//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - xenocross

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 79
46
Buddhisme untuk Pemula / Re: Hell Guard di agama Buddha
« on: 04 April 2017, 10:02:09 PM »
There are two concepts fundamental to the Buddhist view on the nature of reality, or the world as we experience it. The first is that all things have no inherent existence. They are Empty; they have no eternal nature. Secondly, that things appear to be what they are because of our own conditioning.

To explain this second principle, Vasubandha (Asanga's brother, 3rd century CE) used the example of the wardens of Hell. If the demons, who see to the appropriate torture of those whose karma has led them there, take rebirth in the hells because of their karma, then wouldn't they also experience the suffering? How could they oversee their work if they were subject to the torments of the hells, along with their charges or "victims?"

Vasubandhu says that the wardens of the hells merely proceed from the minds of the ones who are there suffering in torment. They are projections, just like many other features of existence. Hell is a kind of hallucination.

http://www.khandro.net/doctrine_hells.htm

47
Perkenalan / Re: Perkenalan
« on: 28 March 2017, 10:09:22 PM »
Halo Rudy
Selamat datang

Jangan-jangan ini Rudy yang sama dengan yang saya kenal?
Kalau iya WA aja ya, jangan sebut nama disini, malu....

48
Theravada / Re: sutta lain utk kesembuhan dari penyakit
« on: 15 February 2017, 05:16:53 AM »
Bhaisajaguru Sutra

49
Perkenalan / Re: salam kenal semua
« on: 20 January 2017, 04:16:26 PM »
salam kenal juga

50
Perkenalan / Re: BERMULA DARI BELAJAR MENJADI CINTA
« on: 19 January 2017, 05:41:08 PM »
Buku pertama yang biasa saya rekomendasikan adalah ini:

https://dhammacitta.org/buku/pertanyaan-baik-jawaban-baik.html

51
perubahan jadwal dan harga

PERUBAHAN JADWAL ILR 2016]*

Selamat sore peserta ILR 2016, mempertimbangkan banyak materi yang perlu disampaikan dalam acara Indonesia Lamrim Retreat 2016, maka jadwal acara diubah menjadi:
23 Desember 2016-1 Januari 2017

Mohon konfirmasikan tanggal kedatangan Anda dan fasilitas penjemputan Anda Melalui link http://tinyurl.com/indonesialamrimretreat2016 paling lambat tanggal 08 Des 2016.

Adapun, transportasi penjemputan yang disediakan panitia juga mengalami perubahan jadwal sebagai berikut:
1. Tanggal 23 des 2016:
- Dari Kota Bandung Pk. 09.00 Wib
- Dari Bandara Soekarno Hatta Pk. 10.00 Wib
- Dari Bandara Soekarno Hatta Pk. 15.00 Wib
2. Tanggal 24 Des 2016 (disediakan apabila kuota terpenuhi):
- Dari Bandara Soekarno Hatta Pk. 10.00 Wib

Detail lebih lebih lanjut mengenai perubahan lain yang mengikuti akan kami kabarkan secepatnya.

Informasi lebih lanjut/apabila mengalami kesulitan hubungi:
Sapta 0898 4811 450
Aprianti 0853 7524 2326

Sarva Mangalam,
Kadam Choeling Indonesia
Panitia Indonesia Lamrim Retreat 2016

52
UPDATE

Tanggal direvisi, mulai tanggal 23

53
Buddhisme untuk Pemula / Re: tentang pelafalan nama buddha
« on: 25 November 2016, 06:32:07 PM »
boleh

54
[INDONESIA LAMRIM RETREAT]

“Di satu sisi aspirasi kita adalah untuk mencapai Kebuddhaan, di sisi lain kita juga memikirkan kebahagiaan atau kesejahteraan makhluk lain. Metode yang paling baik bagi kita dalam rangka mencapai atau membangkitkan bodhicitta di dalam batin kita adalah membiasakan batin kita sedemikian rupa dengan instruksi yang disebut Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk ketiga jenis praktisi.” – Rasa Bakti Pada Guru Bagian I

