//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS  (Read 323682 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #720 on: 09 May 2011, 05:35:28 PM »
Soal kepustakaan Tipitaka dan Atthakattha, saya tidak hafal, Bro. Saya jawab secara fair saja kalau saya tidak bisa meng-quote referensinya.

Kisah SIRIMA yang pertama...

----
Kisah Uttara Seorang Umat Awam

Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerapan mental yang dalam (nirodha sampatti). Sebagai akibat dari perbuatan baik itu, mereka mendadak menjadi kaya. Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.

Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian Uttara, putri Punna menikah dengan anak Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya. Iapun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa ayah mengurung saya di kandang ini ? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu."

Punna menjadi menyesal dan ia segera memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat ijin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya ditetapkan bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.

Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu. Pada hari ke lima belas, saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia. Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia selalu menyibukkan diri dengan upacara pemberian dana."

Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri pengganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil sesendok besar mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirimalah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.

Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, iapun berseru, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku."

Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.

Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya. Uttarapun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu." Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.

Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan 'ayahku', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud 'ayahku' adalah Sang Buddha, yang telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, kebenaran sejati."

Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara. Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.

Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya."

Lalu Sang Buddha berkata "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 223 berikut :

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir


=================

Kisah Sirima yang ke-2

Saat itu di Rajagaha tinggal seorang pelacur yang sangat cantik bernama Sirima. Setiap hari Sirima Berdana makanan kepada delapan bhikkhu. Suatu ketika, salah seorang dari bhikkhu-bhikkhu itu mengatakan kepada bhikkhu lain batapa cantiknya Sirima dan setiap hari ia mempersembahkan dana makanan kepada para bhikkhu.

Mendengar hal ini, seorang bhikkhu muda langsung jatuh cinta pada Sirima meskipin belum pernah melihat Sirima. Hari berikutnya bhikkhu muda itu bersama dengan para bhikkhu yang lain pergi ke rumah Sirima untuk menerima dana makanan, pada hari itu Sirima sedang sakit. Tetapi karena Sirima ingin berdana makanan maka ia menerima kehadiran para bhikkhu.

Begitu bhikkhu muda tersebut melihat Sirima lalu bhikkhu muda berpikir, “Meskipun ia
sedang sakit, ia sangat cantik!”. Bhikkhu muda tersebut memiliki hawa nafsu yang kuat
terhadapnya.

Larut malam itu, Sirima meninggal dunia. Raja Bimbisara pergi menghadap Sang Buddha dan memberitahukan bahwa Sirima, saudara perempuan Jivika, telah meninggal dunia. Sang Buddha menyuruh Raja Bimbisara membawa jenazah Sirima ke kuburan dan menyimpannya di sana selama 3 hari tanpa dikubur, tetapi hendaknya dilindungi dari burung gagak dan buruk hering.

Raja melakukan perintah Sang Buddha. Pada hari keempat jenazah Sirima yang cantik
sudah tidak cantik dan menarik. Jenazah itu mulai membengkak dan mengeluarkan cairan dari enam lubang.

Hari itu Sang Buddha bersama para bhikkhu pergi kekuburan untuk melihat jenazah Sirima. Raja Bimbisara dan pengawal kerajaan juga pergi ke kuburan untuk melihat jenazah Sirima.

Bhikkhu muda yang telah tergila-gila kepada Sirima tidak mengetahui bahwa Sirima telah meninggal dunia Sirima. Ketika ia mengetahui perihal itu dari Sang Buddha dan para bhikkhu yang pergi melihat jenazah Sirima, maka ia pun turut serta bersama mereka. Setelah mereka tiba di makam, Sang Buddha, para bhikkhu, raja, dan pengawalnya mengelilingi jenazah Sirima.

Kemudian Sang Buddha meminta kepada Raja Bimbisara untuk mengumumkan kepada penduduk yang hadir, siapa yng menginginkan tubuh Sirima satu malam boleh membayar 1.000 tail, akan tetapi tak seorang pun yang bersedia mengambilnya dengan membayar seharga 1.000 tail kemudian tawaran diturunkan menjadi 500, 250, 100 , 25 atau dengan cuma-cuma.

