//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme  (Read 232710 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #315 on: 01 December 2011, 11:08:34 AM »
MEMANDANG RENDAH AGAMA ORANG LAIN

mengapa kita harus membandingkan agama kita dan agama orang lain?

sesuatu itu disebut benar atau salah bukan karena sesuatu itu ditulis di dalam kitab tertentu. dan sesuatu itu tidak disebut benar atau salah hanya karena sesuatu itu diajarkan oleh guru kita. lalu mengapa kita harus memandang rendah agama orang lain?

Apakah saya memandang rendah agama lain ?

Yang saya bahas adalah sikap dan perilaku oknum yang bersangkutan, apakah anda mengizinkan seseorang memasuki rumah anda tanpa seizin anda sesuai tatakrama dan estetika yang berlaku di masyarakat. Jika evangelist berani menjual dengan segala janji dan ancaman, maka harus berani tahan uji oleh pembeli.

Soal kebenaran adalah masalah KECOCOKAN dan MANFAAT yang kita dapatkan dari ajaran tersebut ( pengalaman masing masing ). Tetapi jika melakukan tindakan tercela dengan cara cara memaksakan kecocokan, saya rasa hati nurani kita pasti menolak. Contoh sederhana, dulu waktu sekolah, kita dipaksakan menghafal alkitab, dan ikut kebaktian seminggu 2X dengan ancaman nilai jelek dan tidak naik kelas jika tidak ikut. Kemudian kita juga tidak boleh bertanya mengenai hal hal yang meragukan tersebut. Dan tentu saya menolak diperlakukan demikian. Saya tidak tahu bagaimana sikap anda menghadapi masalah seperti ini ?

Dan sekarang saya juga tetap memegang prinsip tersebut.

Sekali lagi saya tidak memandang rendah agama apapun, tetapi saya mengharapkan jika seseorang yang tahu arti kerukunan dan toleransi, maka dia harus tahu diri dan tahu bagaimana menjaganya dan mengembangkan. Pemaksaan dengan cara tercela akan menimbulkan ketidakrukunan. Karena kehidupan ini hanya PILIHAN, dan apapun yang kita pilih selalu memberikan KONSEKUENSI.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #316 on: 01 December 2011, 11:10:46 AM »
mungkin benar bahwa ajaran orang lain itu memang rendah. tapi haruskah kita nyatakan?

mungkin hidung seseorang pesek. tapi haruskah hal itu dibahas atau dinyatakan dengan kata-kata? lalu apa perlunya?

mungkin, bagi sebagian orang hal menyatakan hal-hal seperti itu dianggap perlu.
kebenaran itu menyakitkan
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #317 on: 01 December 2011, 11:13:22 AM »
mengapa kita lebih memilih menunjukan sikap menolak "diajari"?

sepertinya yang "aktif" membahas soal Karesten itu malah dulu-nya sudah "kenyang belajar" Karesten seperti : bro Kainyn, Bro dato, Bro Ryu juga dll (CMIIW)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #318 on: 01 December 2011, 11:45:01 AM »
sepertinya yang "aktif" membahas soal Karesten itu malah dulu-nya sudah "kenyang belajar" Karesten seperti : bro Kainyn, Bro dato, Bro Ryu juga dll (CMIIW)...
Ya, betul. Semua tulisan saya di atas terbuka bagi siapapun untuk membuktikan sebaliknya, terutama kalau ada ayat alkitab yang saya belokkan.

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #319 on: 01 December 2011, 11:45:33 AM »
kebenaran itu menyakitkan

kebenaran itu juga indah.

jadi, kesimpulannya apa?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #320 on: 01 December 2011, 11:53:48 AM »
kebenaran itu juga indah.

jadi, kesimpulannya apa?
ya hadapi aja.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #321 on: 01 December 2011, 11:56:57 AM »
ya hadapi aja.

kebenaran itu menyakitkan
kebenaran itu indah
kesimpulan : ya hadapi saja << :)) irelevant conclution

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #322 on: 01 December 2011, 12:05:41 PM »
kebenaran itu menyakitkan
kebenaran itu indah
kesimpulan : ya hadapi saja << :)) irelevant conclution
ada yang merasa harus berbohong demi kebaikan, ada yang menghadapi kenyataan apa adanya, so?