************************

Spiritual merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita yang sekarang maupun yang akan datang, tanpa spiritual kita tidak akan menemukan siapa jati diri kita dan juga apa tujuan dari hidup kita. Marilah kita bersama duduk merenung, belajar, dan membuat kebajikan di :

INDONESIA LAMRIM RETREAT
24 Desember 2016 – 01 Januari 2017

Secara intensif dibimbing langsung oleh Biksu Bhadraruci. Beliau adalah murid dari YM Dagpo Rinpoche pemegang silsilah dari Biara Dagpo Shedrup Ling, satu-satunya Biara Lamrim yang telah melahirkan banyak guru-guru besar.

Registrasi Online:
www.ilr2016.eventbrite.com

Pendaftaran EarlyBird:
11 November 2016 -  3 Desember 2016

Pendaftaran dan Informasi :
- Sapta Hadi Kesuma: +6289 481 1450
- Aprianti: +628537 524 2326

Sarwa manggalam,
Panitia Indonesia Lamrim Retreat (ILR) 2016

55
1. Salah tulis sepertinya. Semua sutta/ sutra itu ditulis lama setelah Buddha parinibbana.
Ketika mereka menulis sutra, periode tsb sudah jadi pengetahuan umum bahwa Ananda adalah arahat
Jadi waktu sutra tsb ditulis, si penulis tanpa sadar menulis daftar arahat seperti yang umum diketahui.

2. tidak benar.
- perpecahan mengenai vinaya itu berbeda menurut catatan masing-masing sekte. Menurut mahasanghika, justru mereka yang mau mempertahankan vinaya. Jika ada yang berkata sebaliknya, itu menurut catatan versi lawannya mahasanghika.
Lebih lengkap ada di https://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=25572.0

Mahadeva adalah tokoh legenda yang disalahkan atas penyimpangan ajaran. Kebanyakan sumber cerita ini adalah dari teks propaganda dari satu aliran yang menyerang aliran lain.
lebih lengkap https://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=23774.msg433813#msg433813

saya ambil dari tulisan Bhikkhu Sujato dari link pertama, bagian kesimpulan

Mahayana
Banyak pembaca mungkin bertanya-tanya: tetapi bagaimana dengan Mahayana? Kemana mereka ketika hal ini berlangsung? Penting untuk disadari bahwa tidak ada yang disebut Vinaya khas ‘Mahayana’. Para Mahayanis selalu mengikuti Vinaya dasar yang sama seperti halnya para biksu dan biksuni lainnya. Tidak pernah diabaikan, namun dilengkapi dengan satu set aturan atau prinsip yang dikenal sebagai “sumpah-sumpah Bodhisattva” , yang adalah bonus terhadap Vinaya yang umum. Saya tidak familiar dengan sumpah-sumpah tersebut, sehingga saya akan menyerahkan pada teman-teman Mahayana untuk menjelaskan arti dan cara kerjanya.

Para sarjana modern sering berkata bahwa Mahayana diturunkan dari Mahāsaṅghika mula-mula, dan Mahāsaṅghika dipersamakan dengan Vajjiputtaka dari Konsili Kedua; karena itu, Mahayana, dikatakan, mewakili pergerakan meninggalkan aturan-aturan monastik yang kaku. Namun, sangat sedikit bukti terhadap rantai penalaran ini. Seperti telah kita saksikan, terdapat alasan untuk meyakini bahwa Vajjiputtaka tidak memiliki kaitan dengan Mahāsaṅghika, dan Vinaya Mahāsaṅghika menunjukkan mereka memiliki sikap yang sama berkenaan Vinaya seperti halnya kelompok-kelompok lainnya. Selain itu, sumber-sumber primer mengkaitkan perpecahan pertama terhadap doktrin, bukan Vinaya. Sumber-sumber yang mengkaitkan Vajjiputtaka dengan Mahasanghika cenderung terlambat, dan kita dapat menduga mereka berniatan polemik.

