gembira, ia berpikir: “Sādhu! sādhu! Semoga ia terus gembira hingga waktu yang lama!”, dan kemudian, ketika ia melihat atau mendengar seseorang tidak mengikuti ajaran jahat, atau orang tersebut tidak mengikuti ajaran yang tidak menyenangkan dan bahwa orang tersebut mengikuti ajaran yang menyenangkan, ia berpikir: : “Sādhu! sādhu! Semoga ia terus gembira hingga waktu yang lama!”. Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran kegembiraan altruistik dan mengulanginya. Setelah, dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran kegembiraan altruistik dan mengulanginya, ia membuat bathinnya menjadi lunak, dan mampu memusatkan pikiran pada obyek. Setelah itu perlahan-lahan ia mengembangkan kegembiraan altruistik kepada orang yang netral dan musuh. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru dengan kegembiraan altruistik.

T. Apakah pemenuhan kegembiraan altruistik? Apakah bukan-pemenuhannya? J. Ketika seseorang memenuhi kegembiraan altruistik, ia melenyapkan ketidak-bahagiaan, tidak membangkitkan kasih-sayang yang tidak murni dan tidak mengatakan apa yang tidak benar. Melalui dua cara kegembiraan altruistik tidak dipenuh: melalui kekesalan yang muncul dalam diri dan perbuatan mengejek. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Kegembiraan altruistik berakhir.

Pikiran Keseimbangan tanpa batas

T. Apakah keseimbangan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua yang tidak terlalu penuh perhatian juga tidak tanpa perhatian terhadap anaknya yang manapun juga, tetapi menganggap semua anaknya sama dan mempertahankan kesetaraan terhadap mereka, demikian pula melalui keseimbangan seseorang mempertahankan pikiran kesetaraan terhadap semua makhluk. Demikianlah keseimbangan dipahami. Ke-diam-an yang tidak terganggu dalam keseimbangan – ini disebut praktiknya. Ketidak-melekatan adalah karakteristik utamanya. Kesetaraan adalah fungsinya. Penekanan rasa suka dan tidak suka adalah manifestasinya. Manfaat-manfaatnya sama dengan manfaat-manfaat cinta kasih.

T. Bagaimanakah prosedurnya? Yogi tersebut pertama-tama masuk ke dalam meditasi, jhāna ketiga, dengan cinta-kasih, dengan belas-kasihan, dengan kegembiraan altruistik. Setelah mencapai meditasi, jhāna ketiga, dan memperoleh keterampilan di sana, ia melihat ujian berat dari cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik. Suka dan tidak-suka adalah dekat. Hal-hal ini (cinta kasih, dan sebagainya) adalah berhubungan dengan keramahan, kegembiraan dan kesenangan. Keunggulan dari keseimbangan adalah mengatasi ujian berat ini. Yogi tersebut, setelah melihat ujian berat dari cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik dan keunggulan dari keseimbangan, mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang netral  dan menenangkan pikirannya. Setelah mengembangkan dan mengulanginya, ia membuat pikirannya menjadi lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek. Setelah itu, ia perlahan-lahan mengembangkan(nya) terhadap musuh dan terhadap teman. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru. Yogi tersebut dengan mempraktikkan demikian mencapai meditasi, jhāna keempat melalui keseimbangan. Dalam tiga cara ia mencapai meditasi kokoh, jhāna, dengan melingkupi makhluk-makhluk, dengan melingkupi desa-desa dan dengan melingkupi segala penjuru.

T. Ketika yogi tersebut mempraktikkan keseimbangan, bagaimanakah ia merenungkan makhluk-makhluk?   

J. Yogi tersebut merenungkan sebagai berikut: “dalam cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, seseorang bergembira terhadap makhluk-makhluk”, dan dengan melenyapkan kegembiraan, ia membangkitkan keseimbangan. Bagaikan seseorang yang kegirangan saat bertemu dengan temannya yang telah lama berpisah [438] dan kemudian, menjadi tenang, setelah bersama-sama selama beberapa waktu, demikian pula setelah menetap lama bersama cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, yogi tersebut mencapai keseimbangan. Dan kemudian, ada seseorang. Ia berbicara tentang makhluk-makhluk, “Dengan merenungkan sebagai berikut: Apakah pemenuhan dari keseimbangan? Apakah bukan-pemenuhannya?” Ketika keseimbangan dipenuhi, seseorang menghancurkan rasa suka dan tidak-suka dan tidak memunculkan kebodohan. Melalui dua penyebab keseimbangan tidak dipenuhi: melalui kekesalan yang muncul dalam dirinya dan melalui munculnya kebodohan.

Berbagai ajaran

Saya akan menjelaskan lagi makna dari empat tidak terbatas. †

Apakah berbagai ajaran sehubungan dengan empat tidak terbatas?

Seseorang mencapai keluhuran dalam empat tidak terbatas dengan cara mempraktikkannya terhadap binatang, orang tidak bermoral, orang yang bermoral, mereka yang tidak menyukai nafsu, para Pacceka Buddha dan para Buddha yang teragung, menganggap mereka bagaikan seorang ibu menganggap anaknya sesuai tahap-tahap kehidupan (umur) mereka  ;

T. Mengapakah hanya tingkat ketiga dan bukan meditasi, jhāna keempat, yang dicapai dalam cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik?

