Klo menurut saya lain lagi,
seseorang berbuat baik akan menerima karma baik pula,
seseorang berbuat jahat akan menerima karma jelek pula.
Menurut pendidikan buddhist,
Klo seseorang berbuat sesuatu itu akan menerima sendiri akibatnya, baik ataupun buruk.
dan karma perbuatan itu tidak bisa terjadi pada orang lain ataupun keturunan atau anaknya.
Dan ada pendapat dari kalangan Bhante kesohor demikian.
kalau seseorang banyak dan sering berbuat baik, sesuatu saat hukum alam akan memberikan dukungan support atas aksi tindakan baiknya. walaupun tanpa disadarinya sendiri ataupun tanpa memohon pertolongan dari Buddha ataupun mantra (pembacaan paritta), pertolongan otomatis ini datang tanpa bisa disadari seseorang dalam tindakan baiknya, bantuan dari alam ini tanpa disadari akan datang mendukungnya.
Dan berikut ini menurut pendapat saya sendiri :
Karena si ayah suka membunuh monyet atau berburung binatang, dan pada saat si istri nya lagi hamil, si suami masih tetap melakukan aksinya membunuh monyet, maka atas dasar asumsi seperti diatas ; tindakan buruk yg dilakukan suaminya akan mendapat suatu undangan hawa burut tanpa di inginkan oleh si suaminya, dan hawa buruk dari alam sekitar akibat dari tindakan buruknya sering membunuh monyet akan datang menghampiri dalam kehidupannya, dan kebetulan istrinya lagi hamil maka dampak buruk dari hawa negatif yang mendekati si suami akan kebetulan nyasar kedalam sifat kepribadian anaknya yang kelak akan tumbuh membesar.
dan lagian teori kemiripan masaknya akibat karma yg diterima dalam menempuh kehidupan saat ini (yg baik maupun yg buruk) akan sangatlah mirip dalam suatu keluarga, baik itu antara siayah dan sianak, maupun siibu dengan si anak, (similarity of karma cook grouping in earning this current life).
dengan adanya teori kemiripan masaknya karma dalam suatu keluarga, maka ada sedikit banyaknya mendukung penjelasan akan realita yang dihadapi oleh siayah akan kelahiran anak yg sedang dikandung si ibunya.
Dengan tanpa mengetahui penjelasan theoritis yang seksama, maka akan nampak bahwa seolah olah karma akibat banyak membunuh monyet oleh siayah ditanggung oleh sianaknya. Jadi penjelasan akan kondisi demikian adalah tidak rasional dan nampak tidaklah terlalu adil ditinjau dari segi buddhisme, dan tahayul ini sebenarnya diturunkan dari realita yang dibawakan oleh nenek moyang manusia. baik itu di cina maupun di negara kita indonesia.
Dengan banyak mempelajari buddhisme yang sebenarnya telah dituntun oleh Sang Guru Buddha Agung telah dilakukan sejak 2000 tahun yg lalu, dan kita sekarang hanya tinggal mempelajari dan memetik hasil yg baik dari latihan dan perbuatan yg kita terapkan sehari hari.