anda protes ada yang membeberkan kenyataan yang pahit bagi ajaran lain, toh bagi ajaran lain pun katanya ajaran buda itu bla bla bla, so? semua kecap pasti merasa paling benar, tinggal hadapi aja anda mau pilih yang mana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #323 on: 01 December 2011, 12:45:51 PM »
ada yang merasa harus berbohong demi kebaikan, ada yang menghadapi kenyataan apa adanya, so?

anda protes ada yang membeberkan kenyataan yang pahit bagi ajaran lain, toh bagi ajaran lain pun katanya ajaran buda itu bla bla bla, so? semua kecap pasti merasa paling benar, tinggal hadapi aja anda mau pilih yang mana?

jadi, karena orang lain suka menilai ajaran agama buda, maka kita harus membalasnya. begitu?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #324 on: 01 December 2011, 01:13:28 PM »
jadi, karena orang lain suka menilai ajaran agama buda, maka kita harus membalasnya. begitu?
menurut anda bagaimana? apakah menurut anda buda melarang umatnya menilai ajaran lain?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #325 on: 01 December 2011, 03:22:07 PM »
 [at]  Kang Asep

Ini hanya cerita perumpamaan, untuk menjadi renungan saja. Seandainya kita menjadi tokoh ikan dari cerita ini. Apakah kita setuju apa yang dilakukan ikan ini ?

Mungkin pernah cerita nyata orang tua yang  terpaksa ( dipaksa ) dimakamkan secara kanesten, padahal permintaan orang tua lelaki sebelum meninggal adalah Buddhis, dan sebagi isteri tidak bisa berbuat apapun, dan akhirnya isteri membuat sejenis Surat Yang sah, agar pada saat meninggal dimakamkan secara Buddhis oleh anaknya. Apakah kita ingin keluarga kita berbeda keyakinan karena proses kanestenisasi.

Pernah dengar anak usia 16 tahun menjadi durhaka, karena tidak memberikan penghormatan terakhir kepada orang tuanya yang sangat memanjakannya hanya karena orangtuanya Buddhis.

Kemudian perbedaan pandangan dalam menjalankan tradisi keluarga yang baik, sehingga terjadi konflik antara orangtua dengan anak karena masalah keyakinan.

Saya tidak setuju jika saya harus mengatakan semua agama adalah sama-sama mengajarkan kebaikan, tetapi kita sendiri mengetahui perbedaan yang sangat nyata dalam kehidupan ini dari perilaku tersebut. Makanya kita butuh sharing dan tukar pandangan mengenai hal tersebut, sehingga anak atau calon anak kita tidak tersesat dengan pandangan yang salah seperti contoh diatas.  Jadi sharing dan tukar pandangan itu sangat perlu agar mata kita terbuka mengenai realita di lapangan. Dan dengan adanya PENGETAHUAN ini, berarti kita paham. Dan memang pengetahuan bukan digunakan untuk menyerang tapi bertahan ( perisai untuk kita dan anak kita dan siapa saja ).

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #326 on: 01 December 2011, 03:24:47 PM »
KISAH IKAN DAN RUBAH

Rubah memandangi ikan-ikan yang berenang ke sana kemari dalam air, sambil menelan ludah, ia membujuk dengan rayuan palsu, “Ikan-ikan yang cantik, moncong merah bersirip putih. Saya punya satu rahasia, tapi tidak akan kuberitahu.” Ikan-ikan mendengarnya dan berpikir, “Kami juga malas meladenimu, biar saja rahasiamu membusuk di dalam perutmu.” Melihat ikan-ikan tidak meladeninya, si rubah mengganti kata-katanya dan terus berdendang, “Ikan-ikan memang benar-benar manis, moncong merah bersirip putih. Habis makan tidur di lumpur, mengapa selalu berdesakan di dalam air?” Sebagian besar ikan-ikan tetap tidak mempedulikannya, dan menghindar jauh-jauh dari rubah. Tetapi ada beberapa ikan tidak tahan godaan, lalu dengan perlahan-lahan mendekati pinggir danau, ingin tahu sebenarnya apa yang hendak dikatakan rubah.