Saya juga berpikir bahwa keterkaitan antara Mahāsaṅghika dan Mahayana telah dilebih-lebihkan. Bukti-bukti dari naskah-naskah, jurnal-jurnal, dan para penulis Mahayana menunjukkan bahwa Mahāsaṅghika masih ada sebagai sebuah sekte yang berbeda hingga di akhir Agama Buddha India; mereka bukan sekedar melebur ke dalam Mahayana. Sementara doktrin utama Mahāsaṅghika – kesempurnaan Arahat yang tidak sepenuhnya – digemakan dalam banyak karya Mahayana, namun Mahayana tetap berutang banyak pada Sarvāstivāda. Karenanya tradisi Tibet menyuarakan “empat aliran” Agama Buddha India (Sarvāstivāda, Sautrāntika, Cittamātra, Mādhyamaka), dan mengabaikan Mahāsaṅghika. China menerima versi Sarvāstivādin berkenaan kisah kehidupan Buddha, Lalitavistara, sebagai salah satu sutra utamanya, dibandingkan Mahavastu milik Mahāsaṅghika. Abhidharma dari Sarvāstivāda secara luas dipelajari di Tibet dan China, tetapi kita sedikit mendengar tentang Abhidharma Mahāsaṅghika. Debat-debat dari para filsuf Mahayana adalah dengan Sarvāstivāda, bukan dengan Mahāsaṅghika. Mungkin, untuk selanjutnya, kita harus menganggap Mahayana muncul dari trend-trend tertentu yang ditemukan di seluruh aliran, dan bukan diturunkan dari satu aliran spesifik tertentu. Hal ini menjelaskan referensi Hiuen Tsang [Xuan Zang / yang populer dalam kisah perjalanan ke barat] yang menyebutkan “Theravādin Mahāyāna” yang kemungkinan besar adalah para Theravādin yang mengikuti jalan Bodhisattva.

56
Nah visudhi itu prosesnya gimana ya? Takutnya saya ntar ga siap

gak mungkin ga siap, hanya ritual sebentar. Biasanya sih pasti diadakan wisudhi massal waktu waisak, atau asadha, kathina

57
katanya bisa hubungi vihara terdekat, harus bikin surat apa gitu

58
Diskusi Umum / Tragedi seorang gay
« on: 08 March 2016, 06:58:28 PM »
Tragedi seorang Gay
(A Gay Tragedy)

Oleh Shravasti Dhammika
 Minggu, 25 Mei 2008

Terkadang seseorang, biasanya lelaki muda tetapi kadang-kadang wanita muda atau lelaki atau wanita tua, akan datang mendekatiku dan setelah beberapa menit keraguan atau basa basi, bertanya padaku tentang posisi buddhis mengenai Homoseksualitas. Ketika mereka bertanya, aku memberitahu bahwa perbuatan dengan niat (kamma/ karma) mengubah kesadaran kita, dan karma kita mengkondisikan masa depan kita. Perbuatan dengan niat positif mempunyai akibat positif dan perbuatan dengan niat negatif mempunyai akibat negatif. Perbuatan seksual yang dimotivasi dengan niat yang biasa, perasaan dan emosi yang ada diantara dua orang yang mencintai satu sama lain, akan mempunyai akibat positif dan tidak akan melanggar sila ke-3, apakah itu homoseksual ataukan heteroseksual. Saya menggarisbawahi poin ini dengan berkata bahwa etika buddhis mengenai seks adalah terutama berkaitan dengan motif di balik perilaku seksual, bukan gender dari pasangan. Maka dari itu, jika dua orang yang jenis kelaminnya sama mengekspresikan cinta mereka pada satu sama lain secara fisik, tidak ada alasan mengapa karma yang diciptakan dari perbuatan tersebut berbeda dari dua orang dengan jenis kelamin berbeda yang melakukan hal yang sama.

