//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 227534 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(5) Lokavidu
« Reply #495 on: 17 July 2009, 02:37:28 AM »
(1) Asaya: Kecenderungan
âsaya artinya adalah kecenderungan batin atau watak dari setiap individu.

Kecenderungan pandangan salah, ditthiàsaya terdiri dari 2 jenis:
kecenderungan ke arah pandangan salah pemusnahan, uccheda ditthi dan
kecenderungan ke arah pandangan salah keabadian, sassata diññhi.

Kecenderungan pengetahuan, pannà àsaya juga terdiri dari 2 jenis:
Pengetahuan Pandangan Cerah yang menuju pengetahuan Jalan, Vipassanà Pannà àsaya dan
pengetahuan Jalan itu sendiri yang merupakan pengetahuan dalam melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, Yathàbhuta Nàna àsaya.

Dalam mengetahui kecenderungan masing-masing individu, Buddha mengetahui:
(a) bahwa individu tersebut cenderung melekat pada lingkaran kelahiran dan memiliki kecenderungan ke arah pandangan salah pemusnahan,
(b) bahwa individu tersebut cenderung melekat pada lingkaran kelahiran dan memiliki kecenderungan ke arah pandangan salah keabadian,
(c) bahwa individu tersebut cenderung ke arah kebebasan dari lingkaran kelahiran, makhluk murni dan memiliki pengetahuan Pandangan Cerah, dan
(d) bahwa individu tersebut cenderung ke arah kebebasan dari lingkaran kelahiran dan memiliki pengetahuan Jalan.

(2) Anusaya: Kecenderungan Tersembunyi
Ini adalah kotoran yang belum dilenyapkan oleh Magga Nàna dan masih dapat terlihat jelas jika situasi mendukung.

Anusaya ini ada 7 jenis, yang disebut unsur-unsur kecenderungan tersembunyi, yaitu:
(i) Kàmaràga (nusaya) unsur benih dari keserakahan,
(ii) Bhavaràgàsaya, unsur benih dari kemelekatan akan kelahiran,
(iii) Patighànusaya, unsur benih dari kebencian,
(iv) Mànànusaya, unsur benih dari keangkuhan,
(v) Ditthànusaya, unsur benih dari pandangan salah,
(vi) Vicikicchànusaya, unsur benih dari keraguan,
(vii) Avijjànusaya, unsur benih dari kebodohan.

… Anusaya kilesà, harus dipahami, ada 3 tingkat menurut munculnya kecenderungan tersebut, yaitu:
(i) benih tersembunyi dari kotoran,
(ii) kotoran yang telah muncul dengan tiga tahap kemunculannya (upàda), perkembangan (atau kehadiran sesaat (thiti), dan lenyapnya (bhanga),
(iii) kotoran yang telah terwujud dalam perbuatan atau ucapan jahat.

(Sebuah ilustrasi)
Misalkan beberapa orang awam yang memiliki kotoran yang belum dilenyapkan oleh Magga Nàna, memberikan persembahan. Bahkan sewaktu melakukan kebajikan tersebut ketika pikiran baik (Mahàkusala citta) muncul dalam pikirannya, jika ia menjumpai objek-objek indria yang menyenangkan, situasi ini cenderung akan memberikan pikiran yang berhubungan dengan kenikmatan indria (unsur benih keserakahan) dalam diri si penyumbang (karena masih sebagai seorang awam), ia belum melenyapkan keserakahan. Ketika kontak lebih jauh lagi terjadi dengan objek indria yang menyenangkannya itu, unsur benih keserakahan tersebut akan berkembang menjadi pikiran kotor yang disebut pariyutthàna kilesa. Kemudian jika ia mencegah dengan perhatian benar, pikiran kotor keserakahan tersebut dapat disingkirkan. Tetapi, jika sebaliknya, bukannya dengan perhatian benar, ia dikendalikan oleh perhatian salah, pikiran kotor akan berubah menjadi perbuatan jahat, baik dalam bentuk tindakan ataupun ucapan. Ini adalah tahap ledakan dari kotoran keserakahan vitikamma kilesà. Ini adalah contoh dari bagaimana kotoran keserakahan berkembang dari kecenderungan tersembunyi atau unsur benih menjadi tindakan nyata dalam 3 tingkat pengembangan. Pinsip yang sama juga berlaku pada kotoran lainnya seperti kebencian, dll.

(3) Carita: Perbuatan-perbuatan Kebiasaan
Carita artinya adalah perbuatan baik atau perbuatan jahat.
Dalam pengertian lain, merujuk pada 6 jenis perbuatan kebiasaan yang sering muncul dalam kehidupan saat ini, yaitu,
kemelekatan atau keserakahan (ràga),
kebencian atau kemarahan (dosa),
kebodohan (moha),
keyakinan (saddhà),
kebijaksanaan (buddhi) dan
kenangan (vitakka).

(Dua kata Pàli carita dan vàsanà harus dapat dibedakan.
Kesan samar-samar dari perbuatan-perbuatan kebiasaan, apakah baik atau buruk, dalam kehidupan lampau yang masih ada dalam kehidupan saat ini, disebut vàsanà.
Jenis perbuatan, di luar 6 jenis yang telah dijelaskan di atas, yang cenderung muncul berulang-ulang dalam kehidupan saat ini disebut carita.)

Buddha mengetahui carita dari tiap-tiap individu seperti:
individu ini dikuasai oleh perbuatan baik (sukha carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan jahat (dukkha carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong oleh keserakahan (ràga carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong oleh kebencian (dosa carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong oleh kebodohan (moha carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong oleh keyakinan (saddhà carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong kebijaksanaan (buddhi carita),
individu ini dikuasai oleh perbuatan yang didorong kenangan (vitakka carita).