J. Karena terus-menerus berdiam dalam penderitaan (makhluk lain) seseorang mengembangkan cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik. (Dan dengan demikian tidak ada keseimbangan). Oleh karena itu hanya meditasi, jhāna ketiga yang dicapai dan bukan keempat.

Juga, alam keseimbangan adalah milik meditasi, jhāna keempat karena memiliki dua keseimbangan, yaitu, perasaan netral , dan netralitas dalam hal kondisi-kondisi.  Berdiam di alam keseimbangan dan menganggap semua makhluk setara, seseorang mencapai keseimbangan. Karena sifat-sifat dari tiga tak terbatas, meditasi, jhāna ketiga dan bukan keempat, dihasilkan. Dan lagi, disebutkan bahwa empat meditasi, jhāna dihasilkan melalui empat tidak terbatas. Buddha menyatakan: “Lebih jauh lagi, O para bhikkhu, kalian harus mengembangkan konsentrasi yang memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki permulaan, dan hanya memiliki kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang memiliki kegembiraan; (kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki kegembiraan); kalian harus mengembangkan konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan.

T. Mengapa empat tidak terbatas ini dan bukan lima atau tiga yang diajarkan? J. Keragu-raguan dapat muncul sehubungan dengan segala hal. Dan juga, untuk mengatasi kebencian, kekejaman, ketidak-sukaan dan nafsu, seseorang mencapai empat tidak terbatas. Dan lagi, disebutkan bahwa empat ini adalah (diatasi dengan) hanya cinta-kasih. Jika seseorang memunculkan (dalam dirinya) kebencian, kekejaman, ketidak-bahagiaan, maka ia melalui penekanan dalam empat cara, mencapai keluhuran.

Keseimbangan adalah pemurnian cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, karena melaluinya kebencian dan nafsu dihancurkan.

Lagi jauh lagi, harus dimengerti bahwa empat tidak terbatas memiliki hanya satu sifat meskipun gambarannya berbeda. Dengan demikian karena penekanan penderitaan, karena obyek yang terdiri dari makhluk-makhluk, karena keinginan untuk mensejahterakan, maka empat ini memenuhi satu karakteristik.

Dan lagi, disebutkan bahwa karena keluhuran dalam kondisi-kondisi, karena sesuainya obyek (?) dan manfaat, empat ini berbeda, seperti yang diajarkan oleh Buddha dalam Haliddavasana Sutta : “Dalam alam keindahan, cinta-kasih adalah yang pertama;* dalam alam ruang (tanpa batas), belas-kasihan adalah yang pertama**; dalam alam kesadaran (tanpa batas), kegembiraan altruistik adalah yang pertama+; dalam alam kekosongan, keseimbangan adalah yang pertama.”++

T. Mengapa harus dipahami demikian? J. Harus dipahami demikian karena merupakan kondisi yang diperlukan.

T. Bagaimana? J. Jika seseorang mengembangkan pikiran cinta-kasih, semua makhluk ia sayangi. Karena ia menyayangi semuanya, ia menyebabkan pikirannya merenungkan kasiṇa warna biru-kehijauan, kuning (atau lainnya), dan mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan. Pada saat ini, yogi tersebut mencapai meditasi, jhāna keempat dari unsur bentuk. Oleh karena itu cinta-kasih adalah yang pertama dalam (alam) keindahan.   Saat itu yogi tersebut, bergantung pada cinta-kasih yang ia kembangkan dalam meditasi, jhāna keempat dari unsur bentuk, melampaui (unsur) tersebut.

T. Mengapa begitu dangkal ?  J. Ia mempraktikkan cinta-kasih; oleh karena itu ia mengetahui penderitaan dari unsur bentuk. Bagaimana? Melihat penderitaan makhluk-makhluk ia mengembangkan cinta-kasih melalui penyebab material. Setelah itu ia memahami penderitaan dari unsur bentuk. Ia menyebabkan pikirannya mempertimbangkan untuk melepaskan bentuk dan ruang, dan mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan dalam alam ruang tanpa batas, karena ia bergantung padanya. Oleh karena itu dikatakan bahwa belas-kasihan adalah yang pertama dalam alam ruang tanpa batas.  Yogi tersebut melampaui alam ruang tanpa batas melalui kegembiraan altruistik.

T. Apakah artinya? J. Yogi tersebut, ketika ia mempraktikkan kegembiraan altruistik, merenungkan kesadaran tanpa batas, dan tidak melekat pada apapun. Bagaimanakah? (Melalui) kegembiaan altruistik ini (yogi tersebut) mencapai meditasi kokoh, jhāna, melalui perenungan makhluk-makhluk dalam alam kesadaran tanpa batas yang tidak terikat. Setelah itu, karena tidak terikat, ia menggenggam obyek kesadaran tanpa batas. Bebas dari bentuk dan terikat kepada ruang, ia merenungkan kesadaran tanpa batas dan melalui perenungan banyak obyek, ia mencapai meditasi kokoh tanpa kesulitan. Oleh karena itu, dalam alam kesadaran tanpa batas, kegembiraan altruistik adalah yang pertama.

