//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Marketing dan Buddhimse ?  (Read 4657 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Marketing dan Buddhimse ?
« on: 08 April 2012, 05:17:36 PM »
Namo Buddhaya,

Setelah sekian lama tak pernah berkunjung ke website dhammacitta, akhirnya datang juga...haha...Saya ingin bertanya soal perkembangan ajaran Buddha dewasa ini.Mungkin seperti yang telah kita ketahui bersama, antusias umat awam buddhisme atau sebagain masyarakat awam [ Buddhist KTP ] terhadap "Bhikkhu2" yang "diisukan" memiliki "ini" dan "itu" atau sederhananya terhadap "Bhikkhu" yang "populer" dan "terkenal" sangat besar..

Oleh karena itu, tentunya sebagai umat Buddhisme kita merasa berbangga melihat perkembangan ajaran Buddha yang semakin maju, tetapi apakah seperti itu ?

Saya melihat dewasa ini banyak sekali terjadi "marketing Buddhisme" dengan "dalih" untuk "pembiayaan operasional", hal ini tidak hanya dilakukan oleh "oknum organisasi yang ada" bahkan di dukung dan dilakukan oleh "oknum Bhikkhu" juga..

Apakah Buddha pernah mengajarkan bagaimana cara menyebarkan agama Buddha [Apakah dalam hal ini "marketing" untuk menarik "customer" untuk menghasilkan "pundi2" uang atau ?]

 _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #1 on: 08 April 2012, 05:39:50 PM »
ya ini memang fenomena yg memprihatinkan bagi Buddhisme Indonesia, Dhamma dan Sangha sudah menjadi komoditi bisnis yg sangat menguntungkan (Buddha tidak termasuk, kecuali dalam bentuk patungnya). saya meragukan bahwa fenomena ini bertujuan untuk me"marketing"kan Buddhisme, tapi lebih ke arah komersialisasi Buddhisme.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #2 on: 08 April 2012, 05:46:51 PM »
Apakah "memarketingkan" dengan cara tersebut dianggap "tidak tepat" menurut Ajaran Buddhisme, atau sebaliknya ?

Banyak yang berkata, dengan lagu-lagu ajaran Buddhisme lebih mudah dimengerti, dengan berceramah sambil bercanda ajaran Buddhisme lebih mudah diserap, dengan adanya memarketing dengan cara-cara dana, itu membantu perkembangan Buddhisme dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berdana ?

Lantas apakah Buddha pernah berkhotbah didalam Sutta tentang "cara" penyebaran Ajaran ini?Seperti yang kita ketahui setelah Sangha terbentuk Buddha pernah mengutus kalau tidak salah 60 Arahatnya untuk menyebarkan Ajaran Buddha, masing-masing berjalan di arah yang berbeda.. ?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #3 on: 08 April 2012, 05:53:06 PM »
ini akan menjadi topik kontroversial, dan bagi yg Kontra pada cara2 marketing ini akan mengatakan bahwa hal ini tentu saja tidak sesuai dengan Buddhisme, tetapi bagi yg Pro akan berdalih bahwa zaman sudah berubah, dan karenanya Buddhisme harus menyesuaikan diri.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #4 on: 08 April 2012, 06:03:35 PM »
di halaman FB Group DC, bahkan salah satu member menuliskan sbb:

Quote
Bulan depan kita akan merayakan Hari Raya Waisak, ada rencana dari satu vihara Besar untuk merayakan Waisak bagi anak2 Buddhis di suatu Mall terkenal, Biaya yg di butuhkan sebesar Rp. 160 Juta, perincian seperti sewa tempat, MURI dll. Biaya yg dibutuhkan untuk mendapat rekor dari MURI saja sampai puluhan juta. Mengapa hanya ingin mendapat rekor MURI saja kita rela menghambur-hamburkan uang ? Apakah perayaan Waisak di Mall tidak bisa di lakukan secara sederhana tanpa melibatkan orang MURI ? koq kesannya seperti keluar uang puluhan juga gak apa2 deh, yang penting kan gengsinya itu loh tercatat di MURI.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #5 on: 08 April 2012, 07:49:28 PM »

semoga kacang tidak lupa pada kulitnya
topiknya rameh yah, om... 