Lebih jauh lagi, Buddha juga mengetahui sifat dari 6 jenis perbuatan ini, kondisi-kondisi yang mengotori, kondisi-kondisi yang membersihkan, kondisi-kondisi yang penting, hasilnya, dan akibat-akibat dari 6 jenis perbuatan tersebut.

(4) Adhimutti: watak
Adhimutti artinya watak alami dari tiap-tiap individu: ada 2 jenis adhimutti, yaitu,
pilihan alami akan atau kecenderungan ke arah kejahatan (hinadhi mutti), dan
pilihan akan, atau kecenderungan ke arah hal-hal mulia (pantitàdhi mutti),
orang-orang (pada umumnya) bergaul dengan orang-orang lain yang bersifat sama, mereka yang berwatak jahat akan bergaul dengan orang berwatak jahat, mereka yang berwatak mulia akan bergaul dengan orang berwatak mulia pula.

Buddha mengetahui jenis kecenderungan dari tiap-tiap individu, apakah seseorang berwatak jahat atau berwatak mulia.
Lebih jauh lagi, Buddha mengetahui tingkat watak dari tiap-tiap individu, apakah tinggi, rendah atau sangat rendah. Karena watak tergantung pada tingkat keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi, dan pengetahuan, yang merupakan 5 kelompok kualitas.

Demikianlah, Buddha mengetahui segalanya mengenai makhluk-makhluk hidup dalam hal 4 kecenderungan (àsaya), 7 kecenderungan tersembunyi (anusaya), 3 kehendak (abhisankhàra) atau 6 jenis kebiasaan (carita), dan jenis serta tingkatan kecenderungan atau watak.

Seperti halnya Buddha memiliki pengetahuan lengkap tentang dunia makhluk-makhluk hidup, Beliau juga memiliki pengetahuan lengkap tentang dunia benda-benda mati—tempat bagi makhluk-makhluk hidup seperti alam semesta ini (cakkavàla), istana, hutan dan gunung, dll.


~RAPB 2, pp. 2297-2301~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(6) Anuttaropurisadammasàrathi
« Reply #496 on: 17 July 2009, 02:43:21 AM »
(a) Anuttaro: Buddha yang tiada bandingnya dalam moralitas, dll, dalam semua dunia sehingga Beliau menguasai seluruh dunia makhluk-makhluk hidup … Buddha menguasai dalam hal moralitas, dalam konsentrasi, dalam kebijaksanaan, dalam Pembebasan, dan dalam pengetahuan yang menuju Pembebasan.

Keunggulan ini adalah ciri mulia dari anuttaro,
5 kelompok kehidupan Buddha adalah pemilik dari ciri mulia tersebut.


(b) Purisadammasàrathi, “Ia yang menjinakkan mereka yang layak dijinakkan.”
(purisadamma, makhluk-makhluk yang layak dijinakkan,
sàrathi, penjinak, yaitu, guru atau instruktur yang ahli).
Mereka yang layak dijinakkan termasuk, manusia, dewa, dan brahmà.

Misalnya, Buddha menjinakkan Raja Nàga Apalàla, Raja Nàga Culodara, Raja Nàga Mahodara, Raja Nàga Aravàla, Raja Gajah Dhanapàla, dll, dan membuat mereka meninggalkan kekejaman mereka dan berlindung di dalam Tiga Perlindungan.
Kemudian Buddha menjinakkan Saccaka, si petapa pengembara, putra Nigantha, Ambattha, si anak muda, Brahmana Pokkharasàti, Sonadanta, dan Kutadanta, dll.
Beliau juga menjinakkan para dewa yang berkuasa seperti Alavaka, Suciloma, Kharaloma dan bahkan Sakka, raja para dewa.

... purisadammasàrathi artinya adalah mengubah makhluk-makhluk jahat agar mantap di dalam moralitas yang lebih rendah, dan membimbing mereka yang telah memiliki moralitas rendah (yaitu, setengah jinak) agar mencapai manfaat yang lebih tinggi menuju Arahatta-Phala.

Pengetahuan dalam memberikan pengajaran kepada makhluk-makhluk lain adalah ciri mulia dammasàrathi,
5 kelompok kehidupan Buddha adalah pemilik ciri mulia tersebut.


Dalam penafsiran gabungan annutaro dan purisadammasàrathi, hanya 1 ciri mulia yang dihitung, yaitu, “Buddha, yang tiada bandingnya dalam menjinakkan mereka yang layak dijinakkan.”

Penjelasannya, ketika seorang penjinak kuda melatih seekor kuda, ia tidak akan mampu melatihnya seperti yang ia inginkan dalam waktu sehari. Ia harus melatihnya berulang-ulang berhari-hari. (Hal ini juga berlaku bagi binatang lainnya, seperti, gajah, sapi, dll.) Bahkan saat seekor kuda yang dianggap sudah jinak, belum tentu benar-benar jinak. (Demikian pula dengan binatang lainnya). Tetapi Buddha dapat menjinakkan seseorang dalam 1x duduk (yaitu, dalam sebuah khotbah atau suatu percakapan) untuk mencapai delapan Vimokkha Jhàna atau mencapai Arahatta-Phala. Ketika seorang siswa telah mencapai Arahatta-Phala, ia menjadi benar-benar jinak dan tidak akan pernah lagi memperlihatkan perbuatan yang tidak patut.

Oleh karena itu Buddha sungguh tiada bandingnya dalam menjinakkan mereka yang belum jinak.

Pengetahuan mengajar mereka yang bodoh adalah ciri mulia annutaropurisadammasàrathi,
5 kelompok kehidupan Buddha adalah pemiliki ciri mulia ini
.