T. Yogi tersebut melampaui alam kesadaran tanpa batas melalui keseimbangan. Apakah artinya?

J. Yogi tersebut, dengan mempraktikkan keseimbangkan, memenuhi kebebasan dari kemelekatan. Bagaimana? Jika seseorang tidak mempraktikkan keseimbangan, ia akan terikat (kepada hal-hal) dan (berpikir), “Makhluk ini bahagia”, (atau makhluk ini) “menderita”. Atau ia bergantung pada kegembiraan atau kebahagiaan. Selanjutnya ia berpaling dari semua kemelekatan. Ia berpaling dari alam kesadaran tanpa batas  dan bahagia. Ia mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan. Pikirannya tidak terikat pada obyek apapun. Mengapa? Karena dalam alam kekosongan ia tidak dapat terikat kepada kesadaran atau ketiada-batasan. Oleh karena itu, dalam alam kekosongan, keseimbangan adalah yang pertama.

Berbagai ajaran berakhir. †

Indra:
Menentukan Empat Unsur

T. Apakah menentukan empat unsur? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manfestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Melihat empat unsur dalam jasmani diri sendiri – ini disebut membedakan empat unsur. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu (dalam menentukan) – ini disebut praktiknya. Penyelidikan dari dekat atas empat unsur adalah karakteristik utamanya. Memahami kekosongan adalah fungsinya. Melenyapkan pikiran atas makhluk  adalah manifestasinya.

Apakah manfaatnya? Ada delapan manfaat: Seseorang yang mempraktikkan menentukan empat unsur mengatasi rasa takut, kesenangan duniawi dan ketidak-puasan, berpikiran seimbang terhadap (obyek-obyek) yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, menghancurkan gagasan laki-laki dan perempuan, memiliki kebijaksanaan, memperoleh kemakmuran dan mendekati surga. Kondisi pikirannya jernih. Ia mampu menyempurnakan perbuatannya.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru menangkap unsur-unsur dalam dua cara: secara sekilas dan secara seksama. T. Bagaimanakah menangkap unsur-unsur secara sekilas? Yogi tersebut pergi ke tempat sunyi, dan dengan pikiran terpusat merenungkan: “Jasmani ini harus dikenal dari empat unsur. Dalam jasmani ini terdapat sifat padat – yaitu unsur tanah;  (terdapat) sifat lembab – yaitu unsur air;  (terdapat) sifat panas – yaitu unsur api;  (terdapat) sifat gerakan – yaitu unsur angin.  Demikianlah dalam jasmani ini hanya terdapat unsur-unsur. Tidak ada makhluk . Tidak ada jiwa”.6 Demikianlah seseorang menangkap unsur-unsur secara sekilas.  Juga dikatakan bahwa yogi tersebut menangkap unsur-unsur secara sekilas. Ia memahami jasmani ini melalui pemahaman atas sekat rongga badan, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas sekat rongga badan, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas daging, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas daging, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas urat, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas urat, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas tulang, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, dalam empat cara ini menguasai pikirannya. Setelah menguasai pikirannya, ia membuat pikirannya menjadi lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek. Yogi tersebut, setelah dalam empat cara ini menguasai pikirannya dan setelah membuat pikirannnya lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek, dalam empat cara (lain) ini mengetahui yang mana yang memiliki sifat padat sebagai unsur tanah; yang mana yang memiliki sifat lembab sebagai unsur air; yang mana yang memiliki sifat panas sebagai unsur api; yang mana yang memiliki sifat bergerak sebagai unsur angin. Demikianlah yogi tersebut, dalam empat cara ini, mengetahui bahwa hanya ada unsur-unsur dan tidak ada makhluk dan tidak ada jiwa. Di sini cara-cara lain juga dipenuhi. Demikianlah seseorang menangkap unsur-unsur secara sekilas.

Dua puluh cara menangkap unsur tanah

Bagaimanakah seseorang menangkap unsur tanah secara seksama? Seseorang menangkap unsur tanah secara seksama melalui dua puluh cara, yaitu, (melalui) rambut kepala dan bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, urat, tulang, sum-sum, ginjal, jantung, hati, paru-paru, limpa, lambung, usus, selaput pembungkus organ dalam tubuh, sekat rongga badan, kotoran, otak (yang terdapat) dalam tubuh ini.

ua belas cara menangkap unsur air

Seseorang menangkap unsur air secara seksama melalui dua belas cara, yaitu, (melalui) empedu, ludah, nanah, darah, keringat, lemak, air-mata, minyak, liur, ingus, cairan sendi, [439] air kencing (yang terdapat) dalam tubuh ini.

Empat cara menangkap unsur api

Seseorang menangkap unsur api secara seksama melalui empat cara, yaitu, (melalui) panas karena demam dan panas normal dari tubuh, cuaca, keseimbangan dingin dan panas dan (panas) yang disebabkan oleh apa yang dicerna yaitu makanan atau minuman yang dikonsumsi seseorang. Ini disebut unsur api.

Enam cara menangkap unsur angin

Seseorang menangkap unsur angin secara seksama melalui enam cara, yaitu, (melalui) angin yang mengalir ke atas, angin yang mengalir ke bawah, angin yang bergantung pada perut, angin yang bergantung pada punggung,  angin yang bergantung pada organ-organ tubuh, angin dari nafas masuk dan keluar.