Setelah aku mengatakan ini, aku kemudian mencoba mengubah topik, bukan karena aku malu berbicara mengenai homoseksualitas, tetapi karena aku tidak suka pendekatan "satu issue" dalam dharma. Tetapi, beberapa tahun lalu aku mengalami satu pertemuan yang membuatku menyadari bahwa pertanyaan mengenai homoseksualitas, apakah berasal dari gay sendiri atau keluarga mereka, seharusnya diberikan perhatian penuh. Bagaimanapun teoritisnya atau kecilnya issue ini buat saya, mungkin sangat penting untuk orang yang bertanya.

Seorang pemuda bernama Julian Rung bertanya apakah dia boleh datang dan berbicara padaku tentang Buddhisme. Saya katakan ya, dan dia datang di hari yang dijanjikan. Julian berusia 20 tahun, berbadan tegap dan muka yang tampan. Dia rapih dan berpakaian bagus. Dia memulai dengan bertanya padaku beberapa aspek mengenai buddhisme, tetapi aku merasa bahwa hal-hal ini bukanlah apa yang ingin dia tanyakan. Akhirnya pertanyaan itu muncul: "Yang Mulia, apakah seorang gay dapat menjadi buddhis yang baik?" Aku memberi jawaban yang biasa tetapi dengan segera nampak bahwa jawaban itu tidak menyenangkannya. Dia terus memotong dan menyatakan keraguan tentang apa yang kukatakan. Aku menjawab semua keberatannya tetapi dia tetap tidak percaya. Setelah tiba pada jalan buntu dan tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi, aku bertanya apakah dia gay.

Dia tersipu malu, mendehem, dan berkata bahwa dia adalah gay. Kemudian dia menceritakan tentang dirinya. Sejak awal remaja dia menyadari bahwa dia tertarik pada lelaki lain dan dia punya ketertarikan khusus pada baju wanita. Takut pada hal ini dia mengendalikannya baik baik. Setahun yang lalu ketika dia wajib militer dia bertemu prajurit lain yang gay dan kemudian mereka menjalin hubungan, walaupun penuh dengan rasa bersalah. Sekali atau dua kali dalam sebulan mereka akan patungan dan menyewa kamar hotel untuk bermalam. Dia akan memakai baju perempuan, memakai riasan, dan bermalam bersama. Bagi Julian, ini akan diikuti dengan hari-hari dimana dia membenci diri sendiri dan tekad untuk tak pernah melakukannya lagi. Setelah memberitahuku semua ini dia kemudian memegang kepalanya dan berkata , "Ini pasti salah."

Saya menjawab, "yah, sebagian orang akan menganggapnya sedikit aneh. Tetapi dari perspektif buddhis saya tak bisa melihat bahwa hal itu merugikan. Memuaskan nafsu seksual adalah hal yang alami dilakukan dan dapat diterima selama tidak melibatkan perselingkuhan atau melukai orang lain. Konflik yang kamu ciptakan di dalam dirimu sendiri dengan membenci apa yang sebenarnya adalah perasaan yang sama sekali tidak merugikan, melukaimu lebih daripada menjadi seorang gay. Tidak ada alasan mengapa kamu tidak dapat melatih sila - menghormati kehidupan, kepemilikan, dan perasaan seksual orang lain, hak mereka mengetahui kebenaran, dan menjaga pikiranmu dari zat memabukkan - ketika menjadi seorang gay." Julian diam tetapi aku dapat melihat bahwa aku belum dapat menghalau keraguannya. Julian mengunjungiku dua kali dalam dua bulan berikutnya dan percakapan kami adalah tentang dharma secara umum walaupun kami juga menyoal masalah homoseksualitas dengan hasil yang sama.