~RAPB 2, pp. 2306-07~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(7) Satthàdevamanussànam
« Reply #497 on: 19 July 2009, 03:33:33 PM »
… Buddha mengajarkan, menasihati dan menginstruksikan semua makhluk agar mendapatkan kesejahteraan saat ini, kesejahteraan masa depan, dan kebahagiaan tertinggi Nibbàna, masing-masing sesuai dukungan jasa masa lampau mereka masing-masing.
Oleh karena itu, Pengetahuan dalam membantu para dewa dan manusia untuk memperoleh kesejahteraan saat ini, kesejahteraan masa depan dan kebahagiaan tertinggi Nibbàna adalah ciri mulia satthàdevamanussànam.
5 kelompok kehidupan Buddha adalah pemilik ciri mulia tersebut.


… Bagaikan seorang pemimpin rombongan pedagang yang memimpin perjalanan itu dengan aman melalui perjalanan yang sulit dan berbahaya, demikian pula Buddha memberikan perlindungan kepada para pengembara yang melakukan perjalanan hidup dalam perjalanan yang sulit dan berbahaya yang ditandai dengan kelahiran berulang, usia tua, penyakit dan kematian, kesedihan, ratapan, sakit secara fisik, dukacita dan penderitaan hebat, nafsu (kemelekatan), kebencian, kebodohan, keangkuhan, pandangan salah, dan perbuatan jahat, dan memimpin mereka menuju Nibbàna yang aman.
Oleh karena itu, ajaran Buddha yang mengantarkan makhluk-makhluk menuju Nibbàna adalah ciri mulia satthàdevamanussànam,
5 kelompok kehidupan Buddha adalah pemilik ciri mulia tersebut.


(Ciri mulia satthàdevamanussànam bukan hanya mencakup umat manusia dan para dewa saja. Istilah devamanussànam digunakan untuk menegaskan bahwa makhluk-makhluk yang berada di alam kehidupan yang baik dan yang dapat dibebaskan. Akan tetapi, Buddha juga memberikan petunjuk dan bimbingan yang sesuai bagi binatang sehingga mereka juga dapat memperoleh manfaat dan dengan demikian akan memperoleh bekal yang cukup untuk mencapai Magga-Phala dalam kehidupan berikut mereka. Komentar memberikan contoh Manduka Devaputta yang dikisahkan berikut.)


~RAPB 2, pp. 2308-2309~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(8) Buddha
« Reply #498 on: 19 July 2009, 03:34:58 PM »
Beliau disebut Buddha karena Ia mengetahui segala hal yang perlu diketahui.
Dalam pengertian lain, Beliau adalah Pengenal Kebenaran dan juga memperkenalkan Empat Kebenaran kepada makhluk-makhluk yang layak mengetahuinya. Karena itu Beliau disebut Buddha.

Perbedaan ciri mulia kedua Sammàsambuddha dan ciri mulia kedelapan, Buddha, terletak pada bahwa Buddha merujuk pada Empat Kebenaran sedangkan Sammàsambuddha merujuk pada kebijaksanaan yang mahatahu, Sabbannuta Nàna.

Akan tetapi, jika ciri mulia Buddha diartikan sebagai pengetahuan tertinggi yang sama dengan Sammàsambuddha, maka yang pertama merupakan aspek penembusan (Pativedha Nàna) dari kebijaksanaan Buddha sedangkan yang kedua merupakan aspek keterampilan (Desanà Nàna) dari kebijaksanaan Buddha dalam mencerahkan makhluk-makhluk lain.


~RAPB 2, p. 2312~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(9) Bhagavà
« Reply #499 on: 19 July 2009, 03:40:17 PM »
… Buddha disebut Bhagavà karena Beliau memiliki 6 kualitas mulia (yang tidak dimiliki oleh para siswa) yaitu:
(i) Issariya, (ii) Dhamma, (iii) Yasa, (iv) Siri, (v) Kàma, dan (vi) Payatta.

(i) Issariya: Keunggulan
Merupakan kekuatan dalam pembawaan Buddha yang halus yang mampu memperlakukan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya. Issariya tdd 2 jenis, Lokuttaracittissariya dan Lokicittissariya, kekuatan kehendak Lokuttara dan kekuatan kehendak Lokiya.

Sehubungan dengan kekuatan kehendak Lokuttara, Buddha memiliki kekuatan yang tidak tertandingi. Dalam memperlihatkan Keajaiban Ganda, untuk menciptakan aliran air dari bagian tertentu tubuh-Nya, ….
Demikian pula dalam hal kesadaran Lokuttara Arahatta-Phala, Buddha memiliki kekuatan kehendak yang tidak tertandingi. Berkat kekuatan ini, Beliau memasuki pencerapan Arahatta-Phala pada saat-saat yang tidak lazim, seperti pada sela waktu dalam menyampaikan suatu khotbah, saat di mana para pendengar akan mengucapkan “Sàdhu” (“Baik”). Sesungguhnya, tidak ada waktu yang terlalu singkat yang tidak digunakan oleh Buddha untuk berdiam di dalam pencerapan Arahatta-Phala (Baca Atthasalini Mulatikà). Demikianlah bagaimana Buddha memiliki pengendalian yang menakjubkan atas kekuatan kehendak dalam hal kesadaran Lokuttara.

Di dalam kitab, 8 keistimewaan kekuatan kehendak Lokiya dijelaskan secara umum.

(a) Animà: Buddha dapat mengubah wujud-Nya menjadi sekecil mungkin, bahkan hingga sekecil sebuah atom.
Ini adalah kekuatan yang Beliau pergunakan dalam menaklukkan Brahmà Baka, saat mereka mengadu kesaktian untuk menjadi tidak terlihat.