Demikianlah ketika seseorang melihat tubuh ini dalam empat puluh dua cara, hanya unsur-unsur yang memperlihatkan dirinya, tidak ada makhluk. Tidak ada jiwa. Demikianlah unsur-unsur ditangkap secara seksama.

Dan juga, guru-guru terdahulu  mengatakan bahwa seseorang harus menentukan empat unsur melalui sepuluh cara, yaitu, melalui makna dari istilah-istilah,  melalui obyek, kelompok-kelompok kehidupan, serbuk,  ketidak-berpisahan, kondisi,  karakteristik,  kemiripan dan ketidak-miripan,  kesamaan dan perbedaan,  boneka.

Pertama, bab yang merujuk pada makna dari istilah-istilah adalah sebagai berikut: -

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui istilah-istilah?

J. Dua istilah, yaitu, istilah umum dan khusus. Di sini empat utama adalah (istilah) umum. Unsur-tanah, unsur-air, unsur-api, unsur angin adalah istilah khusus.

T. Apakah makna dari “empat utama”?

J. Penjelmaan besar disebut utama. Besar; tidak nyata; tetapi seolah-olah nyata. Karena itu disebut “utama” “Besar”: Melalui yakkha dan lainnya istilah besar juga berlaku.

T. Mengapa “penjelmaan besar” disebut besar?

J. Unsur-unsur adalah “penjelmaan besar” seperti yang dinyatakan oleh Sang Buddha dalam syair berikut:

   “Aku menyatakan ukuran bumi ini adalah
   dua ratus ribu nahuta empat.
   Empat ratus ribu nahuta delapan
   Adalah kumpulan air; udara di angkasa
   Yang dihitung dalam nahuta adalah enam
   Sembilan kali seratus ribu; di dalam itulah   
   Dunia kita ini terletak. Di dunia ini terdapat   
   Api yang menyala besar hingga ke alam Brahma selama tujuh hari”

“Penjelmaan besar” adalah demikian. Karena itu disebut utama.

T. Bagaimanakah yang utama tersebut tidak nyata namun seolah-olah nyata?

J. Apa yang disebut utama bukanlah laki-laki dan bukan perempuan. Mereka hanya terlihat melalui bentuk seorang laki-laki atau seorang perempuan. Dan unsur bukanlah panjang atau pendek. Hanya terlihat dalam bentuk panjang atau pendek. Suatu unsur bukanlah pohon atau gunung, tetapi terlihat melalui bentuk pohon atau gunung. Demikianlah yang utama itu tidak nyata, tetapi terlihat seperti nyata dan disebut utama.

Apakah arti dari “melalui yakkha dan yang lainnya”? seperti yakkha yang merasuki seseorang dan menguasainya. Melalui yakkha, jasmani orang tersebut akan menjelma dalam empat kualitas: keras, air (yang berlebihan), panas dan ringan dalam bergerak. Demikian pula empat unsur yang tergabung dalam jasmani memenuhi empat kualitas. Melalui penggabungan dengan unsur tanah, kualitas keras terpenuhi. Melalui penggabungan dengan unsur air, cairan terpenuhi. Melalui penggabungan dengan unsur api, panas terpenuhi. Dan melalui penggabungan dengan unsur angin, ringan dalam bergerak terpenuhi. Oleh karena itu, utama-utama ini dikenal “melalui yakkha dan yang lainnya”. Utama adalah arti dari kata tersebut.


Empat unsur

T. Apakah arti dari unsur-tanah, unsur-air, unsur-api dan unsur-angin?

J. Luas dan padat disebut sebagai arti dari tanah. Dapat diminum dan pemeliharaan – ini merupakan arti dari air. Menerangi adalah arti dari api. Bergerak kesana-kemari adalah arti dari angin.

Apakah arti dari unsur? Artinya adalah ingatan terhadap jasmani, dan selanjutnya inti dari tanah adalah unsur tanah. Inti dari air adalah unsur air. Inti dari api adalah unsur api. Inti dari angin adalah unsur angin.

Apakah inti dari tanah? Sifat keras; sifat kuat; sifat padat; sifat tidak-bergerak; sifat aman; sifat menyokong. Semua ini disebut inti dari tanah.

Apakah inti dari air? Sifat mengalir; sifat lembab; sifat cair; sifat menetes; sifat terserap; sifat bertambah; sifat melompati; dan sifat kohesi. Semua ini disebut inti dari air.

Apakah yang disebut inti dari api? Sifat panas; sifat hangat; sifat menguap; sifat mematangkan; sifat menghanguskan; dan sifat menyergap. Semua ini disebut inti dari api.

Apakah inti dari angin? Sifat menyokong; sifat sejuk; sifat masuk dan keluar; sifat bergerak dengan mudah; sifat mencapai tempat rendah; dan sifat menyergap. Semua ini disebut inti dari angin.

Semua ini adalah arti dari unsur-unsur. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui makna istilah-istilah.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “obyek”?

J. Dalam unsur tanah, kestabilan adalah obyeknya. Dalam unsur air, kohesi adalah obyeknya. Dalam unsur api, mematangkan adalah obyeknya. Dalam unsur angin, penyergapan adalah obyeknya.