Melihat tipuannya mulai berhasil, si rubah melanjutkan rayuannya, membesar-besarkan bagaimana enaknya hidup di atas daratan, serba menyenangkan dan seru ( di baca : pengharapan semu ). Beberapa ekor ikan berenang lebih dekat lagi, namun merasa bimbang, tidak berani melompat ke atas. Si rubah menutupi sinar matanya yang buas, dengan pura-pura lembut berkata, “Keluarlah, ikan yang manis, apa yang ditakutkan?” Dengan jujur ikan mengatakan, “Kami takut pada ayam, dan padamu… rubah!” “Apa yang ditakutkan atas diriku?” Si rubah pura-pura marah, “Saya mewakili kepentingan yang paling besar atas ikan-ikan, bersama dengan saya, kalian akan lebih aman. Dan mengenai si ayam itu, sekarang juga saya akan membuat mereka mengaku salah dan dihukum mati.” Sembari berkata lantas menarik seekor ayam, dan mencabut habis bulu-bulunya, dalam keadaan hidup-hidup dicabik-cabik, kemudian menelan semua dagingnya, dan hanya tersisa beberapa tulang yang berlumuran darah.

Selesai memakan ayam, si rubah menyeka moncongnya dan berkata, “Sudah lihat kan, jika kalian keluar, maka bisa makan tulang yang berdarah ini, dan wah, nikmatnya hidup ini! Tujuan dan maksud utama saya adalah senantiasa memenuhi kebutuhan ikan-ikan akan tulang yang semakin meningkat.” Beberapa ekor ikan tak tahan melompat ke daratan. Begitu kenyangnya sang rubah, sampai tidak mampu menelan ikan-ikan ini. Lalu menggali sebuah lubang kecil di pinggir pantai, diisi air, dan memasukkan beberapa potong tulang yang tersisa. Kemudian membalikkan badan dan dengan congkak berkata pada segerombolan ikan di danau, “Adalah saya, si raja rubah, yang telah membereskan masalah makanan ikan-ikan ini.”

Setelah itu, hampir setiap hari pasti ada ikan-ikan baru yang tertipu, terkadang, meskipun tidak ada tulang ayam yang tersedia, si rubah lantas dengan segera menggantinya dengan tulang ikan yang masih berdaging untuk menipu. Tipu daya dan rayuan telah menutupi fakta, semakin banyak ikan-ikan datang susul menyusul melompat ke darat, tujuannya adalah mencari “kehidupan baru” ( dibaca : Surga ”nanti” ) . Bahkan ada ikan yang disuap oleh rubah, dengan tidak malu membantu rubah mempropaganda kepalsuan. Namun, kebanyakan ikan-ikan yang baru naik ke pantai, lantas ditangkap rubah dan dimakannya. Saking merasa senangnya si rubah agak lupa daratan, syair lagu yang didendangkan dari moncongnya juga telah diubah, “Puas, puas, benar-benar puas, kejahatan bisa mengakali kebaikan. Ajaib, ajaib, benar-benar ajaib, bisa merealisasikan ajaran XX”.

Sejumlah ikan yang berbudi lurus benar-benar tidak tahan lagi, dengan susah payah menasihati kerabat maupun teman mereka, “Jangan lagi sekali-kali pergi ke lubang kecil itu, kita mempunyai makanan kita sendiri, pembawaan lahiriah kita memang makan akar rumput dan tidur di lumpur, sifat dasar kita adalah baik. Jika kita kehilangan moralitas yang paling hakiki, maka kehidupan bagi kita akan tampak seolah-olah ada dan tiada, sedikit pun tidak berarti. Ikan-ikan yang tertipu adalah contohnya, yang mereka telan adalah hasil dari benih yang ditanam sendiri, oh, betapa sengsaranya! Kita tidak boleh tertipu oleh rubah”.