(b) Mahimà: Beliau dapat mengubah wujud-Nya menjadi sebesar mungkin, bahkan hingga sebesar Gunung Sineru (dalam berbagai ukuran hingga sebesar yang dapat menutupi seluruh alam semesta), dan masih terlihat proporsional dan agung.
Ini adalah kekuatan yang Beliau pergunakan untuk mengesankan raja asura (yang berpikir bahwa ia harus melihat ke bawah untuk menatap Buddha karena ukuran tubuhnya yang sangat besar).

(c) Laghimà: Beliau dapat melayang sesuai keinginan-Nya dan berjalan di angkasa berkat kekuatan ini yang menyebabkan tubuh-Nya menjadi sangat ringan, seringan batin-Nya (yang melayang).

(d) Patti: Beliau dapat melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh sesuai keinginan-Nya.
Orang-orang biasa yang tidak memiliki kekuatan ini tidak dapat melakukan perjalanan secara fisik ke tempat jauh secepat pikiran mereka. Buddha dapat pergi bahkan ke alam dewa dan brahmà dengan seketika.

(e) Pàkamma: Beliau dapat melakukan apa pun yang Beliau inginkan.
Di dalam 8 kelompok, Beliau bertekad agar terlihat sebagai salah satu dari mereka (misalnya, di antara para dewa di alam dewa, ia tampil sebagai dewa, dsb,) (Baca bab sebelumnya tentang wafatnya Buddha). Dalam membabarkan Dhamma kepada para penghuni alam semesta lain, Beliau mengubah wujud, suara, dll seperti raja-raja dari tempat-tempat itu.

(f) Isità: Mengatasi keinginan-keinginan makhluk-makhluk lain.
Semua rutinitas Buddha dilakukan melalui kekuatan ini, semua makhluk harus memenuhi keinginan Buddha.

(g) Vasità: Menguasai kekuatan batin dan pencerapan.
Ini adalah kekuatan yang digunakan untuk menjinakkan individu-individu yang berkuasa dan angkuh seperti Nàga Uruvela, mengatasi semua kekuatan mereka dalam segala hal seperti meniupkan api, asap, dll.

(h) Yatthamàvasàyità: Beliau memiliki pengendalian total atas pencerapan Jhàna dan dalam memperlihatkan kesaktian, mampu menghentikannya sesuai kehendak-Nya.
Ini adalah kekuatan yang digunakan dalam memperlihatkan Keajaiban Ganda api dan air yang memancar dari berbagai bagian tubuh-Nya dengan api berkobar dari bagian atas tubuh-Nya dan air mengalir dari bagian bawah tubuh-Nya, dan kemudian mendadak, selagi para hadirin memandang dengan takjub, mengobarkan api dari bagian bawah tubuh-Nya dan mengalirkan air dari bagian atas tubuh-Nya, dsb.

8 kekuatan di atas dari kehendak kesadaran Lokiya termasuk dalam pengetahuan Iddhividha Abhinnà yang mendukung pencapaian kekuatan batin. Buddha tidak tertandingi dalam pengetahuan ini.
8 kekuatan Lokiya dan penguasaan dalam kehendak Lokiya dan kehendak Lokuttara yang dijelaskan di atas disebut yang pertama dalam 6 kualitas agung, yaitu, Issariya, keunggulan.

(ii) Dhamma: Pengetahuan Atas 9 Faktor Lokuttara
Kualitas agung ini adalah pengetahuan Buddha dalam hal pencapaian-Nya yang istimewa atas 9 Faktor Lokuttara, yaitu, 4 Magga, 4 Phala dan Nibbàna, yang menghancurkan semua kotoran secara total sehingga tidak ada bekas yang samar-samar sekalipun yang diakibatkan karena kebiasaan masa lampau-Nya. Makna ini sangat jelas.

(iii) Yasa: Kemasyhuran dan Pengikut
Reputasi mulia yang mengelilingi Buddha bukanlah sekadar bualan kosong namun sungguh benar hingga yang sekecil-kecilnya, dan memang sepatutnya demikian. Reputasi Buddha adalah murni, tidak tercampur-aduk. Ada individu tertentu yang memiliki reputasi yang terkenal, mereka layak dengan reputasi itu, namun reputasi mereka tidak menembus 3 alam (manusia, dewa, dan brahmà).
Reputasi Buddha sedemikian sehingga mereka yang mencapai Penyerapan Tanpa Bentuk (Arupa Jhàna) dapat tetap berada di Alam Brahmà Tanpa Bentuk (Arupa Brahmà) dan merenungkan 9 ciri agung Buddha. Karena kemasyhuran Buddha mencapai hingga ke Alam Brahmà Tanpa Bentuk, tidak perlu lagi disebutkan bahwa kemasyhuran ini mencapai alam bentuk dan alam indria.

(iv) Siri: Kemegahan Kesempurnaan Jasmani
Kualitas agung kesempurnaan jasmani Buddha adalah sedemikian sehingga semua manusia, dewa, dan brahmà tidak puas-puasnya menatap penampilan-Nya yang agung tersebut. Karena Beliau memiliki 32 tanda-tanda manusia luar biasa serta 80 tanda-tanda kecil. Mereka yang datang untuk bertemu dengan Bhagavà terpaksa pergi hanya karena waktu tidak mengizinkan untuk tinggal lebih lama meskipun mereka masih belum memuaskan mata mereka memandang keagungan jasmani Bhagavà.

(v) Kàma: Kekuatan Pencapaian
Buddha telah mencapai semua yang ingin Beliau capai. Tujuan kokoh, usaha tekun yang mendasari kekuatan pencapaian ini, disebut kàma. Sejak masih sebagai Bodhisatta Sumedhà, Beliau menerima kepastian akan menjadi seorang Buddha pada masa depan dari Buddha Dipankara, Beliau memusatkan pikiran-Nya untuk menghantarkan banyak makhluk menuju Pembebasan.