Dan lagi, dalam unsur tanah, menegakkan adalah obyeknya; dalam unsur air, mengalir adalah obyeknya; dalam unsur api, menyebabkan pergerakan ke atas adalag obyeknya; dalam unsur angin, berputar adalah obyeknya. Dan selanjutnya, karena dekatnya dua unsur, seseorang, pertama-tama, (dalam melangkah maju) mengangkat satu kakinya; dan setelah itu, karena dekatnya dua unsur, ia mengangkat kakinya yang lain. Dan karena dekatnya dua unsur, seseorang bangkit dan berjalan. Karena dekatnya dua unsur, pertama-tama, kelambanan dan ketumpulan muncul. Karena dekatnya dua unsur, seseorang menjadi bersemangat sesudahnya. Karena dekatnya dua unsur, seseorang menjadi tertekan oleh beban berat pada mulanya. Karena dekatnya dua unsur, ia menjadi ringat setelahnya. Demikianlah seseorang menentukan empat utama melalui “obyek”.

Bagaimanakah seseorang menentukan empat utama melalui “kelompok-kelompok kehidupan”? Kelompok-kelompok kehidupan terdiri dari unsur-tanah, unsur-air, unsur-api, unsur-angin. Melalui unsur-unsur ini, bentuk, bau-bauan, rasa kecapan, dan sentuhan terjadi. Delapan ini biasanya muncul bersama-sama; ada bersama-sama dan tidak berpisah. Kombinasi ini disebut kelompok kehidupan. Dan selanjutnya, ada empat jenis, yaitu, kelompok tanah, kelompok air, kelompok api dan kelompok angin. Dalam kelompok tanah, unsur-tanah adalah yang utama; dan unsur-air, unsur-api dan unsur-angin perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok air, unsur-air adalah yang utama; dan unsur-tanah, unsur-angin dan unsur-api perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok api, unsur-api adalah yang utama; dan unsur-tanah, unsur-angin dan unsur-air perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok angin, unsur-angin adalah yang utama; dan unsur-api, unsur-air dan unsur-tanah perlahan-lehan, berturut-berturut, berkurang.  Demikianlah seseorang menentukan empat unsur melalui “kelompok-kelompok kehidupan”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan empat utama melalui “serbuk”?

J. Seseorang menentukan unsur tanah sebagai unsur paling halus diangkasa.  Tanah ini bercampur dengan air; karena itu tidak berserakan. Karena dimatangkan oleh api, maka menjadi tidak berbau; karena disokong oleh angin, maka berputar. Demikianlah seseorang menentukan. Juga, para pendahulu mengatakan: “Jika digiling menjadi debu, unsur tanah dalam tubuh dari seorang manusia akan sebanyak satu koku  dua sho. Kemudian, jika dicampur dengan air, maka menjadi enam sho lima go.  Dimatangkan oleh api, berputar oleh angin”. Demikianlah seseorang menentukan jasmani melalui “serbuk”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan jasmani ini melalui “ketidak-berpisahan”?

J. Unsur-tanah menyatu oleh air; dimatangkan oleh api; disokong oleh angin. Demikianlah tiga unsur bergabung. Unsur-air terletak di tanah; dimatangkan oleh api; disokong oleh angin; demikianlah tiga unsur saling menyatu. Unsur-api terletak di tanah; menyatu oleh air; disokong oleh air. Demikianlah tiga unsur dimatangkan. Unsur angin terletak di tanah; disatukan oleh air; dimatangkan oleh api. Demikianlah tiga unsur disokong. Tiga unsur tersebut terletak di tanah. Disatukan oleh air, tiga unsur tersebut tidak terpisah. Dimatangkan oleh api, tiga unsur tersebut menjadi tidak berbau. Disokong oleh angin, tiga unsur tersebut berputar, dan bersama-sama, tidak berserakan. Demikianlah empat unsur saling bergantungan satu sama lain dan tidak terpisah. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui ketidak-berpisahan.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kondisi”?

J. Empat penyebab dan empat kondisi menghasilkan unsur-unsur. Apakah empat itu? Yaitu kamma, kesadaran, musim dan makanan. Apakah kamma? Empat unsur yang dihasilkan dari kamma memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan  dan kondisi-kamma.  Unsur-unsur lainnya memenuhi kondisi-dukungan-penentuan.  Kesadaran: - Empat unsur yang dihasilkan dari kesadaran memenuhi enam kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan, kondisi-kemunculan,  kondisi-mendukung,  kondisi-makanan,  kondisi-indria,  kondisi-kehadiran.  Unsur-unsur lainnya memenuhi kondisi,  kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran.

Dalam kesadaran pada saat memasuki rahim, jasmani memenuhi tujuh kondisi, yaitu, kondisi-kemunculan, kondisi-kebersamaan,  kondisi-mendukung, kondisi-makanan, kondisi-indria, kondisi-akibat,  kondisi-kehadiran.