Ucapan terakhir pas terdengar oleh rubah. “Ajaran sesat!” Dengan mata merah rubah melompat-lompat marah. Fitnahan kotor pun terlontar dari moncongnya. “Kamulah yang menyebarkan ajaran sesat!” beberapa ikan menjawab dengan sindiran pedas. “Tipu dayamu sudah saatnya diakhiri, berapa ekor ikan yang telah kamu bunuh, dan berapa yang telah kamu santap, apakah kamu bisa menghitungnya?” “Saya memberi mereka makan enak dan minum, dan hidup yang paling nyaman, hal ini apakah kalian sanggup memenuhinya?” Sang rubah lagi-lagi menyangkal dengan kata-kata dusta. “Tentu saja kami ingin hidup enak. Kehidupan kami di masa lalu tenang, harmonis dan bebas leluasa; kami mementingkan kepercayaan dalam perbuatan, dan menitikberatkan atas hati nurani; kami saling menghormati, serta saling mencintai, apakah itu bukan kebahagiaan?”

Dan selanjutnya berkata, “Jangan lagi berpura-pura, kami tahu kau telah mencelakai rekan kami, menghasut dendam di mana-mana, kejahatan ini sudah terlampau banyak; yang lebih memuakkan lagi kau berkhayal untuk menghancurkan moral kami, ikan-ikan yang telah ditipu olehmu bukankah juga telah mulai merasa senang dan gembira dengan membagi makan darah daging sebangsa mereka sendiri? Dan ini, apakah ada bedanya dengan rubah yang jahat itu? Kami hanya ingin menasihati dan memperingatkan pada saudara-saudari kami untuk jangan lagi melakukan perbuatan yang menyalahi sifat hakiki, lantas dicap olehmu sebagai “ajaran sesat”, lihatlah tampangmu yang kejam itu, layakkah kau mengatakan orang lain jahat? Dan apakah di dunia ini masih ada makhluk yang lebih kejam daripada kau?” Melihat perbuatannya sendiri yang memalukan telah gagal dan terbongkar, sesaat kecongkakannya terpuruk, mukanya memucat, lalu dengan histeris berteriak nyaring pada sekelompok ikan yang berani mengatakan dan mendengar fakta yang sebenarnya, dalam kemurkaan, tarikan napasnya berhenti, kemudian rubah roboh dan mati….

Dan segalanya normal kembali hening dan tenang. Semua ikan telah mengetahui, kehidupan kini lebih stabil dibanding pada saat menanggung derita tipuan dan “berkah” si rubah, dan kini lebih aman serta sentosa!

Apakah kita setuju apa yang dilakukan ikan tersebut ?

Saya pribadi setuju
 _/\_

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #327 on: 01 December 2011, 04:01:27 PM »
menurut anda bagaimana? apakah menurut anda buda melarang umatnya menilai ajaran lain?

menurut sang Buddha, dhamma harus dibabarkan dengan cara yang menyenangkan, bertahap dan masuk akal.

kata salah seorang kawan di sini, dia mengatakan "ajaran sang Buddha itu simple, yaitu lakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaan orang lain, jika tidak, maka jangan menyakitinya"

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #328 on: 01 December 2011, 04:14:04 PM »
menurut sang Buddha, dhamma harus dibabarkan dengan cara yang menyenangkan, bertahap dan masuk akal.

kata salah seorang kawan di sini, dia mengatakan "ajaran sang Buddha itu simple, yaitu lakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaan orang lain, jika tidak, maka jangan menyakitinya"
kalau membabarkan ajaran lain itu disebut membabarkan dhamma atau bukan?

buda aja pernah menyuruh seseorang yang ingin di bangkitkan anaknya dari kematian untuk mencari keluarga yang tidak pernah di tinggalkan, menurut anda buda ngerjain orang ga?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme
« Reply #329 on: 01 December 2011, 04:24:03 PM »
[at]  Kang Asep

Ini hanya cerita perumpamaan, untuk menjadi renungan saja. Seandainya kita menjadi tokoh ikan dari cerita ini. Apakah kita setuju apa yang dilakukan ikan ini ?

Mungkin pernah cerita nyata orang tua yang  terpaksa ( dipaksa ) dimakamkan secara kanesten, padahal permintaan orang tua lelaki sebelum meninggal adalah Buddhis, dan sebagi isteri tidak bisa berbuat apapun, dan akhirnya isteri membuat sejenis Surat Yang sah, agar pada saat meninggal dimakamkan secara Buddhis oleh anaknya. Apakah kita ingin keluarga kita berbeda keyakinan karena proses kanestenisasi.

Pernah dengar anak usia 16 tahun menjadi durhaka, karena tidak memberikan penghormatan terakhir kepada orang tuanya yang sangat memanjakannya hanya karena orangtuanya Buddhis.