ini akan menjadi topik kontroversial, dan bagi yg Kontra pada cara2 marketing ini akan mengatakan bahwa hal ini tentu saja tidak sesuai dengan Buddhisme, tetapi bagi yg Pro akan berdalih bahwa zaman sudah berubah, dan karenanya Buddhisme harus menyesuaikan diri.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #6 on: 09 April 2012, 05:30:09 AM »

Apakah Buddha pernah mengajarkan bagaimana cara menyebarkan agama Buddha [Apakah dalam hal ini "marketing" untuk menarik "customer" untuk menghasilkan "pundi2" uang atau ?]

 _/\_

sudah pasti Buddha Gotama tidak pernah mengajar hal 'marketing' diatas.

dari Sutta yang pernah dibaca, Buddha Gotama malah memuji bagi yang praktek kehidupan suci (menjadi Bhikkhu/Samana).

kita tahu para umat awam berbuat kebajikan dengan motif 'bermacam2', dari motif mencari popularitas sampai prestise.
Nah motif2 ini yang digunakan oleh para 'oknum' utk meraih keuntungan.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #7 on: 09 April 2012, 05:48:01 AM »
inilah cara kerja umat2 Buddhis Indo termasuk latah, demi popularitas mengikuti tren dengan mengadakan event hari raya di mal dan tempat2 mahal. Karena inilah yang mengarahkan generasi Buddhis ke arah pencarian 'popularitas & prestise' bukan ke perenungan Dhamma sejati.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #8 on: 09 April 2012, 09:14:59 AM »
ya begitulah,

katanya, jaman telah berubah..

tapi bukankah dhamma tidak pernah berubah oleh waktu?

katanya, bukan merubah dhamma. kita hanya membungkus menjadi menarik. dhammanya tetap sama donk..

kenapa harus begitu?

katanya, orang jaman sekarang suka akan popularitas & prestise & hingar bingar, nah kita beri mereka ini sebagai bungkus 'dhamma'. lhaaa kan tujuannya baik toh?

apa cara sederhana mengecilkan arti dhamma itu sendiri sampai harus memakai cara yang mentereng?

katanya, tidak. bukan begitu. sudah disampaikan bahwa kita harus mengikuti perkembangan jaman. dan tau tidak? kemajuan jaman ini telah membantu memudahkan kita mengembangkan buddha dhamma. kita hanya butuh bungkus yang gemerlap karena ini sesuai dengan jaman ini. sekali lagi, kita kan bertujuan baik...
mau diteruskan diskusinya?


gak ah, capek...

Offline Choa

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 412
  • Reputasi: -12
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #9 on: 09 April 2012, 01:16:10 PM »
di luar dua kontroversi di atas

semoga manusia dapat kesempatan mendengarkan dhamma
walau hanya dapat mengenal sebuah kata "Buddha"

maka dhamma belum hilang dari masa ini, walaupun konsekwensinya
memudar dengan 5 tanda

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #10 on: 09 April 2012, 01:57:23 PM »
di luar dua kontroversi di atas

semoga manusia dapat kesempatan mendengarkan dhamma
walau hanya dapat mengenal sebuah kata "Buddha"

maka dhamma belum hilang dari masa ini, walaupun konsekwensinya
memudar dengan 5 tanda

apa saja 5 tanda itu?

Offline Rudy_Thong

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #11 on: 09 April 2012, 02:08:10 PM »
IMHO, buddhisme kental dengan budaya kesederhanaan dan kesadaran untuk mencari kebenaran, buddhisme tidak membutuhkan promosi agar orang lain tahu dan mengikuti jalan dhamma karena dhamma itu sendiri adalah kebenaran.

