^
saya perjelas maksud saya.
sewaktu berkumpul dengan sahabat2, ada seorang sahabat yg meminta bantuan dana untuk seorang sahabat yg sedang bermasalah. semua orang pada saat itu mengeluarkan dompetnya untuk memberikan sumbangan untuk membantunya. akhirnya diri sendiri juga ikut mengeluarkan dompet.
berbagai alasan dibelakangnya timbul mulai dari sebuah penilaian org tsb tidak perlu dibantu, tidak enak jika tidak mengeluarkan dompet dihadapan sahabat2, sebuah ajaran yg mengajarkan bahwa menolong orang akan mendapatkan karma baik dimasa depan,... dll.
saya perjelas mengenai sebuah ajaran yg mengajarkan bahwa menolong orang akan mendapatkan karma baik.
sebuah opini/gambaran terbentuk bahwa menolong orang akan mendapatkan karma baik, tetapi melupakan seharusnya dilandasi dengan sebuah ketulusan.
pada akhirnya sebuah tindakan membantu orang tsb, dilandasi dengan ingin mendapatkan karma baik yg bisa dikatakan sebuah keterpaksaan agar mendapatkan karma baik.
IMO, kalimat "Bila hatimu gelap apa gunanya memasang lampu? Bila hatimu tidak adil apa gunanya Liam Keng" lebih ditujukan untuk mengkritisi.
contohnya bagi orang2 yg sering mengatakan seperti: "kita membantu org akan mendapatkan karma baik".
sebuah kritikan agar tidak melupakan bahwa menolong orang sesungguhnya tidak dilandasi agar mendapatkan karma baik, tetapi dilandasi agar orang lain bisa bahagia/keluar dari masalahnya.
sebuah tindakan yg dilakukan secara terus menerus-pun, suatu saat orang tsb mungkin bisa menyadari sehingga yg tadinya dilandasi dengan harapan mendapatkan karma baik, berubah menjadi agar orang lain bisa bahagia. tetapi mungkin juga tidak, "kritikan" ini yg mungkin bisa menyadarkan.
kalimat ini juga bisa untuk mengkritisi hal lainnya, salah satu contohnya meditasi.
serupa tapi sedikit berbeda dengan kisah Bodhidharma yg menggosok2 batu/kayu.
kira2 begitu..