Kemudian Sang Buddha berkata, “Para bhikkhu, lihat Sirima! Ketika ia masih hidup,
banyak sekali orang yang ingin membayar seribu tail untuk menghabiskan satu malam
bersamanya, tetapi sekarang tak seorangpun yang ingin mengambil tubuhnya walau dengan cuma-cuma. Tubuh manusia sesungguhnya subjek dari kelapukan dan kehancuran.”

Bhikkhu muda itu kemudian mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah kotbah dhamma itu berakhir.

Pandanglah tubuh yang indah ini, penuh luka terdiri dari rangkaian tulang,berpenyakit serta memerlukan banyak perawatan. Ia tidak kekal serta tidak tetap adanya.

(Dhammapada 147)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #721 on: 09 May 2011, 05:39:42 PM »
Kisah Kehidupan Lampau Theri Ambhapali -- yang berkaitan dengan kelahiran sebagai pelacur...

Pada waktu jaman Buddha Sikhi, Ambhapali terlahir dan menjadi seorang bikkhuni. Suatu malam jalan2 mengelilingi sebuah pagoda. Tiba2 dia menginjak dahak ludah seseorang dan dia spontan berkata, "Pelacur manakah yg meludah ini?". Dia gak tau bhw yg meludah adl seorg arahat tua, yg secara tak sengaja mengeluarkan dahaknya pas bersin.

Walau pun tak ada seorang pun yg memperhatikan ucapannya ini ternyata berdampak menjadi sebuah perbuatan karma buruk yg serius. Akibat perkataannya ini, ia terlahir di neraka selama beribu2 tahun dan menjalani 10.000 kehidupan sebagai pelacur.

---
Jika pelacur merupakan pekerjaan yang mulia, terhormat dan tidak tercela, apakah Ambhapali dapat dikatakan memetik buah kamma buruk akibat mengumpat seorang ARAHAT ? dan setidaknya jika pada SAAT JAMAN BUDDHA SIKKHI TERSEBUT profesi pelacur itu profesi terhormat, JADI MENGHERANKAN bahwa Seorang Ambhapali (pada waktu itu) MEMAKI ORANG dengan istilah profesi terhormat. ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #722 on: 09 May 2011, 05:39:54 PM »
[at] Bro dilbert

Saya lihat ini ada dua orang bernama Sirima di sini. Sama seperti ada kisah lain dimana ada dua orang bernama Bahiya, dua (atau tiga orang di Tipitaka) bernama Upali, beberapa orang dengan nama panggilan Kassapa, dan sebagainya. Saya sendiri tidak ingat jelas apakah Kisah Sirima ini yang dikatakan sebagai "Sotapanna berprofesi sebagai pelacur". Tapi jika dua kisah di atas yang menjadi referensi, di sana memang tidak dijelaskan bahwa Sirima adalah Sotapanna yang tetap menjadi pelacur.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #723 on: 09 May 2011, 05:42:59 PM »
dari cerita diatas, tidak ada satupun yang menjelaskan bahwa pekerjaan pelacur itu tercela, dan sang buddha pun tidak mengatakan jika pelacur itu tercela.  _/\_

jadi bagaimana kita harus mengambil sikap, apakah menganggap profesi pelacur itu tercela atau tidak?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #724 on: 09 May 2011, 05:44:02 PM »
Kisah Kehidupan Lampau Theri Ambhapali -- yang berkaitan dengan kelahiran sebagai pelacur...

Pada waktu jaman Buddha Sikhi, Ambhapali terlahir dan menjadi seorang bikkhuni. Suatu malam jalan2 mengelilingi sebuah pagoda. Tiba2 dia menginjak dahak ludah seseorang dan dia spontan berkata, "Pelacur manakah yg meludah ini?". Dia gak tau bhw yg meludah adl seorg arahat tua, yg secara tak sengaja mengeluarkan dahaknya pas bersin.