Kemudian perbedaan pandangan dalam menjalankan tradisi keluarga yang baik, sehingga terjadi konflik antara orangtua dengan anak karena masalah keyakinan.

Saya tidak setuju jika saya harus mengatakan semua agama adalah sama-sama mengajarkan kebaikan, tetapi kita sendiri mengetahui perbedaan yang sangat nyata dalam kehidupan ini dari perilaku tersebut. Makanya kita butuh sharing dan tukar pandangan mengenai hal tersebut, sehingga anak atau calon anak kita tidak tersesat dengan pandangan yang salah seperti contoh diatas.  Jadi sharing dan tukar pandangan itu sangat perlu agar mata kita terbuka mengenai realita di lapangan. Dan dengan adanya PENGETAHUAN ini, berarti kita paham. Dan memang pengetahuan bukan digunakan untuk menyerang tapi bertahan ( perisai untuk kita dan anak kita dan siapa saja ).


mungkin kita jengkel dan muak dengan kanestenisasi. karena kita ingin melindungi diri dan keluarga dari faham-faham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. tetapi, kejengkelan dan kemuakan itu sendiri berpotensi kejahatan. atau dengan cinta dan kasih sayang kita berupaya melindungi diri dan keluarga dengan mengajak mereka berlindung kepada Tiratana.

sabar bukan berarti diam. sabar berarti berjuang dengan benar. akan tetapi merendahkan ajaran orang lain, mengungkap kelemahan-kelemahan ajaran orng lain, bukanlah suatu cara yang baik dalam berjuang. Kekuatan yang kita miliki, dapat kita curahkan sepenuhnya untuk menyelami dhamma sedalam-dalamnya kemudian untuk membuktikan bahwa inilah keagungan ajaran sang Buddha. amatlah disayangkan, merka yang mencurahkan segenap kekuatannya untuk menyelami kesalahan-kesalahan ajaran orang lain. karena hidup ini sangat singat sekali masanya. apakah yang akan kita dapat dengan menyelami keslahan ajaran-ajaran orang lain? sebaliknya, akanlah dapat banyak manfaat yang bisa kita raih, bila kita menyibukan diri menyelami kebenaran dhamma.

terima kasih untuk kisahnya, ikan dan rubah. kita tidaklah dapat begitu saja menilai sesuatu yang tampak. karena kebenaran itu adanya di dalam batin. apakah landasan perbuatan dari seseorang? keserakahan, kebencian ataukah kebodohan batin? atukah tanpa keserakahan, tanpa kebencian dan tanpa kebodohan batin? persoalan inilah yang sulit dinilai pada suatu perilaku orang lain. menurut sang Buddha, "Dalam jangka waktu lama kita akan dapat menilai karakteristik seseorang", bukan "dalam jangka waktu yang pendek". apa yang dilakukan sang ikan, bisa benar bisa salah, bergantung kepada "apa yang melandasinya". demikian juga upaya kita dalam membendung kanestenisasi, baik atau buruk sangat bergantung kepada landasan dari perbuatan itu sendiri. dengan demikian, kita perlu bertanya, "apakah landasan mental yang kita miliki untuk membahas panjang lebar kelemahan ajaran orang lain?"

sebagaimana sebuah kesimpulan yang tidak dapat memiliki nilai benar atau salah tanpa adanya landasan pemikiran yang menjadi kesimpulan tersebut, demikian pula halnya suatu perbuatan, tidak dapat disebut benar atau salah hanya karena perbuatannya itu sendiri, melainkan harus dilihat dari tujuan dan sebabnya. Jika hendak pergi ke puncak gunung, maka menapaki jalan yang menurun adalah perbuatan salah, karena tentu tidak akan sampai pada tujuan. tapi menapaki jalan menurun merupakan perbuatan yang benar bila tujuannya adalah mencapai pantai. Jika orang lapar, perginya mesti ke dapur. ini tindan benar.  tapi pergi ke dapur menjadi perbuatan salah, jika yang menjadi sebab perbuatannya adalah rasa mulas ingin BAB.

makin banyak berkata-kata, makin banyak kemungkinan bersalah. MAAF, KALO ADA SALAH-SALAH KATA.