Kesadaran dari yang-akan-terlahir memenuhi tiga kondisi sehubungan dengan jasmani yang-belum-dilahirkan, yaitu, kondisi-setelah-kemunculan,  kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Empat utama yang  dihasilkan dari musim memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan dan kondisi-kehadiran. Unsur-unsur lainnya memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Makanan: - empat utama yang dihasilkan dari makanan memenuhi tiga kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan, kondisi-makanan dan kondisi-kehadiran. Unsur-unsur lainnya memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Di sini, empat unsur yang dihasilkan dari kamma adalah unsur-unsur kemunculan. (Unsur-unsur yang saling bergantungan) memenuhi empat kondisi, yaitu, kondisi-kemunculan, kondisi-kebersamaan, kondisi-mendukung, kondisi-kehadiran. Demikianlah seseorang harus mengetahui (unsur-unsur) yang dihasilkan dari kesadaran, dihasilkan dari musim dan dihasilkan dari makanan. Unsur-tanah menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai wadah. Unsur-air menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai pengikat. Unsur-api menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya untuk mematangkan. Unsur-angin menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai penyokong. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kondisi”.

[440] Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “karakteristik”? J. Karakteristik dari unsur tanah adalah keras. Karakteristik dari unsur air adalah mengalir. Karakteristik dari unsur api adalah panas. Karakteristik dari unsur angin adalah sejuk. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “karakteristik”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kemiripan dan ketidak-miripan”?  J. Unsur tanah dan unsur air mirip karena keduanya dapat ditimbang. Unsur api dan unsur angin mirip karena keduanya ringan. Unsur air dan unsur api tidak mirip. Unsur air dapat melawan keringnya unsur api; oleh karena itu tidak mirip. Karena berlawanan, unsur tanah dan unsur angin tidak mirip. Unsur tanah menghalangi aliran unsur angin; unsur aingin dapat menghancurkan unsur tanah. Oleh karena itu tidak mirip. Dan lagi, empat unsur mirip karena sifat yang sama atau tidak mirip karena karakteritik alaminya. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur menurut “kemiripan dan ketidak-miripan”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kesamaan dan perbedaan”? J. Empat unsur yang dihasilkan dari kamma memiliki satu sifat, karena dihasilkan oleh kamma; dari segi karakteristik, empat unsur tersebut berbeda. Dengan cara yang sama seseorang harus memahami empat unsur yang dihasilkan dari kesadaran, dari musim dan dari makanan.

(Bagian-bagian) dari unsur-tanah dari empat sebab dan kondisi memiliki satu sifat karena karakteristik; dari segi sebab, unsur tersebut berbeda. Dengan cara yang sama, seseorang harus memahami unsur-angin, unsur-api dan unsur-air dari empat sebab dan kondisi. Empat unsur memiliki satu sifat karena sama-sama merupakan unsur, karena merupakan utama-utama besar; memiliki satu sifat karena merupakan benda; memiliki satu sifat karena ketidak-kekalannya; memiliki satu sifat karena penderitaannya; memiliki satu sifat karena tiada-inti. Berbeda karena karakteristik-karakteristiknya; berbeda karena obyek; berbeda karena kamma; berbeda karena perbedaan sifat kesadaran; berbeda karena perbedaan sifat musim; berbeda karena perbedaan sifat makanan; berbeda karena perbedaan-perbedaan sifat; berbeda karena perbedaan-perbedaan kemunculan; berbeda karena perbedaan kelahiran; berbeda karena perbedaan makanan. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “Kesamaan dan perbedaan”.

Indra:
Perumpamaan boneka

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “boneka”? J. Ini bagaikan seorang pengrajin boneka ahli yang membuat (patung) manusia dari kayu, lengkap dengan setiap bagiannya, dalam bentuk laki-laki atau perempuan, dan membuatnya berjalan, menari, duduk atau jongkok dengan menarik tali. Demikianlah boneka-boneka ini disebut jasmani; si pengrajin boneka adalah kekotoran masa lampau yang karenanya jasmani ini menjadi lengkap; tali-temali adalah urat; tanah liat adalah daging; cat adalah kulit; celah-celah adalah ruang. (Dengan) permata, pakaian dan perhiasan, (mereka) disebut laki-laki dan perempuan. Pikiran (dari laki-laki dan perempuan) dikenali sebagai sentakan oleh unsur-angin. Demikianlah mereka berjalan, diam, keluar, masuk, meregang, menunduk, berbalik atau berbicara.

Orang-orangan boneka ini, terlahir bersama dengan unsur kesadaran, akan mengalami kegelisahan, kesedihan dan penderitaan melalui sebab-sebab dan kondisi-kondisi kegelisahan dan siksaan. Mereka tertawa atau bersenang-senang atau memikul. Makanan memelihara boneka-boneka ini; dan kemampuan hidup  membuat boneka-boneka ini terus bergerak. Akhir kehidupan berakibat dalam pecah berserakannya boneka ini. Jika ada kamma yang mengotori, sekali lagi boneka baru akan muncul. Awal pertama dari boneka demikian tidak dapat terlihat; juga, akhir dari boneka demikian tidak dapat terlihat.  Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “boneka”. Dan yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivtas-aktivitas ini melihat jasmani ini melalui “boneka” sebagai: “Tidak ada makhluk; tidak ada jiwa”.