Walau pun tak ada seorang pun yg memperhatikan ucapannya ini ternyata berdampak menjadi sebuah perbuatan karma buruk yg serius. Akibat perkataannya ini, ia terlahir di neraka selama beribu2 tahun dan menjalani 10.000 kehidupan sebagai pelacur.

---
Jika pelacur merupakan pekerjaan yang mulia, terhormat dan tidak tercela, apakah Ambhapali dapat dikatakan memetik buah kamma buruk akibat mengumpat seorang ARAHAT ? dan setidaknya jika pada SAAT JAMAN BUDDHA SIKKHI TERSEBUT profesi pelacur itu profesi terhormat, JADI MENGHERANKAN bahwa Seorang Ambhapali (pada waktu itu) MEMAKI ORANG dengan istilah profesi terhormat. ?

Saya tidak setuju jika dikatakan bahwa profesi pelacur adalah profesi yang terhormat di zaman Sang Buddha. Selama ini saya melihat bahwa profesi pelacur tidak ubahnya seperti profesi lain (mis: pekerja kasar) di India. Profesi pelacur masih dianggap rendah oleh masyarakat India pada waktu itu, karena masyarakat India hidup di bawah bayang-bayang kasta. Tidak ada orang dari kasta Brahmana atau Khattiya yang berprofesi sebagai pelacur.

Namun di satu sisi, profesi pelacur tidak pernah dicela Sang Buddha. Bahkan beberapa profesi lain yang dianggap tercela oleh sebagian umat Buddha malah ada yang dipuji Sang Buddha.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #725 on: 09 May 2011, 05:47:11 PM »
[at] Bro dilbert

Saya lihat ini ada dua orang bernama Sirima di sini. Sama seperti ada kisah lain dimana ada dua orang bernama Bahiya, dua (atau tiga orang di Tipitaka) bernama Upali, beberapa orang dengan nama panggilan Kassapa, dan sebagainya. Saya sendiri tidak ingat jelas apakah Kisah Sirima ini yang dikatakan sebagai "Sotapanna berprofesi sebagai pelacur". Tapi jika dua kisah di atas yang menjadi referensi, di sana memang tidak dijelaskan bahwa Sirima adalah Sotapanna yang tetap menjadi pelacur.

Kalau saya melihat, mungkin pada terjemahan atau esensi penulisan yang berbeda gaya-nya... Saya walaupun tidak melakukan studi mendalam apakah kedua SIRIMA di kisah Atthakatha itu sama, tetapi feeling saya mengatakan kedua SIRIMA itu adalah orang yang sama...
Hanya saja, gaya penulisan di kisah kedua menjadi sedikit berbeda ketika penegasan SIRIMA sebagai pelacur di kisah kedua hanya untuk menegaskan saja SIRIMA pernah menjadi seorang pelacur. tetapi sudah tidak menjalani profesi-nya sebagai seorang pelacur.

Sedangkan di kisah pertama, detail cerita lebih lengkap, sehingga memang bisa dipastikan SIRIMA pada kisah pertama melakukan profesi sebagai seorang PELACUR yang bahkan bisa menggantikan peran seorang istri (Uttara).

Kalau "telaah" saya, di kisah ke-2, Sirima Sang Sotapanna adalah mantan pelacur yang sudah meninggalkan profesi pelacur-nya. CMIIW...

Bukan saya ngotot mengatakan bahwa Sirima di kisah ke-dua sudah "mantan" pelacur, tetapi logis pikiran saya masih belum bisa "jalan" bahkan pada seorang sotapanna yang sudah dikonfirmasi oleh seorang sammasambuddha masih melakukan pekerjaan seperti itu. TETAPI BISA SAJA SAYA SALAH.