Kemudian, setelah tidak bertemu atau mendengar dari Julian selama sekitar 6 bulan, dia menelepon. Dia mengatakan bahwa seorang bhiksu Taiwan terkenal datang ke kota dan berceramah dan dia dapat bertemu dengannya selama beberapa menit. Dia menanyakan pertanyaan yang sama dan bhiksu itu mengatakan padanya bahwa homosekssual adalah hal menjijikan dan jahat, orang-orang homoseksual akan dilahirkan kembali di neraka terendah dimana mereka akan direbus dalam nanah selama berkalpa-kalpa. Julian mengatakan ini dengan nada hampir menang, sepertinya senang bahwa dia telah membuktikan bahwa aku salah atau dia telah menemukan seseorang yang setuju dengannya. Aku bertanya apalagi yang dikatakan bhiksu agung ini. "Tak ada," dia menjawab. "Dia perlu pergi ke tempat lain dan kita hanya punya waktu beberapa menit."

Seberapa sering ini telah terjadi padaku? Saya memberitahu pada penanya sesuatu mengenai Buddhisme yang aku tahu masuk akal, sesuai dengan Tripitaka, mereka pergi ke bhiksu lain yang mengatakan hal yang berlawanan dan kemudian mereka kembali padaku bertanya tentang keanehan ini. Lalu saya terjebak dengan masalah diantara mengatakan bahwa bhiksu lain tidak tahu apa yang dikatakan [mengenai topik tersebut] (yang seringkali demikian) dan terlihat seperti seorang arogan, atau menggigit bibir tak mengatakan apapun dan membiarkan orang itu pergi dengan kepercayaan bahwa suatu tahyul atau pemikiran dangkal sebagai dharma. Seberapa sering? Sangat sering! Dalam banyak kasus hal ini hanyalah hal yang membuat frustasi. Dalam kasus ini, konsekuensinya tragis.

"Dengar Julian," saya berkata, "Kamu bertanya padaku tentang apa yang Buddhisme katakan mengenai homoseksualitas dan saya menjawabmu berdasarkan apa yang telah kupelajari dari kitab suci buddhis selama 20 tahun dan memikirkan berbagai issue di dalam cahaya Dharma Buddha. Aku tidak tahu lagi apa yang dapat kukatakan." Aku berkata padanya bahwa jika dia ingin berbicara padaku kapan saja, dia boleh melakukannya, lalu dia menutup telepon.

Empat hari kemudian, aku membaca koran dan melihat sebuah artikel kecil di halaman 8, judulnya "mayat lelaki ditemukan di taman." Aku membaca artikel itu sekilas dan akan membaca artikel lain ketika nama Julian melompat ke mataku. Dalam sekejap perhatianku terfokuskan. Aku membaca mengenai namanya dan ya itu adalah Julian yang datang mengunjungiku. Saya kembali ke bagian awal artikel dan membaca semuanya. Empat hari sebelumnya, mungkin hanya beberapa jam setelah meneleponku, Julian telah pergi ke taman di tengah Singapura pada larut malam, meminum obat tidur dengan jumlah overdosis, dan ditemukan tewas pagi berikutnya. Catatan bunuh diri telah ditemukan di sakunya tapi koran tidak menyebutkan apa yang ditulisnya.

Saya merasa sangat sedih. Pikiran bahwa dia berbaring disana sendirian sekali, membenci dirinya sendiri dan sangat putus asa sehingga dia membunuh dirinya sendiri membuatku ingin menangis. Tetapi segera kemarahan meluap menggantikan kesedihan. Saya membayangkan bhiksu Taiwan yang dengan ketidaktahuannya menyatakan opini beracun sebelum pergi bergegas memberi ceramah tentang welas asih atau dielu-elukan massa. Saya menjadi begitu marah hingga berkeinginan menulis surat padanya dan memberitahunya apa yang telah dia lakukan. Kemudian aku berpikir mungkin ini hanya akan jadi buang buang waktu saja. Dia bahkan mungkin tidak ingat berbicara pada Julian.