“Semoga Aku tercerahkan dan semoga Aku mampu menghantarkan banyak makhluk menuju pencerahan.” (Buddho Bodheyyam)

“Semoga Aku terbebas dari lingkaran kelahiran, dan semoga Aku mampu menghantarkan banyak makhluk menuju keterbebasan.” (Mutto Moceyyam)

“Semoga Aku menyeberang ke pantai yang aman dan semoga Aku mampu menghantarkan banyak makhluk menuju seberang.” (Tinno Tàreyyam)


Hasrat yang penuh kesungguhan, tujuan yang kokoh, tidak pernah surut dari dalam diri Buddha. Karena tujuan itulah yang menghantarkan-Nya menuju pencapaian Pencerahan Sempurna melalui Magga-Phala, dan memenuhi hasrat-Nya yang penuh kesungguhan. Demikianlah Beliau mencapai Pencerahan Sempurna, terbebas dari lingkaran kelahiran, dan telah menyeberang ke pantai aman Nibbàna.

Ada banyak orang yang pernah memiliki keinginan untuk memperoleh kesejahteraan diri sendiri dan kesejahteraan makhluk-makhluk lain. Tetapi, begitu kesejahteraannya terpenuhi, mereka cenderung lupa akan kesejahteraan makhluk-makhluk lain, atau tidak mampu memenuhi keinginannya sehubungan dengan makhluk-makhluk lain. Buddha mencapai Kebuddhaan diperkuat dengan Pengetahuan Jalan dengan mengabdikan diri-Nya dalam tugas yang telah ditetapkan sejak awal yaitu membantu makhluk-makhluk lain. Usaha ini adalah penyebab utama dari pencapaian-Nya dalam membantu banyak makhluk agar dapat melihat Empat Kebenaran, membantu mereka menyeberang ke pantai aman Nibbàna. Oleh karena itu, hasrat yang penuh kesungguhan (adhigama chanda) yang bertanggung jawab atas pencapaian mulia dari misi Buddha baik bagi diri-Nya sendiri maupun makhluk-makhluk lain disebut kàma.

(vi) Payatta: Ketekunan
Payatta artinya adalah ketekunan yang tidak tertandingi. (Mempertimbangkan 5 rutinitas Buddha yang dilakukan setiap hari tanpa mengenal lelah.) Usaha-Nya yang tidak mengenal lelah dalam melaksanakan 5 rutinitas seorang Buddha meningkatkan cinta dan penghargaan terhadap dunia makhluk-makhluk hidup. Usaha Benar (Sammà Vàyama) yang membuat-Nya berhak menerima penghormatan hangat dari seluruh dunia makhluk-makhluk hidup adalah kualitas mulia Payatta.


~RAPB 2, pp. 2312-2319~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
6 Ciri Mulia Dhamma
« Reply #500 on: 29 July 2009, 08:17:36 AM »
Svàkkhàto Bhagavàtà Dhammo, Sanditthiko, Akàliko, Ehipassiko, Opaneyyiko, Pacattam Veditabbo Vinnuhi

(i) Dhamma yang terdiri dari Magga-Phala Nibbàna dan Pariyatti dijelaskan dengan sempurna, Svàkkhàto, karena:
(a) Baik pada permulaan, baik pada pertengahan, dan baik pada akhir dalam ucapan dari setiap kata-kata sesuai 6 peraturan tata bahasa dan 10 peraturan artikulasi bagi lidah orang-orang Magadha,
(b) dan (c) Karena menunjukkan Jalan Tengah yang menghindari 2 ekstrem, dan karena mengatasi kotoran dan secara total memadamkannya,
(d) karena menjelaskan sifat dari kekekalan, kestabilan, perdamaian, dan keabadian.

(ii) Dhamma, yaitu, Empat Magga, Empat Phala, dan, Nibbàna, adalah Sanditthiko
karena dilatih dan dicapai oleh para Ariya yang telah memadamkan kotoran, dan juga karena merupakan penghancur cepat bagi kotoran untuk mencapai kemenangan.

(iii) Dhamma, 9 Faktor Lokuttara, adalah Akàliko,
karena segera berbuah saat buah (Phala) dari Jalan (Magga) tersebut dapat dicapai tanpa penundaan.

(iv) Dhamma adalah Ehipassiko
karena jelas terlihat bagaikan bulan yang agung di langit yang bersih dan bebas dari kabut, asap, awan, dll, atau bagaikan permata Manohara yang ditemukan di Gunung Vepulla, mengundang semua makhluk untuk datang dan melihat sendiri.

(v) Dhamma adalah Opaneyyiko
karena Empat Magga bertindak sebagai rakit untuk menyeberang menuju Nibbàna yang aman sedangkan Phala dan Nibbàna melimpahkan tempat berlindung yang aman kepada para Ariya.

(vi) Dhamma adalah Paccattam Veditabbo
karena harus ditembus melalui usaha masing-masing individu yang bijaksana.


~RAPB 2, pp. 2326-2327~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(i) Svàkkhàta
« Reply #501 on: 05 August 2009, 01:02:04 PM »
Dalam sebuah khotbah, bagian pendahuluan membuatnya sempurna di awal, bagian kesimpulan membuatnya sempurna pada akhirnya. Dan bagian pertengahan dengan berbagai hal yang saling berhubungan membuatnya sempurna pada pertengahan.

(Dengan cara lain:) Dalam Suttanta dan Vinaya Pitaka, semua khotbah menyebutkan tempat terjadinya peristiwa tersebut (Sàvatthi, Ràjagaha, dll,) yang merupakan bagian yang sempurna pada awalnya.
Kesesuaian khotbah tersebut dengan kecenderungan para pendengar yang hadir dalam peristiwa tersebut, Kebenaran yang tidak terbantahkan yang terdapat dalam khotbah tersebut, inti dan penggambarannya membuat khotbah tersebut sempurna pada pertengahan.
Manfaat yang diperoleh oleh para pendengar melalui keyakinan mereka, dan kesimpulan yang tepat dari topik tersebut, membuat akhir yang sempurna.