Mungkin ada analisa dari rekan rekan yang lain... Sekali lagi, saya tendensi-nya tidak untuk ngotot mengatakan bahwa seorang sotapanna tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai pelacur...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #726 on: 09 May 2011, 05:47:56 PM »
Kisah Kehidupan Lampau Theri Ambhapali -- yang berkaitan dengan kelahiran sebagai pelacur...

Pada waktu jaman Buddha Sikhi, Ambhapali terlahir dan menjadi seorang bikkhuni. Suatu malam jalan2 mengelilingi sebuah pagoda. Tiba2 dia menginjak dahak ludah seseorang dan dia spontan berkata, "Pelacur manakah yg meludah ini?". Dia gak tau bhw yg meludah adl seorg arahat tua, yg secara tak sengaja mengeluarkan dahaknya pas bersin.

Walau pun tak ada seorang pun yg memperhatikan ucapannya ini ternyata berdampak menjadi sebuah perbuatan karma buruk yg serius. Akibat perkataannya ini, ia terlahir di neraka selama beribu2 tahun dan menjalani 10.000 kehidupan sebagai pelacur.

---
Jika pelacur merupakan pekerjaan yang mulia, terhormat dan tidak tercela, apakah Ambhapali dapat dikatakan memetik buah kamma buruk akibat mengumpat seorang ARAHAT ? dan setidaknya jika pada SAAT JAMAN BUDDHA SIKKHI TERSEBUT profesi pelacur itu profesi terhormat, JADI MENGHERANKAN bahwa Seorang Ambhapali (pada waktu itu) MEMAKI ORANG dengan istilah profesi terhormat. ?

apakah pelacur adalah profesi yg hina atau mulia tidak dapat ditentukan dari konteks di atas. jika dikaitkan dengan seorang bhikkhuni tentu saja profesi pelacur adalah hina sehina2nya.

dalam suatu perdebatan antara dua orang petapa, salah satunya mengucapkan kutukan, "semoga engkau memiliki keturunan sebanyak pasir di pantai.", bagi orang awam, kata2 itu adalah blessing, dan kita akan gembira mendengarkan blessing tersebut. tapi berbeda bagi para petapa karena petapa tidak menikah dan menjalani hidup selibat, memiliki keturunan 1 saja sudah merupakan bukti kejatuhan apalah keturunan sebanyak pasir di pantai.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #727 on: 09 May 2011, 05:48:41 PM »
dari cerita diatas, tidak ada satupun yang menjelaskan bahwa pekerjaan pelacur itu tercela, dan sang buddha pun tidak mengatakan jika pelacur itu tercela.  _/\_

jadi bagaimana kita harus mengambil sikap, apakah menganggap profesi pelacur itu tercela atau tidak?

Kisah Sirima memang lebih kuat "aroma" untuk menjustifikasi profesi pelacur yang bahkan dilakon-i oleh seorang sotapanna...

Coba analisa kisah Ambhapali... akan jelas bahwa Ambhapali itu memetik buah kamma buruk dan terlahir sebagai seorang pelacur... PENEGASANNYA adalah kamma buruk sebagai pelacur...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #728 on: 09 May 2011, 05:50:48 PM »
ada 12 Sirima dalam Pali Kanon.

Quote
1. Sirimā Thera. He was born in the family of a householder of Sāvatthi and was called Sirimā on account of the unfailing success of his family. His younger brother was Sirivaddha. They were both present when the
Buddha accepted Jetavana, and, struck by his majesty, they entered the Order. Sirivaddha, though possessed of no special attainments, received great honour from the laity and recluses, but Sirimā was little honoured. Nevertheless, exercising calm and insight, he soon won arahantship. Ordinary monks and novices continued to disparage him, and the Thera had to blame them for their faulty judgment. Sirivaddha, agitated by this, himself became an arahant.

