Bergabung dengan sangha hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebetulnya sangat menakutkan. Sekilas mengingatkan tentang yang dibahas dalam Milinda Panha di mana Buddha berkhotbah dan banyak bhikkhu muntah darah panas. Dalam khotbah itu Buddha membandingkan 7 hal:
1. memangku cewek dengan memangku api membara
2. menerima namaskara umat dengan menggores kaki hingga kulit, otot, tulang hancur
3. menerima anjali umat dengan ditusuk pedang tajam
4. menerima jubah dari umat dengan memakai lempengan logam yang panas menyala
5. menerima makanan umat dengan menelan bola berduri yang panas
6. menerima tempat duduk yang dipersiapkan umat dengan dipaksa duduk di logam menyala
7. menerima tempat tinggal yang diberikan umat dengan dicelup ke wadah berapi berisi kotoran yang mendidih
Buddha mengatakan adalah lebih baik bagi bhikkhu-bhikkhu palsu untuk mengalami siksaan tersebut karena walaupun menyiksa dan menyakitkan, tetapi tidak akan menyebabkan mereka terlahir di alam sengsara (niraya). Sedangkan menerima yang enak-enak dari umat, akan menyebabkan mereka terlahir di alam sengsara tersebut.
Mendengar khotbah tersebut, sebagian muntah darah, sebagian meninggalkan sangha, tapi sebagian lagi mencapai Arahatta.
Khotbah ini mirip seperti khotbah tentang Sudinna yang berhubungan seks dengan mantan istrinya di mana dikatakan bagi petapa lebih baik memasukan p*n*s ke mulut ular berbisa daripada berhubungan seksual dengan wanita.
Bisa dilihat kelakuan bhikkhu palsu selain merusak kehidupan sangha, mempercepat punahnya dhamma-vinaya, bisa juga membuat orang kehilangan keyakinan bahkan jijik terhadap dhamma karena salah paham. Karena itu, kammanya sungguh buruk.