Ajaran Buddha menuntut para siswa-Nya untuk mengambil 2 langkah:
langkah pertama adalah mendengarkan dengan penuh perhatian dan keyakinan,
dan langkah kedua adalah menjalani praktik Dhamma.
Jika dua langkah di atas telah dijalankan sesuai urutan dan latihan yang benar telah dilakukan, seorang siswa akan mencapai Arahatta-Phala. Oleh karena itu, dalam mendengarkan Dhamma, jika Anda memiliki tujuan tertinggi Arahatta-Phala, Anda akan mendapatkan pengetahuan mengenai apa yang telah didengar, Sutamaya Nàna yang muncul berulang-ulang yang dapat menyingkirkan rintangan batin.

Karena itu, memerhatikan Dhamma dengan sungguh-sungguh adalah yang baik pada awalnya. Jika Anda menjalani praktik Dhamma setelah mendengarkannya berulang-ulang, Anda akan menjadi tenang yang muncul bersama konsentrasi Samatha Sukha,

dan kemudian jika Anda melanjutkan dengan benar, Anda akan mencapai Pandangan Cerah terhadap fenomena yang akan memberikan kedamaian dan kepuasan Vipassanà Sukha. Dengan demikian, praktik Dhamma adalah yang baik pada pertengahan.

Karena praktik yang benar akan mengarah menuju Arahatta-Phala, hasil dari praktik ini adalah yang baik pada akhirnya. Demikianlah ajaran yang baik pada awalnya, baik pada pertengahan, dan baik pada akhirnya, dan oleh karena itu, disebut Svàkkhàto.


Lokuttara telah dibabarkan dengan sempurna dalam hal bahwa ini menuju Nibbàna melalui latihan Empat Jalan yang dinyatakan oleh Buddha sebagai berikut, “Ini adalah latihan benar, jalan menuju Nibbàna, dan ini adalah Nibbàna yang dapat dicapai melalui latihan ini.” (Demikianlah bagaimana Magga dan Nibbàna dibabarkan dengan sempurna.)

Dari ketiga aspek Lokuttara ini, yaitu, Magga dan Phala, Nibbàna,
Ariya Magga dibabarkan dengan sempurna dalam hal bahwa ia menghindari 2 ekstrem dan diarahkan di Jalan Tengah sebagai latihan yang benar.
Buah (Phala) dari Jalan (Magga), yaitu, Buah biasa yang dicapai oleh seorang Ariya, yang berjumlah empat, adalah faktor-faktor di mana tidak terdapat kotoran yang membakar.
Dan pengungkapan kebenaran ini bahwa, “Empat Phala adalah faktor-faktor di mana tidak terdapat kotoran yang membakar tersisa,” adalah ciri mulia dari pembabaran yang sempurna.
Nibbàna adalah kekal, abadi, unsur tidak berkondisi yang tertinggi dan Nibbàna ini yang dinyatakan oleh Buddha sebagai kekal, abadi, dst, adalah ciri mulia dari pembabaran yang sempurna. (Demikianlah bagaimana Magga-Phala Nibbàna, faktor-faktor Lokuttara dibabarkan dengan sempurna.
)


~RAPB 2, pp. 2327-2336~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline wiithink

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.630
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #502 on: 10 August 2009, 08:08:36 PM »
gw udah idup 22 tahun.. ndak tau tripitaka tuh yang mana dan gimana bentuknya

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #503 on: 11 August 2009, 02:10:34 PM »
Sis wiithink, kumpulan bukunya banyak.. bisa coba liat di link ini, ada gambarnya koq.. ;D

http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/theravada/digha-nikaya-khotbah-khotbah-panjang-sang-buddha
yg Digha Nikaya ini Nikaya pertama dari Sutta Pitaka, kalo mau bisa request ma ko hendra.
Tipitaka kan ada 3 bagian: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, Abhidhamma Pitaka. Jadi, bukunya banyak, ini cuman salah satu dari Sutta Pitaka aja.. ;)


http://dhammacitta.org/tipitaka/

http://www.indonesiatipitaka.net/
« Last Edit: 11 August 2009, 02:39:28 PM by Yumi »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(2) Sanditthiko
« Reply #504 on: 14 August 2009, 02:24:14 PM »
Ciri mulia ini hanya berhubungan dengan Lokuttara (kebenaran yang ditembus oleh Ariya).
Semua Ariya, apakah seorang Pemenang Arus, atau Yang Sekali Kembali, atau Yang Tak Kembali, setelah menghancurkan berbagai kotoran masing-masing sesuai statusnya, tidak lagi berurusan dengan hal-hal yang membahayakan diri sendiri atau membahayakan orang lain, atau membahayakan keduanya karena mereka tidak lagi memiliki kotoran seperti kemelekatan (ràga).
Oleh karena itu mereka tidak memiliki rasa sakit secara fisik. Karena kotoran telah padam, mereka juga bebas dari rasa sakit secara batin.
Dengan merenungkan kenyamanan batin dan jasmani ini, Ariya tersebut melihat bahwa kebebasannya dari kesulitan batin dan jasmani adalah karena tidak adanya kotoran seperti kemelekatan yang telah dihancurkan melalui Pengetahuan Jalan.
Ia mengetahuinya dari pengalaman pribadi dan bukan dari kabar angin.
Demikianlah Ariya Magga dapat dilihat oleh Ariya dengan pengalaman pribadinya sendiri, karena itu, Sanditthiko.