In the time of Padumuttara Buddha, before the Buddha’s appearance in the world, Sirimā was an ascetic, named Devala, with a large following, and, having learnt the power of the Buddha through a study of the science of prognostication, he built a sand thūpa, to which he paid homage in the name of past Buddhas. The Buddha was born in the world, his birth being accompanied by various omens. The ascetic showed these to his pupils, and, having made them eager to see the Buddha, died, and was reborn in the Brahma world. Later, he appeared before them, inspiring them to greater exertions (Thag.vss. 159-60; ThagA.i.279f).

He is evidently identical with Pulinuppādaka Thera of the Apadāna. Ap.ii.426.

2. Sirimā. Mother of Sumana Buddha. Her husband was Sudatta. Bu.v.21; J.i.34.

3. Sirimā. Mother of Phussa Buddha and wife of Jayasena. Bu.xix.14; J.i.41.

4. Sirimā. A lay woman, one of the chief patrons of Revata Buddha. Bu.vi.23.

5. Sirimā. Wife of Anomadassī Buddha before his renunciation. Bu.viii.19.

6. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Sumedha Buddha. Bu.xii.25.

7. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Dipankara Buddha. Bu.ii.215.

8. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Vipassī Buddha. Bu.xx.30.

9. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Vessabhū Buddha. Bu.xxii.25.

10. Sirimā. One of the palaces occupied by Vipassī Buddha in his last lay life. Bu.xx.24.

11. Sirimā. One of the palaces occupied by Mangala Buddha in his last lay life. BuA.116.

12. Sirimā. A courtesan of Rājagaha and younger sister of Jīvaka. She was once employed by Uttarā (Nandamātā) to take her place with her husband (Sumana) while Uttarā herself went away in order to indulge in acts of piety. During this time Sirimā tried to injure Uttarā, on account of a misunderstanding, but on realizing her error, she begged forgiveness both of Uttarā, and, at the latter’s suggestion, of the Buddha. (The details of this incident are given Uttarā Nandamātā.) At the conclusion of a sermon preached by the Buddha in Uttarā’s house, Sirimā became a sotāpanna. From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house.

A monk in a monastery, three leagues away, having heard of the excellence of Sirimā’s alms and of her extraordinary beauty from a visiting monk, decided to go and see her. Having obtained a ticket for alms, he went to her house, but Sirimā was ill, and her attendants looked after the monks. When the meal had been served she was brought into the dining hall to pay her respects to the monks. The lustful monk at once fell in love with her and was unable to eat. That same day Sirimā died. The Buddha gave instructions that her body should not be burnt, but laid in the charnel ground, protected from birds and beasts. When putrefaction had set in, the king proclaimed that all citizens, on penalty of a fine, should gaze on Sirimā’s body. The Buddha, too, went with the monks, the lustful monk accompanying them. The Buddha made the king proclaim, with beating of the drum, that anyone who would pay a thousand could have Sirimā’s body. There was no response. The price was gradually lowered to one eighth of a penny. Yet no one came forward, even when the body was offered for nothing. The Buddha addressed the monks, pointing out how even those who would have paid one thousand to spend a single night with Sirimā would not now take her as a gift. Such was the passing nature of beauty. The lustful monk became a sotāpanna (DhA.iii.104f.; VvA.74ff).

Buddhaghosa says (SNA.i.244f, 253f ) that Sirimā was Sālavati’s daughter, and succeeded to her mother’s position as courtezan. After death, Sirimā was born in the Yāma world as the wife of Suyāma. When the Buddha was speaking to the monks at her cremation, she visited the spot with five hundred chariots. Janapadakalyānī Nandā, who at that time was also a nun, was present, and when the Buddha preached the Kāyavicchandanika Sutta (q.v.) she became an arahant, while Sirimā became an anāgāmī.