Ketika yogi tersebut telah menyelidiki melalui obyek unsur-unsur dan melalui munculnya perasaan, persepsi, bentukan-bentukan dan kesadaran, ia melihat nama dan bentuk. Setelah itu, ia melihat bahwa nama-dan-bentuk adalah penderitaan, adalah keserakahan, adalah sumber penderitaan; dan ia melihat bahwa dalam hancurnya keserakahan terdapat hancurnya penderitaan, dan bahwa Jalan Mulia Delapan mengarah menuju penghancuran penderitaan secara total. Demikianlah yogi tersebut melihat Empat Kebenaran Mulia dengan lengkap. Pada saat itu ia melihat tekanan penderitaan melalui ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa-diri. Dengan selalu memperhatikan hal-hal ini, pikirannya menjadi tidak terganggu. Ia melihat keunggulan dari hancurnya penderitaan melalui kebijaksanaan, ketenangan dan ketiadaan-nafsu. Dengan cara ini, yogi tersebut, melihat tekanan penderitaan dan keunggulan dari lenyapnya, berdiam dengan damai memiliki kemampuan, kekuatan dan faktor-faktor penerangan sempurna.  Ia mewujudkan kesadaran yang maju dari persepdi bentukan-bentukan dan mencapai unsur kemuliaan tertinggi.

Menentukan empat unsur berakhir

Kejijikan terhadap makanan

T. Apakah persepsi kejijikan terhadap makanan?  Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi, penyebab langsung  dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Sang yogi, memperhatikan kejijikan dari apa yang terdapat dalam bentuk makanan dikunyah, dijilat, diminum atau dimakan,  dan mengetahui dengan baik persepsi ini. Ini disebut persepsi kejijikan terhadap makanan. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam persepsi ini adalah praktiknya. Memahami cacat dari makanan adalah karakteristik utamanya. Ketidak-senangan adalah fungsinya. Mengatasi keinginan adalah manifestasinya.

Apakah manfaatnya? Yogi tersebut memperoleh delapan manfaat: ia yang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan mengetahui sifat dari makanan; ia memahami benar lima keinginan; ia mengetahui kelompok materi (jasmani); ia mengetahui persepsi ketidak-murnian; ia mengembangkan secara penuh perhatian terhadap bagian dalam tubuh; pikirannya menyusut dari keinginan akan makanan lezat;  ia memperoleh kemakmuran; ia mendekati surga.

Bagaimanakah prosedurnya? Yogi baru pergi ke tempat sunyi, duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu, dan merenungkan kejijikan dari apa yang terdapat dalam bentuk makanan dikunyah, dijilat, diminum atau dimakan sebagai berikut: “Ini dan itu adalah beberapa ratus jenis makanan lezat yang dimasak bersih. Memuaskan bagi orang. Warna dan baunya sempurna. Layak bagi para mulia. Tetapi setelah makanan-makanan ini memasuki tubuh, makanan tersebut menjadi tidak murni, menjijikkan, busuk, buruk sekali”.

Seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan dalam lima cara: melalui (tugas) mencarinya; melalui (tugas) mengunyahnya; melalui wadahnya; melalui keluaran; dan melalui kelompok kehidupan.

T. Bagaimanakah yogi tersebut mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui (tugas) “mencarinya”?

J. Yogi tersebut melihat bahwa banyak makhluk mengalami banyak kesulitan dalam mencari minuman dan makanan; mereka melakukan banyak perbuatan jahat seperti membunuh dan mencuri (demi memperoleh makanan). Lebih jauh lagi, ia melihat bahwa makhluk-makhluk ini adalanh penerima berbagai bentuk penderitaan dan terbunuh atau kehilangan kebebasannya. Dan lagi, ia melihat bahwa makhluk-makhluk demikian melakukan berbagai perbuatan jahat seperti berkeinginan kuat dalam mencari benda-benda, menipu dan berpura-pura bersemangat. Demikianlah makhluk-makhluk ini melakukan kejahatan. Melihat makanan dengan cara demikian, ia mengembangkan ketidak-senangan melalui pikiran: “air kencing dan kotoran yang tidak murni adalah karena minuman dan makanan”.

Tempat tinggal tanpa rumah

Selanjutnya, ia melihat orang yang bertempat tinggal tanpa rumah di hutan yang bersih di mana bunga-bunga harum mekar, di mana burung-burung berkicau dan suara-suara binatang-binatang liar terdengar. Di tempat yang sangat mendukung itu di mana orang baik tersebut berlatih, terdapat bayangan-bayangan keteduhan pohon-pohon, belukar dan air yang memikat hati orang-orang. Tanahnya datar dan sangat bersih; tidak ada yang tidak rata.  Melihat ini, orang-orang mengaguminya dengan terpesona. Di sini tidak ada pertengkaran dan keributan. Tempat ini di mana orang-orang tanpa rumah berlaltih untuk mencapai Pencerahan adalah seperti tempat tinggal Brahma.  Di tempat seperti ini pikiran tidak terbelenggu; dan ia, senantiasa membacakan (Dhamma) dan mengembangkan konsentrasi, menikmati praktik perbuatan-perbuatan baik. (Meningggalkan tempat tersebut) seorang tanpa rumah pergi mencari makanan dalam cuaca dingin dan panas, berangin dan berdebu, lumpur dan hujan. Ia melintasi jalan-jalan curam. Dengan mangkuk di tangan, ia meminta makanan, dalam meminta-minta tersebut ia memasuki rumah-rumah lainnya.  Melihat hal itu, yogi itu memunculkan pikiran tertekan dalam pikirannya sebagai berikut: “Minuman dan makanan adalah tidak murni. Keluar dalam bentuk kotoran dan air kencing. Demi kotoran itu seseorang pergi mencari makanan”. Demikianlah ia melepaskan, ia harus mencari kebahagiaan tertinggi.