Di sisi lain, kebutuhan aktualisasi diri manusia semakin tinggi, bahasa kerennya, jaman sekarang, diagram segitiga Maslow itu sudah terbalik bentuknya. Media-media sosial sudah mulai menjamur. Dulu orang-orang menyimpan diarinya rapat-rapat, jaman sekarang semua orang membuka diarinya di internet (blog).

Saya pribadi tidak setuju dengan acara-acara yang terkesan buang-buang orang, namun adalah kenyataan bahwa pemuda-pemudi Buddhist itu butuh aktualisasi diri. Jika kita ambil jalan tengahnya, salah satunya ya dengan menggiatkan komunitas online, seperti di forum Dhammacitta ini  8)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #12 on: 09 April 2012, 06:26:26 PM »
Menarik, ini hanya sekedar pendapat pribadi dari saya terlepas dari kontrovensi yang ada, jujur saja saya sangat heran ketika bahkan seorang "oknum Bhikkhu Theravada" juga mengajarkan hal yang serupa, sungguh membuat saya kecewa, tetapi kekecewaan itu tidak pernah saya utarakan kepada Oknum Bhikkhu yang bersangkutan, karena bagi saya tentu saja itu tidak bermanfaat baik bagi diri saya sendiri maupun bagi sang oknum bhikkhu..

Ini mengherankan, karena dimana jumlah bhikkhu theravada di kota asal tempat saya tinggal yang sedikit, malah belum menemukan yang bisa berjalan sesuai dengan jalan yang ditapaki oleh para Ariya..

sedikit menyentil soal "lagu buddhisme" sesungguhnya bahkan parrita-paritta suci juga dijadikan lagu, tentu saja ketika saya bertanya kepada Bhikkhu ybs secara langsung, Bhikkhu tersebut menjawab,"sama seperti anda mendengarkan lagu inggris, atau bahasa yang tidak kamu mengerti, kamu memahaminya tetapi kamu tidak mengerti" [secara simple yang dimaksud bahwa parritta yang "dilagukan" bisa menenangkan diri kita, ya jujur saja dari pribadi saya sendiri memang mendengar "lagu" buddhisme yang di ambil dari parritta memang menenangkan dan menyenangkan, tetapi apakah ini sudah benar ?apakah ini jalan yang benar ?]

Banyak yang mengatakan bahwa Buddhisme di Indonesia dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, tetapi bagi saya malah tampak sepertinya ajaran Buddha sedang menuju keterperosotan yang makin besar dan jauh.

Di vihara-vihara theravada yang tersebar di daerah asal saya, kita dapat melihat bahwa di ruangan-ruangan Bhaktisala penuh dengan telinga yang memperhatikan Dhamma, tetapi sayang mereka memperhatikannya dengan cara yang tidak tepat, bahkan bukan hanya umat awam saja, anggota Bhikkhu yang senior pun seperti itu, jadi bagi saya umat Buddhisme dewasa ini malah hanya dituntun ke dalam khayalan yang lebih besar !

Kita sering kali melantukan berbagai sutta seperti Bojjhanga sutta, Dhammacakkappavattana Sutta, Anattalakkhanasutta, Mangala Sutta, Karinaya Metta Sutta, dan sebagainya untuk menghindari hal-hal yang buruk, untuk mendambakan kesejahteraan dan ketenangan, tetapi akhirnya sutta-sutta ini hanya berakhir menjadi suatu bentuk upacara, yang tentu saja menjadikan diri kita semakin melekat bukan terbebaskan !semakin bodoh bukan semakin bijak !

Semua ini terjadi karena banyak yang melantunkan sutta/paritta berdasarkan untuk menangkal penyakit, kemalangan, dan sebagainya !Sesungguhnya Buddha tidak pernah mengajarkan ketergantungan dan kemelekatan ![Buddha malah memerangi kemelekatan !Apapun yang dilekati adalah DUKKHA !Apapun yang masih tersisa adalah ketidaksucian !bahkan untuk seorang anagami sekalipun !], Buddha mengajarkan secara jelas ajaranNya kepada kita, tetapi pada akhirnya kita menjadi lebih sok tahu dan malah mengalunkan sutta/paritta tersebut untuk menambah khayalan kita ....