The Vimānavatthu (pp.78f., 86) gives the same story, adding that Vangīsa was also present at the preaching of the sermon, and, having obtained the Buddha’s permission, questioned Sirimā and made her reveal her identity. Here Sirimā is said to have been born in the Nimmānarati-world, and no mention is made of her becoming an anāgāmī; while the lustful monk is said to have become an arahant. Sirimā is mentioned in a list of eminent upāsikās (A.iv.347; AA.ii.791). Eighty four thousand persons realized the truth after listening to the Buddha’s preaching at the cremation of Sirimā. Mil.350.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #729 on: 09 May 2011, 05:51:50 PM »
apakah pelacur adalah profesi yg hina atau mulia tidak dapat ditentukan dari konteks di atas. jika dikaitkan dengan seorang bhikkhuni tentu saja profesi pelacur adalah hina sehina2nya.

dalam suatu perdebatan antara dua orang petapa, salah satunya mengucapkan kutukan, "semoga engkau memiliki keturunan sebanyak pasir di pantai.", bagi orang awam, kata2 itu adalah blessing, dan kita akan gembira mendengarkan blessing tersebut. tapi berbeda bagi para petapa karena petapa tidak menikah dan menjalani hidup selibat, memiliki keturunan 1 saja sudah merupakan bukti kejatuhan apalah keturunan sebanyak pasir di pantai.


Dalam konteks pertengkaran petapa, saya setuju... dan juga dalam konteks umpatan Ambhapali terhadap seorang arahanta itu kita juga harus SETUJU bahwa umpatan / makian PELACUR itu makna atau konteks-nya adalah PEKERJAAN TERHINA / TERCELA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #730 on: 09 May 2011, 05:55:48 PM »
Kisah Sirima memang lebih kuat "aroma" untuk menjustifikasi profesi pelacur yang bahkan dilakon-i oleh seorang sotapanna...

Coba analisa kisah Ambhapali... akan jelas bahwa Ambhapali itu memetik buah kamma buruk dan terlahir sebagai seorang pelacur... PENEGASANNYA adalah kamma buruk sebagai pelacur...

sepertinya saya harus setuju dengan Bro Dilbert, dalam DPPN tertulis mengenai Ambapali

"The Apadāna (quoted also in ThigA) gives some more details about her. She had been a daughter of a Khattiya family in the time of Phussa Buddha and had done many good deeds in order to be beautiful in later births. As a result of the abuse of the nun (referred to above) she had been born in hell and later had, for ten thousand lives, been a courtesan. In Kassapa Buddha’s time she had practised celibacy (Ap.ii.613ff. ; ThigA.213f)."

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #731 on: 09 May 2011, 05:57:27 PM »
Kalau saya melihat, mungkin pada terjemahan atau esensi penulisan yang berbeda gaya-nya... Saya walaupun tidak melakukan studi mendalam apakah kedua SIRIMA di kisah Atthakatha itu sama, tetapi feeling saya mengatakan kedua SIRIMA itu adalah orang yang sama...
Hanya saja, gaya penulisan di kisah kedua menjadi sedikit berbeda ketika penegasan SIRIMA sebagai pelacur di kisah kedua hanya untuk menegaskan saja SIRIMA pernah menjadi seorang pelacur. tetapi sudah tidak menjalani profesi-nya sebagai seorang pelacur.

Sedangkan di kisah pertama, detail cerita lebih lengkap, sehingga memang bisa dipastikan SIRIMA pada kisah pertama melakukan profesi sebagai seorang PELACUR yang bahkan bisa menggantikan peran seorang istri (Uttara).

Kalau "telaah" saya, di kisah ke-2, Sirima Sang Sotapanna adalah mantan pelacur yang sudah meninggalkan profesi pelacur-nya. CMIIW...

Bukan saya ngotot mengatakan bahwa Sirima di kisah ke-dua sudah "mantan" pelacur, tetapi logis pikiran saya masih belum bisa "jalan" bahkan pada seorang sotapanna yang sudah dikonfirmasi oleh seorang sammasambuddha masih melakukan pekerjaan seperti itu. TETAPI BISA SAJA SAYA SALAH.

Mungkin ada analisa dari rekan rekan yang lain... Sekali lagi, saya tendensi-nya tidak untuk ngotot mengatakan bahwa seorang sotapanna tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai pelacur...