Menurutku, kebanyakan orang yang berpikir akan setuju bahwa seks tanpa cinta adalah hal yang tak menarik. Secara fisik, itu hanyalah 'bertukar cairan' seperti yang digambarkan oleh buku tentang kesadaran AIDS. Apa yang menaikkan seks diatas tingkat 'bertukar cairan' adalah motif dan emosi di baliknya - rasa sayang, kelembutan, keinginan menerima dan berbagi, ikatan pendamping, bahkan kesenangan. Ini cocok dengan pernyataan Buddha yang terkenal, "Aku katakan niat adalah karma." Apakah menusukkan pisau ke tubuh seseorang adalah tindakan positif atau negatif? Tergantung! Jika pisau itu dipegang oleh orang yang marah mungkin itu adalah tindakan negatif. Jika pisau dipegang oleh dokter bedah yang melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tentu saja itu positif. Dari perspektif Buddhis, perilaku seksual tidaklah dinilai dari jenis kelamin orang-orang yang terlibat, atau oleh suatu aturan perilaku yang dirumuskan di zaman perunggu, atau oleh apakah dokumen hukum telah ditandatangani, tetapi ditentukan oleh komponen psikologisnya. Orang Homoseksual juga dapat merasakan cinta pada pasangannya sama seperti heteroseksual, dan jika kondisinya demikian, seks homoseksual sama dapat diterimanya dengan seks heteroseksual.

Ini adalah kebenaran logis dan sederhana dan sesuai dengan ajaran Buddha, tetapi keadaan adalah dimana saya tidak dapat membantu Julian melihat kebenaran itu. Semua pengalaman dia memberitahu dia bahwa tertarik pada sesama jenis adalah salah. Mereka yang ada di sekitarnya selalu menyatakan ketidaksetujuan pada homoseksualitas dan mengejek gay. Hukum (di singapura) memberitahunya bahwa homoseksualitas sangatlah buruk dan harus dihukum 10 tahun penjara, lebih daripada pembunuhan. Dia tahu bahwa guru agama, kr****n, Muslim, dan bahkan sebagian Buddhis, menganggapnya sangat jahat dan akan mempunyai akibat sangat buruk di kehidupan berikut. Semua ejekan dan ketidaktahuan ini mencegahnya mendengar ucapan lembut yang masuk akal dan kata-kata baik dari Buddha. Itu memberinya penderitaan yang sangat, dan akhirnya membuat dia bunuh diri.

Saya teringat pada Julian karena tiga minggu lalu saya mewakili Buddhisme dalam seminar mengenai agama dan homoseksualitas di Catholic Junior Collage. Dari 800 murid yang mendengar, saya berasumsi bahwa pasti ada homoseksual dan mungkin mereka sedang berjuang untuk mengerti perasaan mereka sendiri. Mengetahui bahwa apa yang kukatakan bisa saja berpengaruh pada apa yang terjadi selama mereka bertumbuh, apakah bahagia, atau dapat menyesuaikan diri, atau tersiksa dan membenci diri sendiri, saya dengan sangat hati-hati menerangkan posisi Buddhis mengenai homoseksualitas.


Tentang penulis
Shravasti   Dhammika  dilahirkan di Australia pada tahun 1951 dalam sebuah keluarga   kr****n  dan menjadi seorang Buddhis pada usia delapan belas tahun.  Pada  tahun  1973 beliau pergi ke Thailand dengan niat untuk menjadi  seorang   bhikkhu tetapi menjadi tidak tertarik dengan apa yang dilihat  di Vihara   disana beliau mengunjungi Laos, Burma dan India. Untuk tiga  tahun   berikutnya beliau mengunjungi seluruh India mempelajari yoga dan    meditasi dan akhirnya ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu oleh   Venerable  Matiwella Sangharatna, murid terakhir dari Anagarika   Dharmapala. Pada  tahun 1976 beliau pergi ke Sri Langka dan Singapore.   Bhante Dhammika,  demikian yang dikenal oleh murid-murid dan   teman-temannya, telah menulis  lebih dari dua puluh lima buku dan   artikel-artikel tentang Buddhisme  dan subjek-subjek yang berhubungan.   Beliau juga terkenal karena  ceramah-ceramahnya dan mewakili Buddhisme   Theravada pada Konferensi  Millenium Buddhis Eropa di Berlin pada tahun   2000. Sekarang beliau adalah penasihat spiritual untuk Buddha Dhamma Mandala Society di Singapura.