Penjelasan lain, seorang Ariya, melalui Magga Nàna (Pengetahuan Jalan) yang ia capai, mengalami Buah atau Phala Nàna, dan menembus Nibbàna.
Bagaikan seorang yang memiliki pandangan mata yang baik dapat melihat objek-objek yang terlihat,
demikian pula seorang Ariya, melalui Pengetahuan peninjauannya, Paccavekkhana, melihat Magga Nàna, Phala Nàna, dan Nibbàna.
Demikianlah seluruh 9 faktor dari Lokuttara dikatakan dapat dilihat oleh para Ariya melalui pengalaman mereka sendiri, karena itu disebut Sanditthiko.


~RAPB 2, pp. 2336-2337~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(3) Akàlika
« Reply #505 on: 13 October 2009, 11:49:06 PM »
Ciri mulia ini hanya berhubungan dengan Jalan Ariya. Merujuk pada arti akàlika yang dijelaskan di atas. Jalan Ariya berbuah segera, dan dengan demikian juga memberikan manfaat segera dan tidak habis-habisnya. Pertimbangkan kebajikan duniawi dan manfaatnya yang memerlukan waktu sehari atau paling sedikit beberapa jam untuk berbuah, meskipun pada jenis kebajikan yang berbuah saat ini.
Dengan Jalan Ariya Lokuttara, tidak demikian. Tidak ada selang waktu antara munculnya Magga Nàna dan buahnya, Phala Nàna. Pengetahuan Jalan menimbulkan Pengetahuan Buah seketika. Karena itu Magga Lokuttara berbuah tanpa penundaan, Akàliko.

Hal penting untuk diperhatikan sehubungan dengan ciri mulia ini adalah bahwa menurut Abhidhammà, dalam satu proses pikiran Magga, kesadaran Magga muncul hanya selama satu momen-pikiran, tidak sampai sekedipan mata sebelum kesadaran Phala muncul.
Seorang Ariya yang mencapai Magga adalah seorang “Pencapai-Magga” hanya selama satu momen-pikiran dan setelahnya ia adalah seorang ‘Pencapai-Phala” dengan seketika. Hal ini karena proses-pikiran dari munculnya Jalan dan Buahnya mengalir berturut-turut tanpa terputus.
Karena itu, terjemahan Myanmar menjelaskan proses itu bahwa Pencapai-Magga disebut “adik” dari Pencapai-Phala dalam pengertian teknis.


~RAPB 2, pp. 2337-2338~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(4) Ehipassiko
« Reply #506 on: 14 October 2009, 12:09:17 AM »
Sembilan faktor-faktor Lokuttara adalah hal-hal nyata dalam pengertian tertinggi. Ada di dalam kebenaran dan kenyataan. Indah karena murni, tidak tercemar oleh noda-noda batin. Layak diselidiki. “Datang, dan lihatlah sendiri, alamilah sendiri! Cobalah sendiri!” terlihat seperti mengundang.
Misalnya, jika Anda tidak memiliki sesuatu yang berharga di tangan yang dapat dipamerkan seperti sekeping emas atau perak, Anda tidak dapat mengundang orang lain, “Datang dan lihatlah apa ini.” Juga, jika Anda memiliki sesuatu yang menjijikkan di tangan Anda, seperti kotoran, Anda tidak akan mengundang orang lain untuk datang dan melihatnya. Sebaliknya, sesuatu yang menjijikkan dan kotor hanya akan disembunyikan dan tidak diperlihatkan.

Sembilan faktor-faktor Lokuttara adalah hal-hal nyata dalam pengertian tertinggi. Bagaikan bulan purnama di langit yang bersih, atau bagaikan sebutir batu delima besar yang diletakkan di atas kain beludru putih. Dhamma ini tidak bernoda, tidak berbintik, murni sempurna. Oleh karena itu layak diselidiki, layak dihargai. Mengundang semua orang untuk membuktikan sendiri kebenarannya, Ehipassiko.


~RAPB 2, pp. 2338-2339~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(5) Opaneyyiko
« Reply #507 on: 14 October 2009, 12:48:44 AM »
Kaum awam tidak memiliki pengalaman Lokuttara. Batin mereka tidak pernah mencapai Kesadaran-Magga dan Kesadaran-Phala. Oleh karena itu mereka tidak pernah menembus Nibbàna. Karena mereka tidak pernah mencapai Kesadaran-Magga dan Kesadaran-Phala dan tidak pernah menembus Nibbàna maka mereka berkubang tanpa akhir dalam lumpur lingkaran kelahiran yang penuh penderitaan.

Jika tingkat Lokuttara terendah sebagai Pemenang Arus tercapai, jika Kesadaran-Sotàpatti-Magga telah muncul dalam diri seseorang, sang yogi sebagai seorang Ariya telah menembus Nibbàna dengan jelas dan tanpa keliru bagaikan melihat sesuatu dengan mata kepalanya sendiri. Begitu penembusan ini dicapai, ia akan mengakhiri semua dukkha (yaitu, lingkaran kelahiran yang penuh penderitaan) dalam seluruh 7 kelahiran selanjutnya di alam yang berbahagia.

Dalam suatu kesempatan, Bhagavà meletakkan sedikit tanah di kuku jari-Nya (melalui kehendak-Nya) dan berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, manakah yang lebih banyak, tanah yang berada di kuku jari-Ku ini atau di bumi yang besar ini?”
Dan para bhikkhu menjawab, “Yang Mulia, tanah di kuku jari itu sangat sedikit, tanah di bumi ini jauh lebih banyak.”
“Demikianlah, para bhikkhu,” Bhagavà berkata, jumlah kelahiran yang dicegah kemunculannya oleh Sotàpatti-Magga oleh seorang siswa Ariya adalah bagaikan tanah di bumi ini, dan jumlah kelahiran yang akan muncul baginya sangat sedikit bagaikan tanah di kuku jari-Ku ini (hanya tujuh).