Semua umat Buddhisme seperti sedang diperdaya, dibodohi ! Kita diajarkan oleh Buddha melantunkan sutta/paritta untuk memotong kemelekatan kita bukan untuk memperbanyak/memperluas kemelekatan kita, tetapi malah kita lebih sering kali melantunkan sutta/paritta hanya untuk memenuhi pengharapan kita !Ini semua merupakan delusi !kebohongan !Semua orang hanya dibohongi!Setiap dari mereka yang mengalukan paritta/sutta hanya untuk memenuhi pengharapan mereka hanya seperti orang yang berkhayal !

Kita semua berpikir bagaimana caranya menghindari penderitaan, tetapi kita tidak pernah berlatih, kita tidak pernah berusaha untuk memahami arti dari sutta/paritta, lalu dimanakah penderitaan akan berakhir dengan begitu ?

Orang yang memahami hal ini akan mengetahui bahwa praktek ajaran Buddha yang sebenarnya hampir berlawanan dengan yang dikerjakan oleh orang "pada umumnya", kedua kelompok ini hampir tidak bisa saling memahami..[secara sederhananya menurut saya bahwa memarketing Buddhisme seperti ajaran agama lain adalah tidak tepat, mencemarkan Buddhisme secara tidak langsung !], bagaimana orang-orang yang berkelakuan seperti itu bisa mengatasi penderitaan ?

Walau mereka memiliki sutta/paritta untuk dapat menyadari kebenaran, tetapi mereka malah menggunakannya untuk memperbesar khayalan mereka ! Mereka sesungguhnya telah membelakangi jalan yang benar !

Jika kita meneliti persoalan ini, kita akan mengetahui bahwa kebanyakan dari mereka malah semakin tersesat, tetapi kita tidak bisa memberitahukannya kepada mereka disebabkan segala sesuatu telah dirubah dan diaminkan menjadi sebuah bentuk ritual/upacara, kebanyakan dari mereka senang untuk membacakan paritta, tetapi sayang mereka membacakannya dengan avijja bukan dengan kebijaksanaan...

Mereka mengatakan bahwa mereka mengajarkan orang menjadi lebih memahami Dhamma, lebih mengerti Dhamma, lebih pinter tentang Dhamma, tetapi sesungguhnya mereka hanya jika kita melihat dari segi kebenaran maka sesungguhnya apa yang mereka ajarankan kepada orang hanya untuk membuat orang-orang tersebut menjadi lebih tersesat dan terikat pada khayalan !
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #13 on: 09 April 2012, 06:32:17 PM »
^ well said, Ricky!

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Marketing dan Buddhimse ?
« Reply #14 on: 09 April 2012, 07:52:04 PM »
ya begitulah,

katanya, jaman telah berubah..

tapi bukankah dhamma tidak pernah berubah oleh waktu?

katanya, bukan merubah dhamma. kita hanya membungkus menjadi menarik. dhammanya tetap sama donk..

kenapa harus begitu?

katanya, orang jaman sekarang suka akan popularitas & prestise & hingar bingar, nah kita beri mereka ini sebagai bungkus 'dhamma'. lhaaa kan tujuannya baik toh?

apa cara sederhana mengecilkan arti dhamma itu sendiri sampai harus memakai cara yang mentereng?

katanya, tidak. bukan begitu. sudah disampaikan bahwa kita harus mengikuti perkembangan jaman. dan tau tidak? kemajuan jaman ini telah membantu memudahkan kita mengembangkan buddha dhamma. kita hanya butuh bungkus yang gemerlap karena ini sesuai dengan jaman ini. sekali lagi, kita kan bertujuan baik...
mau diteruskan diskusinya?


gak ah, capek...

tujuan baik belum tentu Benar,
caranya Benar pasti hasilnya Baik
itulah Kebenaran
« Last Edit: 09 April 2012, 07:56:25 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.