http://sdhammika.blogspot.co.id/2008/05/gay-tragedy.html

59
[AN AUTHENTIC GURU IS COMING TO INDONESIA]

Kesempatan untuk dapat belajar langsung dari Guru yang memiliki realisasi dan menguasai tahapan ajaran Buddha tidaklah mudah didapat, membutuhkan kebajikan yang besar. Kebanyakan dari kita tidak dapat bertemu dengan para Guru tersebut, dikarenakan jarak atau kurang kesempatan untuk bertemu.

Sekarang kesempatan itu telah hadir, Sang Guru datang untuk memberikan ajaran yang begitu berharga!

Bertemulah dengan Guru Besar yang menghasilkan Guru Besar di dunia, Ven. Drepung Tripa Khenzur Rinpoche, Sang Pemangku Tahta Drepung!

PUBLIC TEACHING
Topik: Karma menurut 4 Pandangan Filosofis Buddhis, Berlindung, 4 Kebenaran Mulia
12-13 dan 26-27 Maret 2016
Pk 09.00-17.00

INISIASI TARA HIJAU
20 Maret 2016
Pk 09.00-17.00

Di Prasadha Jinarakkhita,
Jl Kembangan Raya Blok JJ, Jakarta Barat
https://goo.gl/Fcew1U

TANPA BIAYA, TEMPAT TERBATAS

Pendaftaran: publicteaching.eventbrite.com

Info lbh lanjut:
https://goo.gl/83hNIq
Call center 081222816044
William 085261067922

**Info ini dapat disebar luaskan.
Semoga Dharma dapat kembali berjaya di tanah Nusantara ini.

Sarwa Manggalam

Dipersembahkan oleh:
Yayasan Pelestarian & Pengembangan Lamrim

Didukung oleh:
Kadam Choeling Indonesia
Keluarga Buddhayana Indonesia
Dharma Center Serlingpa

60
[Ven Khenzur Rinpoche, Sang Pemegang Takhta Drepung Datang ke Indonesia]



Kesempatan untuk dapat belajar langsung dari Guru yang memiliki realisasi dan menguasai seluruh tahapan ajaran Buddha tidaklah mudah didapat, membutuhkan kebajikan yang besar.

Kebanyakan dari kita tidak dapat bertemu dengan para Guru tersebut, dikarenakan jarak atau kurang kesempatan yang ada.

Gomang Khenzur Rinpoche Lobsang Tenpa, atau biasa disapa Khenzur Rinpoche merupakan Pemegang Tahta Silsilah Ajaran Gelug (Drepung Tripa).

Terpilih menduduki jabatan tersebut berarti beliau sudah memahami dan bahkan merealisasikan seluruh ajaran dari biara tersebut dan juga telah melewati berbagai ujian dengan sukses.

Drepung yang sering disebut sebagai Nalanda Kedua, merupakan salah satu dari Tiga Biara Besar Gelug.
Didirikan pada tahun 1416 oleh salah satu murid utama Je Tsongkhapa.
Kini telah terdapat sekitar bhiksu yang belajar di biara-biara Drepung.

Jika anda memiliki kebajikan yang cukup untuk belajar Dharma dari Khenzur Rpc, tentunya anda tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian "Public Teaching bersama Ven. Khenzur Rinpoche" pada bulan Maret 2016 ini.

Nantikan info-info berikutnya seputar pubtic ini.

Info lebih lanjut:

Call Center (+6281222816044)
William Wijaya (+6285261067922)
Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 79
anything