Demikianlah faktor-faktor Lokuttara yang berakibat memotong jalan yang harus dilalui oleh pengembara di dalam samsàra menjadi hanya sedikit kelahiran saja, dengan akibat yang tertinggi dalam bentuk kebebasan total dari samsàra, sesuai pencapaian dari masing-masing individu Ariya.

Demikianlah, seorang yang bajik yang berniat mengakhiri dukkha harus menetapkan tujuan mencapai Magga-Phala sebagai prioritas tertinggi. Bahkan jika kepala seseorang terbakar, pemadaman api bukanlah suatu hal yang mendesak jika dibandingkan dengan tujuan mencapai Pengetahuan Jalan karena api di kepala hanya menghancurkan kehidupan saat ini saja sedangkan api kotoran dalam diri dapat menyebabkan penderitaan tanpa akhir dalam samsàra.

Dhamma Lokuttara harus dilatih dengan tekun hingga Pengetahuan Jalan dan Buahnya tercapai. Nibbàna harus dijadikan sebagai objek batin dengan penuh ketekunan. Demikianlah Sembilan Faktor Lokuttara layak direnungkan dalam batin, Opaneyyiko.


~RAPB 2, pp. 2339-2340~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
(6) Paccattam Veditabbo
« Reply #508 on: 14 October 2009, 01:17:15 AM »
Dalam ciri mulia ini, 3 jenis Ariya harus dipahami, yaitu,
(i) Ugghatitannu, yang mencapai Magga-Phala setelah mendengarkan inti dari sebuah khotbah Dhamma,
(ii) Vipancitannu, seseorang yang menembus Magga-Phala setelah mendengarkan penjelasan dari Dhamma, dan
(iii) Neyya, seseorang yang setahap demi setahap memahami Kebenaran setelah menerima penjelasan yang terperinci dan bimbingan.

Seluruh tiga jenis ini, setelah mencapai Jalan, mengetahui, bahwa mereka telah menjalani Latihan Mulia, bahwa mereka telah mencapai Jalan, Buah, dan telah menembus Nibbàna melalui pengalaman mereka sendiri. Karena pembersihan kotoran harus dilakukan secara langsung oleh diri sendiri. Seorang siswa tidak mungkin mampu menghilangkan kotorannya melalui pencapaian Jalan yang dilakukan oleh gurunya. Ia juga tidak mungkin dapat berdiam dalam Buah melalui Buah yang dicapai oleh gurunya. Ia juga tidak mungkin menetapkan Nibbàna sebagai objek batinnya melalui gurunya yang menetapkan Nibbàna sebagai objek batin (guru)nya.
Hanya dengan pencapaian Magga oleh diri sendiri, seseorang dapat melenyapkan kotoran di dalam dirinya. Berdiam dalam Buah hanya mungkin jika seseorang telah mencapai Pengetahuan Buah oleh diri sendiri. Nibbàna juga demikian, suatu hal yang harus dialami langsung, dan bukan ditembus melalui pengalaman orang lain.

Demikianlah Sembilan Faktor Lokuttara jangan dianggap sebagai hiasan yang menghias orang-orang lain (dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri) tetapi merupakan milik para Ariya yang mampu menikmatinya. Karena faktor-faktor ini berhubungan dengan para bijaksana, maka faktor-faktor ini di luar jangkauan si dungu.
Demikianlah sembilan faktor-faktor Lokuttara ini adalah dimiliki para Ariya yang oleh diri sendiri dapat menembusnya dalam batin mereka dan menikmatinya, Paccattam Veditabbo.


~RAPB 2, pp. 2340-2341~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
9 Ciri Mulia Sangha
« Reply #509 on: 18 November 2009, 10:08:08 AM »
Suppatipanno Bhagavàto Sàvakasangho,
Ujuppatipanno Bhagavàto Sàvakasangho,
Nàyappatipanno Bhagavàto Sàvakasangho,
Sàmicippatipanno Bhagavàto Sàvakasangho.
Yadidam Cattàri Purisayugàni Atthapurisapuggalà Esa Bhagavàto Sàvakasangho
Ahuneyyo, Pàhuneyyo, Dakkhineyyo, Anjalikaraniyo,
Anuttaram Punnakhettam Lokassà.


(Kitab Pàli dari 9 ciri mulia Sangha) maknanya:
Komunitas para siswa Buddha, yaitu, 8 kelompok Ariya Sangha, menjalani latihan yang baik, Suppatipanno. (1)
Komunitas para Siswa Ariya Buddha memiliki kejujuran (Ujuppatipanno) karena mereka mengikuti Jalan Tengah yang lurus. (2)
Komunitas para Siswa Ariya Buddha berusaha untuk mencapai Nibbàna, Nàyappatipanno. (3)
Komunitas para Siswa Ariya Buddha menjalani latihan yang benar, karena merasa malu untuk melakukan kejahatan dan merasa jijik untuk melakukan perbuatan jahat, selalu penuh perhatian, dan mengendalikan segala tindakan mereka, bahkan lebih memilih mati daripada melanggar moralitas, Sàmicippatipanno. (4)

Para siswa Buddha, Ariya Sangha terdiri dari 8 kelompok makhluk dalam 4 pasang, individu-individu mulia:
- yang layak menerima persembahan yang dibawa dari jauh (Ahuneyyo) (5)
- yang layak menerima persembahan yang khusus dipersiapkan untuk tamu istimewa (Pàhuneyyo) (6)
- yang layak menerima persembahan yang diberikan demi Nibbàna, (Dakkhineyyo) (7)
- yang layak menerima penghormatan dari tiga alam (Anjalikaraniyo) (8]
- Lahan yang teramat subur untuk menanam benih jasa (Punnakhettam Lokassa) (9)


~RAPB 2, pp. 2344-2345~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~