Dan lagi, yogi tersebut melihat praktik dari seorang tanpa rumah. Ketika ia (orang tanpa tumah) meminta, ia harus melewati tempat-tempat di mana kuda-kuda liar, gajah-gajah liar dan binatang lainnya berkumpul dan tempat-tempat di mana anjing-anjing dan babi-babi menetap. Ia harus pergi ke tempat-tempat di mana para pelaku kejahatan menetap. Ia harus menginjak lumpur atau kotoran di tempat-tempat yang tidak bersih. Ia harus berdiri di pintu rumah-rumah orang lain, dengan diam, selama beberapa saat. Ia harus menutupi tubuhnya dengan pakaian. Lebih jauh lagi, ia ragu-ragu sehubungan dengan makanan yang diperoleh.  Yogi tersebut berpikir: “Makanan orang ini seperti makanan anjing”, dan ia memunculkan ketidak-senangan sehubungan dengan makanan sebagai berikut: “Mencari makanan sungguh membosankan. Bagaimana aku dapat memakan makanan ini? Aku akan meminta dari orang lain.” Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mencarinya”.

T. Bagaimanakah yogi tersebut mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mengunyahnya”?

J. Yogi tersebut melihat seseorang yang, setelah mencari dan memperoleh minuman dan makanan, duduk di hadapan makanan itu. Ia membuat (makanan keras) menjadi lunak dengan mencampurnya dengan saus ikan. Ia meremasnya dengan tangannya, mengunyahnya dalam mulutnya, mengumpulkannya dengan bibirnya, menggilingnya dengan giginya, membaliknya dengan lidahnya, mengaduknya dengan ludah dan serum.  Hal ini sangat menjijikkan seperti muntahan anjing. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mengunyah”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “wadah”?

J. Demikianlah makanan-makanan ini ditelan dan masuk ke perut bercampur dengan kotran dan sisa-sisa yang ada di sana. Setelah itu, makanan itu masuk ke usus. Dimakan oleh ratusan jenis cacing (ulat). Dipanaskan kemudian dicerna. Demikianlah makanan itu menjadi sangat menjijikkan. Ini seperti muntahan seseorang yang ditampung dalam sebuah mangkuk kotor. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalu “wadah”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “keluaran”?

J. Makanan-makanan ini dicerna oleh panas dan bercampur dengan kotoran-kotoran lama dan baru. Bagaikan alkohol fermentasi yang memancar keluar dari kendi yang pecah, makanan itu mengalir ke seluruh tubuh. Dengan mengalir, makanan itu memasuki pembuluh darah, jaringan kulit, muka dan mata. Makanan tersebut mengalir keluar melalui sembilan lubang dan sembilan puluh sembilan ribu pori-pori. Demikianlah melalui aliran, [441] makanan-makanan ini terpisah dalam lima bagian; satu bagian dimakan oleh ulat; satu bagian berubah menjadi panas; satu bagian memelihara tubuh; satu bagian menjadi air kencing; dan satu bagian berasimilasi dengan tubuh. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “keluaran”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “kelompok kehidupan”?

J. Minuman dan makanan ini yang mengalir menjadi rambut kepala dan bulu badan, kuku dan lainnya. Minuman dan makanan ini membentuk seratus satu bagian dari tubuh. Jika tidak menetes keluar. Minuman dan makanan ini akan menyebabkan seratus satu penyakit. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “kelompok kehidupan”.

Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan. Melalui ketidak-senangan, pikirannya menjadi bebas dan tidak kacau. Karena pikirannya tidak kacau, ia menghancurkan rintangan-rintangan, memunculkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan berdiam dalam konsentrasi-pendahuluan.

Persepsi kejijikan terhadap makanan berakhir.+

Alam kekosongan dan alam bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah sama seperti yang telah dijelaskan dalam bagian kasiṇa tanah sebelumnya.

Di sini sebuah syair mengatakan: -
   
   Subyek-subyek meditasi di sini   
   Ditunjukkan kepada sang yogi secara singkat
   Bagaikan seseorang yang menunjukkan jalan menuju Pātaliputta .
   Apa yang diajarkan secara singkat dapat ia ketahui seluruhnya
   Dan dengan mengamati ia memahami
        kebenaran dari ketidak-benaran.
        Dari apa yang ada di sini secara terperinci diungkapkan,
        Yaitu, tanda-tanda dan kualitas-kualitas lengkap,
        Seseorang harus mengetahui, seperti apa adanya, cakupan   
        Dari Jalan Kebebasan.


Empat Puluh Objek Meditasi Selesai

chietra:
maksudnya perenungan  4 unsur apaan yah?????  ;D

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version