Saya melihat itu dua orang yang berbeda. Seandainya kedua Sirima itu sama, memang secara implisit Sang Buddha menjelaskan bahwa Sirima si pelacur (udah Sotapanna dong?!) itu sudah meninggal. Jika Bro dilbert meyakini kalau itu Sirima yang sama, maka ini menjadi pukulan telak. Kejujuran Bro dilbert yang menyatakan kalau "Bro dilbert masih belum bisa berpikir logis bahwa Sotapanna meninggal dunia dengan status sebagai pelacur" itu sangat saya hargai. Amat wajar hal itu Bro dilbert alami. Saya juga pernah mendapat pertentangan itu. Namun saya sudah tidak lagi terjebak di dalamnya.

Sedangkan menurut saya, itu adalah dua orang Sirima yang berbeda.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #732 on: 09 May 2011, 05:58:51 PM »
ada 12 Sirima dalam Pali Kanon.

Mantap.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #733 on: 09 May 2011, 06:01:24 PM »
Kisah Sirima memang lebih kuat "aroma" untuk menjustifikasi profesi pelacur yang bahkan dilakon-i oleh seorang sotapanna...

Coba analisa kisah Ambhapali... akan jelas bahwa Ambhapali itu memetik buah kamma buruk dan terlahir sebagai seorang pelacur... PENEGASANNYA adalah kamma buruk sebagai pelacur...

sudah saya coba pahami bro pada kisah ambhapali, tapi yang saya dapat kan dari kamma buruk itu bukan dari dia dilahirkan kembali menjadi pelacur (yang bagi bro itu tercela), tapi kamma buruk = akibat perbuatan dia yang mengeluarkan umpatan atau kata kasar . sehingga dia dilahirkan sebagai pelacur (pekerjaan rendah )

saya lebih cenderung setuju dengan bro upasaka jika mengatakan pelacur pada jaman sang buddha adalah pekerjaan yang rendah, bahkan hina karena pada jaman tersebut masih terikat kasta,
IMO pelacur bukan pekerjaan tercela tetapi pekerjaan rendah atau hina.

tetapi kembali ke diri kita masing2 , saya pun tidak dapat memaksakan pendapat saya untuk mengubah cara pandang orang lain agar sesuai dengan cara pandang saya, bagi saya pelacur tidak tercela , tapi belum tentu dengan bro dilbert ataupun member lain.  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #734 on: 09 May 2011, 06:01:35 PM »
sepertinya saya harus setuju dengan Bro Dilbert, dalam DPPN tertulis mengenai Ambapali

"The Apadāna (quoted also in ThigA) gives some more details about her. She had been a daughter of a Khattiya family in the time of Phussa Buddha and had done many good deeds in order to be beautiful in later births. As a result of the abuse of the nun (referred to above) she had been born in hell and later had, for ten thousand lives, been a courtesan. In Kassapa Buddha’s time she had practised celibacy (Ap.ii.613ff. ; ThigA.213f)."

For honestly, walaupun saya menyatakan berkali-kali profesi pelacur adalah tercela, saya tidak pernah memandang rendah pada siapapun... apapun profesi-nya... karena menurut saya semua orang mewarisi kamma-nya masing-masing (jika kamma terlahirnya harus terkondisi seperti itu) dan walaupun karena pilihannya untuk menjalan-i profesi apapun... Karena yang saya pahami... tidak-lah perlu mencela dan menghina atau memiliki pandangan yang MENGHINA terhadap orang lain, karena apapun yang dilakukan oleh orang lain, mereka-lah yang akan memetik konsekuensi dan kamma-nya masing-masing.

Jadi pengertian dan pandangan saya tentang Profesi PELACUR itu adalah tercela adalah untuk mengingatkan pada saya bahwa jangan-lah sampai terjerumus pada profesi seperti itu ataupun melakukan perbuatan yang bisa mengakibatkan saya bisa terlahir sebagai profesi seperti itu.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan