Hmmm, kalau misalnya lebih baik menggunakan alat dari pada selingkuh gimana?PUASA!!!!!
Trus kalo istri hamil? / atau lagi datang matahari?
kalau Suami keluar kota?
Hmmm, kalau misalnya lebih baik menggunakan alat dari pada selingkuh gimana?
Trus kalo istri hamil? / atau lagi datang matahari?
kalau Suami keluar kota?
Hubungan seksual terjadi ketika kenikmatan sebagai akibat dari kontak dialami antara kedua organ seksual.
memang ada terdapat 2 jenis pandangan tentang seksualitas dari theravada dan mahayana tibetan.
Pada theravada sendiri lebih melihat kegiatan seksual sebagai pemuasan nafsu, sedangkan pada mahayana/tibetan lebih melihat pada si tindakan itu sendiri.
Maka karena itu sempat terjadi juga surat protes dari ajahn brahm kepada Dalai Lama tentang pernyataan homoseksualitas.
Ajahn brahm melihat dari sudut pemuasan nafsu yang bisa saja dari organ atau alat/cara apapun, Dalai Lama melihat dari sudut kegiatan si organ yang seharusnya bagaimana digunakan.
Personally, saya mendukung ajahn brahm :)
Hmmm, kalau misalnya lebih baik menggunakan alat dari pada selingkuh gimana?
dalam hal ini, kegiatan tsb (dg alat) bukan termasuk tindakan seksual :oQuote from: sumedhoQQmettaHubungan seksual terjadi ketika kenikmatan sebagai akibat dari kontak dialami antara kedua organ seksual.
Mewakili Metta yang sedang belajar posting, ini adalah postingan titipan dari metta
memang ada terdapat 2 jenis pandangan tentang seksualitas dari theravada dan mahayana tibetan.
Pada theravada sendiri lebih melihat kegiatan seksual sebagai pemuasan nafsu, sedangkan pada mahayana/tibetan lebih melihat pada si tindakan itu sendiri.
Maka karena itu sempat terjadi juga surat protes dari ajahn brahm kepada Dalai Lama tentang pernyataan homoseksualitas.
Ajahn brahm melihat dari sudut pemuasan nafsu yang bisa saja dari organ atau alat/cara apapun, Dalai Lama melihat dari sudut kegiatan si organ yang seharusnya bagaimana digunakan.
Personally, saya mendukung ajahn brahm :)
HH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.Maksudnya kalau homoseksual tidak menjalankan sila dengan baik ?
QuoteHH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.Maksudnya kalau homoseksual tidak menjalankan sila dengan baik ?
HH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.lalu
saya kurang tau, Suhu. ^:)^ ^:)^ ^:)^
pendapat saya, ya... ga sesederhana itu kesimpulannya.
ada banyak aspek yang jadi pertimbangan2nya.
HH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.
katanyaQuote from: hikozaHH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.laluQuotesaya kurang tau, Suhu. ^:)^ ^:)^ ^:)^
pendapat saya, ya... ga sesederhana itu kesimpulannya.
ada banyak aspek yang jadi pertimbangan2nya.
kalau tidak sesederhana itu, koq bisa menyimpulkanQuote from: hikozaHH Dalai Lama melihat situasi itu dari sudut pandang untuk membantu umat awam menjalankan sila dengan baik.
???
IMO, tentu saja seorang homoseksual mau menikah dengan sesama jenis atau tidak, bisa saja melaksanakan pancasila dengan baik. Sila ketiga sih IMO tidak berhubungan dengan orientasi seksual
Membicarakan tentang Homoseksual, point utama sudah disampaikan oleh Suhu Medho yaitu orientasi seksual, kecenderungan seseorang untuk menyukai sesuatu._/\_
Si A suka dengan lukisan Pablo Picasso sedangkan si B suka dengan lukisan Leonardo da Vinci. Si A dan si B sama-sama memuaskan rasa seninya dengan melihat hasil karya seni, namun dengan obyek yang berbeda. Lalu apa haknya si B melarang si A untuk tidak menyukai lukisan Pablo Picasso? Begitu juga dengan kasus homoseksualitas.
Yang menjadi tidak pantas, menjadi hal buruk adalah ketika manusia mengumbar napsu seksualitas, apalagi dengan berbagai cara.
apa seorang homoseksual boleh bebas melakukan hubungan sex karena setahu saya pasangan homoseksual jarang yang menikah :)jarang nikah karena masyarakat menolak mereka...
apa seseorang yang ada kecenderungan penyimpangan sexual seperti homo atau lesbi membiarkan saja kecenderungan ini, bukannya berusaha memperbaikinya malah mengumbar hawa nafsu. Setahu saya orang yang mempunyai kelainan sexual karena di masa lampaunya melanggar Sila ke 3
ya, maybe saya kurang tepat memilih kata2, jd artinya beda dengan yg saya maksud.keknya nga ada yg tersinggung kok disini. santai saja :)
saya minta maaf kalau menyinggung yg baca tulisan saya.
memang seorang homoseksual bebas yah melakukan hubungan seks walaupun tidak menikah?Perlakuan seorang homoseksual dengan yang normal sama saja koq.
kalau menurut kamu sol, menjadi homoseksual atau lesbian disebabkan perbuatan apa di masa lampau?
Hmmm, kalau misalnya lebih baik menggunakan alat dari pada selingkuh gimana?
Trus kalo istri hamil? / atau lagi datang matahari?
kalau Suami keluar kota?
Oh ya...menurut Dr. Boyke, kalo datang matahari, boleh kok hubungan asal suaminya ga merasa jijik/kotor.
IMO : kalo datang matahari, suami ga pengertian...wah...suaminya = maniak sex tuh..:)) :)) :))
_/\_ :lotus:
memang seorang homoseksual bebas yah melakukan hubungan seks walaupun tidak menikah? Bingung.......koq nikah laki2 dengan laki2? Jeruk makan jeruk :)
kalau banci gimana yah? :))
ajahn brahms protes karena menurut beliau homoseksual itu sebenarnya ngapapa. hub seksual pria-wanita, pria-pria atau wanita-wanita sebenarnya sama saja.
memang seorang homoseksual bebas yah melakukan hubungan seks walaupun tidak menikah? Bingung.......koq nikah laki2 dengan laki2? Jeruk makan jeruk :)
kalau banci gimana yah? :))
Banci / Wadam....
Bila di tinjau dari Patisandhi (tumimbal lahir), wadam dilahirkan dengan kesadaran yang bernama "Upekkhasantirana Kusalavipaka-citta". Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari perbuatan jahatnya yang pernah dilakukannya dalam kehidupan yang lampau.
Tidak sedikit Wadam yang merasa tertekan bathinnya, karena mereka tidak merasa bebas bergerak dengan adanya "kelainan" dalam dirinya. Dan bila menghadapi masyarakat, mereka sering memperoleh ejekan yang menyakiti hati.
Karena kaum wadam sebagian besar sering mengalami tekanan bathin dan tidak mempunyai kebebasan dalam pergaulan, maka tidak ada salahnya kaum wadam itu melakukan operasi penukaran kelamin. Hal ini tidak bertentangan dengan Vinaya (Sila), karena operasi penukaran kelamin itu dilakukan untuk membebaskan dirinya dari tekanan bathin dan tidak merugikan makhluk lainnya.
Sumber :
Abhidhammatthasangaha Jilid Ke2
( Pandit J.Kaharuddin )
_/\_ :lotus:
Bagaimana pandangan Buddhisme terhadap 'anal sex' dalam perkawinan heteroseksual ? ???
ajahn brahms protes karena menurut beliau homoseksual itu sebenarnya ngapapa. hub seksual pria-wanita, pria-pria atau wanita-wanita sebenarnya sama saja.
homoseks adalah sah bila tidak berganti2 pasangan dalam berhubungan seks.
nah yg ini saia setuju sekali
Bagaimana pandangan Buddhisme terhadap 'anal sex' dalam perkawinan heteroseksual ? ???
tetep saja tidak pantas karena bukan lubang yang tepatajahn brahms protes karena menurut beliau homoseksual itu sebenarnya ngapapa. hub seksual pria-wanita, pria-pria atau wanita-wanita sebenarnya sama saja.
homoseks adalah sah bila tidak berganti2 pasangan dalam berhubungan seks.
nah yg ini saia setuju sekali
tetep saja tidak pantas karena bukan lubang yang tepat
tetep saja tidak pantas karena bukan lubang yang tepat
berarti masturbasi juga tidak boleh ? karena bukan pada lubang yang tepat ? ???
tetep saja tidak pantas karena bukan lubang yang tepat
berarti masturbasi juga tidak boleh ? karena bukan pada lubang yang tepat ? ???
ini diskusi yg lucu, bagaimana tindakan seksual yg tidak pantas dalam pandangan buddhis? jadi bagaimanakah tindakan seksual yang PANTAS dalam pandangan buddhis? seingat saya Sang Buddha tidak pernah mengajarkan bagaimana aktivitas seksual dilakukan, yang pantas maupun tidak pantas. jadi ini sepenuhnya pandangan pribadi masing2, tidak perlu dihubung2kan dengan Buddhism
Jadi ingat pembahasan Biologi di bangku sekolah (maaf) :
- mulut : lubang untuk memasukkan makanan
- anus : lubang untuk mengeluarkan feses
- vagina : tempat untuk bersenggama dan liang peranakan
Apakah karena alasan ini lantas ada itikad "pantas" dan "tidak pantas"?
Apalagi kalau berkutat dalam kesepakatan "pantas" atau "tidak pantas" ini sangat bergantung pada pribadi masing-masing yang menjalaninya...
Makanya Sang Buddha pilih golput soal aspek ini...
baca Sutta Buddha dengan seksama mengenai bagaimana Buddha menegaskan Vinaya dan Sila kepada bhikkhu dan umat perumah tangga.
mksd saia, bukan berarti sama-sama menghasilkan lobha makanya mo dilakukan dimana aja juga boleh
bukankah lebih baik tidak dilakukan sama sekali karena akan sama-sama tetap akan menghasilkan lobha
baik yg boleh, tak boleh, normal, tak normal, tepat dan tak tepat kan sama saja menghasilkan lobha
mksd saia, bukan berarti sama-sama menghasilkan lobha makanya mo dilakukan dimana aja juga boleh
bukankah lebih baik tidak dilakukan sama sekali karena akan sama-sama tetap akan menghasilkan lobha
[at] nyanadhana
Kalau benar Sang Buddha menyatakan bahwa seharusnya aktivitas seksual dilaksanakan di 'lubang yang tepat', itu berarti Sang Buddha menentang aktivitas seksual oleh kaum gay, lesbian, atau mungkin juga (maaf lagi) berbagai variasi aktivitas seks lainnya...
Apa benar demikian?
mksd saia, bukan berarti sama-sama menghasilkan lobha makanya mo dilakukan dimana aja juga boleh
bukankah lebih baik tidak dilakukan sama sekali karena akan sama-sama tetap akan menghasilkan lobha
At Reenzia
Jika tidak dilakukan, kadang menimbulkan lobha juga di pikiran
Bagi para perumah tangga, khususnya pasutri, sex itu sudah seperti kebutuhan hidup pula, seperti makan, minum, dll
[at] nyanadhana
Sebenarnya saya pun kurang setuju mengenai aktivitas di 'lubang yang kurang tepat'. Namun karena pemahaman saya hanya sebatas pemahaman pribadi, saya tidak berani menjustifikasi bahwa pendapat saya sejalan dengan Buddhisme. Terima kasih karena sudah memberi rujukan mengenai hal ini berdasarkan sutta-vinaya... _/\_
mksd saia, bukan berarti sama-sama menghasilkan lobha makanya mo dilakukan dimana aja juga boleh
bukankah lebih baik tidak dilakukan sama sekali karena akan sama-sama tetap akan menghasilkan lobha
At Reenzia
Jika tidak dilakukan, kadang menimbulkan lobha juga di pikiran
Bagi para perumah tangga, khususnya pasutri, sex itu sudah seperti kebutuhan hidup pula, seperti makan, minum, dll
sex itu sudah seperti kebutuhan hidup pula
sori bro, saya kaga setuju ama pendapat diatas.......
seks udah murni atas lobha, sementara kebutuhan hidup seperti makan dan minum, lebih ke kebutuhan fisik, yg ditambah dengan lobha
ga ada kebutuhan fisik berkenaan dengan hubungan seksual......
metta _/\_
sex itu sudah seperti kebutuhan hidup pula
sori bro, saya kaga setuju ama pendapat diatas.......
seks udah murni atas lobha, sementara kebutuhan hidup seperti makan dan minum, lebih ke kebutuhan fisik, yg ditambah dengan lobha
ga ada kebutuhan fisik berkenaan dengan hubungan seksual......
metta _/\_
apakah dengan menyatakan ini adalah tepat dan itu adalah tidak tepat berarti bahwa :
heteroseksual dan homoseksual lebih ditentang daripada orang normal yang melakukan kegiatan seksual biasa?
bagaimana jika hetero dan homo itu ternyata jauh lebih bisa menahan diri dari pada orang normal [suka lawan jenis]
yang tak dapat mengendalikan dirinya [suka memperkosa misalnya?]
[at] lokkhi
nah itu dia, bukankah kehidupan berumah tangga itu juga adalah persepsi bahwa manusia harus berumah tangga?
sama dengan persepsi bahwa cwe harusnya berhubungan dengan cwo, bukan sesamanya
menimbulkan lobha atau tidak dalam pikiran pasangan pasutri itu juga tergantung pada individu masing-masing kan?
[at] nyana
pasangan NORMAL
no 1 jelas iya, krn menimbulkan lobha
no 2 jelas tidak
no 3 jelas tidak
no 4 tergantung pandangan pribadi
individu/pasangan "tidak normal"
no 1 jelas iya, krn menimbulkan lobha
no 2 jelas iya, krn persepsi masyarakat
no 3 tergantung pemerintahannya, di negara barat uda ngga tuh
no 4 balik ke diri sendiri
nah dari jawaban diatas, bukankah keduanya tetap saja menimbulkan lobha? no 2-3 itu urusan duniawi, persepsi dan dogma masyarakat
yang manapun tetap menimbulkan lobha, tapi ya terserah masing-masing lah, menurut saia mo normal atau tidak kek, tetap menimbulkan lobha, hanya saja yang tak normal mungkin harus menerima konsekuensi//hukuman/tekanan dari masyarakat karena mrk mempunyai persepsi sendiri tentang hal normal tak normal
objek itu netral toh
saya tanyakan kalo taruh anu di anus,kr2 penyakit apa yang anda dapatkan?anda bisa cek dunia medis mengenai aktifitas seksual.terlepas dari pro kontranya sih, kalo nga salah, jika wanita telah melakukan hub sex *di "tempat" nya* maka kemungkinan kanker serviks jadi meningkat besar. maka itu disarankan yg sudah melakukan hub sex itu utk cek rutin.
Mengapa muncul homoseksual, lesbian, banci, wadam, dsbnya yg selama ini diklaim sebagai penyimpangan seksual?
Hal itu semata karena selagi "normal", dia selalu mengumbar nafsu seksualnya dan berbuah di kehidupan mendatang sebagai orang dengan penyimpangan seksual
terlepas dari pro kontranya sih, kalo nga salah, jika wanita telah melakukan hub sex *di "tempat" nya* maka kemungkinan kanker serviks jadi meningkat besar. maka itu disarankan yg sudah melakukan hub sex itu utk cek rutin.
di iklan sih bilang setiap 4 menit 1 wanita meninggal karena kanker serviks, di indonesia sih per 1 jam. tapi yah itu katanya.
Mengapa muncul homoseksual, lesbian, banci, wadam, dsbnya yg selama ini diklaim sebagai penyimpangan seksual?
Hal itu semata karena selagi "normal", dia selalu mengumbar nafsu seksualnya dan berbuah di kehidupan mendatang sebagai orang dengan penyimpangan seksual
Mengumbarnya seperti apa ?
Sering 'jajan' ?
Atau nonton AV sambil masturbasi ?
Selingkuh ?
pernah baca kenapa orang terlahri wadam atau homo? itu dikarenakan masa lampaunya,sering mengumbar nafsu dengan cara pergi ke tempat "jajan",sering berprilaku menyimpang, memiliki badan pria tapi ingin memakai rok mini. kecenderungan ini selalu dibawa dari kehidupan menuju kehidupan selanjutnya. lagi kecenderungan seks tak terkontrol akan membuat dia menyimpang dari jalur seksnya.
katanya sih karena infeksi HPV itu berubah menjadi kanker serviks. HPV itu menginfeksi 75-80% yg aktif kegiatan seksualnya. jadi yah kegiatan seksual membantu masuknya virus HPV ke serviks. bukan karena kurang bersih dst kali yah CMIIW.terlepas dari pro kontranya sih, kalo nga salah, jika wanita telah melakukan hub sex *di "tempat" nya* maka kemungkinan kanker serviks jadi meningkat besar. maka itu disarankan yg sudah melakukan hub sex itu utk cek rutin.
di iklan sih bilang setiap 4 menit 1 wanita meninggal karena kanker serviks, di indonesia sih per 1 jam. tapi yah itu katanya.
Wahhh.. serius nih bro ?
Mengapa bisa terjadi demikian ?
Apakah kita para lelaki yang tidak bersih ?
Selalu mengabaikan kebersihan kulup (bagi yang tidak sunat)
Sebab memang area lubang kelamin wanita lebih besar daripada p*n*s pria
Jadi kebersihan bagi wanita harus lebih ekstra
pernah baca kenapa orang terlahri wadam atau homo? itu dikarenakan masa lampaunya,sering mengumbar nafsu dengan cara pergi ke tempat "jajan",sering berprilaku menyimpang, memiliki badan pria tapi ingin memakai rok mini. kecenderungan ini selalu dibawa dari kehidupan menuju kehidupan selanjutnya. lagi kecenderungan seks tak terkontrol akan membuat dia menyimpang dari jalur seksnya.
Justru saya pribadi belum pernah membacanya, makanya saya menanyakan rekan2 disini
Kecenderungan pria untuk memakai barang2 wanita memang pernah saya baca, bahkan ada yang pake stocking segala, buset dehh, apa di balik kesemuanya itu ? terlalu melekat terhadap lawan jenis ? fetish ?
apakah dengan menyatakan ini adalah tepat dan itu adalah tidak tepat berarti bahwa :
heteroseksual dan homoseksual lebih ditentang daripada orang normal yang melakukan kegiatan seksual biasa?
bagaimana jika hetero dan homo itu ternyata jauh lebih bisa menahan diri dari pada orang normal [suka lawan jenis]
yang tak dapat mengendalikan dirinya [suka memperkosa misalnya?]
[at] lokkhi
nah itu dia, bukankah kehidupan berumah tangga itu juga adalah persepsi bahwa manusia harus berumah tangga?
sama dengan persepsi bahwa cwe harusnya berhubungan dengan cwo, bukan sesamanya
menimbulkan lobha atau tidak dalam pikiran pasangan pasutri itu juga tergantung pada individu masing-masing kan?
[at] nyana
pasangan NORMAL
no 1 jelas iya, krn menimbulkan lobha
no 2 jelas tidak
no 3 jelas tidak
no 4 tergantung pandangan pribadi
individu/pasangan "tidak normal"
no 1 jelas iya, krn menimbulkan lobha
no 2 jelas iya, krn persepsi masyarakat
no 3 tergantung pemerintahannya, di negara barat uda ngga tuh
no 4 balik ke diri sendiri
nah dari jawaban diatas, bukankah keduanya tetap saja menimbulkan lobha? no 2-3 itu urusan duniawi, persepsi dan dogma masyarakat
yang manapun tetap menimbulkan lobha, tapi ya terserah masing-masing lah, menurut saia mo normal atau tidak kek, tetap menimbulkan lobha, hanya saja yang tak normal mungkin harus menerima konsekuensi//hukuman/tekanan dari masyarakat karena mrk mempunyai persepsi sendiri tentang hal normal tak normal
objek itu netral toh
dear Reen,
hubungan pria - wanita, bukanlah karena persepsi tetapi karena sifat alaminya. Buddha pernah menyebut dalam salah satu sutta (maaf saya lupa nama suttanya)
Tidak ada yg lebih menarik bagi seorang pria selain figur seorang wanita, dan tidak ada yg lebih menarik bagi seorang wanita selain figur seorang pria
Ini menunjukkan jelas bhw pria dan wanita itu saling tertarik
Mengapa muncul homoseksual, lesbian, banci, wadam, dsbnya yg selama ini diklaim sebagai penyimpangan seksual?
Hal itu semata karena selagi "normal", dia selalu mengumbar nafsu seksualnya dan berbuah di kehidupan mendatang sebagai orang dengan penyimpangan seksual
Nah ini diperparah dengan persepsi pada masyarakat dimana org "jijik" dgn mereka yg menderita penyimpangan itu, dimana ini mengkondisikan si penderita utk berkumpul dan membuat komunitas sendiri (kesesuaian dan keselarasan dari para penderita itu)
jadi saya rasa tidak tepat membandingkan antara homo/lesbian dgn org normal yg mengumbar nafsu
homo/lesbian : akibat
mengumbar nafsu : action
jika ada homo/lesbian yg mengumbar nafsu, berarti dia memperburuk kondisi di kehidupan mendatangnya
Jadi seyogyanya kita merasa kasihan kepada mereka yg menderita penyimpangan seksual karena berarti mereka sedang mendapat buah yg akusala
metta _/\_
Jadi kembali lagi ke pertanyaan : Bolehkah 'anal sex' dilakukan sebagai variasi hubungan pasutri dengan catatan, kedua belah pihak setuju dan menikmatinya tanpa paksaan?
Jadi kembali lagi ke pertanyaan : Bolehkah 'anal sex' dilakukan sebagai variasi hubungan pasutri dengan catatan, kedua belah pihak setuju dan menikmatinya tanpa paksaan?
maka dari itu Sati adalah sila tertinggi. ....
BolehJadi kembali lagi ke pertanyaan : Bolehkah 'anal sex' dilakukan sebagai variasi hubungan pasutri dengan catatan, kedua belah pihak setuju dan menikmatinya tanpa paksaan?
nah ini baru saya tunggu pertanyaannya.
boleh tapi kedua belah pihak sadar akan konsekuensi di belakangnya.tapi bagi mereka yang ingin berpraktek Dhamma dan meditasi,itu akan menghalangi mereka terhadap beberapa hal.
Kriteria lainnya yang berkaitan dengan dasar ini adalah sifat dari tindakan seksual. Hubungan seksual yang melibatkan lubang lain selain lubang yang alami dipandang tidak pantas. Karena itu sex oral dan sex anal digolongkan sebagai tindakan seksual yang tidak pantas.Dapat dari kutipan mana ini,bahwa sex oral dan sek anal adalah tindakan seksual tidak pantas?
Dasar yang tidak tepat lainnya berkaitan dengan waktu, misalnya pada saat seseorang telah mengambil sumpah suci. Adalah mungkin bagi seseorang untuk mengambil sumpah suci tersebut hanya selama 24 jam. Selama masa tersebut,anda harus benar-benar menghindari hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan sex dengan seseorang selama selang waktu orang tersebut sedang menjalankan sila. Waktu yang tidak tepat lainnya adalah ketika pasangan anda sedang hamil.Sumpah suci?
Kriteria lainnya adalah tempat berlangsungnya hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan seksual ditempat yang terdapat gambar-gambar religius, stupa, atau guru spiritual anda.???
Factor-faktor inilah yang merupakan dasar yang mengubah hubangan seksual menjadi tindakan seksual yang tidak pantas.
Sumber : Buku Karma oleh Dagpo Rinpoche.Dari ajaran Tantra kah?
menurut saia :
boleh tapi tak disarankan
begitu pula dengan perkawinan sejenis, lawan jenis, keduanya, masturbasi dan sejenisnya,
semua yang menimbulkan lobha
apa sih yg dilarang? gak ada! manusia punya kehendak bebas
yg ada semuanya tak disarankan krn menimbulkan lobha dan menimbulkan kamma buruk nantinya, thats it.......
kecuali bagi bikkhu atau sejenisnya yg mungkin memang terdapat peraturan
[at] riky_dave: orangnya yg nitip posting keknya kgk nongol2x lagi.
menurut saia :
boleh tapi tak disarankan
begitu pula dengan perkawinan sejenis, lawan jenis, keduanya, masturbasi dan sejenisnya,
semua yang menimbulkan lobha
apa sih yg dilarang? gak ada! manusia punya kehendak bebas
yg ada semuanya tak disarankan krn menimbulkan lobha dan menimbulkan kamma buruk nantinya, thats it.......
kecuali bagi bikkhu atau sejenisnya yg mungkin memang terdapat peraturan
Betul, bukan selalu masalah boleh atau tidak, tetapi bermanfaat atau tidak.
Kalau tidak salah, anal sex ini bisa menyebabkan kerusakan pada otot anus dan rectum, karena memang anus tidak menghasilkan pelumas seperti pada organ seksual. Belum lagi mikro-organisme yang hanya ada di anus, jadi "pindah" ke mana-mana, meningkatkan risiko gangguan kesehatan.
Lust or Love??
Pada intinya SEX itu Berbanding terbalik dgn jalan menuju Nibbana.
Semua tindakan yg dilarang Sang Buddha hanya bermaksud membimbing secara tahap demi tahap. Gak maksain langsung.
hubungan pria - wanita, bukanlah karena persepsi tetapi karena sifat alaminya. Buddha pernah menyebut dalam salah satu sutta (maaf saya lupa nama suttanya)
Tidak ada yg lebih menarik bagi seorang pria selain figur seorang wanita, dan tidak ada yg lebih menarik bagi seorang wanita selain figur seorang pria
Ini menunjukkan jelas bhw pria dan wanita itu saling tertarik
hubungan pria - wanita, bukanlah karena persepsi tetapi karena sifat alaminya. Buddha pernah menyebut dalam salah satu sutta (maaf saya lupa nama suttanya)
Tidak ada yg lebih menarik bagi seorang pria selain figur seorang wanita, dan tidak ada yg lebih menarik bagi seorang wanita selain figur seorang pria
Ini menunjukkan jelas bhw pria dan wanita itu saling tertarik
Suttanya ada di Anguttara Nikaya, Ekakanipata, Rupadivagga.
Sepertinya bukan "sifat alami" seseorang harus menyukai objek seksual tertentu (pria harus suka wanita, vice versa). Sutta itu hanya merujuk secara umum bahwa seksualitas seseorang adalah yang menjadi halangan terbesar bagi konsentrasi. Semua kembali pada masing2. Jika seseorang melekat pada seksualitas sebagai wanita, namun terlahir sebagai pria, maka bisa saja dia menjadi homoseksual. Demikian pula orang bisa punya kelainan seksual (paraphilia) sejak lahir.
nah betul
masalahnya yg tak layak itu lebih banyak menimbulkan efek-efek yang berbahaya
selain itu juga yg tak normal menimbulkan akibat dari masyarakat dan rasa tertekan
[bila terdapat persepsi bahwa hal itu adalah tidak normal bagi orang itu sendiri]
tapi sama saja menimbulkan lobha juga
BolehJadi kembali lagi ke pertanyaan : Bolehkah 'anal sex' dilakukan sebagai variasi hubungan pasutri dengan catatan, kedua belah pihak setuju dan menikmatinya tanpa paksaan?
nah ini baru saya tunggu pertanyaannya.
boleh tapi kedua belah pihak sadar akan konsekuensi di belakangnya.tapi bagi mereka yang ingin berpraktek Dhamma dan meditasi,itu akan menghalangi mereka terhadap beberapa hal.
Bisa dijelaskan konsekuensi dan halangan yang menghadang nantinya ?
BolehJadi kembali lagi ke pertanyaan : Bolehkah 'anal sex' dilakukan sebagai variasi hubungan pasutri dengan catatan, kedua belah pihak setuju dan menikmatinya tanpa paksaan?
nah ini baru saya tunggu pertanyaannya.
boleh tapi kedua belah pihak sadar akan konsekuensi di belakangnya.tapi bagi mereka yang ingin berpraktek Dhamma dan meditasi,itu akan menghalangi mereka terhadap beberapa hal.
Bisa dijelaskan konsekuensi dan halangan yang menghadang nantinya ?
Kenali otot anus yang dinamakan spchinter. otot ini bekerja untuk menahan angin dan keluarnya kotoran, saya punya beberapa temen homo yang sudah usia lanjut,mereka mengatakan bahwa semakin lanjut usia,otot anus menjadi tidak begitu erat,sehingga ketika diare atau mungkin hanya buang angin, kotoran bisa langsung keluar tanpa ada penahan,beda ketika masih muda sebelum anus mereka dimain-mainkan.
untuk meditator,sudah tentu harus tahu,cara kerja tubuh manusia sendiri itu seperti apa,tidak melulu nafas terletak hanya bergerak lewat hidung, vayu bergerak dari seluruh tubuh,dan bila spchinter ini jebol maka seorang meditator akan merasakan kesulitan dalam hal konsentrasi, bila kita ingin berbicara elemen terutama angin dan api,maka otot sphincter ini adalah pengendali, di vedic dikenal sebagai mula dhara chakra.
nah betul
masalahnya yg tak layak itu lebih banyak menimbulkan efek-efek yang berbahaya
selain itu juga yg tak normal menimbulkan akibat dari masyarakat dan rasa tertekan
[bila terdapat persepsi bahwa hal itu adalah tidak normal bagi orang itu sendiri]
tapi sama saja menimbulkan lobha juga
Memang banyak kerugian. Tetapi kalo masalah "tidak normal" atau "tidak lazim" itu relatif. Homoseksual sudah dikenal bangsa Eropa sejak lama, bahkan sebagian menganggapnya sebagai "normal-normal aja" alias lazim. Kita lihat itu tidak lazim karena memang kita hidup di masyarakat yang berbeda saja. Bagi masyarakat homoseksual juga orang heteroseksual itu "aneh".
nah itu maksud saia brur........
normal tak normal itu kan hanya persepsi dan pandangan masyarakat saja.......
saia tak menyangkal bahwa yg 'tak lazim' itu jauh lebih membahayakan
tapi bukan berarti yg normal itu juga baik untuk dilakukan yowwwwwwwwww
bagi bangsa eropa itu adalah hal normal
bagi bangsa timur itu tak lazim
so mana yang bener? objek netral kan?
gak ada yg 100% salah ato 100% benar
yg ada keduanya [normal, tak normal] menimbulkan lobha
sisanya ya masalah duniawi yg membuat hasilnya
contohnya ya di indo, bagi mrk itu gak lazim, so dikucilkan dan dipandang rendah
emank sih wanita dan pria diciptakan memiliki bentuk kelamin yg berbeda
emanknya mo mikir kyk tetangga yang :
"semua diciptakan agar berguna sesuai dengan fungsinya"
punya alat kelamin so harus digunakan untuk melakukan kegiatan seksual? swt dah
punya mulut jadi harus digunakan untuk makan berlebihan?
punya mata jadi harus melihat semua yang 'indah-indah'?
semua balik lagi ke panna masing-masing laghhhhhhh mo diapain tuh alat-alatnya :))
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
Mengapa muncul homoseksual, lesbian, banci, wadam, dsbnya yg selama ini diklaim sebagai penyimpangan seksual?
Hal itu semata karena selagi "normal", dia selalu mengumbar nafsu seksualnya dan berbuah di kehidupan mendatang sebagai orang dengan penyimpangan seksual
Mengumbarnya seperti apa ?
Sering 'jajan' ?
Atau nonton AV sambil masturbasi ?
Selingkuh ?
bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
Mengikuti hukum negara?Jadi bagaimana soal perdagangan hewan?perdagangan hewan itu legal dimata Hukum di Indonesia,bagaimana anda menanggapi hal ini?bagaimana kalo pertanyaan dimodifikasi sedikit, bagaimanakah melakukan aktivitas seksual yang sesuai dengan Buddhism?
Yang tidak melanggar sila ke tiga (dengan objek ibu/saudara/istri orang/orang bertunangan/orang menjalankan sila, dsb) dan tidak merusak diri sendiri ataupun pasangan (baik fisik maupun mental). IMHO sih..
Then, kalo melanggar berarti tidak pantas... beres kan?
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
Kalau saya bilang, tidak. Tetapi harus dilihat hukum negara yang berlaku. Di Indonesia itu tidak boleh, dan karena Buddhis itu diajarkan mengikuti hukum negara, maka sebaiknya kita juga tidak melanggarnya.
Mengikuti hukum negara?Jadi bagaimana soal perdagangan hewan?perdagangan hewan itu legal dimata Hukum di Indonesia,bagaimana anda menanggapi hal ini?
Salam hangat,
Riky
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
Sorry, kalo bujangan yang cukup usia, tapi belum terikat pernikahan, sewa WTS diluar, termasuk melanggar sila ketiga ?
[at] upasaka: SETUJU
[at] Equator: pelacur hanya berusaha mencari nafkah untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan si pelanggan yg tidak mampu menahan nafsunya. tentunya kalo ditinjau dari sudut lain, si pelacur juga telah melakukan pelanggaran mata pencaharian benar, tapi bukan pelanggaran Kamesumicchacara. IMHO loh,
[at] Indra
Ya, saya juga sependapat dengan Anda bahwa melacurkan diri termasuk dalam mata pencahariian yang tidak benar (memperdagangkan makhluk hidup - diri sendiri).
Ada banyak modus di mana seseorang sampai melacurkan diri, mulai dari yang terhimpit kebutuhan ekonomi sampai mencari pemuasan indera. Namun apapun modus dan alasannya, berhubungan intim dengan orang yang bukan pasangan sahnya adalah pelanggaran sila ke tiga. IMHO.
[at] Kainyn_Kutho
Menurut Anda, kriteria apa yang memenuhi syarat suatu usaha disebut sebagai usaha memperdagangkan mahkluk hidup?
[at] Kainyn_Kutho
Menurut Anda, kriteria apa yang memenuhi syarat suatu usaha disebut sebagai usaha memperdagangkan mahkluk hidup?
Melakukan sesuatu terhadap mahluk hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya.
[at] Kainyn_Kutho
Menurut Anda, kriteria apa yang memenuhi syarat suatu usaha disebut sebagai usaha memperdagangkan mahkluk hidup?
Melakukan sesuatu terhadap mahluk hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Mungkin maksud Anda itu adalah menjualnya yah? :)
[at] Kainyn_Kutho
Kalau begitu, pemain sepakbola yang dipaksa untuk pindah klub pun termasuk perdagangan makhluk hidup?
IMHO...
Suatu usaha disebut sebagai perdagangan makhluk hidup itu tidak didasari atas keikhlasan dari objek (makhluk) yang diperdagangkan. Perdagangan makhluk hidup adalah menukar makhluk hidup dengan materi lainnya untuk kemudian dieksploitasi oleh si pembeli. Dalam hal ini, bisnis prostitusi adalah termasuk. Namun usaha perdagangan tenaga kerja maupun profesi pemain bola tidak termasuk.
kalo menurut saia,
memperdagangkan mahluk hidup itu adalah
usaha perdagangan mahluk hidup dengan tujuan yg nantinya akan membuahkan
akusala yang baru, contohnya : prostitusi
sedangkan pemain sepak bola tak termasuk perdangangan mahluk hidup
apa sih kriteria mata pencaharian benar?
he kalo liat dari mata pencaharian tak benar berarti tak termasuk tuh prostitusinya
tapi termasuk mata pencaharian tak bermanfaat
kalo perdagangan mahluk adalah yg bertentangan dengan niat dari si mahluk,
berarti jual anak dibawah umur untuk jadi pekerja prostitusi,
tapi tetap diinginkan oleh si anak gak termasuk perdagangan mahluk hidup?
Seru juga yah kalo bahas ginian :D
Paling baik celibat deh atau sama istri sendiri...emang nafsu yg satu ini bagaikan musuh dalam selimut yg menyamar bagaikan malaikat surga dan tidak lebih baik dari kecanduan narkoba dan paling sulit ditaklukan.
IMO yg namanya jajan WTS pengendalian dirinya sangat lemah dan ini bisa diartikan....silakan diartikan sendiri ^-^ Surga oh surga duniawi
Seringkali kita mengatakan pantas dengan kedok kata "cinta" yg kedua benar2 untuk "pleasure" yg sebenarnya adalah the real "lobha"
Asubha...asubha...asubha :whistle:
Pesepakbola seperti Robinho itu dijual Real Madrid dengan kondisi terpaksa. Meski Robinho memberi kontribusi besar bagi Real Madrid pada musim 2007-2008, namun dia tidak lagi memiliki tempat dalam strategi permainan Real Madrid di musim berikutnya. Dan dengan dosa yang pekat, meskin Robinho sendiri mencintai klub Real Madrid, akhirnya dia menyatakan dengan tegas benar ingin hengkang dari Real Madrid ke Manchester City.Seperti saya bilang, dia 'kan waktu mau jadi pemain sepak bola, tahu segala konsekwensinya. Dia tahu dan tanda tangan kontraknya, jadi dia bukan "diculik" dan dipaksa main bola. Seperti saya pun kadang "tidak mau" mengerjakan hal2 yang ga berhubungan, tetapi itu 'kan konsekwensi saya ketika memilih bekerja di bawah boss itu. Tidak mungkin saya dibilang melacurkan diri 'kan? Karena saya (dan Robinho) punya pilihan dan memang memilih untuk itu.
Itu kan contoh kasus yang jelas bahwa Robinho terpaksa menerima dirinya dijual ke klub lain, meski dia tidak menginginkannya.
Memang perdagangan makhluk hidup itu tidak selalu harus berujung pada kematian. Banyak sekali pedagang ikan hias bertebaran di muka bumi ini. Mereka dengan jelas memperdagangkan kehidupan, makhluk hidup, ikan-ikan. Lalu kalau seseorang membeli ikan hias itu, ikan hias itu dipelihara, dirawat dengan baik, disayangi oleh majikannya. Apakah ini bukan perdagangan makhluk hidup? Ini juga termasuk perdagangan makhluk hidup. Kriteria jelasnya adalah kehidupan ikan-ikan itu dieskploitasi. Hidup ikan-ikan itu bergantung dari sang majikan. Saya kira tidak perlu saya jelaskan lagi mengenai eksploitasi terhadap ikan-ikan hias ini.Walaupun saya tidak mengerti bahasa ikan, saya rasa ikan-ikan hias ataupun hewan peliharaan itu lebih memilih hidup di alam bebas ketimbang dalam akuarium atau kandang yang diatur oleh seseorang. Dan setahu saya, mereka tidak negosiasi dan tanda tangan kontrak.
Lalu bagaimana dengan orang yang melacurkan diri? Dirinya jelas dieksploitasi oleh 'si pembeli'. Sekali lagi, tidak ada kriteria keikhlasan dalam suatu usaha yang layak disebut sebagai perdagangan makhluk hidup atau bukan. Intinya perdagangan makhluk hidup adalah menukar makhluk hidup dengan materi lain, untuk kemudian dieksploitasi dan dikonsumsi oleh si pembeli. Dalam hal ini, orang yang melacurkan diri melakukan profesi di bidang jasa, namun jasanya adalah produk, yaitu membiarkan tubuhnya dikonsumsi oleh si pembeli.Kembali lagi kalau misalnya seseorang lulusan S3 bekerja di perusahaan yang masuk pk 6.00 - pk 21.00, Senin sampai Minggu selalu masuk, gaji Rp. 1 jt/bln (UMR). Dia tidak merasa dieksploitasi dan tetap menikmati pekerjaan itu. Menurut anda, itu "pelacur" atau bukan?
Pemain bola tidak dikonsumsi oleh Presiden Klub. Penyanyi tidak dikonsumsi oleh Pemilik Label. Artis tidak dikonsumsi oleh Produser. Pembantu tidak dikonsumsi oleh majikan. Anak adopsi tidak dikonsumsi oleh orang tua pengadopsi. Namun wanita pelacur dikonsumsi oleh pria hidung belang.
Apakah sudah jelas perbedaannya?Jelas sekali :)
komentar dari brahmajala sutta meyebutkan 2 faktor pelanggaran sila ketiga :
sevanacittam : niat melakukan hubungan seks
maggena maggap-pati-padanam : kontak seksual melalui salah satu lubang
komentar dari khudakkapattha menyebutkan 4 faktor pelanggaran sila ketiga :
ajjha-caraniya-vatthu : dasar atau jalan untuk perbuatan salah, dalam hal ini 20 grup wanita yang tidak layak disentuh, pelacur tidak disebutkan (bagi pria)
tattha sevanacittam : niat
sevanap-payogo : usaha
sadiyanam : puas
[...]
komentar dari khudakkapattha menyebutkan 4 faktor pelanggaran sila ketiga :
ajjha-caraniya-vatthu : dasar atau jalan untuk perbuatan salah, dalam hal ini 20 grup wanita yang tidak layak disentuh, pelacur tidak disebutkan (bagi pria)
[at] Kainyn_KuthoYa, betul sekali. Bagi saya merangsang birahi seseorang sama dengan merangsang kerakusan seseorang, membangkitkan kebencian seseorang (dalam film). Kalau pelacur salah, maka restoran, film2 tak berguna dan lagu2 picisan adalah salah.
Mungkin kita berangkat dari awal pemahaman yang berbeda. Menurut nilai peri kemanusiaan dalam diri Anda, apakah usaha melacurkan diri itu termasuk dalam mata pencahariaan benar?
Sila ke tiga dalam Pancasila Buddhis menyatakan jelas untuk tidak melakukan aktivitas seks yang tidak sah alias berzinah. Pernikahan hanyalah pengesahan hubungan sepasang kekasih, yang tentunya dilandasi oleh norma-norma dan moralitas sebagai spesies unggulan bernama manusia. Oleh karena itu, secara lobha, berhubungan intim di bawah naungan mahligai pernikahan ataupun di bawah naungan pacaran adalah sama saja.Betul. Dengan istri, pacar, pelacur, hubungan seksualnya sama2 lobha. Yang membuatnya melanggar sila adalah status dari si wanita itu (bukan ibu/saudara kandung, anak di bawah umur, dan sebagainya).
Memberi batasan bahwa aktivitas seks yang sah adalah di bawah naungan pernikahan, adalah langkah Sang Buddha untuk meminimalisasi perilaku manusia yang semakin bergumul dengan lobha. Artinya Sang Buddha menetapkan konsekuensi bagi pria dan wanita yang ingin berhubungan intim. Setelah menikah, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi.Saya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?
Ya, betul sekali. Bagi saya merangsang birahi seseorang sama dengan merangsang kerakusan seseorang, membangkitkan kebencian seseorang (dalam film). Kalau pelacur salah, maka restoran, film2 tak berguna dan lagu2 picisan adalah salah.Kalau restoran, film-film dan lagu bisa memberikan nilai positif. Rumah makan bisa menyediakan makanan untuk orang yang lapar, film-film di DaAi TV itu memberi amanat baik bagi penontonnya. Lagu-lagu karya Bhante Giri juga "memberikan pemuasan indera pendengaran" bagi Umat Buddha. Lalu apakah usaha pelacuran itu memberi manfaat bagi kemajuan batin dan moralitas?
Betul. Dengan istri, pacar, pelacur, hubungan seksualnya sama2 lobha. Yang membuatnya melanggar sila adalah status dari si wanita itu (bukan ibu/saudara kandung, anak di bawah umur, dan sebagainya).Betul, bahkan istri yang sedang datang bulan pun sebenarnya tidak pantas untuk digauli oleh suami. Dan ini kontradiksi dengan salah satu konsep spiritual di Timur Tengah. Lalu menurut Anda apa fungsi pernikahan? Apakah Boddhisatta Siddhattha Gautama (yang juga memiliki kebijaksanaan tinggi) sebodoh itukah untuk menikah dengan Putri Yasodhara?
Saya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?Banyak referensi di internet dan buku-buku. Saya kasih salah satu referensi dasarnya yah... ;D
Kalau restoran, film-film dan lagu bisa memberikan nilai positif. Rumah makan bisa menyediakan makanan untuk orang yang lapar, film-film di DaAi TV itu memberi amanat baik bagi penontonnya. Lagu-lagu karya Bhante Giri juga "memberikan pemuasan indera pendengaran" bagi Umat Buddha. Lalu apakah usaha pelacuran itu memberi manfaat bagi kemajuan batin dan moralitas?Bro, manfaat sesuatu itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Anda mau cari manfaat pelacur? Saya berikan: mengurangi pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan. Belum lagi pelacur yang berkorban demi menghidupi anaknya. Apakah anda berani mengatakan pelacuran PASTI tidak bermanfaat?
Betul, bahkan istri yang sedang datang bulan pun sebenarnya tidak pantas untuk digauli oleh suami. Dan ini kontradiksi dengan salah satu konsep spiritual di Timur Tengah. Lalu menurut Anda apa fungsi pernikahan? Apakah Boddhisatta Siddhattha Gautama (yang juga memiliki kebijaksanaan tinggi) sebodoh itukah untuk menikah dengan Putri Yasodhara?Itu hanyalah bentuk budaya. Fungsinya berbeda di tempat dan kebudayaan berbeda. Tidak ada yang bodoh atau pintar dalam menikah. Hanya saja aturan2 dan hukum pernikahan tidaklah relevan jika diparalelkan dengan Buddha Dhamma.
Bukan penafsiran orang, Bro. Bukan juga masalah pernikahannya, tetapi masalah seksual dalam pernikahan dalam Sutta, yang dibahas oleh Buddha (atau mungkin para Savaka).Quote from: Kainyn_KuthoSaya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?Banyak referensi di internet dan buku-buku. Saya kasih salah satu referensi dasarnya yah... ;D
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=307&multi=Y&hal=1
Bro, manfaat sesuatu itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Anda mau cari manfaat pelacur? Saya berikan: mengurangi pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan. Belum lagi pelacur yang berkorban demi menghidupi anaknya. Apakah anda berani mengatakan pelacuran PASTI tidak bermanfaat?Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.
Itu hanyalah bentuk budaya. Fungsinya berbeda di tempat dan kebudayaan berbeda. Tidak ada yang bodoh atau pintar dalam menikah. Hanya saja aturan2 dan hukum pernikahan tidaklah relevan jika diparalelkan dengan Buddha Dhamma.Budaya hanyalah mencakup aspek tata-cara pernikahan. Bukan dalam aspek fungsi pernikahannya. Orang-orang suku primitif pun mengenal adanya pernikahan. Tujuannya untuk mengesahkan hubungan sepasang kekasih. Hubungannya tidak bisa diganggu-gugat, keduanya terikat hak dan tanggung-jawab, dan konsekuen dengan kesepakatannya ini. Ini jelas menunjukkan bahwa selaras dengan ajaran Sang Buddha. Pernikahan itu wujud kebahagiaan tertinggi di duniawi (Digha Nikaya).
Bukan penafsiran orang, Bro. Bukan juga masalah pernikahannya, tetapi masalah seksual dalam pernikahan dalam Sutta, yang dibahas oleh Buddha (atau mungkin para Savaka).Yang jelas, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa mengasingkan diri dari keramaian duniawi adalah pertapaan yang tinggi. Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula. Lalu bila saya hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi juga? Manusia itu hidup secara norma masyarakat juga, bro. Memang benar orang yang menikah itu juga dilandasi modus untuk mencari sarana penyaluran seks yang legal, atau Anda sebut itu dengan munafik. Tapi itulah yang disahkan secara norma. Bisa Anda bayangkan kalau semua Umat Buddha menganggap bahwa berhubungan intim dengan wanita pelacur itu tidak bertentangan dengan sila ke-3? Hmm... Kalau saya punya pikiran seperti itu, saya mungkin sudah menderita penyakit AIDS.
Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.
Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pulabenar, bila dibandingkan dengan org tak menikah yg 'jajan disana sini' dan org yg sering selingkuh, tapi tidak bagi org yg hidup selibat
hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi jugabukan masalah setia atau tidaknya, tapi kelakuannya, setia sm 1 org tapi kumpul kebo ya sama aja kelakuannya
Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.Lagi-lagi anda keliru menangkap. Saya katakan sekali lagi, manfaat itu bukan karena objeknya, tetapi karena kita masing-masing. Apakah pelacuran ditingkatkan atau dikurangi, selama kita menyikapinya dengan tidak benar, maka tidak akan bermanfaat. Yang saya berikan contohnya (mengurangi pemerkosaan & kemunafikan) adalah manfaat adanya pelacur bagi mereka yang menyikapi dengan benar. Anda tidak netral kalau mengatakan produk pelacuran tidak bermanfaat, sedangkan produk lagu ga mutu itu bermanfaat. Saya bilang bermanfaat atau tidak, tergantung dari kitanya masing-masing.
Budaya hanyalah mencakup aspek tata-cara pernikahan. Bukan dalam aspek fungsi pernikahannya. Orang-orang suku primitif pun mengenal adanya pernikahan. Tujuannya untuk mengesahkan hubungan sepasang kekasih. Hubungannya tidak bisa diganggu-gugat, keduanya terikat hak dan tanggung-jawab, dan konsekuen dengan kesepakatannya ini. Ini jelas menunjukkan bahwa selaras dengan ajaran Sang Buddha. Pernikahan itu wujud kebahagiaan tertinggi di duniawi (Digha Nikaya).Betulkah hanya tata-cara pernikahannya? Betulkah menurut anda aspek fungsinya tetap sama?
Yang jelas, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa mengasingkan diri dari keramaian duniawi adalah pertapaan yang tinggi. Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula.Ini yang saya cari. Dulu saya baca dari Samaggi-phala, ayatnya ada di Anguttara Nikaya IV,55. Tetapi ternyata tidak ada dikatakan tentang setia pada satu pasangan adalah pertapaan juga. Bisa bantu saya?
Lalu bila saya hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi juga? Manusia itu hidup secara norma masyarakat juga, bro.Betul, maka saya bilang umat Buddha harus mematuhi norma yang berlaku dan hukum negara, walaupun dalam dhamma tidak dikatakan bertentangan. Dan ya, "kumpul kebo" yang setia pada satu pasangan adalah satu bentuk pertapaan juga (walaupun tidak sesuai dilakukan di negara yang tidak melegalkannya, seperti Indonesia).
Memang benar orang yang menikah itu juga dilandasi modus untuk mencari sarana penyaluran seks yang legal, atau Anda sebut itu dengan munafik.Yang saya sebut munafik adalah mengutuk para pelacur sementara menikmati keindahan pelacur; bathinnya terusik oleh pelacur, tapi mengaku suci. Tidak ada yang munafik dalam memuaskan hasrat secara benar dengan istri.
Tapi itulah yang disahkan secara norma. Bisa Anda bayangkan kalau semua Umat Buddha menganggap bahwa berhubungan intim dengan wanita pelacur itu tidak bertentangan dengan sila ke-3? Hmm... Kalau saya punya pikiran seperti itu, saya mungkin sudah mennderitas penyakit AIDS.Lagi-lagi anda menyalahkan objek luar.
Lagi-lagi anda keliru menangkap. Saya katakan sekali lagi, manfaat itu bukan karena objeknya, tetapi karena kita masing-masing. Apakah pelacuran ditingkatkan atau dikurangi, selama kita menyikapinya dengan tidak benar, maka tidak akan bermanfaat. Yang saya berikan contohnya (mengurangi pemerkosaan & kemunafikan) adalah manfaat adanya pelacur bagi mereka yang menyikapi dengan benar. Anda tidak netral kalau mengatakan produk pelacuran tidak bermanfaat, sedangkan produk lagu ga mutu itu bermanfaat. Saya bilang bermanfaat atau tidak, tergantung dari kitanya masing-masing.Apakah saya harus netral dengan menyatakan bahwa melanggar sila adalah bermanfaat?
Sama seperti pertambahan/pengurangan pelacuran, pertambahan/pengurangan lagu tak bermutu TIDAK menjamin kemajuan bathin masyarakat. Lalu apakah suatu produk bermanfaat atau tidak, itu tergantung kita menyikapinya, dan saya sudah memberikan contoh bagaimana pelacuran bisa bermanfaat.
Betulkah hanya tata-cara pernikahannya? Betulkah menurut anda aspek fungsinya tetap sama? Saya kasih contoh sederhana. Apakah perkawinan dalam masyarakat India kuno yang mengenal Kasta sama dengan kita sekarang? Apakah aspek fungsi pernikahan kakak-beradik, asal mula suku Sakya, sama seperti dalam masyarakat sekarang? Kalau anda masih bilang sama, coba research tentang nikah mut'ah.Apakah ada pernikahan di mana suami-istri tidak terikat dalam satu hubungan? Apakah ada status pernikahan yang melegalkan hubungan seks dengan orang ke tiga?
Ini yang saya cari. Dulu saya baca dari Samaggi-phala, ayatnya ada di Anguttara Nikaya IV,55. Tetapi ternyata tidak ada dikatakan tentang setia pada satu pasangan adalah pertapaan juga. Bisa bantu saya?Saya lupa pernah membaca di mana. Saya rasa rekan-rekan di sini juga pernah membaca pernyataan seperti itu di sutta. Mungkin rekan-rekan yang lain bisa membantu.
Betul, maka saya bilang umat Buddha harus mematuhi norma yang berlaku dan hukum negara, walaupun dalam dhamma tidak dikatakan bertentangan. Dan ya, "kumpul kebo" yang setia pada satu pasangan adalah satu bentuk pertapaan juga (walaupun tidak sesuai dilakukan di negara yang tidak melegalkannya, seperti Indonesia).Betul. Di Inggris, sepasang kekasih yang mempunyai anak di luar pernikahan adalah dilegalkan. Oleh karena itu, di negara barat banyak pernikahan yang dihadiri oleh anak dari sepasang pengantin itu. Sampai di sini, kita harus sepakat bahwa pernikahan hanyalah formalitas untuk mengesahkan suatu hubungan sepasang kekasih.
Yang saya sebut munafik adalah mengutuk para pelacur sementara menikmati keindahan pelacur; bathinnya terusik oleh pelacur, tapi mengaku suci. Tidak ada yang munafik dalam memuaskan hasrat secara benar dengan istri.Saya tidak termasuk orang munafik.
Lagi-lagi anda menyalahkan objek luar. Baiklah, kalau berhadapan dengan bayi yang harus disuapi dogma-dogma tentang sila, saya tidak akan menjawab.Bailah kalau Anda adalah seorang yang cukup memahami Dhamma, dan bisa menghindari dunia pelacuran. Namun bagaimana dengan Umat Buddha lainya? Belum tentu semua orang memiliki pemahaman seperti Anda. Bisa saja ketika mereka mendengar bahwa menyewa WTS tidak melanggar sila, lalu mereka pun gencar mengadakan perburuannya.
Kalau berhadapan dengan orang yang berusaha dewasa dan mengerti tentang dhamma, saya akan menjawab dengan jujur bahwa itu tidak bertentangan dengan sila ke tiga. Anda mungkin sudah kena AIDS? Saya telah menggenggam pelacur tidak bersalah lebih dari 10 tahun. Begitu pula sejak belajar Dhamma, (dalam kondisi tertentu) saya melihat tetap tidak melanggar sila ke tiga. Ironisnya, saya tidak pernah menggunakan jasa pelacur sama sekali. Jadi saya atau anda yang ngaco? Atau jika anda terkena AIDS, anda mau melemparkan kesalahan pada sila ke tiga-nya?
:)
Apakah saya harus netral dengan menyatakan bahwa melanggar sila adalah bermanfaat?Pertama, anda tidak netral karena sudah memvonisnya melanggar sila, padahal sudah dijelaskan bahwa dalam uraian sila ke tiga, pelacur tidak termasuk.
Jawaban Anda kembali pada uaraian sebelumnya. Padahal saya berusaha mengangakat pembicaraan pada level sumbangsih positif dalam kemajuan batin dan moralitas. Namun Anda tetap saja tidak bisa membuktikan bahwa bisnis prostitusi adalah bisnis yang berfondasi diYa, saya memang berusaha tetap pada konteks. Dalam hal ini, anda sudah menetapkan yang mana fondasi jalan kebaikan dan yang mana yang bukan. Saya di lain pihak, tidak bisa membaca pikiran orang lain dan tidak tahu keterkondisian seseorang sehingga harus menempuh jalan yang menyedihkan itu. Maka saya tidak berani menilainya apakah itu didasarkan asas manfaat atau apa. Setidaknya, saya menemukan keberadaan pelacur itu bisa bermanfaat, dan juga bagi saya, mereka tidak mengganggu (tidak seperti kriminal yang merugikan orang lain).
jalan kebaikan. Saya tidak mengecam orang yang melacurkan diri atau orang yang menghibahkan tubuhnya di atas bentuk pelacuran. Saya hanya mengungkapkan realitas, bahwa tidak ada nilai postif yang diseumbangkan dari pelacuran pada kemajuan batin seseorang. Di luar dari itu, tentunya ada nilai positif, seperti mencari nafkah dll.
Apakah ada pernikahan di mana suami-istri tidak terikat dalam satu hubungan? Apakah ada status pernikahan yang melegalkan hubungan seks dengan orang ke tiga?:) Makanya saya suruh anda research tentang kebudayaan di seluruh dunia. Nanti akan anda temukan sendiri jawaban yang sangat menarik. Bahkan lebih menarik dari sekadar melegalkan hubungan dengan orang ke tiga dan keterikatan hubungan. ;D
OK.Quote from: Kainyn_KuthoIni yang saya cari. Dulu saya baca dari Samaggi-phala, ayatnya ada di Anguttara Nikaya IV,55. Tetapi ternyata tidak ada dikatakan tentang setia pada satu pasangan adalah pertapaan juga. Bisa bantu saya?Saya lupa pernah membaca di mana. Saya rasa rekan-rekan di sini juga pernah membaca pernyataan seperti itu di sutta. Mungkin rekan-rekan yang lain bisa membantu.
Betul. Di Inggris, sepasang kekasih yang mempunyai anak di luar pernikahan adalah dilegalkan. Oleh karena itu, di negara barat banyak pernikahan yang dihadiri oleh anak dari sepasang pengantin itu. Sampai di sini, kita harus sepakat bahwa pernikahan hanyalah formalitas untuk mengesahkan suatu hubungan sepasang kekasih.Ya, menurut saya begitu.
Saya sama sekali tidak ada maksud mengatakan anda atau siapapun munafik.Quote from: Kainyn_KuthoYang saya sebut munafik adalah mengutuk para pelacur sementara menikmati keindahan pelacur; bathinnya terusik oleh pelacur, tapi mengaku suci. Tidak ada yang munafik dalam memuaskan hasrat secara benar dengan istri.Saya tidak termasuk orang munafik.
Bailah kalau Anda adalah seorang yang cukup memahami Dhamma, dan bisa menghindari dunia pelacuran. Namun bagaimana dengan Umat Buddha lainya? Belum tentu semua orang memiliki pemahaman seperti Anda. Bisa saja ketika mereka mendengar bahwa menyewa WTS tidak melanggar sila, lalu mereka pun gencar mangadakan perburuannya.Tidak bisa dikatakan saya telah paham Dhamma. Lalu, bagaimanapun juga sila dibuat, sama seperti hukum, pasti tetap ada celahnya. Ini berhubungan dengan topik sebelah, "Sati adalah sila tertinggi". Itulah yang harus "dicekoki" ke semua umat Buddha disamping pengetahuan tentang sila. Di manapun orang mengembangkan sati, mengamati lobha yang muncul dalam dirinya, semua sila apakah mengenai pelanggaran karena objek, pengetahuan akusala kamma vipaka serta nilai-nilai hafalan yang diajarkan di pelajaran agama, sudah tidak relevan lagi. Ia hanya melihat bagaimana lobha muncul lewat kontak indriah, dan lobha tetaplah lobha bagaimanapun sila dan agama mengaturnya.
Saya tidak melihat pelacur itu rendah. Saya juga sudah menggenggam pemahaman bahwa pelacur tak bersalah selama lebih dari 20 tahun. Yang saya salahkan adalah bisnis prostitusinya, dan konsumen yang memakai produk prostitusi ini. Saat ini saya tidak mengidap AIDS. Saya tidak pernah melihat sila ke tiga sebagai pembatas saya dalam berperilaku. Saya melihat sila ke tiga sebagai batasan yang jelas, untuk berjalan di sisi kebaikan atau berjalan di sisi keburukan. Saya sudah pernah menjelaskan di portingan kemarin, kalau sila puttuhjana hanyalah garis batas yang membedakan antara kebaikan dengan keburukan.Ya, saya tahu anda tidak mengidap AIDS. Juga saya rasa anda bukanlah konsumen prostitusi. :) Itu hanya perumpamaan aja bahwa seorang tidak boleh menyalahkan pihak luar atas akibat perbuatan buruknya.
:)
Pertama, anda tidak netral karena sudah memvonisnya melanggar sila, padahal sudah dijelaskan bahwa dalam uraian sila ke tiga, pelacur tidak termasuk.Menurut saya, perbuatan di jalan keburukan (akusala kamma) adalah pelanggaran sila.
Ya, saya memang berusaha tetap pada konteks. Dalam hal ini, anda sudah menetapkan yang mana fondasi jalan kebaikan dan yang mana yang bukan. Saya di lain pihak, tidak bisa membaca pikiran orang lain dan tidak tahu keterkondisian seseorang sehingga harus menempuh jalan yang menyedihkan itu. Maka saya tidak berani menilainya apakah itu didasarkan asas manfaat atau apa. Setidaknya, saya menemukan keberadaan pelacur itu bisa bermanfaat, dan juga bagi saya, mereka tidak mengganggu (tidak seperti kriminal yang merugikan orang lain).Membunuh dengan alasan kebaikan pun tetap saja pelanggaran sila. Orang yang melacurkan diri bisa didorong oleh berbagai modus, baik karena terhimpit kebutuhan ekonomi sampai pemuasan indera. Apapun alasannya, tetap saja akusala kamma. Dan begitu pula sebaliknya ketika berbuat sesuatu di jalan kebaikan.
Di lain pihak, di ekstrem lainnya, membangun rumah ibadah juga BELUM TENTU berdasarkan fondasi jalan kebaikan.
:) Makanya saya suruh anda research tentang kebudayaan di seluruh dunia. Nanti akan anda temukan sendiri jawaban yang sangat menarik. Bahkan lebih menarik dari sekadar melegalkan hubungan dengan orang ke tiga dan keterikatan hubungan. ;DSekarang saya yang gantian ingin meminta referensi dari Anda. ;D
Tidak bisa dikatakan saya telah paham Dhamma. Lalu, bagaimanapun juga sila dibuat, sama seperti hukum, pasti tetap ada celahnya. Ini berhubungan dengan topik sebelah, "Sati adalah sila tertinggi". Itulah yang harus "dicekoki" ke semua umat Buddha disamping pengetahuan tentang sila. Di manapun orang mengembangkan sati, mengamati lobha yang muncul dalam dirinya, semua sila apakah mengenai pelanggaran karena objek, pengetahuan akusala kamma vipaka serta nilai-nilai hafalan yang diajarkan di pelajaran agama, sudah tidak relevan lagi. Ia hanya melihat bagaimana lobha muncul lewat kontak indriah, dan lobha tetaplah lobha bagaimanapun sila dan agama mengaturnya.Makanya, manusia itu cenderung mencari celah dalam suatu peraturan. "Jangan berbohong". Tetap saja ada yang berdalih saya berbohong untuk kebaikan. Saya berbohong karena takut dibunuh, dan sebagainya. Celah-celah dan pembenaran selalu ada dan bisa ditemukan. Apalagi dengan keterbatasan padanan kata di Alam Semesta ini. Ujung-ujungnya, kalau dalam Buddhisme sering diberi ultimatum : "terima saja buah kammamu kelak". End of story.
Tanpa sati, orang tetap mencari pembenaran. Contoh gampangnya adalah berselingkuh dengan dalih "ah, tunangannya 'kan blom resmi" ataupun "dia juga udah ga cinta lagi dan udah mau cerai ama suaminya, jadi technically dia udah bukan bini orang". Tidak ada habisnya.
Umat Buddha bukan konsumen dogma, tetapi orang yang berusaha lebih baik mengerti dan membuktikan dhamma.
Ya, saya tahu anda tidak mengidap AIDS. Juga saya rasa anda bukanlah konsumen prostitusi. :) Itu hanya perumpamaan aja bahwa seorang tidak boleh menyalahkan pihak luar atas akibat perbuatan buruknya.Tentu saja saya tidak akan menyalahkan pihak luar. Dan semoga saya selalu konsisten dalam prinsip ini. :)
Menurut saya, perbuatan di jalan keburukan (akusala kamma) adalah pelanggaran sila.
Menurut saya, perbuatan di jalan keburukan (akusala kamma) adalah pelanggaran sila.Secara umum, dikatakan bahwa pancasila adalah yang menjaga seseorang lahir di alam baik (sedikitnya manusia). Soal akusala dan kusala, itu sudah terlalu luas untuk diatur dalam sila.
Membunuh dengan alasan kebaikan pun tetap saja pelanggaran sila. Orang yang melacurkan diri bisa didorong oleh berbagai modus, baik karena terhimpit kebutuhan ekonomi sampai pemuasan indera. Apapun alasannya, tetap saja akusala kamma. Dan begitu pula sebaliknya ketika berbuat sesuatu di jalan kebaikan.Memang itu adalah akusala kamma. Tapi saya tidak melihatnya sebagai pelanggaran sila. Mengapa demikian? Seorang wanita, dengan maksud mendapatkan harta dari pria, mengikatnya dalam suatu ikatan, termasuk berhubungan seksual, mendapatkan keuntungan dari harta si pria, kemudian memutuskan hubungan. Apa anda lihat ini hanya dalam pelacuran, atau ada juga dalam pernikahan?
Saya beri contekan, nanti anda coba cari sumber lain. Anda tahu di kepercayaan lain ada yang memperbolehkan poligami? Itu adalah pengesahan berhubungan dengan orang ke tiga, dan seterusnya. Mungkin anda juga tahu mengenai kawin kontrak? Itu adalah hubungan seksual yang disahkan dalam jangka waktu tertentu. Saya melihatnya secara sederhana adalah prostitusi jangka panjang (lebih dari semalam). Beberapa budaya juga tidak mengenal "pemerkosaan pasangan" (spousal rape), jadi pemaksaan hubungan seksual kepada pasangan tidak dilihat sebagai pemerkosaan, sedangkan di tempat lain tidak begitu. Di budaya tertentu juga menganut sistem Matriach dan tempat lain Patriach. Di situ nilai pernikahan dan peran pria dan wanita bisa berbeda jauh.Quote from: Kainyn_Kutho:) Makanya saya suruh anda research tentang kebudayaan di seluruh dunia. Nanti akan anda temukan sendiri jawaban yang sangat menarik. Bahkan lebih menarik dari sekadar melegalkan hubungan dengan orang ke tiga dan keterikatan hubungan. ;DSekarang saya yang gantian ingin meminta referensi dari Anda. ;D
Makanya, manusia itu cenderung mencari celah dalam suatu peraturan. "Jangan berbohong". Tetap saja ada yang berdalih saya berbohong untuk kebaikan. Saya berbohong karena takut dibunuh, dan sebagainya. Celah-celah dan pembenaran selalu ada dan bisa ditemukan. Apalagi dengan keterbatasan padanan kata di Alam Semesta ini. Ujung-ujungnya, kalau dalam Buddhisme sering diberi ultimatum : "terima saja buah kammamu kelak". End of story.Ya betul, orang dengan kesadaran diri tidak perlu ditakuti dengan hukuman ataupun diimingi hadiah untuk melakukan hal yang bermanfaat. Sebaliknya orang yang memang kriminal, tetap saja bisa mencari pembenaran atas perbuatannya. Maka saya tetap "keras kepala" mengatakan itu tidak melanggar sila, walaupun akan kontroversial.
Semoga demikian.Quote from: Kainyn_KuthoYa, saya tahu anda tidak mengidap AIDS. Juga saya rasa anda bukanlah konsumen prostitusi. :) Itu hanya perumpamaan aja bahwa seorang tidak boleh menyalahkan pihak luar atas akibat perbuatan buruknya.Tentu saja saya tidak akan menyalahkan pihak luar. Dan semoga saya selalu konsisten dalam prinsip ini. :)
Secara umum, dikatakan bahwa pancasila adalah yang menjaga seseorang lahir di alam baik (sedikitnya manusia). Soal akusala dan kusala, itu sudah terlalu luas untuk diatur dalam sila.
Secara umum, dikatakan bahwa pancasila adalah yang menjaga seseorang lahir di alam baik (sedikitnya manusia). Soal akusala dan kusala, itu sudah terlalu luas untuk diatur dalam sila.Pancasila Buddhis itu standar dasar untuk berjalan di jalan kebaikan = moralitas. Menurut saya, tidak ada perbuatan amoral yang tidak bertentangan dengan konsep moralitas.
Memang itu adalah akusala kamma. Tapi saya tidak melihatnya sebagai pelanggaran sila. Mengapa demikian? Seorang wanita, dengan maksud mendapatkan harta dari pria, mengikatnya dalam suatu ikatan, termasuk berhubungan seksual, mendapatkan keuntungan dari harta si pria, kemudian memutuskan hubungan. Apa anda lihat ini hanya dalam pelacuran, atau ada juga dalam pernikahan?Sudah kita sepakati bahwa pernikahan hanyalah formalitas. Pernikahan adalah kebahagiaan tertinggi di duniawi. Sang Buddha menyatakan demikian tentunya atas dasar konsep pernikahan yang baik, bukan pernikahan demi harta. Sebagai manusia, pelacur bisa lebih mulia dari pemuka agama. Namun perbuatan melacurkan diri itu tidak lebih mulia dari keteguhan dalam sila.
Dari konteks hukum dan budaya, sudah jelas hubungan yang disahkan adalah benar dan pelacuran adalah salah. Tetapi secara kesadaran moral, keduanya tidak terlalu berbeda bukan? Banyak pelacur yang terlihat terhormat, bahkan di antara kita.
Saya beri contekan, nanti anda coba cari sumber lain. Anda tahu di kepercayaan lain ada yang memperbolehkan poligami? Itu adalah pengesahan berhubungan dengan orang ke tiga, dan seterusnya. Mungkin anda juga tahu mengenai kawin kontrak? Itu adalah hubungan seksual yang disahkan dalam jangka waktu tertentu. Saya melihatnya secara sederhana adalah prostitusi jangka panjang (lebih dari semalam). Beberapa budaya juga tidak mengenal "pemerkosaan pasangan" (spousal rape), jadi pemaksaan hubungan seksual kepada pasangan tidak dilihat sebagai pemerkosaan, sedangkan di tempat lain tidak begitu. Di budaya tertentu juga menganut sistem Matriach dan tempat lain Patriach. Di situ nilai pernikahan dan peran pria dan wanita bisa berbeda jauh.Poligami masih sah, karena aktivitas seks yang dilakukan berada di bawah naungan mahligai pernikahan. Kawin kontrak adalah pernikahan yang bukan real. Spousal rape ini adalah aktivitas seks yang tidak pantas dalam Buddhadhamma. Ini sudah saya singgung sedikit di posting-posting sebelumnya. Matriach dan patriach juga bukan berdasarkan pernikahan yang seseungguhnya. Pernyataan Sang Buddha mengenai kebahagiaan dari pernikahan itu harus kita lihat dalam konteks pernikahan sesungguhnya, yang baik.
Ya betul, orang dengan kesadaran diri tidak perlu ditakuti dengan hukuman ataupun diimingi hadiah untuk melakukan hal yang bermanfaat. Sebaliknya orang yang memang kriminal, tetap saja bisa mencari pembenaran atas perbuatannya. Maka saya tetap "keras kepala" mengatakan itu tidak melanggar sila, walaupun akan kontroversial.Anggap saja hal itu tidak melanggar pancasila. Jadi perbuatan menganiaya makhluk hidup pun tidak melanggar pancasila. Dan karenanya, umat awam bisa menjalankan pancasila dengan cukup baik namun melakukan penganiayaan terhadap makhluk lain secara konstan dan kontiniu. Apakah kelak orang itu akan terlahir di alam yang menyenangkan?
Semoga demikian.Saya sependapat dengan Anda.
Berarti terperosoknya seseorang pada pelacur, tidak bisa disalahkan kepada keberadaan prostitusinya, bukan? :) Ini juga supaya umat Buddha tidak ada yang merazia rumah makan yang buka setelah pukul 12 siang pada hari Uposatha. Jangan menyalahkan objek luar.
Pancasila Buddhis itu standar dasar untuk berjalan di jalan kebaikan = moralitas. Menurut saya, tidak ada perbuatan amoral yang tidak bertentangan dengan konsep moralitas.Betul, dalam konteks kamma, semua akusala adalah bertentangan dengan dhamma. Tetapi dalam konteks pancasila, perbuatan itu tidak melanggarnya (dengan kata lain, secara umum, walaupun perbuatan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri, belum tentu membawa orang terlahir pada alam sengsara).
Sudah kita sepakati bahwa pernikahan hanyalah formalitas. Pernikahan adalah kebahagiaan tertinggi di duniawi. Sang Buddha menyatakan demikian tentunya atas dasar konsep pernikahan yang baik, bukan pernikahan demi harta. Sebagai manusia, pelacur bisa lebih mulia dari pemuka agama. Namun perbuatan melacurkan diri itu tidak lebih mulia dari keteguhan dalam sila.Di sini yang saya tekankan adalah "pelacuran" secara moralitas tidak hanya dilakukan pelacur, tetapi semua orang. Bedanya, ada yang melakukannya dengan terbuka, ada yang dengan kedok hukum. Saya bukan mempermasalahkan pernikahan itu tidak bisa baik. Tentu saja bisa baik.
Poligami masih sah, karena aktivitas seks yang dilakukan berada di bawah naungan mahligai pernikahan. Kawin kontrak adalah pernikahan yang bukan real. Spousal rape ini adalah aktivitas seks yang tidak pantas dalam Buddhadhamma. Ini sudah saya singgung sedikit di posting-posting sebelumnya. Matriach dan patriach juga bukan berdasarkan pernikahan yang seseungguhnya. Pernyataan Sang Buddha mengenai kebahagiaan dari pernikahan itu harus kita lihat dalam konteks pernikahan sesungguhnya, yang baik.:) Saya menyinggung hal2 tersebut untuk memberikan contoh perbedaan makna pernikahan, yang bukan selalu dengan satu pasangan ataupun 'setia sampai mati'. Kalau menilainya sesuai dengan dhamma atau tidak, sudah beda soal, dan sebaiknya tidak dibicarakan di sini, nanti OOT. Dan juga sebetulnya fokus saya bukanlah pernikahan itu sendiri, tetapi seksualitas dalam pernikahan, dan saya berikan contoh di mana seksualitas dalam pernikahan di berbeda tempat, juga berbeda. Tidak selalu sesuai dengan dhamma (yang berkembang dengan pengaruh budaya India).
Anggap saja hal itu tidak melanggar pancasila. Jadi perbuatan menganiaya makhluk hidup pun tidak melanggar pancasila. Dan karenanya, umat awam bisa menjalankan pancasila dengan cukup baik namun melakukan penganiayaan terhadap makhluk lain secara konstan dan kontiniu. Apakah kelak orang itu akan terlahir di alam yang menyenangkan?Mengapa tidak? Terlahir di alam menyenangkan, apakah selalu terhindar dari penyiksaan?
Betul, dalam konteks kamma, semua akusala adalah bertentangan dengan dhamma. Tetapi dalam konteks pancasila, perbuatan itu tidak melanggarnya (dengan kata lain, secara umum, walaupun perbuatan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri, belum tentu membawa orang terlahir pada alam sengsara).Inilah celah-celah yang terbuka dengan jelas. Caution : "Wet Floor". ;D
Di sini yang saya tekankan adalah "pelacuran" secara moralitas tidak hanya dilakukan pelacur, tetapi semua orang. Bedanya, ada yang melakukannya dengan terbuka, ada yang dengan kedok hukum. Saya bukan mempermasalahkan pernikahan itu tidak bisa baik. Tentu saja bisa baik.Sebaiknya jangan memakai kalimat yang terlalu komprehensif seperti itu. Itu bisa menjadi bumerang. Mungkin perlu saya sedikit klarisifikasi : "pernikahan yang bukan sesungguhnya, pernikahan yang tidak baik, bisa menjadi sarana prostitusi terselubung".
:) Saya menyinggung hal2 tersebut untuk memberikan contoh perbedaan makna pernikahan, yang bukan selalu dengan satu pasangan ataupun 'setia sampai mati'. Kalau menilainya sesuai dengan dhamma atau tidak, sudah beda soal, dan sebaiknya tidak dibicarakan di sini, nanti OOT. Dan juga sebetulnya fokus saya bukanlah pernikahan itu sendiri, tetapi seksualitas dalam pernikahan, dan saya berikan contoh di mana seksualitas dalam pernikahan di berbeda tempat, juga berbeda. Tidak selalu sesuai dengan dhamma (yang berkembang dengan pengaruh budaya India).Tentu saja, bro. Di dalam pernikahan baik yang dimaksud Sang Buddha, seharusnya ada aktivitas seks antar suami-istri yang benar, sehat dan baik. Ini bukan sesuai standarisasi kebudayaan India Kuno. Ini universal. Dan jenis-jenis pernikahan yang Anda sebutkan itu adalah pernikahan yang tidak baik, menyimpang dari hakikat pernikahan sesungguhnya.
Mengapa tidak? Terlahir di alam menyenangkan, apakah selalu terhindar dari penyiksaan?Bila saya menjalankan pancasila seumur hidup, meski ada bolong-bolongnya ;D, namun saya lebih banyak berbuat kamma baik, dan sebelum meninggal, pikiran saya mengambil objek yang baik, saya juga bisa terlahir di alam yang menyenangkan bukan?
Dalam suatu kisah jataka, seorang petapa pernah dipancang selama beberapa hari sampai setengah mati karena kesalahpahaman raja terhadap dirinya. Bodhisatta yang adalah kawan petapa itu melihat bahwa di masa lalu petapa itu pernah menancapkan serpihan kayu pada seekor lalat dengan sengaja. Namun kemudian menyadari dan menyabutnya, dan tidak membunuh lalat itu. Maka Bodhisatta mengetahui bahwa petapa itu tidak akan mati terpancang dan memberinya semangat dengan duduk di bawahnya sampai darah yang menetes itu menutupi badan Bodhisatta. Melihat keteguhan Bodhisatta, Akhirnya raja percaya dan membatalkan hukumannya itu. Petapa itu tidak lain adalah Sariputta dalam kehidupan lampaunya.
Jadi kalau ada umat Buddha berencana untuk hidup tersiksa di masa depan, silahkan menyiksa mahluk mulai sekarang.
;D
Di dalam pernikahan baik yang dimaksud Sang Buddha, seharusnya ada aktivitas seks antar suami-istri yang benar, sehat dan baik
;D kalo yg pantas, adalah yang minimal, kalo dalam kebudayaan manusia ya pernikahan lah, tapi tetap tak disarankan ;D
karena pada dasarnya seks itu tak ada yang pantas, karena segala macam seks adalah lobha :))
pantas jika harus diselaraskan dengan kebudayaan, dan norma masyarakat az
bagi saia, pernikahan adalah janji untuk tak banyak melakukan lobha dengan banyak orang
tapi tanpa pernikahan pun, hal itu bisa dilakukan
Namun dalam aktivitas seks yang wajar, tentu ada ketentuan dan kelayakannya. Dan salah satu yang menjadi fondasinya adalah seks dalam ikatan pernikahan yang baik, yaitu sebagai hubungan suami isteri.
:-w :-w :-w lagi-lagi tipu muslihat agar org mau menikah
yang layak itu didasari lobha gak?
gaya seks yg pantas dalam buddhisme itu kek gmana ya ???
yang layak itu didasari lobha gak?
e gimana seh
menikah aja dah gara2 lobha.
apalagi seksnya.
Quote:-w :-w :-w lagi-lagi tipu muslihat agar org mau menikah
mang sis Reenzia gak mau nikah yakkkkkkkkkkk :)) ... :hammer: :hammer: :hammer:
gaya seks yg pantas dalam buddhisme itu kek gmana ya ???
mungkin gaya bebas kaleee... yang nggak pake maksa-maksain... :hammer: ...
aneh, sungguh aneh... :))
yang layak itu didasari lobha gak?
e gimana seh
menikah aja dah gara2 lobha.
apalagi seksnya.
nah itu dia maksud saia, gimanapun bentuknya seks, mau layak ato tidak kek, dinaungi pernikahan atau tidak
tetap aja pasti ada lobha, demikian pula dengan pernikahan dan melakukan seks yang disebut dengan LAYAK
tetap aja menghasilkan dan didasari oleh lobha
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
ada pasangan yang menikah namun tidak ingin berhubungan karena dua2nya sangat sangat Buddhist sekali sehingga dikira hubungan seks adalah kotor. dan mereka mengejar kehidupan suci dengan ekstrim sepeti ini(maksudnya dikasih jadi bhikkhu bhikkuni ga boleh ama keluarganya)
gaya seks yg pantas dalam buddhisme itu kek gmana ya ???
mungkin gaya bebas kaleee... yang nggak pake maksa-maksain... :hammer: ...
aneh, sungguh aneh... :))
pertanyaan aneh bisa merujuk pada Buddha mengajar gaya seks, jawabannya adalah tidak ada.
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
ada pasangan yang menikah namun tidak ingin berhubungan karena dua2nya sangat sangat Buddhist sekali sehingga dikira hubungan seks adalah kotor. dan mereka mengejar kehidupan suci dengan ekstrim sepeti ini(maksudnya dikasih jadi bhikkhu bhikkuni ga boleh ama keluarganya)
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
tentang pernikahan atau sex atau dua-duanya atau bukan dua-duanya ?? :hammer:
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
belum tentu bro... bisa aja klo baru nikah terus malemnya gak ketemu alias berpisah (tapi bukan cerai lho)...
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
tentang pernikahan atau sex atau dua-duanya atau bukan dua-duanya ?? :hammer:
kedua-duanya lah, gak menikah dianggap aneh, menikah gak melakukan hubungan pun dianggap aneh [kalo normal]
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
pendeta kan masih boleh married ? kecuali kalo pastor
perlu disebutkan ?
paling cuma dua, kalo ga masturbasi pasti 'jajan'
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
tentang pernikahan atau sex atau dua-duanya atau bukan dua-duanya ?? :hammer:
kedua-duanya lah, gak menikah dianggap aneh, menikah gak melakukan hubungan pun dianggap aneh [kalo normal]
makanya... klo emang gak niat untuk melakukan hubungan seks dan ingin bebas dari status sosial, mendingan jadi biarawan/ti aja kaleee yee... :))
Toh klo hubungan seks hanya untuk mendapatkan keturunan saja juga masih wajar dan manusiawi koq... Buktinya, klo gak ada hubungan sex, apa kita-kita bakal ada di sini ?? :P
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
pendeta kan masih boleh married ? kecuali kalo pastor
perlu disebutkan ?
paling cuma dua, kalo ga masturbasi pasti 'jajan'
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
gak dijodohkan pun, yg sekarang udah di'paksa' oleh persepsi, pandangan, tuntutan masyarakat dan keluarga kok
coba sebutkan apa aja yg terjadi jika seseorang melajang tapi tak jadi bikkhu ato pendeta?
tentang pernikahan atau sex atau dua-duanya atau bukan dua-duanya ?? :hammer:
kedua-duanya lah, gak menikah dianggap aneh, menikah gak melakukan hubungan pun dianggap aneh [kalo normal]
makanya... klo emang gak niat untuk melakukan hubungan seks dan ingin bebas dari status sosial, mendingan jadi biarawan/ti aja kaleee yee... :))
Toh klo hubungan seks hanya untuk mendapatkan keturunan saja juga masih wajar dan manusiawi koq... Buktinya, klo gak ada hubungan sex, apa kita-kita bakal ada di sini ?? :P
wajar dan manusiawi, apakah harus? kan dah dijelasin panjang lebar diatas itu, apakah hubungan seks adalah kebenaran dan sudah seharusnya dilakukan?
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
belum tentu bro... bisa aja klo baru nikah terus malemnya gak ketemu alias berpisah (tapi bukan cerai lho)...
Kamu cuma mikir malam pertama doang sih ahh..
keharusan atau pun tidak, itu pilihan...
Quotekeharusan atau pun tidak, itu pilihan...
emank pilihan individu, tapi pilihan itu tak selalu bisa sejalan dengan kebiasaan dan selalu lepas dari persepsi masyarakat
ngomongin "anu" kok makin "tebel" pagenya dan makin "panjang" tulisannya yah
Quotekeharusan atau pun tidak, itu pilihan...
emank pilihan individu, tapi pilihan itu tak selalu bisa sejalan dengan kebiasaan dan selalu lepas dari persepsi masyarakat
yup... karena manusia makhluk sosial dan gak bisa berdiri sendiri... :)
Kalo kita mau memilih dan pilihan itu terlepas dari pandangan masyarakat, mungkin ada baiknya kita tinggal di tempat yang tak ada manusianya dulu baru kita lanjutkan pilihan kita... :P
manusia mahluk sosial itu kebenaran atau persepsi?
apakah benar 100% bahwa manusia pasti tak akan pernah bisa hidup sendiri?
apakah pandangan masyarakat adalah kebenaran?
tapi manusia bisa hidup tanpa sosialisasi
kebutuhan untuk terus bersosialisasi dengan orang lain juga adalah kemelekatan
tapi bukan berarti bersosialisasi adalah akusala kamma
tapi kenapa ada yang bisa bertapa dan menyendiri selama bertahun-tahun?
Quotetapi kenapa ada yang bisa bertapa dan menyendiri selama bertahun-tahun?
dear Reenzia yang baik...
manusia yang bertapa menyendiripun tetap bersosialisasi... dengan apa, dengan siapa ? tentunya dengan alam sekitarnya...
Seumpamanya saja pertapa tersebut harus makan sesuatu, yang tujuannya hanya untuk menunjang hidupnya, tentunya makanan yang diperolehnya adalah buah dari pada karya sosialisasi masyarakat sekitarnya...
Apakah Sang Buddha tidak melakukan sosialisasi dengan Dhamma yang telah ditemukanNya? :)
sosialisasi dengan alam termasuk yg mana?
Quotetapi kenapa ada yang bisa bertapa dan menyendiri selama bertahun-tahun?
dear Reenzia yang baik...
manusia yang bertapa menyendiripun tetap bersosialisasi... dengan apa, dengan siapa ? tentunya dengan alam sekitarnya...
Seumpamanya saja pertapa tersebut harus makan sesuatu, yang tujuannya hanya untuk menunjang hidupnya, tentunya makanan yang diperolehnya adalah buah dari pada karya sosialisasi masyarakat sekitarnya...
Apakah Sang Buddha tidak melakukan sosialisasi dengan Dhamma yang telah ditemukanNya? :)
ngga tuh, Sang Buddha melakukan MLM dari 50 Bhikkhu downlinenya akhirnya menjadi 3 tingkat 1250 Bhikkhu dan akhirnya sekarang downlinenya tersebar dimana2...;p
bersosialisasi dengan alam = adaptasi >> yg ini 'sosialisasi'-nya adalah perumpamaan bahwa alam adalah manusia
bersosialisasi maksud saia disini bukan adaptasi dengan alam, tapi keharusan untuk melakukan hubugan sosial dengan manusia yang lain
lagian emanknya saia mengatakan bahwa bersosialisasi tak ada manfaatnya? saia kan hanya blg kalo manusia tak harus bersosialisasi :hammer:
ngga tuh, Sang Buddha melakukan MLM dari 50 Bhikkhu downlinenya akhirnya menjadi 3 tingkat 1250 Bhikkhu dan akhirnya sekarang downlinenya tersebar dimana2...;p
masa sih? yakin? tak bisa ato tak mampu? ^-^ ^-^ ^-^bersosialisasi dengan alam = adaptasi >> yg ini 'sosialisasi'-nya adalah perumpamaan bahwa alam adalah manusiamanusia tak harus bersosialisasi, tapi tetap tak bisa menghindarinya... iya toh...
bersosialisasi maksud saia disini bukan adaptasi dengan alam, tapi keharusan untuk melakukan hubugan sosial dengan manusia yang lain
lagian emanknya saia mengatakan bahwa bersosialisasi tak ada manfaatnya? saia kan hanya blg kalo manusia tak harus bersosialisasi :hammer:
[at] hatred
mati nggak? [krn gak bersosialisasi]
[at] bro rikyLegal berati "diperbolehkan"...kayak pancasila gitu lho,kami "menghindari" bukan kami "harus"..benar gk?
legal bukan berarti harus dilakukan kan?
masalah perdagangan legal itu masalah pemerintah dan masyarakatnya
berarti pemerintah mengizinkan perdagangan hewan
tapi bila kita sebagai umat buddhist, ternyata pembunuhan adalah melanggar pancasilaJangan OOT ya...
dan kita sendiri tak melakukan perdagangan dan perdagangan hewan
maka kita pun tak melanggar hukum pemerintah donk?
emank nya ada yg blg kalo gak melakukan perdangangan hewan adalah melanggar hukum?
masalah hukum pemerintah bertentangan atau tidak dengan buddhist ya itu urusan yg bikin hukum
lagian bedakan antara buddhist dan hukum
buddhist hanya menyarankan, mau atau tidak itu urusan individu, toh hasilnya dipetik sendiri
sedangkan hukum bersifat memaksa, tak dituruti pasti akan ditindak sesuai hukum yg berlaku
dan tak melakukan perdagangan hewan tak termasuk melanggar hukum
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
impotensi itu hanya berlaku kalo dia ingin "main" dengan pasangannya, kan masih ada jari jari tangan...kekekekek...
mungkinkah ada pernikahan yang tanpa hubungan suami istri ?
Bisa saja, itu berarti lelakinya penderita impotensi..
impotensi itu hanya berlaku kalo dia ingin "main" dengan pasangannya, kan masih ada jari jari tangan...kekekekek...
dan gw baca di jepang, ada wanita menikah muda
setelah menopause, masih perawan juga... karena suaminya gila kerja...
tadi jam 9.00 ada pernikahan di vihara
suaminya umur 79, dan istrinya umur 70
=))
Barusan ubek2 disini untuk melengkapi data berbicara di milis SP.
Untung ketemu artikel ini, jadi bisa kasih pendapat bhante sedikit... krn pendapat sy sendiri diserang habis disitu... muter2 terus.
Topiknya adalah Prostitusi Menurut Perspektif Buddhist.
http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/messages/100231?viscount=-30&l=1 (http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/messages/100231?viscount=-30&l=1)
Inti pendapat saya adalah:
Pelacur tidak melanggar sila apapun, juga berhubungan dengan pelacur, tapi tindakan/pekerjaan tsb tidak lah bijaksana (pendapat sy ini tentu saja masih bisa berkembang luas tergantung sikon: apakah bersuami atau isteri, penyakit, kesetiaan, dll yg semakin membuat diskusi menjadi luas, melebar dan tidak fokus).
Pendapat sy tersebut ternyata ditentang hampir oleh seluruh anggota SP, hanya 2 atau 3 yg se ide.
Satu hal lagi sy tambahkan di milis tsb: pendapat bahwa pelacur adalah pekerjaan hina, sudah membudaya dalam masyrakat kita sehingga sulit ditentang. Pendapat yg berbeda dianggap sesat. Pandangan ini -imo- dominan dipengaruhi oleh agama samawi (Krn-Ism) yg ajarannya lbh berfokus kpd perintah-larangan, social-look, dan syahwat.
Ternyata di forum ini pun diskusi soal ini berpanjang2 yah...
::
:))
Barusan ubek2 disini untuk melengkapi data berbicara di milis SP.Bagaimana kalau bro wili ajak yang di milis gabung ke thread ini saja?
Untung ketemu artikel ini, jadi bisa kasih pendapat bhante sedikit... krn pendapat sy sendiri diserang habis disitu... muter2 terus.
Topiknya adalah Prostitusi Menurut Perspektif Buddhist.
http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/messages/100231?viscount=-30&l=1 (http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/messages/100231?viscount=-30&l=1)
Inti pendapat saya adalah:
Pelacur tidak melanggar sila apapun, juga berhubungan dengan pelacur, tapi tindakan/pekerjaan tsb tidak lah bijaksana (pendapat sy ini tentu saja masih bisa berkembang luas tergantung sikon: apakah bersuami atau isteri, penyakit, kesetiaan, dll yg semakin membuat diskusi menjadi luas, melebar dan tidak fokus).
Pendapat sy tersebut ternyata ditentang hampir oleh seluruh anggota SP, hanya 2 atau 3 yg se ide.
Satu hal lagi sy tambahkan di milis tsb: pendapat bahwa pelacur adalah pekerjaan hina, sudah membudaya dalam masyrakat kita sehingga sulit ditentang. Pendapat yg berbeda dianggap sesat. Pandangan ini -imo- dominan dipengaruhi oleh agama samawi (Krn-Ism) yg ajarannya lbh berfokus kpd perintah-larangan, social-look, dan syahwat.
Ternyata di forum ini pun diskusi soal ini berpanjang2 yah...
::
pelacuran dibenci karena byk psgan orang merasa dikhianati....Jadi kalau suami mengabaikan istri sebentar karena mau nonton sepak bola, misalnya, maka sepak-bolanya yang dipersalahkan? ;D
Jadi kalau suami mengabaikan istri sebentar karena mau nonton sepak bola, misalnya, maka sepak-bolanya yang dipersalahkan? ;D
sepak bolanya tidak punya pilihan dan kesadaran, pelacur punya.... :PYang punya pilihan adalah suaminya. Dia bisa memilih nonton bola (konsumsi pelacur) atau tidak.
Yang punya pilihan adalah suaminya. Dia bisa memilih nonton bola (konsumsi pelacur) atau tidak.
betul...dan pelacur jg punya pilihan...Apakah mau berzinah dengan suami berisitri atau tidak...
Jadi tetap si pelacur yang salah?
2-2nya salah :))Menurut Miumiu, siapa yang paling berkuasa mengambil keputusan atas terjadi atau tidaknya kegiatan seksual tersebut?
Menurut Miumiu, siapa yang paling berkuasa mengambil keputusan atas terjadi atau tidaknya kegiatan seksual tersebut?
Kejahatan terjadi bukan karena niat aja tapi juga kesempatan. Dengan adanya pelacur, maka lebih banyak kesempatan untk berzinah.Kita tinggalkan dulu predikat "pelacuran = kejahatan" karena memang belum memutuskan ke sana.
Istri.Benar atau salah ditinjau dari segi apa?
skrg saya tanya apakah menurut kainyn kutho pelacur yg berhubungan dengan suami orang benar ato salah?
…
3. “Ketika, teman-teman, seorang siswa mulia memahami yang tidak bermanfaat dan akar dari yang tidak bermanfaat, yang bermanfaat dan akar dari yang bermanfaat, [47] dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar, yang pandangannya lurus, yang memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
4. “Dan apakah, teman-teman, yang tidak bermanfaat, apakah akar dari yang tidak bermanfaat, apakah yang bermanfaat, apakah akar dari yang bermanfaat? Membunuh makhluk-makhluk hidup adalah tidak bermanfaat; mengambil apa yang tidak diberikan adalah tidak bermanfaat; perilaku salah dalam kenikmatan indria adalah tidak bermanfaat; kebohongan adalah tidak bermanfaat; berkata-kata jahat adalah tidak bermanfaat; berkata-kata kasar adalah tidak bermanfaat; bergosip adalah tidak bermanfaat; ketamakan adalah tidak bermanfaat; niat buruk adalah tidak bermanfaat; pandangan salah adalah tidak bermanfaat. Ini disebut dengan yang tidak bermanfaat.
5. “Dan apakah akar dari yang tidak bermanfaat? Keserakahan adalah akar dari yang tidak bermanfaat; kebencian adalah akar dari yang tidak bermanfaat; kebodohan adalah akar dari yang tidak bermanfaat. Ini disebut dengan akar dari yang tidak bermanfaat.
…
…
‘‘Yato kho, āvuso, ariyasāvako akusalañca pajānāti, akusalamūlañca pajānāti, kusalañca pajānāti, kusalamūlañca pajānāti – ettāvatāpi kho, āvuso, ariyasāvako sammādiṭṭhi hoti, ujugatāssa diṭṭhi, dhamme aveccappasādena samannāgato, āgato imaṃ saddhammaṃ. Katamaṃ panāvuso, akusalaṃ, katamaṃ akusalamūlaṃ, katamaṃ kusalaṃ, katamaṃ kusalamūlaṃ? Pāṇātipāto kho, āvuso, akusalaṃ, adinnādānaṃ akusalaṃ, kāmesumicchācāro akusalaṃ, musāvādo akusalaṃ, pisuṇā vācā [pisuṇavācā (ka.)] akusalaṃ, pharusā vācā [pharusavācā (ka.)] akusalaṃ, samphappalāpo akusalaṃ, abhijjhā akusalaṃ, byāpādo akusalaṃ, micchādiṭṭhi akusalaṃ – idaṃ vuccatāvuso akusalaṃ. Katamañcāvuso, akusalamūlaṃ? Lobho akusalamūlaṃ, doso akusalamūlaṃ, moho akusalamūlaṃ – idaṃ vuccatāvuso, akusalamūlaṃ.
…
"Furthermore, abandoning illicit sex, the disciple of the noble ones abstains from illicit sex. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the third gift, the third great gift... and this is the sixth reward of merit…
Benar atau salah ditinjau dari segi apa?
segi mencari uangKalau dari segi ekonomi, ini bergantung pada hukum negara juga. Jika negara melarangnya, maka salah. Tapi kalau negara tidak melarangnya, maka menurut saya, tidak salah.
dari milis samaggi pindah ke DC...
^:)^
Bagaimana kalau bro wili ajak yang di milis gabung ke thread ini saja?
waduh, ditodong pulak.
justru lg nda sempat2nya malahan ditanya :D
psk sih menjual jasa utk pemenuhan kenikmatan inderawi.
kalu pekerjaan hina atau tercela itu kekna yg menilai itu dari masyarakat dan komunitas.
soal melanggar sila ke 3 itu,
Kalau dari segi ekonomi, ini bergantung pada hukum negara juga. Jika negara melarangnya, maka salah. Tapi kalau negara tidak melarangnya, maka menurut saya, tidak salah.
komentar saya:
Meskipun Pelacur bukanlah pekerjaan ideal dan tidak disarankan karena beresiko penyakit dan sulit membawa kebahagiaan, namun Buddhisme bersikap netral terhadap pekerjaan ini seperti juga pekerjaan2 lainnya.
ini kembali lagi seperti apa arti kamesumichachara nya, sexual atau sensual dulu.
sy pernah baca sebuah buku, klo ga salah ada diterangkan mengenai pekerjaan. bahwa pekerjaan yang harus dihindari yaitu :
1. Berhubungan dengan Penipuan
2. Ketidaksetiaan (bisa jadi perzinahan didalam nya)
3. Penujuman.
4. Kecurangan.
5. Memungut bunga yg tinggi (rentenir/lintah darat)
jd, apakah pekerjaan PSK termasuk pekerjaan "netral" ?
Mewakili Metta yang sedang belajar posting, ini adalah postingan titipan dari mettasetuju sekali dengan yang ini, ttp bgmn dengan yang ini ? apakah termasuk asusila (tindakan seksual yg tdk pantas) ?
Tindakan seksual yang tidak pantas adalah salah satu karma buruk yang dilakukan oleh tubuh/fisik. Dasarnya adalah seseorang yang tidak pantas bagi kita untuk melakukan hubungan seksual dengannya.
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
Kita tidak pantas berhubungan dengan suami atau istri orang. Jika anda menikah, tidak pantas untuk berhubungan selain dengan istri atau suami anda.
Juga tidak pantas berhubungan seksual dengan anak dibawah umur, anak yang masih berada dalam perlindungan orang tuanya.
Kriteria lainnya yang berkaitan dengan dasar ini adalah sifat dari tindakan seksual. Hubungan seksual yang melibatkan lubang lain selain lubang yang alami dipandang tidak pantas. Karena itu sex oral dan sex anal digolongkan sebagai tindakan seksual yang tidak pantas.
Dasar yang tidak tepat lainnya berkaitan dengan waktu, misalnya pada saat seseorang telah mengambil sumpah suci. Adalah mungkin bagi seseorang untuk mengambil sumpah suci tersebut hanya selama 24 jam. Selama masa tersebut,anda harus benar-benar menghindari hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan sex dengan seseorang selama selang waktu orang tersebut sedang menjalankan sila. Waktu yang tidak tepat lainnya adalah ketika pasangan anda sedang hamil.
Kriteria lainnya adalah tempat berlangsungnya hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan seksual ditempat yang terdapat gambar-gambar religius, stupa, atau guru spiritual anda.
Factor-faktor inilah yang merupakan dasar yang mengubah hubangan seksual menjadi tindakan seksual yang tidak pantas.
Mengenai kilesa, salah satu dari tiga racun : kebencian, kemelekatan, dan ketidaktahuan dapat menyebatkan anda melakukan hubungan seksual yang tidak pantas. Kemarahan atau kebencian dapat menyebabkan anda memaksa orang lain untuk berhubungan seksual dengan anda.
Motivasinya sederhana saja, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual.
Apakah tindakannya? Hubungan seksual terjadi ketika kenikmatan sebagai akibat dari kontak dialami antara kedua organ seksual.
Jika anda adalah umat biasa, anda harus berhati-hati terhadap tindakan seksual yang tidak pantas ini, khususnya yang berkaitan dengan kriteria pertama, orang yang tidak tepat. Berhubungan sex dengan orang tua kandung sangatlah jarang terjadi. Tetapi dalam pandangan Buddhis yang lebih ketat, anda dikatakan masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang jika sampai 7 generasi ke belakang ada terdapat suatu hubungan keluarga (ada hubungan darah melalui orang tua, kakek nenek, buyut, dan seterusnya, sampai 7 generasi terlewati). Sejauh 7 generasi kebelakang, anda masih dianggap sebagai saudara sepupu. Dalam kasus ini , pernikahan atau hubungan seksual tidaklah pantas dilakukan. Anda mesti berhati-hati karena dewasa ini hanya sedikit orang yang menyadari hal ini dan kebanyakan dari mereka tidak memberikan perhatian terhadap hal ini.
Apabila kita melakukan tindakan seksual yang tidak pantas maka berarti kita telah melanggar Sila ke 3 dari Pancasila Buddhis,
Sumber : Buku Karma oleh Dagpo Rinpoche.
klo negara tidak melarangnya, sebagai seorang buddhist, kita harus liat lg... ada penjelasan 20 wanita yg tidak bole di setubuhi :
1. Wanita dalam perlindungan ibunya.
2. Wanita dalam perlindungan ayahnya.
3. Wanita dalam perlindungan ayah dan ibunya.
4. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik perempuannya.
5. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik lakinya.
6. Wanita dalam perlidungan sanak keluarganya.
7. Wanita dalam perlidungan marganya /sukunya.
8. Wanita dalam perlidungan orang orang yang berpraktek Dhamma.
9. Wanita pesanan raja atau penguasa.
10. Wanita yang telah dipertunangkan.
11. Wanita yang telah dibeli oleh seorang laki-laki atau digadaikan.
12. Wanita yang tinggal serumah dengan orang yang dicintai.
13. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan memiliki kekayaannya.
14. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan barang sandang.
15. Wanita yang telah dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki berdasarkan hukum adat.
16. Wanita yang dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki yang telah menolong membebaskannya dari perbudakan.
17. Wanita tawanan yang kemudian secara resmi dinikahi.
18. Wanita pekerja yang secara resmi dinikahi oleh majikannya.
19. Budak wanita yang dinikahi secara resmi oleh majikannya.
20. Wanita yang dinikahi seorang laki-laki dalam jangka waktu tertentu.
psk setidaknya masuk dalam 2 kategori yg di huruf tebal...
klo negara tidak melarangnya, sebagai seorang buddhist, kita harus liat lg... ada penjelasan 20 wanita yg tidak bole di setubuhi :Betul, saya memang kurang lengkap. Pelacuran tidak salah jika -selain tidak dilarang negara- tidak melanggar kriteria di atas.
1. Wanita dalam perlindungan ibunya.
2. Wanita dalam perlindungan ayahnya.
3. Wanita dalam perlindungan ayah dan ibunya.
4. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik perempuannya.
5. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik lakinya.
6. Wanita dalam perlidungan sanak keluarganya.
7. Wanita dalam perlidungan marganya /sukunya.
8. Wanita dalam perlidungan orang orang yang berpraktek Dhamma.
9. Wanita pesanan raja atau penguasa.
10. Wanita yang telah dipertunangkan.
11. Wanita yang telah dibeli oleh seorang laki-laki atau digadaikan.
12. Wanita yang tinggal serumah dengan orang yang dicintai.
13. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan memiliki kekayaannya.
14. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan barang sandang.
15. Wanita yang telah dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki berdasarkan hukum adat.
16. Wanita yang dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki yang telah menolong membebaskannya dari perbudakan.
17. Wanita tawanan yang kemudian secara resmi dinikahi.
18. Wanita pekerja yang secara resmi dinikahi oleh majikannya.
19. Budak wanita yang dinikahi secara resmi oleh majikannya.
20. Wanita yang dinikahi seorang laki-laki dalam jangka waktu tertentu.
psk setidaknya masuk dalam 2 kategori yg di huruf tebal...
kamesu-micchacaraKalau tidak salah, "kamesu" ini bukan terbatas pada hubungan kelamin saja, tapi termasuk mulut, kelamin, dan anus. Jadi sebetulnya French Kiss dengan pacar juga melanggar sila ke 3.
kamesu : sex/persetubuhan
miccha : menyimpang/tindakan tidak benar
cara : prilaku
lebih kearah sexual...
Bro Wirajhana: yang tentang Ambapali ngomel sendiri itu sy baru denger.. Memang apa yang dia omelin sampe jadi pelacur?Waktu ke vihara, ia melihat dahak dan mengatakan, 'pelacur meludah sembarangan'. Yang membuang dahak itu adalah seorang bhikkhuni arahat.
kalau arti kamesu itu adalah sensual, bisa segala hal bahkan yg berhubungan dengan inderawi.Miccha = salah, seperti dalam micchaditthi.
yah abis define kamesu nya, lalu define michachara nya jg loh.
Waktu ke vihara, ia melihat dahak dan mengatakan, 'pelacur meludah sembarangan'. Yang membuang dahak itu adalah seorang bhikkhuni arahat.
#kamesumichacara... Jika kamesu diartikan dalam konteks sensual, bukan hanya seksual. Maka seharusnya ruang lingkup pelanggaran sila ke-3 semakin luas. Tidak erpaku pada hubungan seksual saja. Sedangkan kalau profesi sebagai seorang PSK tentu-nya ada "hubungan seksual"-nya.bro kalau berpikiran sensual itu masuk kamesu, tapikan itu belum memperhitungkan micchachara / salah atau bukan
Jika yg berpegang pada terjemahan kamesu = sensual, maka berpikiran sensual saja, sudah dianggap melanggar sila ke-3, apalagi sampai berhubungan seksual.
bro kalau berpikiran sensual itu masuk kamesu, tapikan itu belum memperhitungkan micchachara / salah atau bukan
[at] wirajhana,Ttg yg ke-1 dan 2, saya ngga ada komentar.
Kalau di jaman Buddha masih hidup, ada profesi "ganika" dan katanya terhormat. Itu-kan dari sisi budaya dan etika kehidupan itu, bukan dalam artian Buddhisme / Buddha meng-amin-i. Biasanya Buddha memang tdk to the point melarang sesuatu, tetapi memberikan kriteria-kriteria maupun persyaratan untuk di-telaah sendiri, apakah pantas atau tidak pantas. Ajaran Buddha lebih mengarah pada himbauan, demikian juga Sila-sila utama dlm Pancasila, tidak dikatakan sebagai Larangan tetapi Tekad berlatih.
#sirima (dlm Kisah dhammapada atthakatha 147)
Dengan adanya kisah Uttara menyewa sirima utk mengganti-kan perannya sbg istri suami-nya, tidak serta merta menjadi-kan profesi sirima sebagai pelacur itu dapat diterima maupun tindakan sirima dpt di-terima. Alhasil kan sirima sendiri menerima kamma vipaka dgn menyewa seorang PSK yg mencoba menyiram kepala sirima.
#kamesumichacara... Jika kamesu diartikan dalam konteks sensual, bukan hanya seksual. Maka seharusnya ruang lingkup pelanggaran sila ke-3 semakin luas. Tidak erpaku pada hubungan seksual saja. Sedangkan kalau profesi sebagai seorang PSK tentu-nya ada "hubungan seksual"-nya.
Jika yg berpegang pada terjemahan kamesu = sensual, maka berpikiran sensual saja, sudah dianggap melanggar sila ke-3, apalagi sampai berhubungan seksual.
Kenapa berat? Berarti profesi tersebut tidak netral, tp cenderung negatif kan? Ga usa banding2kan ama profesi lain. Apakah psk tdk melanggar sila 3? Kalo term n condition dia berhub ama cowo yg blm punya psgan sih gpp krn ga ad yg skt hati, tp kayanya psk jrg yg pilih2 kalo kepepet duit... Setahu saya kalo berhubungan dgn pasangan orang berarti sudah melanggar sila 3? Salah ya?
[at] NPNG
Maap kk ga menjawab pertanyaan :P
Berarti psk meski ga kepepet duit n ga pilih2 pasangan jg ga melanggar sila 3? Ok deh.. ♥·♡ τнänκ чöü ♥·♡
[at] wira,
Tetapi kalau bahasan PSK itu netral ? Menurut saya PSK itu tidak netral kalau dilakukan dengan sadar. Kalau dipaksa melacur itu bukan pekerja seks komersial dan bukan pula profesi, tetapi perbudakan.
Jadi PSK (pekerja seks komersial) adalah profesi tercela yg dilakukan dengan penuh kesadaran. Kalau dipaksa melacur = perbudakan.
Kenapa berat? Berarti profesi tersebut tidak netral, tp cenderung negatif kan? Ga usa banding2kan ama profesi lain. Apakah psk tdk melanggar sila 3? Kalo term n condition dia berhub ama cowo yg blm punya psgan sih gpp krn ga ad yg skt hati, tp kayanya psk jrg yg pilih2 kalo kepepet duit... Setahu saya kalo berhubungan dgn pasangan orang berarti sudah melanggar sila 3? Salah ya?
Terlepas dari perdebatan diatas..
Yang jelas profesi PSK beresiko menyebabkan 2 vipaka,
1.resiko terkena penyakit kelamin dan AIDS
2.dikucilkan dari masyarakat
baca reply #311kenapa ga langsung jawab ya ato ya dengan syarat ato tidak aja?
[at] wira,Mengumbar hawa nafsu atau tidak juga sebetulnya subjektif. Kalau subjek menanggapi objek tanpa disertai pikiran nafsu, maka nafsu tetap tidak akan muncul. Maka dari pendekatan ini, apapun yang dilakukan objek (pelacur/pemijat/dll) lebih cenderung ke arah netral. Bagaimana kita menyikapinya saja yang jadi berbeda.
Justru di aganna sutta, jelas di-nyatakan bahwa muncul-nya makhluk berbadan kasar dan terus menerus berkembang spt saat ini adalah karena hubungan seksual. Apalagi dlm konteks PSK yg berhubungan seksual dgn banyak partner. Tidak ada dikatakan bahwa hubungan seksual dan hubungannya dgn profesi PSK (baik tersirat maupun tersurat) adalah Netral.
#mengenai analogi profesi PENARI, PEMIJAT, TENTARA... Apakah semua penari itu mengumbar hawa nafsu ? Penari 1000 tangan avalokitesvara tidak pernah saya pandang dengan penuh hawa nafsu.
Kalau pijat ke tunanetra, tidak pernah saya muncul hawa nafsu.
Tentara juga pada jaman sekarang ada yg tidak pernah membunuh karena tidak pernah maju perang,
Tetapi pekerjaan PSK ? Tidak ada satupun proses pekerjaannya yg tidak melibatkan hubungan seksual yg tidak tercela (baca PSK dilakukan secara penuh kesadaran dan bukan dibawah ancaman/paksaan).Tercela di sini maksudnya secara sosial atau dhamma? Kalau mau 'strict' dari dhamma, pekerjaan apapun yang membangkitkan kemelekatan (pada kesenangan indriah apapun) juga tidak ada yang bagus.
Jadi nature PSK (yg dilakukan secara sadar) tidak ada satupun proses pekerjaannya yg tidak tercela.
## kemudian lanjut ke pertanyaan jika ada kerabat yg secara sadar mau menjadi PSK, kita jangan hanya terjebak pada pandangan itu semua karena kamma lampau (kamma dari kehidupan lampau) ? Kita jangan lupa, apa yg bisa kita lakukan sekarang ? Karena apa yg kita lakukan sekarang menjadi kontribusi (kamma) untuk apa yg bakal kita terima dimasa mendatang.Kalau hal ini memang tidak bisa pukul rata. Ada kasus di mana seseorang bisa memilih untuk tidak jadi pelacur, tetapi ada juga yang kondisinya tidak memungkinkan.
Yg menganggap apa yg terjadi secara pasif dan pasrah seakan2 tidak bisa dirubah, bukanlah pandangan seorang buddhis. Karena kamma itu kita yg perbuat, apa yg sudah terjadi dimasa lampau tidak bisa rubah, yg bisa kita rubah adalah apa yg terjadi pada masa sekarang. KINI.
Katakan-lah ada seseorang yg hidup di daerah konflik, dibawah ancaman menjadi budak seks. Apakah hanya dengan pasrah saja dengan kamma seolah2 itu-loh kamma saya yg harus saya terima, tanpa usaha merubah-nya ?
Tidak sedikit cerita para korban budak seks, korban trafikking yg berhasil keluar dr penderitaan melayani permintaan hubungan seksual. Jika semua pemikirannya adalah itulah kamma saya, tanpa berusaha merubah-nya, sesungguhnya dia tidak memahami konsep kamma yg sesungguhnya.
kenapa ga langsung jawab ya ato ya dengan syarat ato tidak aja?Melanggar sila atau tidak adalah tergantung konsumennya donk. Sama seperti kalau sis M14ka mengajar musik, tidak mempertanyakan iuran bulanan muridnya itu dari palak teman, rampok atau bobol bank, bukan? Begitu juga PSK juga tidak mempertanyakan apakah si konsumen puya istri/pacar/masih dalam perwalian, dia hanya berurusan dengan pemenuhan kebutuhan seksualnya saja. Komoditi selalu ada, konsumen yang harus tahu diri dan bijaksana dalam 'belanja'.
Kesimpulan saya brti PSK profesi yang netral karena tidak melanggar sila, tapi walau demikian dapat menuai karma buruk seperti dilecehkan masyarakat, menebar penyakit, merusak rumah tangga orang, dll... gt ya? aneh juga ya....anyway thanks penjelasannya.
Melanggar sila atau tidak adalah tergantung konsumennya donk. Sama seperti kalau sis M14ka mengajar musik, tidak mempertanyakan iuran bulanan muridnya itu dari palak teman, rampok atau bobol bank, bukan? Begitu juga PSK juga tidak mempertanyakan apakah si konsumen puya istri/pacar/masih dalam perwalian, dia hanya berurusan dengan pemenuhan kebutuhan seksualnya saja. Komoditi selalu ada, konsumen yang harus tahu diri dan bijaksana dalam 'belanja'.Beda dong, PSK juga ga tanya uangnya hasil rampok bukan, tapi apakah ga tau konsumen punya pasangan gak, jadi masa bodoh aja ya? Yang penting sama2 happy n mutualisme, tapi perbuatan yang katanya menyenangkan orang itu ternyata menuai buah karma buruk, berarti tidak sesuai dengan biji yg ditanam itulah yg dituai ya?
Beda dong, PSK juga ga tanya uangnya hasil rampok bukan, tapi apakah ga tau konsumen punya pasangan gak, jadi masa bodoh aja ya?Bukan masa bodo, tapi dalam pekerjaan memang seorang profesional tidak mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Kalau PSK harus tanya pasangan klien sebelum beri jasa, itu sama seperti tukang babi panggang tanya kolestrol pelanggan sebelum menjual.
Yang penting sama2 happy n mutualisme, tapi perbuatan yang katanya menyenangkan orang itu ternyata menuai buah karma buruk, berarti tidak sesuai dengan biji yg ditanam itulah yg dituai ya?Menyenangkan orang lain bukan berarti kamma baik. Bermanfaat bagi orang lain, baru merupakan kamma baik.
Bukan masa bodo, tapi dalam pekerjaan memang seorang profesional tidak mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Kalau PSK harus tanya pasangan klien sebelum beri jasa, itu sama seperti tukang babi panggang tanya kolestrol pelanggan sebelum menjual.
Menyenangkan orang lain bukan berarti kamma baik. Bermanfaat bagi orang lain, baru merupakan kamma baik.
Profesional belum tentu bijaksana... Kalo PSK uda kepepet duit, meskipun dikasitau konsumennya, istriku bawel, males dirumah, bla bla bla, PSK yang profesional akan menjawab, ohhh kalo gitu sama aye aja mas, lebih hottt...gitu yah? ckckck..... ::)Profesionalisme bukan masalah bijaksana atau tidak, tapi masalah komitmen seseorang.
Profesionalisme bukan masalah bijaksana atau tidak, tapi masalah komitmen seseorang.
Sis M14ka, PSK itu bukanlah seorang psikolog yang mendengarkan keluhan konsumen, bukan juga detektif yang menyelidiki kebenaran kehidupan orang lain. Konsumen juga tentu saja bisa berbohong dan melantur, namun tetap saja apapun yang dilakukan dibicarakan/dilakukan konsumen selain 'transaksi' yang ditawarkan, itu tidak ada hubungannya dengan si PSK sendiri.
kk lebih memilih profesional ato bijaksana? komitmen pernikahan adalah saling setia, sedangkan PSK yang tidak mau tau itu egois. Bagaimanapun, kalau tau ada yang mau selingkuh sebaiknya dinasehati, di ingatkan lg komitmennya...
kk lebih memilih profesional ato bijaksana?Kalau seandainya saya terjerumus, terperosok, terpaksa jadi PSK dan tidak ada jalan keluar, maka saya pilih profesional.
komitmen pernikahan adalah saling setia, sedangkan PSK yang tidak mau tau itu egois.Darimana sis menilai 'profesional = egois'? Apakah sis tahu bahwa seorang PSK (profesional) tidak bisa memilih pelanggan, seberapa jelek, seberapa menjijikan, seberapa tidak sukanya dia, tetap dia melayani walaupun berlawanan dengan ego-nya dia?
Bagaimanapun, kalau tau ada yang mau selingkuh sebaiknya dinasehati, di ingatkan lg komitmennya...Saya beri sis M14ka pilihan nih ;D Seandainya ada orang dikuasai nafsu dan ingin memuaskan keinginan seksualnya itu, maka siapakah kira-kira yang paling masuk akal menyampaikan kalimat "kendalikan nafsu, ingat komitmen!":
Kalau seandainya saya terjerumus, terperosok, terpaksa jadi PSK dan tidak ada jalan keluar, maka saya pilih profesional.kok kk bilang terjerumus, terperosok, berarti seolah2 PSK ga bagus dong...kalo netral kan ga menggunakan kata2 itu...
Darimana sis menilai 'profesional = egois'? Apakah sis tahu bahwa seorang PSK (profesional) tidak bisa memilih pelanggan, seberapa jelek, seberapa menjijikan, seberapa tidak sukanya dia, tetap dia melayani walaupun berlawanan dengan ego-nya dia?
Saya beri sis M14ka pilihan nih ;D Seandainya ada orang dikuasai nafsu dan ingin memuaskan keinginan seksualnya itu, maka siapakah kira-kira yang paling masuk akal menyampaikan kalimat "kendalikan nafsu, ingat komitmen!":
1. bhikkhu/pembimbing spiritual di vihara
2. orang tua/saudara di rumah
3. teman di tempat sosial
4. PSK semi-bugil di kamar rumah bordil yang siap melayani tamu
Entah saya yang error atau bukan, tapi khusus no.4 rasanya 'aneh' sekali.
ketika seorang pria mencari psk,.siapakah yang perlu disalahkan?
* selama ada psk, ya pasti ada yang nyari..psk mestinya diberantas
* si hidung belang lah yang salah..siapa suruh dia nyari..
jadi siapa yang egois?
2-2 nya salah dan 2-2nya egois...(maap yah) :) _/\_
baiklah..kalo saya ubah kata2 saya..trus yang salah 'yang mencari' atau 'yang dicari'?Yang mencari uda pasti salah...
kok kk bilang terjerumus, terperosok, berarti seolah2 PSK ga bagus dong...kalo netral kan ga menggunakan kata2 itu...Ada beberapa hal di sini. Pertama, menjadi PSK berarti mengorbankan kehidupan pribadinya. Dengan jadi PSK, biasanya ia dijauhi/dikucilkan di masyarakat. Mendapatkan pasangan hidup yang baik juga cenderung lebih susah. Lalu PSK rentan dengan penyakit menular dan gaya hidup yang merusak tubuh. Terakhir PSK berhubungan dengan nafsu indera yang paling kuat, sehingga otomatis perjuangan mengikis keinginan akan lebih susah. Karena alasan itu, saya menghindarinya.
Egois soalnya tidak memikirkan gimana perasaan istrinya, hanya memikirkan dapat duit saja....Kembali lagi kalau sis M14ka jual babi panggang, apakah tidak memikirkan perasaan instruktur aerobik atau penasihat diet si pelanggan tersebut?
5. Yang sedang melanggar komitmennyaSekarang saya mau tanya sis, bagaimana kalau kasusnya si PSK tidak tahu atau dibohongi tentang si cowok itu apakah punya pasangan atau tidak?
Yang mencari uda pasti salah...Apa bedanya PSK langganan dengan istri simpanan?
Nah yg dicari ada tergantungnya..... PSK menurutku bukan pekerjaan yang baik, tapi kalo tanda kutip kepepet, tidak berniat menggoda untuk menjadi istri simpanan, dan tidak menggunakan nafsu dan terpaksa, itu tidak salah, tapi kalo tanda kutip, cuma iseng2, dpt duit banyak, bs menggoda menjadi istri simpanan, dll, itu sangat ga baik.
dalam benak saya:
1. siapa sih yang mau jd PSK? kalo ada pekerjaan yang lbh layak juga pasti psk2 itu akan berganti profesi
2. siapa seh yang tahan dgn pergunjingan masyarakat sekitar, dikucilkan dr masyarakat, jd bahan omongan?
3. siapa seh yang mau keluarganya menahan malu (andaikata dia punya anak,dll)
4. kalo tidak jadi PSK, gimana wanita tsb bisa hidupin diri sendiri dan/atau keluarganya? masa mau nahan lapar? mau tinggal di mana?
5. siapa seh yang mau tanggung resiko kalo swkt2 dapat penyakit kiriman?
jadi, profesi PSK itu bukan suatu pilihan lagi..tapi suatu keterpaksaan..masalah dia mau jd istri simpanan itu hal yang lain lagi..krn itu bukan maslaah komersial lagi..
Wah, saya dicuekin...
Ada beberapa hal di sini. Pertama, menjadi PSK berarti mengorbankan kehidupan pribadinya. Dengan jadi PSK, biasanya ia dijauhi/dikucilkan di masyarakat. Mendapatkan pasangan hidup yang baik juga cenderung lebih susah. Lalu PSK rentan dengan penyakit menular dan gaya hidup yang merusak tubuh. Terakhir PSK berhubungan dengan nafsu indera yang paling kuat, sehingga otomatis perjuangan mengikis keinginan akan lebih susah. Karena alasan itu, saya menghindarinya.
Terlepas dari faktor subjektif dari sudut pandang saya tersebut, saya tetap malihat PSK sebagai netral, bukan mulia, bukan hina.
Kembali lagi kalau sis M14ka jual babi panggang, apakah tidak memikirkan perasaan instruktur aerobik atau penasihat diet si pelanggan tersebut?
Sekarang saya mau tanya sis, bagaimana kalau kasusnya si PSK tidak tahu atau dibohongi tentang si cowok itu apakah punya pasangan atau tidak?
dalam benak saya:
1. siapa sih yang mau jd PSK? kalo ada pekerjaan yang lbh layak juga pasti psk2 itu akan berganti profesi
2. siapa seh yang tahan dgn pergunjingan masyarakat sekitar, dikucilkan dr masyarakat, jd bahan omongan?
3. siapa seh yang mau keluarganya menahan malu (andaikata dia punya anak,dll)
4. kalo tidak jadi PSK, gimana wanita tsb bisa hidupin diri sendiri dan/atau keluarganya? masa mau nahan lapar? mau tinggal di mana?
5. siapa seh yang mau tanggung resiko kalo swkt2 dapat penyakit kiriman?
jadi, profesi PSK itu bukan suatu pilihan lagi..tapi suatu keterpaksaan..masalah dia mau jd istri simpanan itu hal yang lain lagi..krn itu bukan maslaah komersial lagi..
kk lebih memilih profesional ato bijaksana? komitmen pernikahan adalah saling setia, sedangkan PSK yang tidak mau tau itu egois. Bagaimanapun, kalau tau ada yang mau selingkuh sebaiknya dinasehati, di ingatkan lg komitmennya...
Di Tipitaka diceritakan tentang seorang pelacur cantik yg bernama Ambapali. Ketika bertemu Buddha dan dinasehati soal sifatnya yg suka iri hati, Ambapali sadar dan saat itu menjadi seorang sotapanna.
Setelah Ambapali menjadi sotapanna, ia masih berprofesi sebagai seorang pelacur sampai akhir hayatnya...
Sang Buddha sendiri tidak memandang rendah / tinggi pekerjaan seorang pelacur. Ini terlihat dari undangan seorang ratu yg ditolak Buddha karena sudah terlebih dahulu diundang oleh seorang pelacur.
::
Jika PSK itu egois krn tidak mau tau soal pelanggannya, maka tukang jual babi panggang juga egois krn tidak mau tau kolesterol pelanggannya.Egois kalo uda tau tapi pura2 tidak tahu....
::
Trus jadi plin plan dong, di satu sisi ingin pelacur tidak terlihat jelek disatu sisi mengatakan pekerjaan ini resiko tinggi... Yang jelas tidak semua pelacur tidak punya pilihan... banyak yg cuma ingin cepat dapat duit.... apakah ini jg tidak salah?
Pelacur, konotasinya sudah jelek dimata masyarakat, bahkan umat Buddha sendiri sulit untuk melihat pekerjaan mereka ini sebagaimana adanya. Namun begitu bukan berarti umat Buddha menganjurkan pekerjaan menjadi pelacur. Karena umat buddha harusnya juga tau bahwa pekerjaan ini mempunyai akibat/resiko yg tinggi dari segi kesehatan dan resiko dikucilkan masyarakat.
::
menarik sekali.
tadinya saya pikir sotapanna tidak lagi melakukan pelanggaran pancasila.. :-?
atau mungkinkah profesi itu tidak termasuk melanggar pancasila? ???
menarik sekali.
tadinya saya pikir sotapanna tidak lagi melakukan pelanggaran pancasila.. :-?
atau mungkinkah profesi itu tidak termasuk melanggar pancasila? ???
jadi inget waktu chit chat di DC dulu ... saya pernah bilang " mgkn suatu hari gw akan jadi pelacur , siapa yang tahu ?"
:)) :)) :)) :)) :))
Trus jadi plin plan dong, di satu sisi ingin pelacur tidak terlihat jelek
Yang jelas tidak semua pelacur tidak punya pilihan... banyak yg cuma ingin cepat dapat duit.... apakah ini jg tidak salah?
kita perlu bertanya:2. Karena pekerjaan ini lebih banyak negatifnya
1. kenapa pelacur terlihat jelek? Karena konotasi masyarakat.
2. Kenapa masyarakat berpandangan pelacur jelek? Nah ada yg bisa menjawabnya?
Motivasi menjadi pelacur bermacam-macam, sama halnya dengan beragamnya motivasi orang menjadi pegawai kantor, petani, perampok, dll. Tapi secara mayoritas yah semua yg bekerja ingin mendapatkan uang.
::
Setelah Ambapali menjadi sotapanna, ia masih berprofesi sebagai seorang pelacur sampai akhir hayatnya...om bill, tolong minta sumbernya. kalo bisa tipitaka...
ada baiknya kita undang pelacur nya untuk turus serta
=))
2. Karena pekerjaan ini lebih banyak negatifnya
Coba kalo orang tersayang anda adalah pelacur
om bill, tolong minta sumbernya. kalo bisa tipitaka...
thanks in advance.
'Negatif' yg nyata saya pikir hanya satu koq, Sis: "resiko ketularan penyakit"
Kalo dilihat, pekerjaan2 lain juga banyak yg beresiko dari sisi kesehatan, tapi tidak dianggap negatif oleh masyarakat, misalnya: kerja sebagai relawan AIDS, kerja dilabor penelitian kuman/virus, kerja di pembangkit nuklir, bahkan kerja sebagai pendulang emas juga resiko tinggi terkena mercury.
Jadi, kenapa masyarakat menganggap pekerjaan ini negatif? Karena masyarakat menganggap seks adalah sesuatu yg tabu, private, ditambah pula dalil2 agama dan budaya (ini berkaitan terus ke perkawinan, istri kedua, selir, gundik, istri simpanan, istri dibawah tangan, seks masa pacaran, dstnya....).
Jadi kenapa pekerjaan pelacur menjadi 'sangat rendah' dimata masyarakat menurut saya dominan dikondisikan oleh pengaruh agama dan sosial, bukan oleh pengaruh praktis.
::
AIDS asalnya dari mana? kalo dokter, relawan dsb tertular/menularkan AIDS tidak sengaja, dan cenderung memerangi seks bebas, sedangkan PSK malah secara sadar mencari penyakit AIDS itu sendiri...
PSK dan peneliti/relawan AIDS kedua2 profesi ini tidak ada yg secara sadar mencari penyakit.
PSK memakai pengaman dalam prakteknya, memeriksakan kesehatannya secara berkala, dll usaha untuk mencegah penyakit, meski pada kenyatannya ada juga yg cuek dan tidak terhindarkan.
Demikian pula pekerja labor / relawan, memakai pengaman (sarung tangan, penutup hidung, dll) sebagai usaha untuk mencegah terkena penularan, meski juga, pada kenyataannya ada yg cuek dan ada yg terkena.
Sama saja.
::
ada baiknya kita undang pelacur nya untuk turus serta
=))
Memeriksa kesehatan aja ga bisa mencegah penyakit itu kk, kalo mau mencegah ya jangan lakukan free sex itu aja hehe.... Peace ya kk hihi.... v^^v
kalo saya peace nya begini:
\m/ peace man...
:))
::
:)) :)) :)) =)) =)) =))Kalau saya pribadi melihat PSK itu bukan 'dibudidayakan' namun memang sudah menjadi bagian dari budaya. Tergantung seberapa bodoh/pintar, picik/luas pandangan, dan munafik/jujur saja masyarakat dalam menyikapi pelacuran. Sepanjang sejarah manusia mencatat budaya, sepertinya prostitusi juga sudah ada. Bahkan dalam dunia hewan pun prostitusi eksis. Ini sudah alami menjadi bagian dalam hidup bermasyarakat. Moral seseorang tidak tergantung pada ada atau tidaknya prostitusi, tetapi pada kesadarannya sendiri tentang hal yang bermanfaat atau tidak.
Saya tidak menghina profesi itu kok kk, krn kita tidak tau niat/dasar seseorang menjadi PSK apa, cuma menurut saya kesannya seperti ingin membudidayakan PSK aja, jadi saya ga setuju, karena lebih banyak negatifnya drpada positifnya.... Kalau tidak ingin melegalkan PSK, sebaiknya tidak usa dibela2, nanti byk orang berpikir free sex gpp kok, ga melanggar sila, saya profesional lo, pdhal hati seseorang kan gampang berubah... malah menjadi moral yg semakin menurun aja hehe....
kita perlu bertanya:Pandangan masyarakat dipengaruhi oleh nilai budaya yang berkembang di sana. Kalau di sini, masih banyak terpengaruh pandangan agama mayoritas.
1. kenapa pelacur terlihat jelek? Karena konotasi masyarakat.
2. Kenapa masyarakat berpandangan pelacur jelek? Nah ada yg bisa menjawabnya?
dalam benak saya:
1. siapa sih yang mau jd PSK? kalo ada pekerjaan yang lbh layak juga pasti psk2 itu akan berganti profesi
2. siapa seh yang tahan dgn pergunjingan masyarakat sekitar, dikucilkan dr masyarakat, jd bahan omongan?
3. siapa seh yang mau keluarganya menahan malu (andaikata dia punya anak,dll)
4. kalo tidak jadi PSK, gimana wanita tsb bisa hidupin diri sendiri dan/atau keluarganya? masa mau nahan lapar? mau tinggal di mana?
5. siapa seh yang mau tanggung resiko kalo swkt2 dapat penyakit kiriman?
jadi, profesi PSK itu bukan suatu pilihan lagi..tapi suatu keterpaksaan..masalah dia mau jd istri simpanan itu hal yang lain lagi..krn itu bukan maslaah komersial lagi..
Kalau saya pribadi melihat PSK itu bukan 'dibudidayakan' namun memang sudah menjadi bagian dari budaya. Tergantung seberapa bodoh/pintar, picik/luas pandangan, dan munafik/jujur saja masyarakat dalam menyikapi pelacuran. Sepanjang sejarah manusia mencatat budaya, sepertinya prostitusi juga sudah ada. Bahkan dalam dunia hewan pun prostitusi eksis. Ini sudah alami menjadi bagian dalam hidup bermasyarakat. Moral seseorang tidak tergantung pada ada atau tidaknya prostitusi, tetapi pada kesadarannya sendiri tentang hal yang bermanfaat atau tidak.
Di Tipitaka diceritakan tentang seorang pelacur cantik yg bernama Ambapali. Ketika bertemu Buddha dan dinasehati soal sifatnya yg suka iri hati, Ambapali sadar dan saat itu menjadi seorang sotapanna.
Setelah Ambapali menjadi sotapanna, ia masih berprofesi sebagai seorang pelacur sampai akhir hayatnya...
Sang Buddha sendiri tidak memandang rendah / tinggi pekerjaan seorang pelacur. Ini terlihat dari undangan seorang ratu yg ditolak Buddha karena sudah terlebih dahulu diundang oleh seorang pelacur.
::
Saya kok agak kurang yakin ada yang Sotapanna tetapi masih melakukan profesi sebagai seorang pelacur... Kalau terpaksa dibawah ancaman jiwa (masih bisa diterima), tetapi kalau melakukan-nya dengan kesadaran sendiri... EMANGNYA tidak ada profesi lain yang bisa dilakukan. Masa mencari sesuap nasi saja susah sekali sehingga harus menjadi PSK ? kecuali kalau memang tujuannya mencari UANG BESAR dan UANG GAMPANG.
:)) :)) :)) :)) :))panggil gw ?
\m/ yuhuuu rock man...!! ;D
Forte:))
Sebelumnya FoxRockman
KalyanaMitta
panggil gw ?:))
Moral saya tentu-nya tidak tergantung pada ada atau tidaknya prostitusi... tetapi pada ada tidaknya saya mencari prostitusi, dan Moral sang PSK itu tentu-nya tergantung pada perilaku-nya.Menurut saya justru sebaliknya, orang cari prostitusi atau tidak, tergantung pada moralnya masing-masing.
Menurut saya memang PSK itu sendiri tidak memberdayakan diri-nya untuk keluar dari profesi tersebut.Ini tergantung pada pribadinya. Saya pernah lihat PSK yang melacurkan diri agar anaknya lulus sekolah dan bisa hidup mandiri. Ia terpaksa melakukannya karena suaminya pergi begitu saja tak bertanggungjawab. Jadi kalau masalah moral dan motif, saya rasa setiap PSK (juga pelanggannya) berbeda.
Ternyata profesi pelacur memang tidak melanggar sila, Bro... banyak hasil diskusi soal ini yg bisa di-googling.
Soal Ambapali, ada 2 sutta. Sutta pertama soal Ambapali bertemu Buddha. Sutta kedua Ambapali meninggal.
::
Menurut saya justru sebaliknya, orang cari prostitusi atau tidak, tergantung pada moralnya masing-masing.
Ini tergantung pada pribadinya. Saya pernah lihat PSK yang melacurkan diri agar anaknya lulus sekolah dan bisa hidup mandiri. Ia terpaksa melakukannya karena suaminya pergi begitu saja tak bertanggungjawab. Jadi kalau masalah moral dan motif, saya rasa setiap PSK (juga pelanggannya) berbeda.
mana yang terbalik bro... memang moral saya tidak tergantung pada ada tidak ada-nya prostitusi.Maksud saya yang ini:
Moral saya tentu-nya tidak tergantung pada ada atau tidaknya prostitusi... tetapi pada ada tidaknya saya mencari prostitusi, dan Moral sang PSK itu tentu-nya tergantung pada perilaku-nya. Menurut saya memang PSK itu sendiri tidak memberdayakan diri-nya untuk keluar dari profesi tersebut.Perbuatan mencari atau tidak, ditentukan oleh moral, bukannya moral tergantung pada mencari/tidak.
Jika moral saya bobrok dan ingin memuaskan nafsu birahi sedangkan dari istri atau pasangan lain tidak bisa didapatkan, mungkin saja mencari PSK.Betul. Jika moral bagus, walaupun tidak puas, tetap tidak mencari.
Banyak istri yang ditinggalkan suami, dan apakah semua jadi PSK ? jadi PSK itu di jaman kebebasan seperti ini adalah PILIHAN, bukan keterpaksaan.Memang tidak semua, namun keterkondisian orang berbeda. Kalau bro dilbert mengatakan di jaman kebebasan seperti ini pasti adalah pilihan, bukan keterpaksaan, apakah tepat juga kalau dikatakan, "di jaman kebebasan seperti ini, menjadi miskin adalah pilihan, bukan keterpaksaan"?
Menurut saya justru sebaliknya, orang cari prostitusi atau tidak, tergantung pada moralnya masing-masing.
Ini tergantung pada pribadinya. Saya pernah lihat PSK yang melacurkan diri agar anaknya lulus sekolah dan bisa hidup mandiri. Ia terpaksa melakukannya karena suaminya pergi begitu saja tak bertanggungjawab. Jadi kalau masalah moral dan motif, saya rasa setiap PSK (juga pelanggannya) berbeda.
Maksud saya yang ini: Perbuatan mencari atau tidak, ditentukan oleh moral, bukannya moral tergantung pada mencari/tidak.Mau menilai moral saya (yang sehubungan dengan topik bahasan PSK) tentu-nya adalah menilai dari saya ada atau tidak mencari PSK atau apapun untuk hubungan seksual.
Betul. Jika moral bagus, walaupun tidak puas, tetap tidak mencari.
Mungkin maksud bro dilbert, 'penilaian atas moral seseorang (bagus atau tidak) bisa kita lihat dari ada/tidaknya dia mencari PSK'?
Memang tidak semua, namun keterkondisian orang berbeda. Kalau bro dilbert mengatakan di jaman kebebasan seperti ini pasti adalah pilihan, bukan keterpaksaan, apakah tepat juga kalau dikatakan, "di jaman kebebasan seperti ini, menjadi miskin adalah pilihan, bukan keterpaksaan"?Lahir menjadi miskin itu adalah Bukan Pilihan, tetapi menjalani Hidup adalah PILIHAN. Ada juga kan yang dipaksa untuk melacur (misalnya pada jaman Peperangan atau jaman Jahiliyah) lebih memilih untuk bunuh diri daripada di-paksa melacur. Dan itu semua adalah pilihan.
Uda cerai belum si ibu? kalo blm berarti berzinah dong? berarti maksud kk kalo uda kepepet ga punya duit melacurkan diri saja lebih cepat dapat duit dan tidak melanggar sila kok, gitu ya?Sudah ditinggalkan suami, tapi saya tidak tahu apakah resmi bercerai (karena bercerai juga perlu uang).
Sudah ditinggalkan suami, tapi saya tidak tahu apakah resmi bercerai (karena bercerai juga perlu uang).
Saya tidak menganjurkan orang melacurkan diri, tapi saya bisa memaklumi orang yang kepepet lalu melacurkan diri. Mudah bagi orang ke tiga yang tidak pernah kelaparan, hidup dalam kecukupan dan tidak khawatir anak tidak punya susu, untuk mengatakan, "cari jalan lain" seolah cara lain itu bisa didapat dalam sehari. Berbeda bagi yang tidak makan berhari-hari dan harus menghidupi anaknya.
kalau "melacur" pada suami ?~
pernah dengar ?~ merid - ngeseks - duit = BERES
pelacur ?~
Mau menilai moral saya (yang sehubungan dengan topik bahasan PSK) tentu-nya adalah menilai dari saya ada atau tidak mencari PSK atau apapun untuk hubungan seksual.OK, saya sudah nyambung.
dalam bahasan moral yang sehubungan dengan ESEK-ESEK, jawabannya IYA ... seorang suami yang moral-nya (sehubungan dengan urusan syahwat) di katakan baik / alim, tentu-nya di-nilai dari ada tidaknya sang suami itu "jajan" di luar dengan PSK ataupun ada selingkuh dengan TTM atau ONS (one nite stand) dengan perempuan lain selain istrinya. itu donk patokannya.Iya, setuju juga. Intinya hubungan seksual selain dengan istri.
Lahir menjadi miskin itu adalah Bukan Pilihan, tetapi menjalani Hidup adalah PILIHAN. Ada juga kan yang dipaksa untuk melacur (misalnya pada jaman Peperangan atau jaman Jahiliyah) lebih memilih untuk bunuh diri daripada di-paksa melacur. Dan itu semua adalah pilihan.Yang saya pertanyakan bukan antara melacur/miskin dan mati, karena semua orang juga bisa bunuh diri. Yang saya pertanyakan adalah apakah di jaman kebebasan ini berarti orang bisa selalu memilih untuk miskin/tidak sebagaimana orang bisa memilih melacur/tidak?
Untuk konteks perempuan yang dipaksa melacur/menjadi budak seks para penguasa atau penjahat, itu masih dapat saya "maklumi" sebagai bagian yang sangat "terpaksa" karena menyangkut nyawa. TETAPI kalau sudah namanya PROFESI, berarti perbuatan itu dilakukan dengan penuh KESADARAN dan penuh KEMAUAN untuk mencapai tujuan tertentu (yang mungkins aja bukan karena masalah nyawa, tetapi masalah mau banyak duit, mau hidup mewah, mau nyekolahan anak setinggi-tinggi-nya dan bla bla bla).Nah, yang ini lebih dekat ke topik.
Sudah ditinggalkan suami, tapi saya tidak tahu apakah resmi bercerai (karena bercerai juga perlu uang).
Saya tidak menganjurkan orang melacurkan diri, tapi saya bisa memaklumi orang yang kepepet lalu melacurkan diri. Mudah bagi orang ke tiga yang tidak pernah kelaparan, hidup dalam kecukupan dan tidak khawatir anak tidak punya susu, untuk mengatakan, "cari jalan lain" seolah cara lain itu bisa didapat dalam sehari. Berbeda bagi yang tidak makan berhari-hari dan harus menghidupi anaknya.
Berarti maksud kk pelacur itu boleh, asal waktu terpaksa saja, kalau tidak terpaksa sebaiknya jangan deh, karena ga bagus. Gitukan?Secara disederhanakan, kira-kira begitu.
Secara disederhanakan, kira-kira begitu.
Saya kok gak yakin (di Indonesia, di jaman sekarang) kalau kita punya anak balita, dan ketika anak kita itu kekurangan susu, kita minta bantuan ke orang-orang, gak di kasih bantuan ? Kecuali hidup-nya di jaman Jahiliyah...
Bhikkhu aja yang pindapatta di jalan-jalan aja bisa dapat makanan untuk penyambung nyawa. Masa ibu-ibu "muda-cakep" bawa anak balita minta bantuan susu sama orang-orang, gak dapat ?
Profesi pelacur ini, kenapa bro dilbert menilai rendah?
Coba simak kisah Ambhapali di atas... Ambhapali menjadi wanita penghibur karena "KEPUTUSAN" para pangeran Licchavi yang menguasai. apakah ini sama dengan Ambhapali menjadi PSK secara sadar dan kemauan sendiri ?
Jelas dikatakan bahwa walaupun menjadi wanita penghibur (dibawah penguasaan pangeran Licchavi), Ambhapali memiliki kualitas bathin yang baik dengan melatih ketenangan dan kemuliaan, sering berdana.
Jadi darimana dikatakan bahwa profesi PSK tidak melanggar SILA ? Buddha menerima persembahan dari Ambhapali tidak serta merta berarti dapat disimpulkan bahwa Ambhapali tidak melanggar SILA.
maaf bro dilbert saya koreksi sedikit, kejadian itu ada kebetulan saya yg mengalami, di saat saya susah, saya meminta tolong ke tetangga,ke teman, bahkan saudara, tidak ada sedikitpun yg membantu sampai akhirnya anak saya di kasih air tajin (air cucian beras) supaya dia kenyang dan tidak menangis. _/\_
maaf bro dilbert saya koreksi sedikit, kejadian itu ada kebetulan saya yg mengalami, di saat saya susah, saya meminta tolong ke tetangga,ke teman, bahkan saudara, tidak ada sedikitpun yg membantu sampai akhirnya anak saya di kasih air tajin (air cucian beras) supaya dia kenyang dan tidak menangis. _/\_
Saya kok gak yakin (di Indonesia, di jaman sekarang) kalau kita punya anak balita, dan ketika anak kita itu kekurangan susu, kita minta bantuan ke orang-orang, gak di kasih bantuan ? Kecuali hidup-nya di jaman Jahiliyah...Berarti bro dilbert memang beruntung hidup di 'sisi lain' dari kehidupan ini. :)
Bhikkhu aja yang pindapatta di jalan-jalan aja bisa dapat makanan untuk penyambung nyawa. Masa ibu-ibu "muda-cakep" bawa anak balita minta bantuan susu sama orang-orang, gak dapat ?
Hidup adalah pilihan. Ini kalimat sakti dan tak terbantahkan ;DMemang begitu adanya...
Meski para pangeran memutuskan, tapi keputusan akhir ada di tangan Ambapali, mau atau tidak.
Tapi is oke lah, kita anggap awalnya Ambapali tidak berniat jadi wanita penghibur, namun ia akhirnya menjadi wanita penghibur karena keadaan meminta begitu.
Banyak juga PSK sekarang memiliki kualitas batin yg baik, tenang, tidak amoral dan murah hatiPSK bisa tidak melanggar sila pembunuhan, sila pencurian, sila berbohong maupun sila tidak mengkonsumsi makanan minuman memabukan (ada loh PSK yang gak minum2 atau narkoba)...
Justru saya heran, bagaimana bisa sampai dikatakan profesi PSK = melanggar sila?
kalo gitu kita sependapat kok kk...hehe... intinya profesi itu ga bagus hehe....Profesi apakah yang bagus, sis M14ka? Profesi apakah yang dengan menjalaninya, seseorang jauh dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin?
Profesi apakah yang bagus, sis M14ka? Profesi apakah yang dengan menjalaninya, seseorang jauh dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin?
berarti ada... dan apakah wang ai lie menempuh jalan pintas dengan menjadi PSK pria (gigolo) ? hahahhaatidak ada seseorang pun yang menginginkan hidup dalam kesusahan, jika memang tidak ada jalan lain ada terbersit untuk menjadi gigolo menjual diri agar anak dan istri saya bisa makan, apakah menurut bro dilbert salah? apakah hanya dengan bukti anda baru percaya walau bukti itu membuka aib seseorang? _/\_
tidak ada seseorang pun yang menginginkan hidup dalam kesusahan, jika memang tidak ada jalan lain ada terbersit untuk menjadi gigolo menjual diri agar anak dan istri saya bisa makan, apakah menurut bro dilbert salah? apakah hanya dengan bukti anda baru percaya walau bukti itu membuka aib seseorang? _/\_
kalau "melacur" pada suami ?~Namanya hubungan seksual, tidak ada bedanya. Hanya kalau secara sosial, hubungan seksual dalam jangka waktu relatif panjang, disahkan oleh hukum, maka disebut 'suami-istri'. Kalau jangka waktu relatif pendek, tidak sah, disebut 'pelacuran'. Oleh karena itu ada hotel tertentu di Timur tengah memanfaatkan hukum ini: masuk hotel, sahkan 'suami-istri', selesai, cerai dulu, keluar hotel. Hanya masalah sistem saja.
pernah dengar ?~ merid - ngeseks - duit = BERES
pelacur ?~
berarti bro wang juga menganggap jadi PSK pria (gigolo) itu aib juga ? sekali lagi HIDUP itu PILIHAN...
History has past (kamma masa lampau)
Future is mystery (yang akan terjadi pada masa depan itu gak jelas)
Present is GIFT (kini adalah pilihan, kelanjutan perjalanan hidup kita semua adalah keputusan kita detik ini waktu ini juga untuk melangkah kemana)
guru... guru yang bener...Ya, memang ada pekerjaan yang sifatnya mulia seperti guru, dokter, polisi, pemadam kebakaran, dll (terlepas dari oknum yang bejad). Tapi pekerjaan kita sehari-hari juga menuntut kita serakah, tidak jarang bohong dan sodok-sodokan, memancing serta mengembangkan nafsu indriah, agar bisa berjalan.
tukang sampah... yang bebas dari LDM
tukang parkir... yang bebas dari LDM
... PSK yang bebas dari LDM ada gak ya ? (bukan budak seks)
Profesi apakah yang bagus, sis M14ka? Profesi apakah yang dengan menjalaninya, seseorang jauh dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin?
[...]Saya lupa kalau tidak salah di Milinda Panha ada kisah Raja meminta membalikkan arus sungai dan tidak ada yang cukup sakti melakukannya, namun ternyata seorang pelacur dengan 'saccakiriya gatha' mampu membalikkan arus sungai tersebut dan membuat sang raja terheran.
Banyak juga PSK sekarang memiliki kualitas batin yg baik, tenang, tidak amoral dan murah hati
Berarti bro dilbert memang beruntung hidup di 'sisi lain' dari kehidupan ini. :)
profesi yang ga ditentang orang, yang tidak waktu terpaksa baru dilakukan... profesi kerja kantoran admin, accounting, IT, suster, ato resepsionis, dll....Sebetulnya balik lagi, kenapa pelacuran harus ditentang? PSK tidak memaksa 'kan? Mau pakai jasa boleh, tidak pakai juga tidak apa. Mengapa orang harus terusik bathinnya dengan keberadaan PSK? Beda halnya dengan pencuri, misalnya, yang memang merugikan orang lain.
Saya lupa kalau tidak salah di Milinda Panha ada kisah Raja meminta membalikkan arus sungai dan tidak ada yang cukup sakti melakukannya, namun ternyata seorang pelacur dengan 'saccakiriya gatha' mampu membalikkan arus sungai tersebut dan membuat sang raja terheran.
gak juga... FOR HONEST, now my condition is not ZERO anymore, but MINUS (alias berhutang)... Tiap bulan saya bayar hutang ke sana kemari... tapi kondisi ini tidak membuat saya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang saya rasa menimbulkan karma buruk lagi...Turut berkaruna-citta atas kesusahan bro dilbert.
Ketika saya pada posisi HUTANG bakalan MELEDAK, karena sudah tidak sanggup lagi gali lobang tutup lobang, pada saat itu, kondisi saya paling stress karena dikejar hutang melulu. Sampai-sampai orang tua saya malah menyarankan saya untuk LARI saja. Tetapi karena saya pikirannya masih jernih, saya putuskan untuk menyelesaikan semua hutang piutang saya dengan menemui para kreditur saya, menjadwalkan kembali, menjual asset asset saya, termasuk asset istri saya.
Kemudian dari punya usaha sendiri, saya mencari teman sekolah saya untuk minta kerjaan dan sampai sekarang saya kerja dengan teman saya itu. Tiap bulan penghasilan saya kebanyakan habis buat bayar bayar hutang. Untung istri saya ada kerja. Anak saya saya pindahkan dari sekolah dengan uang sekolah yang lumayan mahal, ke sekolah yang dengan uang sekolah lebih ringan, walaupun mertua saya terus meminta untuk sekolah di tempat sebelumnya. Tetapi itulah yang harus saya lakukan. Walaupun memang saya tidak sampai pada posisi Tidak ada uang sama sekali untuk beli susu anak. Pernah saya sedih juga, ketika diminta istri untuk beli susu anak, kebetulan pada saat itu duit saya tidak cukup, saya sampai bilang ke istri lagi gak punya duit, susu-nya masih ada gak ? kalau masih ada, tunggu beberapa hari lagi ada gak pemasukan.
Sila ke-3 saya, perbuatan asusila = termasuk pekerjaan PSK. ini-lah sumber "DISKUSI" kita... hehehehehe
gak juga... FOR HONEST, now my condition is not ZERO anymore, but MINUS (alias berhutang)... Tiap bulan saya bayar hutang ke sana kemari... tapi kondisi ini tidak membuat saya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang saya rasa menimbulkan karma buruk lagi...
Ketika saya pada posisi HUTANG bakalan MELEDAK, karena sudah tidak sanggup lagi gali lobang tutup lobang, pada saat itu, kondisi saya paling stress karena dikejar hutang melulu. Sampai-sampai orang tua saya malah menyarankan saya untuk LARI saja. Tetapi karena saya pikirannya masih jernih, saya putuskan untuk menyelesaikan semua hutang piutang saya dengan menemui para kreditur saya, menjadwalkan kembali, menjual asset asset saya, termasuk asset istri saya.
Kemudian dari punya usaha sendiri, saya mencari teman sekolah saya untuk minta kerjaan dan sampai sekarang saya kerja dengan teman saya itu. Tiap bulan penghasilan saya kebanyakan habis buat bayar bayar hutang. Untung istri saya ada kerja. Anak saya saya pindahkan dari sekolah dengan uang sekolah yang lumayan mahal, ke sekolah yang dengan uang sekolah lebih ringan, walaupun mertua saya terus meminta untuk sekolah di tempat sebelumnya. Tetapi itulah yang harus saya lakukan. Walaupun memang saya tidak sampai pada posisi Tidak ada uang sama sekali untuk beli susu anak. Pernah saya sedih juga, ketika diminta istri untuk beli susu anak, kebetulan pada saat itu duit saya tidak cukup, saya sampai bilang ke istri lagi gak punya duit, susu-nya masih ada gak ? kalau masih ada, tunggu beberapa hari lagi ada gak pemasukan.
sedikit OOT, ga semua PSK itu jadi pelacur karena sukarela, bagaimana dengan yang dijual..
dan ga sedikit berita klo dah terjerumus ke profesi itu sulit keluar karena cengkraman germo, preman dan mafia..
oh alangkah beruntungnya orang itu masih mempunyai asset dan pekerjaan, bahkan istri pun mempunyai pekerjaan, coba anda lihat yg saya bold.
bagaimana kalau posisi orang tersebut berada di posisi saya yang saat itu benar2 tidak mempunyai uang, barang, bahkan baju pun saya hanya punya 5 pasang itupun kaos promosi ,apa yg mau saya jual?, apakah salah jika saya menjadi gigolo agar anak dan istri saya bisa makan ? apakah menjadi gigolo adalah hal yang salah ? jangan melihat kehidupan dari 1 sisi , coba anda lihat di sisi yang lain, dan coba anda bayangkan jika anda berada di posisi saya _/\_
lalu point-nya ? Pelacur itu ....
lalu point-nya ? Pelacur itu ....... memiliki kualitas baik yang luar biasa.
Sebetulnya balik lagi, kenapa pelacuran harus ditentang? PSK tidak memaksa 'kan? Mau pakai jasa boleh, tidak pakai juga tidak apa. Mengapa orang harus terusik bathinnya dengan keberadaan PSK? Beda halnya dengan pencuri, misalnya, yang memang merugikan orang lain.
coba cerita bagaimana posisi anda ? bisa gak cari kerja selain jadi PSK (pria) ?
oh alangkah beruntungnya anda mempunyai asset dan pekerjaan, bahkan istri pun mempunyai pekerjaan, coba anda lihat yg saya bold.
bagaimana kalau posisianda tersebut berada di posisi saya yang saat itu benar2 tidak mempunyai uang, barang, bahkan baju pun saya hanya punya 5 pasang itupun kaos promosi ,apa yg mau saya jual?, apakah salah jika saya menjadi gigolo agar anak dan istri saya bisa makan ? apakah menjadi gigolo adalah hal yang salah ? jangan melihat kehidupan dari 1 sisi , coba anda lihat di sisi yang lain, dan coba anda bayangkan jika anda berada di posisi saya _/\_
Turut berkaruna-citta atas kesusahan bro dilbert.
Tapi sejujurnya keberadaan seseorang tidak bisa diukur dari kekayaan secara finansial 'di atas kertas'. Saya rasa kalau melihat hutang, Bakrie lebih miskin dari tukang gorengan. Tapi kenyataannya tentu tidak begitu. Seperti bro dilbert walaupun dikejar hutang tapi masih ada orang tua, masih bisa mendapatkan makanan yang layak, tempat tinggal juga masih ada, itu sama sekali masih jauh lebih baik. No offense.
Kenapa kk memaklumi kalo terpaksa saja? kalo ga terpaksa kk maklum gak? Kenapa ada yang sudah kuliah tapi tidak mau belajar, hanya ingin jadi PSK, meskipun hidupnya serba berkecukupan....
:) kalau saya dulu bisa dapat pekerjaan lain , apa mungkin saya jadi gigolo?
itulah kebanyakan orang, melihat dari 1 sisi, coba m14ka lihat jika keadaan nya seperti yang saya ceritakan. apakah bisa di samakan dengan mahasiswi itu?
Quote from: williamhalim on Today at 04:04:51 PM
Justru saya heran, bagaimana bisa sampai dikatakan profesi PSK = melanggar sila?
Ini yg juga sudah diperdebatkan panjang, bagaimana pelacur bisa melanggar Sila 3.
Bisa disharing alasannya Bro?
::
Kenapa kk memaklumi kalo terpaksa saja? kalo ga terpaksa kk maklum gak?Maksudnya begini, sis... Saya tidak menganjurkan orang menjadi PSK, tetapi saya juga tidak berniat menentang dan menghapuskan PSK, karena menurut saya, mereka TIDAK mengganggu orang lain.
Kenapa ada yang sudah kuliah tapi tidak mau belajar, hanya ingin jadi PSK, meskipun hidupnya serba berkecukupan....Mungkin karena memang dia merasa nyaman dengan pilihannya. Tidak hanya PSK, ada juga orang kuliah tinggi tapi karena cantik akhirnya jadi model dan kuliahnya tidak lanjut. Sama saja, bukan?
Jadi gigolo... berarti orang-nya minimal quite good looking, fisik tidak ada cacat...
Lantas dengan spesifikasi seperti ini, tidak ada yang mau menggaji anda untuk misalnya jadi SUPIR, Jadi tukang jaga rumah, tukang kebun misalnya, atau tukang antar barang di toko toko, atau tukang jaga gudang, atau security, atau jadi tukang parkir deh...
tadi saya bilang kan , kalau saya dulu bisa dapat pekerjaan lain , apa mungkin saya jadi gigolo?
sudah tentu segala macam pekerjaan sudah saya cari, bahkan menjadi tukang sampah sekalipun sudah pernah saya minta, tapi tidak ada satupun pekerjaan yg bisa saya dapatkan
kalau yang anda sebutkan di atas bisa saya peroleh waktu itu, apa mungkin saya melakukan pekerjaan yang bagi sebagian orang dianggap rendah? _/\_
5. Pernyataan Kebenaran
"Raja Sivi memberikan matanya kepada seseorang yang memintanya
dan kemudian dia mempunyai mata baru yang muncul sebagai gantinya (Ja. No. 499).
Bagaimana hal ini mungkin?"
"Karena kekuatan kebenaranlah hal itu terjadi. Seperti halnya ahli kebatinan
yang membaca kebenaran dapat membuat hujan turun, mengusir api atau menetralkan
racun."
"Ketika Asoka, penguasa yang jujur itu suatu hari berdiri di antara penduduk
kota Pataliputta, ia berkata kepada menterinya: 'Adakah orang yang dapat membuat
sungai Gangga ini mengalir balik arah dan melawan arus?' Kemudian seorang
pelacur yang bernama Bindumati, yang ada di antara kerumunan itu, melakukan
tindakan kebenaran. Dan pada saat itu juga sungai Gangga yang besar itu
bergemuruh dan bergelombang membalik arah di depan mata semua orang. Dan Sang
Raja yang terperangah mencari wanita yang menyebabkan hal itu terjadi dan
bertanya padanya 'Tindakan kebenaran apa yang telah kau lakukan untuk dapat
melakukan hal ini?' Si wanita menjawab, 'Siapapun yang membayar saya, tak peduli
apakah ia seorang brahmana, ningrat, pedagang atau pelayan, saya perlakukan
mereka semua sama sederajat. Bebas dari bias saya melayani mereka sesuai dengan
apa yang telah dibayarkan kepada saya. Inilah dasar dari tindakan kebenaran yang
saya lakukan untuk dapat membalik aliran sungai Gangga.'
"Tidak ada kekuatan biasa yang dapat menyebabkan hal-hal semacam itu terjadi,
hanyalah kekuatan kebenaran itu sendiri yang merupakan penyebabnya. Dan tidak
ada alasan untuk merealisasikan Empat Kesunyataan Mulia selain dari kekuatan
kebenaran itu sendiri."
Maksudnya begini, sis... Saya tidak menganjurkan orang menjadi PSK, tetapi saya juga tidak berniat menentang dan menghapuskan PSK, karena menurut saya, mereka TIDAK mengganggu orang lain.Saya juga tidak berniat menentang dan menghapus kok, karena tidak mungkin hehe, hanya tidak menganjurkan, meskipun terpaksa sebaiknya jangan deh...hehe...itu aja intinya.... :)
Mungkin karena memang dia merasa nyaman dengan pilihannya. Tidak hanya PSK, ada juga orang kuliah tinggi tapi karena cantik akhirnya jadi model dan kuliahnya tidak lanjut. Sama saja, bukan?
ini kisah bener atau memang mau dibenerkan ?
coba anda baca dari atas lagi bro dilbert yang bijaksana , semua cerita yang saya sampaikan adalah murni dari apa yang pernah saya lakukan, kenapa sampai saya ceritakan luka lama saya , karena hanya dengan luka ini mungkin yang bisa membuat anda yang bijak dapat melihat apa yang tidak pernah anda rasakan. tidak ada unsur ingin dibenarkan dalam cerita ini dan tidak ada unsur kebohongan dalam cerita ini.
sekiranya cukup pendapat dari saya,yang saya lihat tread ini sudah melenceng jauh dari apa yang ingin di bahas , topik yang sebenarnya itu apa? bukankah TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS atau PROFESI /PEKERJAAN YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
mohon maaf jika ada salah dalam penyampaian dalam kata atau penulisan _/\_
Sutta Tentang Berkah Utama
Pada suatu ketika Sang Bhagava Menetap di dekat Savatthi, di hutan Jeta di Vihara Anathapindika, maka datanglah Dewa ketika hari menjelang pagi dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta, menghampiri Sang Bhagava, menghormat Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berbertanya kepada Sang Bhagava dalam syair ini:
“Banyak Dewa dan manusia berselisih paham tentang berkah yang diharap membawa keselamatan, Terangkanlah apa Berkah utama itu?”
Tidak bergaul dengan orang yang tak bijaksana, Bergaul dengan mereka yang bijaksana, menghormat mereka yang patut dihormat, itulah Berkah Utama.
Hidup di tempat yang sesuai, berkat jasa-jasa dalam kehidupan lampau, menuntun diri ke arah yang benar, itulah Berkah Utama.
Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, terlatih baik dalam tata susila, ramah tamah dalam ucapan, itulah Berkah Utama.
Membantu Ayah dan Ibu, menyokong anak dan istri, bekerja bebas dari pertentangan, itulah Berkah Utama.
Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma, menolong sanak keluarga, bekerja tanpa cela, itulah Berkah Utama.
Menjauhi, tidak melakukan kejahatan, menghindari minuman keras, tekun melaksanakan damma, itulah Berkah Utama.
Selalu hormat, dan rendah hati, merasa puas dan berterima kasih, mendengarkan damma pada saat yang sesuai, itulah Berkah Utama.
Sabar, rendah hati jika diperingatkan, mengunjungi para petapa, membahas damma pada saat yang sesuai, itulah Berkah Utama.
Bersemangat dalam menjalankan hidup suci, menembus empat Kesunyataan Mulia, serta mencapai Nibbana, itulah Berkah Utama.
Meski tergoda pada hal-hal duniawi, namun batin tak tergoyahkan, tiada susah, tanpa noda, penuh damai, itulah Berkah Utama.
Karena dengan mengusahakan hal-hal itu, Manusia tak terkalahkan di manapun juga serta berjalan aman ke mana juga, Itulah Berkah Utama.
hidup adalah pilihan ? ~ itu adalah ungkapan mereka yang beruntung dan selama hidupnya tidak pernah terpojok oleh situasi ~
memilih jadi pelacur atau bunuh diri krn tekanan hidup yg tak sangup di pikul lagi ? Pilihan kah ?
pelacur di anggap hina krn meniduri banyak pria demi selembar dua lembar uang kertas yg udah di tarif.. lah klo anak orang kaya yg meniduri banyak pria TAPI BUKAN demi uang pelacur juga?
btw bus way.. pelacur itu apa sih ? :)) :))
Rombongan masa membawa seorang wanita pelacur yang akan menjalani hukuman rajam kehadapan Yesus. Yesus katakan ” siapa diantara kalian yang tidak pernah berbuat salah, dialah yang paling dulu melemparkan batu kepada perempuan ini ” Mereka semuanya saling pandang, lalu pergi satu-persatu, sehingga tinggal pelacur dengan Yesus. Yesus katakan pergilah kamu, jangan berbuat demikian lagi. (Yohanes 8:7)
Kebenaran subyektif adalah wanita itu pendosa, tuna susila, pelacur, dan harus dihukum. Kebenaran itu dibentuk oleh opini masyarakat yang dibangun oleh pemimpinnya berdasarkan pandangan moralitas, budaya, dan ajaran agama mereka.
Kebenaran objektif adalah ” prempuan itu mencari nafkah dengan menjual jasa pelayanan sexual” Didalam masyarakat modern,dimana hak azasi manusia dijunjung tinggi, kebenaran objektif berlaku umum. Misalnya wanita Indonesia memakai pakain minim dalam konstes kecantikan, di Indonesia diharamkan karena mereka memandang dari sudut keyakinan mereka. Di dunia barat hal seperti itu biasa-biasa saja, karena berpakain itu merupakan hak asasi manusia, tidak bisa dibatasi oleh keyakinan sesorang atau kelompok mayoritas. Dalam hal moralitas, sasarannya adalah wanita, karean perempuan pihak yang lemah.
bahasannya PSK itu tidak melulu pada wanita saja... sekarang PSK juga banyak yang laki-laki alias gigolo
oh alangkah beruntungnya anda mempunyai asset dan pekerjaan, bahkan istri pun mempunyai pekerjaan, coba anda lihat yg saya bold.
bagaimana kalau posisianda tersebut berada di posisi saya yang saat itu benar2 tidak mempunyai uang, barang, bahkan baju pun saya hanya punya 5 pasang itupun kaos promosi ,apa yg mau saya jual?, apakah salah jika saya menjadi gigolo agar anak dan istri saya bisa makan ? apakah menjadi gigolo adalah hal yang salah ? jangan melihat kehidupan dari 1 sisi , coba anda lihat di sisi yang lain, dan coba anda bayangkan jika anda berada di posisi saya _/\_
saya mengerti...tapi saya lihat anda terlalu merendahkan profesi PSK..btw itu artikel karangan umat tetangga loh..mereka sampe ngerti kebenaran subjketif dan kebenaran objektif..bagaimana dgn anda?
Ada skenario...
Jika kita menjadi seorang tua yang sedang sakit parah, sedangkan perlu dana pengobatan yang tidak sedikit. Ada anak perempuan kita yang berniat "menjual diri" dengan kesadarannya untuk mencari dana pengobatan... Bagaimana sikap kita ?
saya mengerti...tapi saya lihat anda terlalu merendahkan profesi PSK..btw itu artikel karangan umat tetangga loh..mereka sampe ngerti kebenaran subjketif dan kebenaran objektif..bagaimana dgn anda?
Skenario ini kurang lengkap, krn apakah masih ada pilihan lain atau tidak? Misalnya: meminta bantuan dana ke DC, SP dan Twitter. Juga banyak organisasi bantuan2 Tzuchi dll. Sanak-saudara juga mungkin bisa membantu.
Jika pilihan2 diatas tsbdicoretdemi memaksakan situasi, oke jugalah. Kita anggap pilihannya cuma 2: menjual diri atau tidak berobat, maka dari 2 pilihan (yg dipaksakan) ini bisa dipertimbangkan masak2 sebab dan akibatnya.
Misalnya orang tua ini sudah renta, dan malas juga berobat, atau si anak merasa yakin bisa mendapatkan 'calon konsumen' yg duitnya banyak dan bebas penyakit. Who knows?
Masing2 pilihan akan memberikan vipaka masing2...
::
jadi anda merespon thread ini karena menilai saya merendahkan profesi PSK ? saya tidak pernah merendahkan profesi PSK melewati batas... tetapi menurut saya itu profesi yang tercela dan tidak patut dilakukan...
Menurutku tergantung, pelacurnya kalo lagi menikah dan tanpa persetujuan pasangannya berarti sudah berzinah, melanggar sila 3 dong, n kalo berhubungan dengan suami/istri orang lain juga melanggar sila 3.
Yah, inti-nya seperti itu lah... no way out... Dengan ini-lah kita bisa menilai apakah memang kita menyetujui bahwa orang yang kita cintai itu menjual diri (demi apapun) itu bagaimana ?
Kalau saya... lebih baik saya tidak diobati...
Ini Closing Statement saya soal PSK... semoga tidak "menyinggung" perasaan rekan-rekan DC...
saya tidak mau berdebat panjang lebar dgn anda..tetapi saya hanya menginformasikan saja bahwa profesi PSK itu tidak seperti yang tersirat di benak anda..as landy chua said, profesi demikian ada krn ada tekanan hidup..jadi bukan merupakan suatu pilihan lagi..anda sangat beruntung sekali bisa terlahir di keluarga yang makmur..coba bayangkan keadaan keluarga yang miskin..
kalau anda jadi sang anak ?
Saya juga tidak mengatakan bahwa saya berada pada TITIK NADIR paling rendah dalam kehidupan manusia. Tetapi setidaknya saya menyatakan bahwa kondisi saya tidak seperti yang mungkin "bro kainyn" rasakan dari reply thread saya seolah-olah saya sekarang posisi saya di CONFORT ZONE yang hanya bisa menilai dari LUAR.Jangan salah paham, saya tidak membandingkan pengalaman saya dengan pengalaman bro dilbert, tapi saya mengatakan bahwa kasus yang saya temui yang membawa orang memilih pada pelacuran itu, jauh lebih 'pahit' daripada yang dialami bro dilbert.
Itu saja...
Kebenaran subjektif dan kebenaran objektif maksudnya gimana kk?
kalo PSK menurut kk secara objektif dianjurkan atau tidak? (terlepas dari segi keuangan)
bro... apakah semua keluarga miskin lantas menjadi PSK ? jangan serta merta mencari "pembenaran" menjadi PSK karena kemiskinan ? Tidak semua orang miskin itu gak punya akal sehat untuk memilih...
Kalau saya mau OFFENCE kamu, kamu sudah menghina orang miskin seolah olah tidak punya PILIHAN atau usaha apapun kecuali menjadi PSK...
sudah pasti tidak akan menjual diri.... karena menurut saya itu melanggar sila ke-3...
KALAU balik lagi soal rekan2 yang bersikeras soal KAMMA VIPAKA... bisa juga donk saya bilang itu KAMMA VIPAKA BAPAK saya... Tetapi saya tidak akan bilang begitu, karena memang menurut saya menjual diri itu pelanggaran sila ke-3...
yang merasa itu tidak pelanggaran sila ke-3 dan dalam skenario menjadi anak itu mau menjual diri demi orang tua-nya.... SILAHKAN... MONGGO...
bukan orang miskin saja..kalo saya berada dalam tekanan hidup yang snagat berat, saya pribadi juga mau melacur (kalo laku).. ;D
:)) :)) :)) :)) :)) :))
orang kepepet oleh situasi nggak punya waktu utk mikirin agama,` mgkn saya akan menjual diri.. i dunno ketika tidak ada pilihan sama sekali , masa saya membiarkan orang tua saya mati di depan mata saya sendiri .. hanya krn UANG DAN TUBUH ini ? apalah artinya TUBUH ini ?~ hanya onggokan daging yg sampai saatnya akan membusuk , ketika itu saya akan menekan ego sampai titik nol .. ayolah landy chua.. you can do it..~
=)) =)) =)) =))
jika anda bisa berpikir, apa arti-nya tubuh anda itu... anda juga harus bisa berpikir bahwa apa-lah arti tubuh orang tua anda itu... Apakah orang tua anda akan merelakan anda menjual tubuh untuk mengobati mereka ?
Kalau kita sedang bicara NORMATIF, jangan dicampur adukkan dengan yang IDEALIS...
biar gak nyampur, mungkin diskusinya musti dipisah satu2:
* dari segi sila
melanggar atau tidak?
kalo kriteria buku bilang gitu, berarti melanggar.
kalo kriteria buku gak pas, berarti gak melanggar.
ataukah setengah2 (salah satu menikah berarti melanggar. tidak ada yg menikah, berarti bisnis yg terhormat)?
* dari segi manfaat
kalo pelacur memberikan service yg memuaskan pelanggan secara profesional, berarti servicenya bermanfaat dan pekerjaan mulia.
ataukah pelacur dan servicenya memberikan dampak jelek pada pelanggan.
* dari segi sosial
apakah pelacur itu problem sosial ataukah solusi sosial?
apakah pelacur itu layak dikriminalisasikan?
* dari segi ekonomi
secara ekonomi makro apakah bermanfaat buat kemajuan dan pemerataan ekonomi.
secara mikro, gimana?
* etc.
kan ceritanya kita di posisi sang anak toh~ :P
kalau anda di posisi seorang anak, apakah anda tidak berpikir... bagaimana perasaan orang tua anda yang sakit jika mengetahui anak perempuannya "menjual diri" demi pengobatan mereka ?
Mungkin jika anda merasa PSK itu tidak masalah, kemudian anda berada pada posisi itu sebagai sang orang tua yang sakit, kemudian anda tahu anak anda mau "menjual diri" demi pengobatan anda, anda bisa salah persilahkan, karena memang dalam pandangan anda, PSK / menjual diri itu tidak tercela.
oh ya lupa...
Kalau kita baca kembali kisah kehidupan lampau Ambhapali yang menghina seorang Arahat sehingga mengakibatkan Ambhapali terlahir 10.000 kali kehidupan sebagai seorang pelacur...
JIKA PELACUR bukan profesi tercela, kelahiran 10.000 x sebagai seorang pelacur bukan KAMMA VIPAKA (akibat) Ambhapali, tetapi KAMMA PHALA....
^:)^
Saya tidak tau lengkapnya sutta ini, tapi demi singkatnya anggaplah memang begini ceritanya.
Terlahir sebagai pelacur adalah suatu kondisi yg 'kurang/tidak menyenangkan', tapi tidak berarti kondisi ini hina/rendah.
Sama seperti terlahir menjadi pengemis atau terlahir dengan kaki buntung.
::
Yah, inti-nya seperti itu lah... no way out... Dengan ini-lah kita bisa menilai apakah memang kita menyetujui bahwa orang yang kita cintai itu menjual diri (demi apapun) itu bagaimana ?
Kalau saya... lebih baik saya tidak diobati...
Ini Closing Statement saya soal PSK... semoga tidak "menyinggung" perasaan rekan-rekan DC...
anda realistis dikit donk...
masa mau jual diri utk mengobati harus bilang2 dulu~
" pa.. be right back ya.. saya jual diri dulu utk beli obat ?" =))
kalau anda di posisi seorang anak, apakah anda tidak berpikir... bagaimana perasaan orang tua anda yang sakit jika mengetahui anak perempuannya "menjual diri" demi pengobatan mereka ?Bro dilbert mengatakan hal demikian karena menilai dari budaya di sini. Saya singgung sedikit saja, pinjam dari tetangga, di jaman perjanjian lama ada 2 kisah yang mirip. Yang satu adalah kisah malaikat yang menyamar sebagai manusia, lalu mengunjungi seorang benar bernama Lot di Kota Sodom untuk menyuruhnya pergi dari kota tersebut. Kemudian orang-orang kota mendatangi rumah tersebut dan meminta Lot menyerahkan 'orang asing' tersebut untuk disodomi (ya, anda tidak salah baca). Lalu terjadi tawar menawar, Lot mengatakan akan memberikan dua putrinya yang masih perawan untuk diperlakukan semau mereka saja (ya, anda tidak salah baca juga), tetapi mereka tetap menolak dan mendobrak masuk. Saat itu 'orang asing' itu menampakkan wujud asli dan membutakan orang-orang tersebut.
Mungkin jika anda merasa PSK itu tidak masalah, kemudian anda berada pada posisi itu sebagai sang orang tua yang sakit, kemudian anda tahu anak anda mau "menjual diri" demi pengobatan anda, anda bisa salah persilahkan, karena memang dalam pandangan anda, PSK / menjual diri itu tidak tercela.
anda juga realistis juga donk... emangnya saya bilang harus dikasih tahu... bisa saja orang tua tsb tahu-nya dari orang lain atau mengetahui sendiri... lagian kalau emang realistis.... mengapa sang anak tidak memikirkan perasaan orang tua-nya kalau tahu kalau anak-nya menjual diri demi pengobatan orang tua-nya ?
Bro dilbert mengatakan hal demikian karena menilai dari budaya di sini. Saya singgung sedikit saja, pinjam dari tetangga, di jaman perjanjian lama ada 2 kisah yang mirip. Yang satu adalah kisah malaikat yang menyamar sebagai manusia, lalu mengunjungi seorang benar bernama Lot di Kota Sodom untuk menyuruhnya pergi dari kota tersebut. Kemudian orang-orang kota mendatangi rumah tersebut dan meminta Lot menyerahkan 'orang asing' tersebut untuk disodomi (ya, anda tidak salah baca). Lalu terjadi tawar menawar, Lot mengatakan akan memberikan putrinya yang masih perawan untuk diperlakukan semau mereka saja (ya, anda tidak salah baca), tetapi mereka tetap menolak dan mendobrak masuk. Saat itu 'orang asing' itu menampakkan wujud asli dan membutakan orang-orang tersebut.
Kisah serupa ada seorang berkunjung juga ke kota lain dan diminta persis seperti kisah Lot. Tapi ini bukan malaikat dan yang ditawarkan kali ini adalah selir dari si tamu dan anak perawan si tuan rumah. Di kisah ini, orang-orang kotanya menerima tawaran tersebut. Mereka gang-rape dan menganiaya sepanjang malam. Keesokan paginya si selir tersebut kembali dan meninggal di depan pintu. Si tamu kemudian mengambil mayatnya, membelah 12 bagian dan mengirimkan ke 12 suku Israel, dan akhirnya terjadi perang.
Yang saya fokus adalah: budaya tempat kisah ini terjadi tidak terlalu mementingkan perawan/tidak sebagaimana budaya kita di sini.
saya yakin anda adalah salah satu dari sekian manusia yg beruntung di dunia ini~ , tumbuh di lingkungan seperti apa scra gak langsung membentuk pola pikir kita , ... selalu memiliki banyak pilihan .. selalu bisa mengunakan akal sehat utk berfikir.. selalu memiliki banyak waktu untuk mempertimbangkan ini dan itu , anda sungguh beruntung _/\_ _/\_
tapi tahukah anda ,
di luaran sana banyak orang tidak memiliki kesempatan yg sama _/\_
yah... bagi yang berpikiran PSK itu ok ok dan fine fine saja... yah gak papa...Masih bukan masalah fine/OK, tapi saya tertarik bagaimana asalnya seseorang menilai pelacuran itu sebagai sesuatu yang hina.
LANJUT...
dari sekian banyak yang tidak memiliki kesempatan seperti itu, apakah semua jadi PSK ?Tidak semua orang jadi PSK bukan berarti semua punya kesempatan jadi bukan-PSK. Maksudnya begitu, setiap orang beda ada keuntungan dan kesusahan masing-masing. Jadi tidak bisa dipukul-rata.
Masih bukan masalah fine/OK, tapi saya tertarik bagaimana asalnya seseorang menilai pelacuran itu sebagai sesuatu yang hina.
Tidak semua orang jadi PSK bukan berarti semua punya kesempatan jadi bukan-PSK. Maksudnya begitu, setiap orang beda ada keuntungan dan kesusahan masing-masing. Jadi tidak bisa dipukul-rata.
nilai-nya sama ketika kita mendapati putri kita akan menjual diri-nya untuk pengobatan kita.Masih tidak menjelaskan. Kalau putri saya terpaksa apakah menjual harta atau diri, saya akan keberatan dan mungkin akan bunuh diri sebelum itu terjadi. Tapi kalau memang dengan sadar dan pengertian penuh, memahami segala risiko, ia menganggap itu yang terbaik bagi dirinya, bukan bagi diri saya, maka saya tidak akan melarangnya dan akan tetap mencintainya walaupun ia seorang pelacur.
betul... dan semua-nya sebenarnya punya PILIHAN untuk melanjut-kan HIDUP... setuju ?Mungkin maksud saya kurang jelas.
~ dari segi SILA: tidak melanggar* dari segi sila
(kalau ada yg berpendapat melanggar, silahkan berikan alasannya)
~ dari segi manfaat (kemajuan batin, maksudnya?): seperti banyak pekerjaan lainnya, tidak akan memberikan manfaat bagi kemajuan batin* dari segi manfaat
~ dari segi ekonomi: bagi diri si pelacur, jelas bermanfaat sekali* dari segi ekonomi
~ dari segi sosial: tidak bagus, karena status sosial akan turun. dilecehkan masyarakat.* dari segi sosial dan hukum
Quote from: M14ka on Today at 01:55:32 AM
Kenapa berat? Berarti profesi tersebut tidak netral, tp cenderung negatif kan? Ga usa banding2kan ama profesi lain. Apakah psk tdk melanggar sila 3? Kalo term n condition dia berhub ama cowo yg blm punya psgan sih gpp krn ga ad yg skt hati, tp kayanya psk jrg yg pilih2 kalo kepepet duit... Setahu saya kalo berhubungan dgn pasangan orang berarti sudah melanggar sila 3? Salah ya?
Saya:
Bukan profesinya yang tidak netral ato cenderung negatif NAMUN JUSTRU saya-nya yang belum SEPENUHNYA NETRAL.
Apakah Pelacuran MELANGGAR SILA ke-3?
Arti Sila ke-3 menurut saya adalah spt ini:
Tekad untuk tidak memuaskan nafsu atau keinginan indriawi [dari 6 indriya] dengan cara-cara [yang tidak benar/menyimpang].
kemudian,
Merujuk pada Kisah sirima sebelum bertemu Buddha, yaitu ketika ia di sewa jasanya oleh uttara (saat itu uttara sudah sottapati), seorang Sottapati tentunya sudah menghancurkan pandangan salah dan sudah pasti tidak akan melakukan tindakan yg melanggar sila. [Dhammapada XVII:3. Kisah Uttara Seorang Umat Awam]
merujuk pada tindakan sirima setelah menjadi sottapati dan sebagai pelacur hingga wafatnya, maka alasan yg sama saya pake seorang sottapati yg telah menghancurkan pandangan salah ia tidak akan melanggar sila [Dhammapada XI:2. Kisah Sirima]
Merujuk pada pernyataan kebenaran seorang pelacur bernama Bindumati menguncarkan kebenaran (no.2 kesetiaan rambu2 pencaharian yg benar)
"[..] 'Siapa pun yang membayar saya, tak peduli apakah dia seorang brahmana, ningrat, pedagang atau pelayan, saya perlakukan mereka semua sama sederajat. Bebas dari kecenderungan saya melayani mereka yang sudah membayar saya. Inilah dasar dari tindakan kebenaran yang saya lakukan untuk dapat membalik aliran sungai Gangga.' [Milanda Panha, BAB DELAPAN PEMECAHAN DILEMA, 5. Pernyataan Kebenaran, yg dah diposting oleh sdr NPNG]
"Tidak ada kekuatan biasa yang dapat menyebabkan hal-hal semacam itu terjadi. Kekuatan kebenaran itu sendirilah yang merupakan penyebabnya. Dan tidak ada alasan untuk merealisasikan Empat Kesunyataan Mulia selain dari kekuatan kebenaran itu sendiri."
Juga sesuai dengan isi Sutta berkah utama no.13 yg menyatakan "Bekerja bebas dari pertentangan" [MANGALA SUTTA, Khuddapatha V.3, Suttanipata 259-268, Berkah utama]
Maka konfirm, bahwa pelacuran tidak melanggar sila ke-3.
Kayanya banyak yg lebih sependapat tidak melanggar sila meskipun sudah punya pasangan, tidak terpaksa ato dipaksa ya udah saya terima aja deh... ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ kalo gitu kampanye no free sex ganti aja dengan legalkan prostitusi aja...jd org harus konsisten lo hehehe... (No offense ya soalnya saya sepakat psk uda dianggap netral ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ )tidak melnggar sila, tapi apakah sesuai dengan dhamma? ini patut dipertimbangkan
tidak melnggar sila, tapi apakah sesuai dengan dhamma? ini patut dipertimbangkan
Bukankah sila adalah bagian dr dhamma ???
Atau tdk sesuai pada aspek lain ?
ehm tanya bukan nya yasodara dan pangeran sidartha tuh sepupu?
Silsilah Kerajaan Sakya
Pada zaman dahulu di daerah Majjhima (daerah tengah dari Jambudipa), suku Bangsa Ariyaka yang datang dari utara Pegunungan Himava (Himalaya) membentuk sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Sakya. Kata Sakya diambil karena pada saat itu banyak sekali Hutan Pohon Sakka di sekitar daerah tersebut. Suatu masa tibalah masa kepemerintahan bagi Raja Okkaka di kerajaan tersebut. Beliau memiliki 4 orang Pangeran (Okkamukha, Karanda, Hatthinika dan Sinipura) serta 5 orang Putri. Pada suatu hari, Ratu (istri Raja Okkaka, yang juga masih saudara kandungnya) meninggal dunia. Kemudian Raja menikah lagi dengan seorang gadis yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki. Raja sangat gembira, sehingga Beliau melepaskan kata-kata yang menjadi bumerang baginya sendiri. Raja mengucapkan janji kepada Ratu (istri Raja Okkaka yang baru) bahwa beliau akan meluluskan semua permintaan Ratu. Dalam kesempatan itu, Ratu memohon kepada Raja agar anak laki-lakinya diangkat menjadi Putra Mahkota (pewaris kerajaan). Mendengar permohonan Ratu itu, Raja Okkaka menjadi kaget dan menolak untuk meluluskannya. Namun Ratu terus merengek dan mengingatkan Raja akan janjinya yang pernah beliau ucapkan. Karena malu, maka Raja pun akhirnya meluluskan permohonan Ratu tersebut.
Raja Okkaka kemudian memanggil keempat Pangeran dan memerintahkan mereka untuk membawa semua saudari kandung mereka untuk pergi ke suatu daerah lain dan membangun negeri baru. Keempat Pangeran beserta kelima Putri kemudian mohon diri dari Ayahandanya, dan bersama rombongan dalam jumlah yang besar, mereka pergi ke sebuah hutan lain yang banyak ditumbuhi Pohon Sakka, di lereng Gunung Himalaya. Di dekat daerah tersebut ada seorang petapa bernama Kapila yang tinggal di sana. Karena itulah, maka kota yang dibangun itu diberi nama Kapilavatthu (vatthu = tempat). Di kerajaan itulah, mereka menikah di antara sesama saudara, kecuali Putri yang tertua menikah dengan Raja dari Devadha. Empat pasangan yang pertama merupakan leluhur dari Kerajaan Suku Sakya, dan satu pasangan lainnya merupakan leluhur dari Kerajaan Koliya.
Pada suatu waktu ketika Raja Jayasena memerintah di Kapilavatthu, beliau memiliki seorang Pangeran bernama Sihahanu dan seorang Putri bernama Yasodhara. Setelah Raja Jayasena meninggal, Pangeran Sihahanu menjadi Raja di Kapilavatthu dan menikah dengan Putri Kancana, yaitu adik dari Raja Anjana (Kerajaan Devadha). Mereka memiliki lima orang Pangeran yang diberi nama Suddhodana, Sukkodhana, Amitodhana, Dhotodana dan Ghanitodana serta dua orang Putri yang diberi nama Pamita dan Amita. Adik dari Raja Sihahanu, yaitu Putri Yasodhara, menikah dengan Raja Anjana dari Devadha dan memiliki dua orang Pangeran yang diberi nama Suppabuddha dan Dandapani serta dua orang Putri yang diberi nama Maya dan Pajapati (Gotami).
Setelah Raja Sihahanu mangkat, Pangeran Suddhodana pun naik tahta dan menikahi Putri Maya. Adik Raja Suddhodana yang bernama Sukkodana, kemudian menikah dan mempunyai putra yang bernama Ananda. Amitodhana mempunyai dua orang putra yang bernama Mahanama dan Anurudha, serta seorang putri bernama Rohini. Sedangkan adik perempuannya yang bernama Amita, menikah dan mempunyai seorang putra bernama Devadatta dan seorang putri yang bernama Yasodhara.
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6525.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6525.0)
agak bingung yah baca nya soalnya banyak nama yasodara
sila adalah aturan moralitas..
dikatakan tidak sesuai dgn dhamma apabila mempertebal LDM
Karena tdk sesuai dgn dhamma maka sdh tentu ada aspek sila yg tdk sempurna karena sila adalah rambu awal dalam mengikis ldm.
ada banyak sila dan tidak semua sila ditujukan untuk umat awam..
saya akan memberikan kasus lain:
masturbasi misalnya..apakah melanggar sila? tentu tidak, apakah sesuai dgn dhamma? tentu tidak..
Karena masturbasi pada umumnya adalah untuk memuaskan syahwat maka saya katakan ya sekalipun tdk bersenggama...
bukannya pelacuran jg memuaskan syahwat?
Yup, memuaskan syahwat mrupakan bentuk kebodohan batin. Namun, pelacur saat berhubungan mungkin kebanyakan hanya pelanggannya saja yg ejakulasi atau bisa dikatakan si pelacur hanya sekedar pasang badan.
wah kalo ini saya tidak tau...apakah pelacurnya cuman pasang badan atau gimana? blm pengalaman ;D
Hehehe... Ane juga
Berhubung yg cr kpuasan adalah pelanggan, sdh tentu si pelacur hny pelampiasan. Tidak ada kewajiban saling memuaskan spt layaknya suami istri.
Oh ya ad yg bs jelasin gak, saya ms bingung di pos pertama ternyata ad kriteria sila 3:
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
Kita tidak pantas berhubungan dengan suami atau istri orang. Jika anda menikah, tidak pantas untuk berhubungan selain dengan istri atau suami anda.
Juga tidak pantas berhubungan seksual dengan anak dibawah umur, anak yang masih berada dalam perlindungan orang tuanya.
Sedangkan psk yg profesional kan katanya ga pilih2 konsumen, so kalo bkn psk melanggar sila kalo berhub dgn psgan org tapi kalo psk ga melanggar sila, gitu kah?
[at] NPNG
Kk tdk menjawab pertanyaan malah bertanya balik... :hammer:
Pertanyaan kk jg ga relevan, psk itu org, selingkuh kata kerja ga bs dibandingkan wkwkwk...
terkadang kita para makhluk super *wanita* , ada situasi tertentu membuat kita "mentoleransi" suami melakukan transaksi dengan PSK .. malah itu menjadi "tidak terlalu buruk" diantara pilihan "buruk"
misalnya aja : suami yg bekerja di luar negri , 5 atau 10 tahun terikat kontrak kerja , puasa selama 10 tahun ? :)) katakanlah dia memang niatnya puasa / pemuasan sendiri selama 10 tahun .. tapi bagaimana bila lingkungan nya mendukung utk bertransaksi .. godaan duniawi bukannya susah di elakkan ? bahkan zaman skrg byk eksekutif muda menjamu patner kerja di pub . diskotek and blabla..
selain itu lebih gampang berurusan dengan PSK ( kasih DUIT = SELESAI ) daripada suami kecantol wanita baik2 yg tidak di tidurinya tapi "dicintainya" :))
beda penjajah seks komersial dgn selingkuh?
nilai-nya sama ketika kita mendapati putri kita akan menjual diri-nya untuk pengobatan kita.
Gimana cara membedakan seseorang selingkuh? Sila 3 nya perlu direvisi gak dari tidak pantas berhubungan jadi tidak boleh berselingkuh aja, so kalo kita long distance, bs jadi pembenaran dengan one night stand asal ga kecantol hati gitu ya?
Kayanya banyak yg lebih sependapat tidak melanggar sila meskipun sudah punya pasangan, tidak terpaksa ato dipaksa ya udah saya terima aja deh... ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ kalo gitu kampanye no free sex ganti aja dengan legalkan prostitusi aja...jd org harus konsisten lo hehehe... (No offense ya soalnya saya sepakat psk uda dianggap netral ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ )
Yg ditulis ko adhit gimana, kayanya masuk akal tuh:
Hal-hal lain yang dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari :
1. Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/istrinya)
2. Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi
3. Menyenggol, mencolek & sejenisnya yang disertai nafsu birahi
Catatan :
Tujuan sila ketiga ini adalah untuk mencegah perceraian, dan membina keharmonisan serta kepercayaan timbale balik antara suami istri
Atas dasar apa psk ga melanggar ketentuan diatas ya?
[at] kk indra, itu ada sambungannya di awal, baca post kk adhit deh, objek yg melanggar dan tidak melanggar..
Skrg kita sedang membahas tentang bagaimana sebaiknya kita memandang profesi psk atau apakah bagaimanakah profesi psk dimata Buddhisme sih?
terkadang kita para makhluk super *wanita* , ada situasi tertentu membuat kita "mentoleransi" suami melakukan transaksi dengan PSK .. malah itu menjadi "tidak terlalu buruk" diantara pilihan "buruk"
misalnya aja : suami yg bekerja di luar negri , 5 atau 10 tahun terikat kontrak kerja , puasa selama 10 tahun ? :)) katakanlah dia memang niatnya puasa / pemuasan sendiri selama 10 tahun .. tapi bagaimana bila lingkungan nya mendukung utk bertransaksi .. godaan duniawi bukannya susah di elakkan ? bahkan zaman skrg byk eksekutif muda menjamu patner kerja di pub . diskotek and blabla..
selain itu lebih gampang berurusan dengan PSK ( kasih DUIT = SELESAI ) daripada suami kecantol wanita baik2 yg tidak di tidurinya tapi "dicintainya" :))
Berhubung yg cr kpuasan adalah pelanggan, sdh tentu si pelacur hny pelampiasan. Tidak ada kewajiban saling memuaskan spt layaknya suami istri.
bahagianya suami sis Landy, seandainya istri2 berpandangan spt ini
terkadang kita para makhluk super *wanita* , ada situasi tertentu membuat kita "mentoleransi" suami melakukan transaksi dengan PSK .. malah itu menjadi "tidak terlalu buruk" diantara pilihan "buruk"
misalnya aja : suami yg bekerja di luar negri , 5 atau 10 tahun terikat kontrak kerja , puasa selama 10 tahun ? :)) katakanlah dia memang niatnya puasa / pemuasan sendiri selama 10 tahun .. tapi bagaimana bila lingkungan nya mendukung utk bertransaksi .. godaan duniawi bukannya susah di elakkan ? bahkan zaman skrg byk eksekutif muda menjamu patner kerja di pub . diskotek and blabla..
selain itu lebih gampang berurusan dengan PSK ( kasih DUIT = SELESAI ) daripada suami kecantol wanita baik2 yg tidak di tidurinya tapi "dicintainya" :))
Kayanya banyak yg lebih sependapat tidak melanggar sila meskipun sudah punya pasangan, tidak terpaksa ato dipaksa ya udah saya terima aja deh... ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ kalo gitu kampanye no free sex ganti aja dengan legalkan prostitusi aja...jd org harus konsisten lo hehehe... (No offense ya soalnya saya sepakat psk uda dianggap netral ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ )Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya. Sama juga seperti (lagi-lagi) tukang babi panggang tidak melanggar sila kalau menjual daging itu di atas pukul 12 siang ke orang yang sedang melakukan atthasila. Yang atthasila melanggar, tapi si tukang babi panggang jelas tidak ada urusan.
Oh ya ad yg bs jelasin gak, saya ms bingung di pos pertama ternyata ad kriteria sila 3:Setahu saya sila ke 3 dilanggar jika objeknya adalah ibu/saudara kandung, anak di bawah umur/di bawah perwalian, orang yang menikah/bertunangan, dan wanita petapa. Kalau sepupu tidak termasuk.
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
Kita tidak pantas berhubungan dengan suami atau istri orang. Jika anda menikah, tidak pantas untuk berhubungan selain dengan istri atau suami anda.
Juga tidak pantas berhubungan seksual dengan anak dibawah umur, anak yang masih berada dalam perlindungan orang tuanya.
Sedangkan psk yg profesional kan katanya ga pilih2 konsumen, so kalo bkn psk melanggar sila kalo berhub dgn psgan org tapi kalo psk ga melanggar sila, gitu kah?
Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya. Sama juga seperti (lagi-lagi) tukang babi panggang tidak melanggar sila kalau menjual daging itu di atas pukul 12 siang ke orang yang sedang melakukan atthasila. Yang atthasila melanggar, tapi si tukang babi panggang jelas tidak ada urusan.
1. Profesi PSK = dimata Buddhisme sama saja dengan profesi lainnya, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah
>> Gmn dengan tukang jagal, penjual narkoba, dll? Apakah sama? Kalo sama berarti nomor 1 ga usa dibahas lg ◦°◦нeнeнeнe◦°◦
2. Profesi PSK = tidak disarankan dalam Buddhisme
>> Nah maksud saya ini dari pertama, tapi pada cenderung menekankan profesi ini netral, ga salah, kalo terpaksa maklum dll ◦°◦нeнeнeнe◦°◦
protes... menyebutkan babi panggang dengan tidak hormat. padahal bisa saja pake contoh lain, misalnya tukang lontong atau ketoprakApanya yang tidak hormat? Tidak disandingkan dengan BI kok... ;D
Apanya yang tidak hormat? Tidak disandingkan dengan BI kok... ;D
Kalau lontong atawa ketoprak, kesan kolestrolnya kurang kental (walaupun lontong sayur pakai santan juga).
[at] ko wilSaya masih bingung kenapa sis bersikeras PSK bisa memilih pelanggan? Saya tanya dulu deh, memangnya menurut bayangan sis M14ka, prosedur transaksi itu bagaimana?
Iya nih keakuan ku kayanya tinggi jd mudah melekat bngt, mudah2an bs cpt brbh ♥·♡ τнänκ чöü ♥·♡ ko masukannya (∩_∩)
[at] kainyn
Tukang (•͡(oo)•͡) panggang memang ga bs milih2 pelanggannya, tapi psk kan bs... Apakah profesional dijadikan alasan jd terserah konsumennya mo pake pengaman gak, mo dijadikan budak, ato dijadikan istri ke 2, da ah cape ulang2 trus hahaha....
ini tidak ada hubungan khusus dengan BI, tapi dalam konteks apapun, dalam mengucapkan mantra suci minimal harus dalam "" atau bold/italicBagaimana dengan ini:
protes... menyebutkan babi panggang dengan tidak hormat. padahal bisa saja pake contoh lain, misalnya tukang lontong atau ketoprak>:D
Saya masih bingung kenapa sis bersikeras PSK bisa memilih pelanggan? Saya tanya dulu deh, memangnya menurut bayangan sis M14ka, prosedur transaksi itu bagaimana?
BTW, tukang babi panggang juga bisa pilih tidak jual dagingnya kok.
Bagaimana dengan ini:
>:D
yg saya masih tidak setuju adalah bagian penyebutan babi panggang yg dilakukan secara tidak hormatAkan lebih diperhatikan selanjutnya ^:)^
setuju sebagian dengan Bro Kain, pada saat transaksi seorang PSK tidak menginterview pelanggannya mengenai umur, status rumah tangga, agama, dllMemang saya juga sudah singgung di atas. Tapi itu adalah menyalahi bidang mereka karena tukang "babi panggang" hanya tahu menjual saja, bukan menguasai tata cara atthasila (di Buddhisme) atau agama lain. Kalau semua harus diurusi, nanti OB pun ujung-ujungnya bisa merangkap dhammaduta dan kehilangan pekerjaan.
seorang penjual "babi panggang" (ini cara penulisan yg benar) bisa menginterview pelanggannya, "apakah anda sedang menjalankan atthasila hari ini?"
:p=))º°˚˚°º≈=Dнåнåнå=))º°˚˚°º≈º:p=))Nah, itu tahu. ;D
Bisa aja interview kalo mau, kecuali kalo uda ada maminya ya...
Sbnrnya penjual (•͡(oo)•͡) panggang jg ga bagus kan tapi kok ga ad yg protes ya takut kk indra ngamuk ya ga ada (•͡(oo)•͡) lagi hahaha...Kalau bro Indra ngamuk memang gawat, jadi lebih baik jangan menyinggung yang satu itu, apalagi menganjurkan menghindari ;D
Y uda intinya psk ga melanggar sila tapi tidak dianjurkan oke deh...
kalau banyak tanya, mana laku jualan, yang namanya jualan, menawarkan sebagus mungkin barang dagangannya, service nya, bukan malah pengen ga laku =))Betul. PSK kadang belum tentu 1 malam bisa dapat 1 pelanggan. Lalu kalau dapat calon, diinterogasi pula?
di tailan kan negara budis, tapi prostitusinya legal yak?Secara hukum ilegal. Kira-kira seperti di sini.
Betul. PSK kadang belum tentu 1 malam bisa dapat 1 pelanggan. Lalu kalau dapat calon, diinterogasi pula?
Secara hukum ilegal. Kira-kira seperti di sini.
Cerita itu aneh menurutku, dia kan ga tau siapa, pelacur cuma ucapan emosi aja bukan ditujukan sama arahat, kalo gitu yg menghina Sang Buddha secara terang2an buah kammanya mengerikan dong
--- Penjelasan Dukkharacariya (penyiksaan diri sebelum menjadi Buddha) Siddharta selama 6 tahunkasihan sekali umat lain yang menghina buda
Bodhisatta pernah terlahir sebagai seorang brahmana bernama Jotipala. Ia mengucapkan kata-kata hinaan terhadap Buddha Kassapa dengan berkata, “Bagaimana mungkin bahwa orang gundul ini telah mencapai Pencerahan Sempurna? Pencerahan Sempurna adalah hal yang sangat jarang terjadi.”
Kata-kata hinaan ini berakibat tertundanya Pencerahan Sempurna Bhagavà. Para Bodhisatta lainnya mencapai Pencerahan Sempurna hanya dalam hitungan hari atau bulan, Buddha Gotama harus melewati enam tahun penuh penderitaan dalam pencarian-Nya.
Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya. Sama juga seperti (lagi-lagi) tukang babi panggang tidak melanggar sila kalau menjual daging itu di atas pukul 12 siang ke orang yang sedang melakukan atthasila. Yang atthasila melanggar, tapi si tukang babi panggang jelas tidak ada urusan.
Apakah menghina umat dengan menghina bhante/bhiksu, lebih tinggi derajatnya maka karma buruknya lebih berat?
Contoh memaki siapa pelacur yg meludah sembarangan. Ternyata yg meludah itu :
1.psk/pelacur juga
2.Umat biasa
3.Bhiksu/Bhante
4.Yg lebih suci misalnya arahat
Jadi karma nya tergantung orgnya gitu ya? Lebih tinggi tingkatnya lebih berat?
Apakah menghina umat dengan menghina bhante/bhiksu, lebih tinggi derajatnya maka karma buruknya lebih berat?
Contoh memaki siapa pelacur yg meludah sembarangan. Ternyata yg meludah itu :
1.psk/pelacur juga
2.Umat biasa
3.Bhiksu/Bhante
4.Yg lebih suci misalnya arahat
Jadi karma nya tergantung orgnya gitu ya? Lebih tinggi tingkatnya lebih berat?
kasihan sekali umat lain yang menghina buda
Saya suka nih perumpamaan 'babi panggang'nya nih Bro-Kai ;D
Saya suka babi-panggang, siaobak sebutannya disini. Dan si penjual siaobak ini nggak tau bahwa sy sedang dalam program penurunan lemak dan berusaha menghindari kolesterol tinggi. Seandainya nanti saya bermasalah dengan kolesterol, si penjual siaobak ini akan saya pidana-kan. Kenapa? Yaaaa.... ia nggak mau tau dengan kondisi konsumennya. Ia nggak nanya2 sih, kolesterol saya berapa, agama saya apa, saya vegetarian apa nggak.
Pekerjaan si tukang siaobak ini sungguh tidak pantas karena bisa menjerumuskan saya yg berusaha menjaga kolesterol dan berniat vegetarian.
::
Yang menghina LSY (sammasambuddha) ZFZ gimana ya ?nahhhhhhhhhhhhh =)) =)) =))
Apakah menghina umat dengan menghina bhante/bhiksu, lebih tinggi derajatnya maka karma buruknya lebih berat?
Contoh memaki siapa pelacur yg meludah sembarangan. Ternyata yg meludah itu :
1.psk/pelacur juga
2.Umat biasa
3.Bhiksu/Bhante
4.Yg lebih suci misalnya arahat
Jadi karma nya tergantung orgnya gitu ya? Lebih tinggi tingkatnya lebih berat?
nahhhhhhhhhhhhh =)) =)) =))
Siobak makan sedikit tidak masalah, asal di control...
Kalau berhubungan seksual dengan PSK, asalkan "masuk" sedalam 1 biji wijen, sudah termasuk dalam hubungan seksual terjadi...
Siobak makan sedikit tidak masalah, asal di control... Kalau berhubungan seksual dengan PSK, asalkan "masuk" sedalam 1 biji wijen, sudah termasuk dalam hubungan seksual terjadi...
Kalau ukurannya: terjadi / tidak terjadi perbuatan, maka:
- makan sedikittt saja sudah terjadi 'perbuatan makan'
sama halnya dengan 'masuk' sedikittt saja, sudah termasuk 'perbuatan seksual'
::
mohon menggunakan metric standard, 1 biji wijen itu brp mm? biji wijen kan juga ada yg besar dan ada yg kecil?
Lah, analogi-nya kan kolesterol anda... Tubuh itu tetap perlu kolesterol tetapi dalam kadar yang normal. Jadi kalau makan sedikit, makan kolesterol tidak akan naik yang berakibat buruk. Kalau kolesterol anda ok ok saja, apakah anda menyalahkan si tukang babi panggang ?
kesimpulan sementara :
bbrp pria dewasa mulai meng"halal" transaksi dengan PSK nih~ ^-^
Kalau PSK yang tidak bisa memilih pelanggan itu lebih dekat kepada korban traficking ataupun memang ada manajemen-nya sehingga secara tersirat harus mengikuti aturan-aturan manajemen-nya untuk tidak bisa memilih tamu..Kalau cuma freelancer atau orang yang tidak menggantungkan hidup dari pekerjaan itu, saya tidak masukkan perhitungan.
Tetapi jaman sekarang banyak PSK yang memasarkan diri sendiri melalui facebook ataupun media lainnya. Mengapa tidak bisa memilih pelanggan ? Coba saja ada yang coba menyewa jasa seorang PSK freelancer (tidak terikat manajemen), anda hina PSK itu ? kira kira PSK itu mau melayani anda tidak ?
Yang menghina LSY (sammasambuddha) ZFZ gimana ya ?Itu bukan "Samma Sambuddha" tapi "sama sama badut". Menghinanya tetap kamma buruk, tapi tidak separah menghina orang mulia.
(′▽`)hªªhªªhªªhªªhªª(′▽`) ia nih cc landy yg sy kagumi, sbg dd mohon petunjuknya untuk membuka pikiran dd yg imut ini yah xixixi....
:hammer: :hammer: :hammer:
lirik2 pria 'dewasa' mana yg dimaksud? Om Indra kah? ^-^
::
mohon menggunakan metric standard, 1 biji wijen itu brp mm? biji wijen kan juga ada yg besar dan ada yg kecil?Betul, kalau bisa yang ilmiah dan berstandard internasional. Jangan seperti kasus Napoleon yang digossipkan pendek karena perhitungan metric Inggris & Perancis tidak sama.
Bro wang, tidak ada maksud mengungkit luka lama anda... sedangkan thread ini aktif kembali karena rekan-rekan dari Milis SP (Samaggi Phala) yang kemudian membuka kembali diskusi soal PSK ini apakah melanggar sila ke-3 ini atau tidak ?
Tetapi no Offence... walaupun itu adalah kisah bener, tetapi menurut pendapat saya dan menurut "nilai" / value saya, pekerjaan melacurkan diri dalam keadaan sadar adalah melanggar sila ke-3, TETAPI apakah ini benar secara ulimate (abosulte), saya tidak tahu, makanya ada diskusi seperti ini, dan menurut saya memang bahasan soal PSK ini berada pada GREY AREA (abu abu)
berarti situ msh ababil ya? ^-^
[at] kk wang
Menurutku profesi apapun tidak menjadikan seseorang itu hina kok... Krn kita emang ga bole menghina apapun alasannya... Tapi psk tidak dianjurkan dlm Buddhisme, jd kalo ga terpaksa banget sebaiknya tidak dilakukan, kalo emang terpaksa ya tetap kendalikan diri jgn terpengaruh nafsu aja jd hati tetap setia hehehe...
ABG stabil? :))
::
[at] kk wang
Menurutku profesi apapun tidak menjadikan seseorang itu hina kok... Krn kita emang ga bole menghina apapun alasannya... Tapi psk tidak dianjurkan dlm Buddhisme, jd kalo ga terpaksa banget sebaiknya tidak dilakukan, kalo emang terpaksa ya tetap kendalikan diri jgn terpengaruh nafsu aja jd hati tetap setia hehehe...
untuk yg di bold apa gak salah topik ya? :-? kalau yg saya lihat topik yg di bahas itu tindakan sexual yang tidak pantas dalam pandangan buddhis, kok jadi soal profesi.. ??
"berkata benar belum tentu dianggap benar, bertindak benar belum tentu dianggap baik " _/\_
aduh lupa, sebagai orang rendah dan tercela dilarang ikut bicara, khusus orang suci yang berbicara , karena orang suci nan bijak pasti pendapatnya benar
:-$
abg itu masa pencarian jati diri.. baik hormon , sikis , emosi .. semua masih blm stabil .. jadi yang ada cuma ababil , and astabil blm ada.. :whistle: , william ababil kudu pinter jaga diri loh jangan ampe melakukan "TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS " ^-^ *dah kayak emaknya william aja gw* =))
Pria dengan PSK jarang pake perasaan , wong ama pasangan sdr aja jarang pake perasaan apalg ama PSK :))
[at] bro wang ai lie...
Kalau ada "ganjalan" di hati, jangan di-ungkit-ungkit terus ya. Tidak ada yang menghina secara personal kepada orang-orang disini.
Sekedar mengingat-kan, bro wang sendiri yang membuka "jati" diri -- itupun kalau benar -- dan tidak ada sesiapa yang menuduh dari awal-nya. Jadi kalau sekira-nya ada perkataan saya yang menyinggung perasaan bro, saya minta maaf.
Kaniyn_kutho:Bro WE, kalau saya lihat di sini sedikit berbeda karena Utara dan suaminya di sini telah sepakat untuk menyewa Sirima sebagai ganti Utara sementara. Ini dilakukan karena dalam waktu itu, Utara tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Secara umum saya pikir akan melanggar sila jika seseorang telah berkomitmen dalam perkawinan, tapi melanggarnya dengan konsumsi PSK.
Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya.
Saya:
Utara udah sotapatti, menyewa pelacur utk suaminya...Masa iya sottapati akan membuat orang lain akan terkena imbasnya dari tindakan dia?
*yg di bold*
curiga nih gw do'i tau dari mana >:D
Bro WE, kalau saya lihat di sini sedikit berbeda karena Utara dan suaminya di sini telah sepakat untuk menyewa Sirima sebagai ganti Utara sementara. Ini dilakukan karena dalam waktu itu, Utara tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Secara umum saya pikir akan melanggar sila jika seseorang telah berkomitmen dalam perkawinan, tapi melanggarnya dengan konsumsi PSK.apakah sottapati, yang sudah menghancurkan 3 belenggu (salah satunya pandangan salah) akankah membiarkan orang lain menerima kerugian atas keuntungan yg diperoleh dirinya?
Kk wirajhana bs sebutkan pengertian sila 3 secara lengkap menurut sutta? sy jg ga tw yg benarnya krn byk versi.
[at] Kainyn_Kutho dan [at] M14kaapakah sottapati, yang sudah menghancurkan 3 belenggu (salah satunya pandangan salah) akankah membiarkan orang lain menerima kerugian atas keuntungan yg diperoleh dirinya?Apakah seorang Sotapanna bahkan Arahat, memiliki kebijaksanaan tentang dhamma, namun bukan berarti mereka juga memiliki kebijaksanaan tentang hal-hal yang sifatnya duniawi. Saya ambil contoh misalnya Pindola Bharadvaja yang sudah Arahat tapi masih mempertunjukkan kemampuan bathin dan dikecam dengan keras oleh Buddha Gotama.
Apakah seorang Sotapanna bahkan Arahat, memiliki kebijaksanaan tentang dhamma, namun bukan berarti mereka juga memiliki kebijaksanaan tentang hal-hal yang sifatnya duniawi. Saya ambil contoh misalnya Pindola Bharadvaja yang sudah Arahat tapi masih mempertunjukkan kemampuan bathin dan dikecam dengan keras oleh Buddha Gotama.
Lalu kembali ke topik ini, seperti saya katakan, kalau dalam kasus Utara di sini sepertinya bukan pelanggaran sila, baik oleh Utara ataupun suaminya karena hal ini disetujui dua pihak. Sama saja seperti poligami temporer. Yang saya katakan melanggar sila adalah jika melanggar komitmen/kesepakatan berdua.
Pelanggara sila mengakibatkan ada kerugian bagi pelakunya. Namun apakah mempertunjukan kemampuan batin adalah pelanggaran sila?
Tidak.
Saat Pindola Bharadvaja melakukan itu vinaya ttg itu belum di tetapkan dan Ia pun telah mendapatkan ijin dari maha monggala [RAPB ke-1, 1181 s/d 1206] Setelah kejadian tsb Peraturan di ada dan pelanggaran itu adalah Dukkaña âpatti, jelas itu bukan pandangan salah namun peraturan bagi mereka yg tergabung di dalam sangha. Kemudian, seseorang yg masih mempunyai pandangan salah tidak akan mencapai tingkatan arahat.
Jadi, apakah seorang sottapati akan membiarkan seseorang [apalagi ini suaminya, tugas istri sangat diketahui PASTI di jaman dulu] mendapatkan KERUGIAN akibat melanggar sila?
jawabannya adalah tidak. Jika tidak maka tindakan itu bukan pelanggaran sila [tidak juga walaupun mereka tidak bersepakat, karena besetubuh diluar konteks2 tertentu (agamaniya vathu) diperkenankan]
:hammer: :hammer: :hammer:
lirik2 pria 'dewasa' mana yg dimaksud? Om Indra kah? ^-^
::
Pelanggara sila mengakibatkan ada kerugian bagi pelakunya. Namun apakah mempertunjukan kemampuan batin adalah pelanggaran sila?Memang tidak, karena seorang Arahat sudah mengikis LDM. Hanya saja yang saya maksudkan adalah dari sudut pandang duniawi, hal tersebut bisa dipersalahkan. Demikian juga Utara mungkin tidak melakukan hal yang menurutnya tidak baik, tapi mungkin di mata orang lain (subjektif) bisa melihatnya sebagai tidak baik. Saya pribadi menilainya tidak melanggar sila, terlebih lagi karena suaminya memang dikatakan bukan pengikut Buddha, maka juga punya aturan yang berbeda.
Tidak.
Saat Pindola Bharadvaja melakukan itu vinaya ttg itu belum di tetapkan dan Ia pun telah mendapatkan ijin dari maha monggala [RAPB ke-1, 1181 s/d 1206] Setelah kejadian tsb Peraturan di ada dan pelanggaran itu adalah Dukkaña âpatti, jelas itu bukan pandangan salah namun peraturan bagi mereka yg tergabung di dalam sangha. Kemudian, seseorang yg masih mempunyai pandangan salah tidak akan mencapai tingkatan arahat.OK, thanks buat infornya.
Jadi, apakah seorang sottapati akan membiarkan seseorang [apalagi ini suaminya, tugas istri sangat diketahui PASTI di jaman dulu] mendapatkan KERUGIAN akibat melanggar sila?
jawabannya adalah tidak. Jika tidak maka tindakan itu bukan pelanggaran sila [tidak juga walaupun mereka tidak bersepakat, karena besetubuh diluar konteks2 tertentu (agamaniya vathu) diperkenankan]
kalau saya pribadi berpendapat bahwa prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar.
Setuju... :jempol: :jempol: :jempol:_/\_
vesiya = pelacur
bandhakã = pelacur jalanan
ganika atau nagarasobhini = gundik, hostess, courtesan, escort girl
catatan bagi yang menyebutkan prostitusi menyebarkan penyakit: ada 1 negara bagian di us yang prostitusinya dilegalkan, dan penyebaran penyakit di pekerja seksnya hampir 0%, karena diregulasi.
setiap pekerja harus memeriksakan diri dalam periode tertentu, dan juga wajib memakai kondom dalam berhubungan. jadi hampir gak ada penyebaran penyakit.
yang menarik di industri seks lainnya yang peraturannya gak seperti pelacuran di nevada, malah cukup tinggi. di industri film porno yang gak ada kewajiban memakai kondom sering terjadi penyebaran penyakit.
saya rasa kita harus melihat dari sudut pandang yang wajar. kenyataannya prostitusi gak bisa dihilangkan, dari jaman batu sampai sekarang. bahkan di dunia hewan pun ada.
kalau gak bisa dihilangkan, maka baiknya diatur saja.
akan mengurangi resiko bagi semua pihak.
kalau saya pribadi berpendapat bahwa prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar. selain itu, bagi saya pribadi prostitusi yang baik mungkin lebih baik bagi si pekerja, daripada orang bisnis biasa yang gak punya etika dan merugikan banyak orang.
dan gak lebih baik dari yang bisnis biasa tapi pake model-model cantik sexy buat iklannya.
vesiya = pelacur
bandhakã = pelacur jalanan
ganika atau nagarasobhini = gundik, hostess, courtesan, escort girl
catatan bagi yang menyebutkan prostitusi menyebarkan penyakit: ada 1 negara bagian di us yang prostitusinya dilegalkan, dan penyebaran penyakit di pekerja seksnya hampir 0%, karena diregulasi.
setiap pekerja harus memeriksakan diri dalam periode tertentu, dan juga wajib memakai kondom dalam berhubungan. jadi hampir gak ada penyebaran penyakit.
yang menarik di industri seks lainnya yang peraturannya gak seperti pelacuran di nevada, malah cukup tinggi. di industri film porno yang gak ada kewajiban memakai kondom sering terjadi penyebaran penyakit.
saya rasa kita harus melihat dari sudut pandang yang wajar. kenyataannya prostitusi gak bisa dihilangkan, dari jaman batu sampai sekarang. bahkan di dunia hewan pun ada.
kalau gak bisa dihilangkan, maka baiknya diatur saja.
akan mengurangi resiko bagi semua pihak.
kalau saya pribadi berpendapat bahwa prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar. selain itu, bagi saya pribadi prostitusi yang baik mungkin lebih baik bagi si pekerja, daripada orang bisnis biasa yang gak punya etika dan merugikan banyak orang.
dan gak lebih baik dari yang bisnis biasa tapi pake model-model cantik sexy buat iklannya.
Pembunuhan, penipuan dari jaman batu sampai sekarang juga tidak dapat dihilangkan, dan ini tidak menyebabkan bahwa pembunuhan itu dapat di-perboleh-kan... ataukah boleh di-atur ?anehnya kalau membunuh dengan tidak sengaja tidak berakibat, kok mengumpat dengan tidak sengaja bisa berakibat. dan bisa beda levelnya.
^:)^
Note : Bagaimana kita memandang Kisah Ambhapali yang mengumpat dahak seorang Arahat Tua (walaupun tidak diketahui dan didengar oleh orang lain) tetapi akibat konsekuensi-nya, Ambhapali dikatakan terlahir dan terkondisikan 10.000 x kelahiran sebagai Pelacur. Apakah kondisi Profesi Pelacur ini adalah Kamma Vipaka (akibat yang berasosiasi dengan akusala citta), atau Kamma Phala (Hasil/Pahala yang berasosiasi dengan kusala citta) ?
Pembunuhan, penipuan dari jaman batu sampai sekarang juga tidak dapat dihilangkan, dan ini tidak menyebabkan bahwa pembunuhan itu dapat di-perboleh-kan... ataukah boleh di-atur ?
^:)^
Note : Bagaimana kita memandang Kisah Ambhapali yang mengumpat dahak seorang Arahat Tua (walaupun tidak diketahui dan didengar oleh orang lain) tetapi akibat konsekuensi-nya, Ambhapali dikatakan terlahir dan terkondisikan 10.000 x kelahiran sebagai Pelacur. Apakah kondisi Profesi Pelacur ini adalah Kamma Vipaka (akibat yang berasosiasi dengan akusala citta), atau Kamma Phala (Hasil/Pahala yang berasosiasi dengan kusala citta) ?
demikian pula dengan pernikahan. ada lobha pada saat melakukan hubungan sex. apakah harus dilarang?
Pembunuhan, penipuan dari jaman batu sampai sekarang juga tidak dapat dihilangkan, dan ini tidak menyebabkan bahwa pembunuhan itu dapat di-perboleh-kan... ataukah boleh di-atur ?
^:)^
Note : Bagaimana kita memandang Kisah Ambhapali yang mengumpat dahak seorang Arahat Tua (walaupun tidak diketahui dan didengar oleh orang lain) tetapi akibat konsekuensi-nya, Ambhapali dikatakan terlahir dan terkondisikan 10.000 x kelahiran sebagai Pelacur. Apakah kondisi Profesi Pelacur ini adalah Kamma Vipaka (akibat yang berasosiasi dengan akusala citta), atau Kamma Phala (Hasil/Pahala yang berasosiasi dengan kusala citta) ?
anehnya kalau membunuh dengan tidak sengaja tidak berakibat, kok mengumpat dengan tidak sengaja bisa berakibat. dan bisa beda levelnya.
Ambalipala melakukan DENGAN SENGAJA, di kelahiran saat itu. Ia melekat dengan kecantikannya..saat ia saat menginjak itu, membuat kecantikannya tergagny, ia marah/jengkel dan dilanjutkan dengan menyatakan sesuatu yg tidak benar [Ia tidak mengetahui itu dahak siapa namun ia menyatakan itu sebagai pelacur. Ia telah melakukan pelanggaran sila ke-4, karena berkata tidak benar].
Mereka yg melakukan pelanggaran varitta sila [sila ke-1, 2, 4, dan 5] berpotensi terlahir di alam apaya. Kebencian menyebabkan seseorang terlahir di alam manusia, keserakahan menyebabkan manusia terlahir di alam peta, kebodohan menyebabkan manusia terlahir di alam binatang. [statement ini saya ambil dari ceramah bhante di bali, jika ada yg tau suttanya, saya mohon di bantu. tks]
Tuduhan yg tidak benar ini di tujukan bukan hanya kepada ia yg telah melakukan 227 sila lebih, bahkan yg telah mencabut 3 akar kejahatan. Kebenciannya tersebut mengakibatkan seseorang terlahir di alam neraka. Saya belum temukan kisah lanjutan setelah di neraka ia berada di alam mana lagi.
Pemaksaan seksual juga terjadi di alam binatang. Namun, menukarkan sesuatu dengan seks saya yg saya pernah tonton di tv juga terjadi dilingkungan monyet [ketika itu seorang raja monyet tengah menyantap otak monyet dari kelompok lain yg telah di kalahkannya. Seekor betina mengiming2i dengan seksual agar dapat mencicipi otak monyet tsb] namun itu bukanlah pelacuran karena ada yg membayar untuk memuaskan hasrat seksual. sehingga saya berpendapat di alam binatang pelacuran tidak dapat terjadi dan hanya terjadi di alam manusia.
Di alam manusia pelacuran harus juga memenuhi syarat ia seorang yg cantik dan menarik minat secara seksual ditambah di jaman dulu pelacur juga memiliki kemampuan tarian, musik dan banyak hal. sehingga mereka yg terlahir cantik, pandai dan menarik ia mempunyai tabungan karma baik yg cukup agar dapat terlahir dialam manusia. Syarat itu pas ketika waktunya ambapali terlahir di alam manusia ia membayar menjadi pelacur sebanyak sekian kehidupan.
Sementara kejadian yg melanda pada angulimala, pembunuhan yg 999 jumlah itu dilakukannya BUKAN dengan ITIKAD melakukan pembunuhan. Ia tidak melanggar varitta sila ke-1.
Jika anda membaca kisah bambang ekalaya, anda akan temukan druna meminta jasanya sebagai guru dibayar dengan memotes ibu jarinya bambang ekalaya. Dijaman itu di India, semua murid yg tinggal di padepokan Gurunya memberikan "bayaran" untuk menimba ilmu dan wajar jika gurunya meminta syarat...saat itu kebiasan tersebut merupakan keharusan dan perintah guru merupakan perintah yg luar biasa beratnya utk dilanggar. Angulimala memenuhi tuntutan gurunya. Ia membunuh dalam rangka membayar jasa yg diminta gurunya dan bukan karena kebencian atau lobha.
Berikut ini saya lampirkan uraian yg di Dhammapada bab-9.8 KISAH KUKIMITA, dimana istrinya adalah seorang SOTAPATTI, yg biasa diminta suaminya untuk menyiapkan peralatan untuk BERBURU [baca: MEMBUNUH BINANTANG]:
Para bhikkhu kemudian bertanya kepada Sang Buddha,
"Bhante, apakah istri pemburu yang telah mencapai sotapanna, tidak bersalah melakukan pembunuhan; jika dia mengambilkan barang-barang seperti jaring, busur-busur, dan anak-anak panah untuk keperluan suaminya pada saat hendak berburu ?"
Terhadap pertanyaan itu Sang Buddha menjawab,
" Para bhikkhu, para sotapanna tidak membunuh, mereka tidak mengharapkan yang lain terbunuh. Istri pemburu itu hanya menuruti kemauan suaminya mengambil barang-barang untuknya. Seperti halnya tangan yang tidak luka, tangan itu tidak dapat dimasuki racun. Juga karena dia tidak mempunyai niat melakukan kejahatan, maka dia tidak melakukan kejahatan."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 124 berikut :
Apabila seseorang tidak mempunyai luka di tangan, maka ia dapat menggenggam racun. Racun tidak akan mencelakakan orang yang tidak luka. Tiada penderitaan bagi orang yang tidak berbuat jahat.
Saya rasa itu sih perbedaannya, mungkin yg lain mo melanjutkan ato mo dipisahkan saja treadnya...salam
Memang benar lah kalau semua tindakan itu dinilai dari kondisi bathin. Tapi siapa yang tahu kondisi bathin setiap orang. Nature dari seorang pelacur apakah lebih baik dari nature seorang dokter ? Statistik saja, jika suatu tempat lebih banyak pekerjaan yang tidak bermanfaat daripada pekerjaan yang bermanfaat, manakah yang akan menunjukkan kemajuan ?kemajuan dari bidang apa nih?
kemajuan dari bidang apa nih?
dokter juga ada yang ga bener, suka mal praktek, kasih obat sembarangan, aborsi dll
kalau saya pribadi berpendapat bahwa prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar. selain itu, bagi saya pribadi prostitusi yang baik mungkin lebih baik bagi si pekerja, daripada orang bisnis biasa yang gak punya etika dan merugikan banyak orang.
dan gak lebih baik dari yang bisnis biasa tapi pake model-model cantik sexy buat iklannya.
Kesejahteraan suatu daerah / negara.tergantung tempat, karena bagi pemeluk agama lain khan psk itu sudah di anggap hina.
Kalau nature-nya PELACUR / PSK itu memang baik, mulia, terhormat, tidak melanggar sila, tidak merugikan orang lain, pekerjaan yang FAIR (dibayar untuk service)... Maka Galakkan-lah profesi PELACUR...
^:)^
tergantung tempat, karena bagi pemeluk agama lain khan psk itu sudah di anggap hina.
ada cerita mengenai pelacur dalam alkitab :
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus : ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu ? ”
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.
Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepadaNya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka : ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau ?”
Jawabnya: ”Tidak ada, Tuan.”
Lalu kata Yesus: ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.
Kalau begitu, tidak ada yang bisa menghukum pembunuh, pemerkosa, pencuri, karena pada dasarnya tidak ada satupun penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, pengadilan, sipir atau siapapun) yang TIDAK BERDOSA... kecuali ARAHAT... lagian ARAHAT ngapain ngurusin yang begituan...ada hukum dan norma setempat yang mengatur, apabila hukum setempat mengatakan prostitusi tidak boleh ya maka hukum ditempat itu yang mengatur, dalam hal ini apakah budis mengatur hal2 dalam prostitusi? apakah buda mengkastakan manusia? apakah pelacur sedemikian hina dalam masyarakat? apakah pelacur tidak ada harganya dimata para budis? bagaimana gay dimata budis apakah sama tidak ada harganya?
ada hukum dan norma setempat yang mengatur, apabila hukum setempat mengatakan prostitusi tidak boleh ya maka hukum ditempat itu yang mengatur, dalam hal ini apakah budis mengatur hal2 dalam prostitusi? apakah buda mengkastakan manusia? apakah pelacur sedemikian hina dalam masyarakat? apakah pelacur tidak ada harganya dimata para budis? bagaimana gay dimata budis apakah sama tidak ada harganya?ada tidaknya harganya manusia, terletak ditindakannya,.walaupun ia gay, tp kalau penyimpangannya tdk ditunjukan dan tdk diteruskan dan mampu meredam hawa nafsunya, ia adalah pemenang sejati, pelacur jg tdk hina, yang hina adalah perbuatannya, sdh tau tp berulang kali dilakukan,..niat(cetana) adalah sumber nya.sebenarnya dlm buddhisme tak ada larangan, yang ada berusaha menghindari. _/\_ :)) :)) :)) tumben kakao otaknya lempeng wkwwkkwwk =)) =))
ada hukum dan norma setempat yang mengatur, apabila hukum setempat mengatakan prostitusi tidak boleh ya maka hukum ditempat itu yang mengatur, dalam hal ini apakah budis mengatur hal2 dalam prostitusi? apakah buda mengkastakan manusia? apakah pelacur sedemikian hina dalam masyarakat? apakah pelacur tidak ada harganya dimata para budis? bagaimana gay dimata budis apakah sama tidak ada harganya?
ada tidaknya harganya manusia, terletak ditindakannya,.walaupun ia gay, tp kalau penyimpangannya tdk ditunjukan dan tdk diteruskan dan mampu meredam hawa nafsunya, ia adalah pemenang sejati, pelacur jg tdk hina, yang hina adalah perbuatannya, sdh tau tp berulang kali dilakukan,..niat(cetana) adalah sumber nya.sebenarnya dlm buddhisme tak ada larangan, yang ada berusaha menghindari. _/\_ :)) :)) :)) tumben kakao otaknya lempeng wkwwkkwwk =)) =))manusia yang normal dan beristri kalau terus melekat pada seks juga tetap tidak akan mencapai buah, semua sama saja mau pelacur atau manusia biasa, masih dalam samsara, tinggal dilihat apakah tujuan seseorang dan jalan yang ditempuhnya mau kemana, itulah hidup yang dijalaninya, intinya semua adalah ciptaan laumu dan kembali berpulang pada laumu =))
manusia yang normal dan beristri kalau terus melekat pada seks juga tetap tidak akan mencapai buah, semua sama saja mau pelacur atau manusia biasa, masih dalam samsara, tinggal dilihat apakah tujuan seseorang dan jalan yang ditempuhnya mau kemana, itulah hidup yang dijalaninya, intinya semua adalah ciptaan laumu dan kembali berpulang pada laumu =))
kok jadi lari ke kemelekatan... jangan-kan melekat pada seks, melekat pada jubah aja bisa terlahir jadi kutu...waduh kakao melekat terhadap cwe2 cantik,..nanti terlahir jadi apanya ya?? =P~
waduh kakao melekat terhadap cwe2 cantik,..nanti terlahir jadi apanya ya?? =P~
jadi pembalut....
manusia yang normal dan beristri kalau terus melekat pada seks juga tetap tidak akan mencapai buah, semua sama saja mau pelacur atau manusia biasa, masih dalam samsara, tinggal dilihat apakah tujuan seseorang dan jalan yang ditempuhnya mau kemana, itulah hidup yang dijalaninya, intinya semua adalah ciptaan laumu dan kembali berpulang pada laumu =))
kok jadi lari ke kemelekatan... jangan-kan melekat pada seks, melekat pada jubah aja bisa terlahir jadi kutu...nah profesi apakah yang lebih mulia dari pelacur, dilihat dari segi mana? dari luar atau dari dalam?
nah profesi apakah yang lebih mulia dari pelacur, dilihat dari segi mana? dari luar atau dari dalam?
nah profesi apakah yang lebih mulia dari pelacur, dilihat dari segi mana? dari luar atau dari dalam?
guru...nah tau khan =)) banyak guru yang cabul, mending ke pelacur khan daripada maenin anak kecil tuh saking ga tersalurkan =))
---
ada juga guru yang cabul, pelecehan seksual terhadap muridnya...
*** Belut mode on
Profesi yang menghalalkan main sama pelacur tidak melanggar sila. :))
Profesi yang menghalalkan main sama pelacur tidak melanggar sila. :))sama biksu bergitar lebih mulia mana?
Profesi yang menghalalkan main sama pelacur tidak melanggar sila. :))
sama biksu bergitar lebih mulia mana?
Kelihatannya sama mulianya. :whistle:betul, melayani masyarakat =))
nah profesi apakah yang lebih mulia dari pelacur, dilihat dari segi mana? dari luar atau dari dalam?
admin DC
admin DCnah kalau menghina tuhan kaga berani dah =))
Om ryu sptnya pembicaraan mengenai bikkhu bergitar sebaiknya dihentikan..sdh kelewatan batas..walaupun beliau itu pernah spt demikian, tolong hormatin dia sebagai anggota sangha..saya hanya memberi contoh, apakah tidak boleh?
kenapa orang2 selalu ingat SATU perbuatan buruk yang dilakukan oleh bikkhu tsb dibanding BANYAK perbuatan baik yang dilakukan oleh bikkkhu tersebut?
jika anda susah untuk menghormati belaiu, coba bayangkan apabila anda masuk ke persamuan sangha, apakah anda tidak akan pernah melakukan sedikitpun kesalahan?
Om ryu sptnya pembicaraan mengenai bikkhu bergitar sebaiknya dihentikan..sdh kelewatan batas..walaupun beliau itu pernah spt demikian, tolong hormatin dia sebagai anggota sangha..
kenapa orang2 selalu ingat SATU perbuatan buruk yang dilakukan oleh bikkhu tsb dibanding BANYAK perbuatan baik yang dilakukan oleh bikkkhu tersebut?
jika anda susah untuk menghormati belaiu, coba bayangkan apabila anda masuk ke persamuan sangha, apakah anda tidak akan pernah melakukan sedikitpun kesalahan?
Om ryu sptnya pembicaraan mengenai bikkhu bergitar sebaiknya dihentikan..sdh kelewatan batas..walaupun beliau itu pernah spt demikian, tolong hormatin dia sebagai anggota sangha..
kenapa orang2 selalu ingat SATU perbuatan buruk yang dilakukan oleh bikkhu tsb dibanding BANYAK perbuatan baik yang dilakukan oleh bikkkhu tersebut?
jika anda susah untuk menghormati belaiu, coba bayangkan apabila anda masuk ke persamuan sangha, apakah anda tidak akan pernah melakukan sedikitpun kesalahan?
satu perbuatan buruk?
banyak perbuatan baik?
bagaimana kalo anda menyebutkan baiknya dan saya menyebutkan buruknya, nanti kita total, mana yg lebih banyak
Bagaimana kalau kita juga survey, PELACUR vs DOKTER... berapa banyak PELACUR yang baik dan jahat... berapa banyak DOKTER yang baik dan culas/kikir/malpraktekkayaknya dokter deh, yang jadi korban aborsi berapa banyak nih =))
Bagaimana kalau kita juga survey, PELACUR vs DOKTER... berapa banyak PELACUR yang baik dan jahat... berapa banyak DOKTER yang baik dan culas/kikir/malpraktek
memang ada terdapat 2 jenis pandangan tentang seksualitas dari theravada dan mahayana tibetan.masaa? masa ajahn brahm ngajuin surat protes ke dalai lamaa?
Pada theravada sendiri lebih melihat kegiatan seksual sebagai pemuasan nafsu, sedangkan pada mahayana/tibetan lebih melihat pada si tindakan itu sendiri.
Maka karena itu sempat terjadi juga surat protes dari ajahn brahm kepada Dalai Lama tentang pernyataan homoseksualitas.
Ajahn brahm melihat dari sudut pemuasan nafsu yang bisa saja dari organ atau alat/cara apapun, Dalai Lama melihat dari sudut kegiatan si organ yang seharusnya bagaimana digunakan.
Personally, saya mendukung ajahn brahm :)
jadi pembalut....pembalut tdk dilahirkan,.tidak hidup,..mana enak =P~,..kakao mau jd =P~ =P~ :-?apa ya???
Mewakili Metta yang sedang belajar posting, ini adalah postingan titipan dari mettaRinpoche yaa.... tantrayana kan suhunehh?
Tindakan seksual yang tidak pantas adalah salah satu karma buruk yang dilakukan oleh tubuh/fisik. Dasarnya adalah seseorang yang tidak pantas bagi kita untuk melakukan hubungan seksual dengannya.
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
Kita tidak pantas berhubungan dengan suami atau istri orang. Jika anda menikah, tidak pantas untuk berhubungan selain dengan istri atau suami anda.
Juga tidak pantas berhubungan seksual dengan anak dibawah umur, anak yang masih berada dalam perlindungan orang tuanya.
Kriteria lainnya yang berkaitan dengan dasar ini adalah sifat dari tindakan seksual. Hubungan seksual yang melibatkan lubang lain selain lubang yang alami dipandang tidak pantas. Karena itu sex oral dan sex anal digolongkan sebagai tindakan seksual yang tidak pantas.
Dasar yang tidak tepat lainnya berkaitan dengan waktu, misalnya pada saat seseorang telah mengambil sumpah suci. Adalah mungkin bagi seseorang untuk mengambil sumpah suci tersebut hanya selama 24 jam. Selama masa tersebut,anda harus benar-benar menghindari hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan sex dengan seseorang selama selang waktu orang tersebut sedang menjalankan sila. Waktu yang tidak tepat lainnya adalah ketika pasangan anda sedang hamil.
Kriteria lainnya adalah tempat berlangsungnya hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan seksual ditempat yang terdapat gambar-gambar religius, stupa, atau guru spiritual anda.
Factor-faktor inilah yang merupakan dasar yang mengubah hubangan seksual menjadi tindakan seksual yang tidak pantas.
Mengenai kilesa, salah satu dari tiga racun : kebencian, kemelekatan, dan ketidaktahuan dapat menyebatkan anda melakukan hubungan seksual yang tidak pantas. Kemarahan atau kebencian dapat menyebabkan anda memaksa orang lain untuk berhubungan seksual dengan anda.
Motivasinya sederhana saja, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual.
Apakah tindakannya? Hubungan seksual terjadi ketika kenikmatan sebagai akibat dari kontak dialami antara kedua organ seksual.
Jika anda adalah umat biasa, anda harus berhati-hati terhadap tindakan seksual yang tidak pantas ini, khususnya yang berkaitan dengan kriteria pertama, orang yang tidak tepat. Berhubungan sex dengan orang tua kandung sangatlah jarang terjadi. Tetapi dalam pandangan Buddhis yang lebih ketat, anda dikatakan masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang jika sampai 7 generasi ke belakang ada terdapat suatu hubungan keluarga (ada hubungan darah melalui orang tua, kakek nenek, buyut, dan seterusnya, sampai 7 generasi terlewati). Sejauh 7 generasi kebelakang, anda masih dianggap sebagai saudara sepupu. Dalam kasus ini , pernikahan atau hubungan seksual tidaklah pantas dilakukan. Anda mesti berhati-hati karena dewasa ini hanya sedikit orang yang menyadari hal ini dan kebanyakan dari mereka tidak memberikan perhatian terhadap hal ini.
Apabila kita melakukan tindakan seksual yang tidak pantas maka berarti kita telah melanggar Sila ke 3 dari Pancasila Buddhis,
Sumber : Buku Karma oleh Dagpo Rinpoche.
pembalut tdk dilahirkan,.tidak hidup,..mana enak =P~,..kakao mau jd =P~ =P~ :-?apa ya???coklat cewe pa cowo?
Tidaklah tepat berhubungan sex dengan seseorang selama selang waktu orang tersebut sedang menjalankan sila. Waktu yang tidak tepat lainnya adalah ketika pasangan anda sedang hamil.
" jangan berhubungan seksual selama kehamilan , ntr "baby"nya kotor " = KUNO ;D
adakah yang tahu , berhubungan seksual selama kehamilan *Tua* itu di anjurkan ? Hubungan seksual yang tepat selama kehamilan akan mempermudah proses kelahiran ~ CMIIW
" jangan berhubungan seksual selama kehamilan , ntr "baby"nya kotor " = KUNO ;Dgitu deh kata obgyn nya, katanya biar cepet dan tepat waktu lahirannya. istilahnya di pancing
adakah yang tahu , berhubungan seksual selama kehamilan *Tua* itu di anjurkan ? Hubungan seksual yang tepat selama kehamilan akan mempermudah proses kelahiran ~ CMIIW
" jangan berhubungan seksual selama kehamilan , ntr "baby"nya kotor " = KUNO ;D_/\_ kalau berhubungan sexual pada masa kehamilan terutama waktu mendekati proses kelahiran (7-9 bulan)menurut yg saya dengar akan beresiko kepala bayi akan terdapat kerak (sperma yg mengering) akibatnya kepala bayi akan kelihatan kotor seperti daki berwarna kecoklatan, dan hal itu akan lama menghilangkannya (bisa sampai si anak umur 5 thn)
adakah yang tahu , berhubungan seksual selama kehamilan *Tua* itu di anjurkan ? Hubungan seksual yang tepat selama kehamilan akan mempermudah proses kelahiran ~ CMIIW
sebenarnya ada acek2 sih di sanaa... yg juga botakk.... umurnya jelasnya lbh tua dari cek ang, krn tanpa kumis....
_/\_ kalau berhubungan sexual pada masa kehamilan terutama waktu mendekati proses kelahiran (7-9 bulan)menurut yg saya dengar akan beresiko kepala bayi akan terdapat kerak (sperma yg mengering) akibatnya kepala bayi akan kelihatan kotor seperti daki berwarna kecoklatan, dan hal itu akan lama menghilangkannya (bisa sampai si anak umur 5 thn)
_/\_ kalau berhubungan sexual pada masa kehamilan terutama waktu mendekati proses kelahiran (7-9 bulan)menurut yg saya dengar akan beresiko kepala bayi akan terdapat kerak (sperma yg mengering) akibatnya kepala bayi akan kelihatan kotor seperti daki berwarna kecoklatan, dan hal itu akan lama menghilangkannya (bisa sampai si anak umur 5 thn)
gitu deh kata obgyn nya, katanya biar cepet dan tepat waktu lahirannya. istilahnya di pancingmaaf bro ada masukan sedikit , menurut yg saya dengar, kemudahan dalam proses melahirkan tergantung dari fisik wanita tersebut (pinggul lebar,luas rahim,...etc), tidak ada hubungannya dengan sering berhubungan badan akan mempermudah proses kelahiran,
_/\_ kalau berhubungan sexual pada masa kehamilan terutama waktu mendekati proses kelahiran (7-9 bulan)menurut yg saya dengar akan beresiko kepala bayi akan terdapat kerak (sperma yg mengering) akibatnya kepala bayi akan kelihatan kotor seperti daki berwarna kecoklatan, dan hal itu akan lama menghilangkannya (bisa sampai si anak umur 5 thn)
maaf bro ada masukan sedikit , menurut yg saya dengar, kemudahan dalam proses melahirkan tergantung dari fisik wanita tersebut (pinggul lebar,luas rahim,...etc), tidak ada hubungannya dengan sering berhubungan badan akan mempermudah proses kelahiran,
ada juga wanita yg susah melalui proses kelahiran jika mempunyai sakit asma, umur sudah tua ( wanita umur 33th keatas) sangat dianjurkan dokter jika ingin hamil untuk melakukan operasi caesar. dikarenakan resiko dalam melahirkan sangat besar dan bagi wanita benar2 di tuntut mempunyai fisik yg kuat terutama nafas .
yg mempermudah dan paling berpengaruh dalam proses kelahiran sebenarnya air ketuban dari ibu hamil tersebut, jika air ketuban pecah dan sampai habis tapi bayi belum keluar juga akan sangat beresiko untuk ibu dan bayi dalam kandungan tersebut (kematian)
IMO hubungan sex yg sesering mungkin pada waktu kehamilan tidak berpengaruh untuk mempermudah proses kelahiran.
_/\_
bukan mempermudah sih sis, tapi yg saya dikasih tahu *dan disarankan melakukannya* itu demikian, karena sudah cukup umur kandungan tapi belum lahiran. pancingan :D
bukan mempermudah sih sis, tapi yg saya dikasih tahu *dan disarankan melakukannya* itu demikian, karena sudah cukup umur kandungan tapi belum lahiran. pancingan :D
:o kok sis #-o jadi cewe dah sekarang :)) :))
umur kandungan tidak seperti yg dikatakan orang, jika umur kandungan 9 bulan 10 hari , ada yg kurang bahkan ada juga yg lebih , bahkan hampir mendekari 10 bulan. kalau untuk pancingan biasanya kalau sudah pembukaan 1 dokter akan memberikan obat untuk merangsang / mempercepat proses pembukaan berikutnya dan biasa nya di berikan jika sudah pembukaan ke 3
kalau orang tua dulu bilang kalau pengin posisi bayi baik dan mudah melahirkan , disarankan sering mengepel lantai tanpa alat bantu seperti alat pel jaman sekarang.
kalau di daerah jawa lebih aneh lagi karena menyangkut kepercayaan (tahyul) jika belum melahirkan sampai 10 bulan si wanita di ikat seperti kerbau dan di ancam akan di maskukan kandang kalau tidak melahirkan cepat ;D tapi itu kembali kepada diri kita , akan percaya hal itu atau tidak.
_/\_
ini yg saya katakan udah mitos "KUNO"
;D ;D
dengan maju nya ilmu kedokteran , resiko kelahiran bisa di gencet ampe "seciut" mgkn tapi bukan NOL resiko.. ~
semua merupakan satu ksatuan bukan hanya air ketuban om CMIIW, ;D ... mksd saya bukan "sering melakukan" selama hamil maka proses kelahiran akan menjadi lancar .. tapi..
kira2 demikian.. di jelaskan dengan indah oleh yg sudha sangat berpengalaman..~ :))
maaf sis saya hanya menyampaikan pengalaman juga, walau sudah kuno tapi bermanfaat lho ^-^ dan sudah banyak yg mengalami .
saya pernah menjalankan saran seperti itu (melakukan hub.sex sesering mungkin akan membantu proses kehamilan) tapi kenyataannya istri saya waktu melahirkan ya susah juga ;D
air ketuban sangat penting , waktu istri saya terjadi pendarahan di karenakan air ketuban terlambat pecah sedang bayi sudah mulai bereaksi (kontraksi) tapi setelah air ketuban itu di pecah (secara sengaja oleh dokter ) bayi mudah keluar.
dan dari mulai proses injeksi sampai proses melahirkan selesai saya melihat semua .
jadi menurut sis apa tetap hubungan sex sesering mungkin akan mempermudah proses melahirkan _/\_
apapun alasannya berhubungan seks saat kehamilan adalah dilarang, krn termasuk perbuatan asusila(karma buruk). Hal ini dianut oleh aliran buddhist tertentu, seperti mahayana tibetan. Jika ada hal spt ini terjadi, itu kehendak masing2.
menurut ilmu medis, cairan sperma mengandung hormon prostaglandin yang akan menyebabkan kontaksi rahim, dan bisa menyebabkan keguguran pada janin.
kl pake pelindung gmn? ;Dtetap saja karma buruk jika niatnya menikmati hub.sex :)
apapun alasannya berhubungan seks saat kehamilan adalah dilarang, krn termasuk perbuatan asusila(karma buruk). Hal ini dianut oleh aliran buddhist tertentu, seperti mahayana tibetan. Jika ada hal spt ini terjadi, itu kehendak masing2.
menurut ilmu medis, cairan sperma mengandung hormon prostaglandin yang akan menyebabkan kontaksi rahim, dan bisa menyebabkan keguguran pada janin.
gitu deh kata obgyn nya, katanya biar cepet dan tepat waktu lahirannya. istilahnya di pancingMasa mancingnya pake " belalai gajah" :hammer:
_/\_ kalau berhubungan sexual pada masa kehamilan terutama waktu mendekati proses kelahiran (7-9 bulan)menurut yg saya dengar akan beresiko kepala bayi akan terdapat kerak (sperma yg mengering) akibatnya kepala bayi akan kelihatan kotor seperti daki berwarna kecoklatan, dan hal itu akan lama menghilangkannya (bisa sampai si anak umur 5 thn)ini Kepalanya ada "tanda" ... belum mengering sampe Tua ^-^
apapun alasannya berhubungan seks saat kehamilan adalah dilarang, krn termasuk perbuatan asusila(karma buruk). Hal ini dianut oleh aliran buddhist tertentu, seperti mahayana tibetan. Jika ada hal spt ini terjadi, itu kehendak masing2.Bold .... kalo benar itu selalu terjadi
menurut ilmu medis, cairan sperma mengandung hormon prostaglandin yang akan menyebabkan kontaksi rahim, dan bisa menyebabkan keguguran pada janin.
ini Kepalanya ada "tanda" ... belum mengering sampe Tua ^-^
(http://pekanbaru.tribunnews.com/foto/berita/2010/10/27/Mantan_Presiden_Rusia,_Mikhail_Gorbachev1.jpg)\
mantan Presiden Uni Soviet ...... Mikhail Gorbachev.
M I T oo S tuch ..... jangan dipercaya [-X
=)) =)) =)) itu sih tanda lahir bro.. hahahaha..Menurut Bro wang .....
yg dimaksud itu seperti daki aja, bisa ngelupas tapi lama. ada yg seperti itu jadi seperti ketombe gitu kalo orang jawa bilang "sumbuk ",itu gak permanen cuma kasian aja sama anaknya. ;D
kalau di sebut mitos itu terserah yg menilai ,kalau saya sudah melihat seperti apa sumbuk itu . :)
Menurut Bro wang .....lebih banyak suami yg gak peduli keliatannya, kalo soal cacat bawaan sih gak termasuk bro.. itu cuma kotor aja kaya daki, bukan cacat .
brapa banyak pria beristri yg sedang hamil tua (7 - 9 Bulan) "berpuasa" demi anak yg akan lahir tanpa kerak (telor) :P akibat sperma ?
dan brapa banyak suami yg tidak peduli dengan hal ini ..... tapi anaknya lahir tidak membawa kerak (telor) ?
yg terakhir ..... brapa banyak anak yg lahir dengan "cacat bawaan" (punya kerak telor)? ..... akibat suami tidak peduli udah hamil tua keek ... tetap hajar bleh
lebih banyak suami yg gak peduli keliatannya, kalo soal cacat bawaan sih gak termasuk bro.. itu cuma kotor aja kaya daki, bukan cacat .
:)) :)) :)) kalo saya gak berani main hajar bleh sekarang ;D
ada referensinya bro? dari sutra maupun jurnal medis
Bagaimana kalau kita juga survey, PELACUR vs DOKTER... berapa banyak PELACUR yang baik dan jahat... berapa banyak DOKTER yang baik dan culas/kikir/malpraktek
kalau dari sisi ini, saya jauh lebih menghormati pelacur ketimbang dokter.tar makin banyak yang mau jadi pelacur ketimbang dokter =))
1. pelacur mengambil bayaran dari orang yg sehat dan tiada keterpaksaan sedangkan dokter memungut bayaran dari orang yg sakit, kepepet, dan seringkali tidak ada pilihan... (memang tidak semua dokter / pelacur begitu, tapi kita bicara secara umum saja)
2. bisa dilihat kenyataan disekitar kita, berapa banyak yg mengeluhkan mahalnya biaya dokter, tidak ada tenggang rasa nya mereka, malpraktek, bahkan pasien dijadikan percobaan tanpa bisa dituntut, namun jarang kita temukan keluhan ke pelacur, ataupun tuntutan ke mereka.. Dapat kita simpulkan, mana yg lebih kejam antara si penyandang profesi terhormat dan mulia ini dibanding si penyandang profesi hina...
::
tar makin banyak yang mau jadi pelacur ketimbang dokter =))
Masih bukan masalah fine/OK, tapi saya tertarik bagaimana asalnya seseorang menilai pelacuran itu sebagai sesuatu yang hina.
Karena lebih banyak merugikan dari pada menguntungkan.
referensinya untuk karmanya : posting pertama, atau Lamrim Chenmo "Jay TSong Kapa" jilid 2 (The Great Treatise on the Stages of the Path to Enlightenment) jilid 2, terbitan snowlion publication.
referensi medis: Buku FKUI Obstetri dan Gynekologi, atau saya sendiri :)), saya org medis kok....
apa bisa di share apa aja yang merugikan atau menguntungkan itu? _/\_
Segi keuntungan:
- Si pembeli dan si penjual mendapatkan apa yang diinginkan.
- Bagi orang yang belum siap berkomitmen (terutama pria), tidak perlu menanggung resiko dengan kehamilan dan segala tanggung jawab yang harus ditanggung jika terikat dalam pernikahan.
- Bagi suatu daerah/negara yang melegalkan, memakai pelacuran untuk strategi kemajuan ekonomi.
Segi kerugian :
- Pelacuran menjadi tempat berkembang biak penyakit AIDS dan penyakit lain. Yang mengakibatkan secara langsung maupun tidak langsung penularan kepada orang lain.
- Secara langsung ataupun tidak langsung, mengakibatkan suatu rumah tangga bisa berantakan. Bukan hanya terjadi pertengkaran dan perceraian, pada kasus tertentu bahkan bisa timbul korban jiwa.
Karena lebih banyak merugikan dari pada menguntungkan.
Segi keuntungan:Kalau soal penyakit menular (Sexually Transmitted Disease), tentu tergantung pada hubungan seksualnya, bukan pada eksisnya pelacuran. Hubungan seksual yang aman, terkontrol secara medis, apakah dengan pasangan perawan atau dengan pelacur, sama saja sehatnya dan sama saja risikonya. Mungkin orang di sini akan bertanya-tanya apakah mau 'main' dengan pelacur saja sampai sedemikian repot? Di negara yang melegalkan prostitusi memang demikian. Menjaga penularan STD, mencegah perbuatan seks yang merugikan (misalnya sadisme), dan menghindari perdagangan manusia, negara menetapkan aturan yang ketat dalam prostitusi.
- Si pembeli dan si penjual mendapatkan apa yang diinginkan.
- Bagi orang yang belum siap berkomitmen (terutama pria), tidak perlu menanggung resiko dengan kehamilan dan segala tanggung jawab yang harus ditanggung jika terikat dalam pernikahan.
- Bagi suatu daerah/negara yang melegalkan, memakai pelacuran untuk strategi kemajuan ekonomi.
Segi kerugian :
- Pelacuran menjadi tempat berkembang biak penyakit AIDS dan penyakit lain. Yang mengakibatkan secara langsung maupun tidak langsung penularan kepada orang lain.
- Secara langsung ataupun tidak langsung, mengakibatkan suatu rumah tangga bisa berantakan. Bukan hanya terjadi pertengkaran dan perceraian, pada kasus tertentu bahkan bisa timbul korban jiwa.
Kalau soal penyakit menular (Sexually Transmitted Disease), tentu tergantung pada hubungan seksualnya, bukan pada eksisnya pelacuran.
Hubungan seksual yang aman, terkontrol secara medis, apakah dengan pasangan perawan atau dengan pelacur, sama saja sehatnya dan sama saja risikonya. Mungkin orang di sini akan bertanya-tanya apakah mau 'main' dengan pelacur saja sampai sedemikian repot? Di negara yang melegalkan prostitusi memang demikian. Menjaga penularan STD, mencegah perbuatan seks yang merugikan (misalnya sadisme), dan menghindari perdagangan manusia, negara menetapkan aturan yang ketat dalam prostitusi.Seorang perawan hanya mungkin tertular HIV melalui jarum suntik. Seorang pelacur bukan hanya dari jarum suntik tapi juga dari hubungan seks. Jika bicara resiko terbesar, jelas lebih besar resiko tertular dari pelacur dari pada perawan.
Keharmonisan hubungan suami-istri adalah tanggung jawab suami & istri itu sendiri, bukan tanggung-jawab pihak ke tiga. Seperti sebelumnya saya bilang juga kalau istri demen shopping hingga timbul masalah ekonomi dan mereka berdua bertengkar & bercerai (atau bahkan bunuh2an), maka yang disalahkan adalah keinginan si istri yang tidak terkontrol. Tidak bisa menuntut shopping centre & mall untuk tutup.
Ada sebuah kejadian yang menimpa teman saya. Dia bercerai karena suami-nya menikah dengan sang pelacur. Pelacur itu sebelumnya adalah seorang mahasiswi. Dan suami teman saya itu termasuk orang yang berada/kaya. Menurut bro, bagaimana kira-kira proses kejadiannya sehingga suami teman saya itu bisa menikahi pelacur itu?
Yang jelas 22-nya punya moralitas rendah. Sang suami tidak memikirkan keluarganya.Dan sang pelacur juga tidak memikirkan akibat yang harus ditanggung orang lain karena niat dan keinginannya.
Kadang saya setuju dengan istilah "tetangga", lebih baik menikah (biarpun masih muda) daripada berbuat zinah... tapi kalau mikir-mikir, menikah hanya untuk supaya tidak berbuat zinah apakah bukan sama saja menggunakan lembaga pernikahan resmi (baik secara agama maupun hukum) hanya untuk dapat berhubungan seksual (tidak berbuat zinah) ?
Saya curious, adakah meditasi di dalam buddhis yang bisa dilakukan untuk bisa "menekan libido arus bawah" ?
Menikah hanya untuk menghindari seks di luar nikah itu kan dipropaganda oleh sebuah konsep bernama "jangan berbuat dosa". Ada banyak orang yang termakan karena betapa strategisnya konsep ini. Tidak ada meditasi versi Buddhisme yang spesifik untuk menahan "arus bawah". Semuanya secara general menekankan pada pelepasan nafsu indria.
Suami meninggalkan istri dan anak2nya dan menikah lagi dengan wanita lain.
Anggaplah kondisinya si suami Lobha (karena menginginkan perempuan lain yg lebih mulus, muda dan cantik dibanding istri yg mulai berumur) dan anggap juga si perempuan lain tsb egois (karena tidak tenggang terhadap istri dan anak2 keluarga tsb).
Dalam hal ini tidak relevan dengan profesi pelacur / tidak pelacur. Si perempuan lain yg menggaet suami orang tsb bisa saja: berprofesi pelacur, PNS, istri orang, pembantu, pegawai swasta, dsbnya...
::
Kadang saya setuju dengan istilah "tetangga", lebih baik menikah (biarpun masih muda) daripada berbuat zinah... tapi kalau mikir-mikir, menikah hanya untuk supaya tidak berbuat zinah apakah bukan sama saja menggunakan lembaga pernikahan resmi (baik secara agama maupun hukum) hanya untuk dapat berhubungan seksual (tidak berbuat zinah) ?bahkan dengan hukum itu, bisa menikah dengan banyak wanita (Poligami, nikah siri) =))
Saya curious, adakah meditasi di dalam buddhis yang bisa dilakukan untuk bisa "menekan libido arus bawah" ?
Betul sekali bro. Tapi bagi saya, apapun profesi orang tersebut tapi dia memberikan tubuhnya demi mendapatkan uang. Itu sama dengan pelacur.
bahkan dengan hukum itu, bisa menikah dengan banyak wanita (Poligami, nikah siri) =))
Angka Kejadian IMS pada Penjaja seks tertinggi di AsiaBetul, sis. Kalau di Indonesia atau di beberapa tempat di mana prostitusinya tidak diregulasi, tidak disosialisasikan secara medis, saya tidak membantah bahwa prostitusi menjadi 'ladang' penyakit menular.
Selain itu, angka kejadian infeksi menular seksual (seperti Gonore dan Klamidia) pada penjaja seks perempuan di beberapa kota di Indonesia tercatat sangat tinggi di Asia. Hasil survai Departemen Kesehatan RI pada tahun 2005 pada penjaja seks perempuan di beberapa kota mencatat sekitar 39% sampai 61% mengidap Klamidia atau Gonore.
Padahal adanya infeksi menular seksual dapat mempermudah proses penularan HIV pada kegiatan seks. Hasil peneilitian mengindikasikan bahwa infeksi menular seksual meningkatkan risiko penularan sampai 2-3 kali.
Yang menambah keprihatinan bersama, adanya resistensi dengan obat antibiotika yang tersedia dan terjangkau serta mengkonsumsi obat antiobiotik yang mudah didapat di mana-mana sehingga menyulitkan upaya pengobatan infeksi menular seksual. Hal ini disebabkan perilaku mengobati sendiri bila ada gejala infeksi menular seksual.
Diperkirakan lebih dari 3 juta lelaki di Indonesia yang rajin membeli seks, dan separuh dari lelaki tersebut mempunyai pasangan tetap, atau isteri. Dapat diperkirakan penularan dapat terus berlanjut ke istri, walaupun para isteri tidak mempunyai perilaku seks dengan banyak pasangan. Fenomena tersebut mendorong terjadi epidemi HIV seperti sekarang dan semakin semakin nyata dibandingkan beberapa tahun yang lalu.
Diperkirakan telah lebih dari 200.000 orang terinfeksi HIV di tahun ini dan diramalkan pada tahun 2020 akan meningkat mendekati angka 2 juta, bila upaya pencegahan tidak dilakukan untuk menekan penularan melalui seks berisiko.
Dalam kondisi seperti ini harus diaktifkan lagi kampanye peningkatan penggunaan kondom sebagai alat kesehatan yang secara ilmiah telah terbukti dapat menangkal penularan infeksi menular seksual termasuk HIV. Tidak ada alat atau teknologi kesehatan yang mempunyai kemampuan pencegahan infeksi seperti kondom. Tidak juga teknologi vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit menular.
Hendaknya upaya promosi kondom jangan diartikan sebagai anjuran untuk melakukan kegiatan seks berisiko. Siapapun yang masih melakukan kegiatan seks berisko dianjurkan sangat untuk menggunakan kondom agar dirinya terhindar dari penularan serta tidak menularkan kepada yang lain. Bila tidak mau menggunakan kondom, sebaiknya menghentikan perilaku seks berisiko.
Sumber: http://idi.aids-ina.org/
Seorang perawan hanya mungkin tertular HIV melalui jarum suntik. Seorang pelacur bukan hanya dari jarum suntik tapi juga dari hubungan seks. Jika bicara resiko terbesar, jelas lebih besar resiko tertular dari pelacur dari pada perawan.Tidak juga, HIV bisa merupakan keturunan, bisa juga lewat darah seperti luka ke luka. Risiko yang lebih umum memang melalui hubungan seksual. Apakah dengan pelacur atau bukan, jika diperiksakan secara medis, maka penularan bisa, bukan tidak bisa dihindari.
Berapakah banyak penjaja atau pembeli seks yang mempunyai pengetahuan, bagaimana melakukan seks yang aman? Dan sekarang jika ada seorang penjaja seks yang sudah jelas terinfeksi HIV. Apakah tidak ada kemungkinan dia tetap melakukan hubungan seks dengan kesadaran bahwa dia akan menularkan pada orang lain? Dan mungkin memang ingin menularkan dengan berpikir lebih enak menderita ramai-ramai dari pada menderita sendirian?Dalam hal ini, saya lihat tetap penyebabnya adalah ketidaktahuan akan kesehatan, bukan pada keberadaan prostitusinya. Mengenai orang yang sengaja menularkan, itu masalah kepribadiannya yang jahat, tidak bisa dikaitkan dengan profesi pelacur.
Barang belanjaan tidak punya kesadaran(benda mati).Benda mati tidak bisa mendatangi konsumen,tidak bisa bicara,merayu,membelai dll. Sedangkan pelacur punya kesadaran. Lebih banyak mana di dunia ini,manusia yang masih tebal LDM-nya atau yang tipis LDM-nya?Manusia yang tebal LDM-nya dalam menggunakan indera matanya dalam melihat wanita seksi/bugil,sama seperti kucing yang disodorkan ikan dihadapannya.OK, barang belanjaan mati, tapi sales-nya hidup kok. Apakah sales perlu mempertimbangkan tebal/tipis LDM dan kondisi ekonomi wanita yang shopping? ;D
Dari postingan saya sebelumnya, saya mengatakan secara langsung/tidak langsung bisa menyebabkan rumah tangga orang lain berantakan. Kalau saya pribadi, tidak akan menyalahkan si pelacurnya. Saya lebih menyalahkan si pembeli-nya.Betul, saya juga berpendapat begitu.
Ada sebuah kejadian yang menimpa teman saya. Dia bercerai karena suami-nya menikah dengan sang pelacur. Pelacur itu sebelumnya adalah seorang mahasiswi. Dan suami teman saya itu termasuk orang yang berada/kaya. Menurut bro, bagaimana kira-kira proses kejadiannya sehingga suami teman saya itu bisa menikahi pelacur itu?Sebetulnya ada perbedaan besar antar orang yang merebut suami orang lain menggunakan daya tarik seksual, dengan pelacur. Pelacur tidak mencampuri urusan pribadi pelanggan dan pelacur tidak menikah. Pelacur hanya memberikan layanan seksual demi bayaran yang disetujui. Itu saja.
Yang jelas 22-nya punya moralitas rendah. Sang suami tidak memikirkan keluarganya.Dan sang pelacur juga tidak memikirkan akibat yang harus ditanggung orang lain karena niat dan keinginannya.
menekan pelepasan nafsu indria ? cara-nya bro ? kadang kan "arus bawah" itu seperti tekanan biologis... mis : kalau kantung sperma sudah penuh, biasa-nya sih "kepala" agak nyut2-an, dan fenomena "mimpi basah" kan bisa datang dari akibat kantung sprema yang sudah penuh...
Apakah ini murni karena nafsu indriya atau karena nature biologis tubuh kita ?
Kalau saya pandangan SIMPLE saja...kalau jual diri yang lain (organ tubuh) gimana?
Kalau mis : ada anak perempuan saya mau "menjual" tubuh-nya untuk mendapatkan uang, katakanlah untuk pengobatan saya ? HATI-KU akan hancur (karena aku masih puthujana)... Karena ku-anggap menjual diri itu = pekerjaan terhina (menghina diri sendiri)...
Kalau saya pandangan SIMPLE saja...
Kalau mis : ada anak perempuan saya mau "menjual" tubuh-nya untuk mendapatkan uang, katakanlah untuk pengobatan saya ? HATI-KU akan hancur (karena aku masih puthujana)... Karena ku-anggap menjual diri itu = pekerjaan terhina (menghina diri sendiri)...
kalau jual diri yang lain (organ tubuh) gimana?
ingat ada jurus upaya kausalya? =))
Kalau daku masih puthujana... SAKIT JUGA HATI-ku KALAU ANAK-Ku sampai jual organ tubuh...belajar dong jadi buda, yang "katanya" mengorbankan tubuhnya jadi makanan. (buda atau kwan im ya lupa =)) )
Nah, kalau yang ini, saya mau memberi komentar... Di India, pekerjaan melacurkan diri (dari yang rendahan hingga yang high class) bukan termasuk pekerjaan hina. Bahkan Sang Buddha tidak menganggap itu tercela. Sedangkan budaya masyarakat di tiap negara juga punya kacamata yang berbeda mengenai hal ini. Di Indonesia, pekerjaan melacurkan diri (dari yang buka lapak di kolong jembatan hingga artis film porno) termasuk hal yang dicap kotor. Ini adalah persoalan stereotip masyarakat. Karena di negara lain, profesi ini tidak dianggap terkutuk.
Bagaimana dalam pandangan Buddhisme? Satu kalimat saja: "pelacur dan pelacuran tidak tercela selama tidak melanggar syarat-syarat Sila Ketiga".
Betul sekali bro. Tapi bagi saya, apapun profesi orang tersebut tapi dia memberikan tubuhnya demi mendapatkan uang. Itu sama dengan pelacur.
Bagaimana dengan kisah kehidupan lampau Thera Ambhapali yang karena "umpatan" tidak sengaja kepada seorang Arahat tua, sampai harus terlahir 10.000x menjadi seorang pelacur... Konteks pelacur dalam kisah Ambhapali yang memetik akibat kamma (kamma vipaka) apakah bukan karena berasosiasi dengan akusala kamma ?
bagaimana dengan orang (wanita) yang memang suka melakukan sex tanpa minta bayaran (uang ) sekalipun, hal ini benar2 ada dan terjadi, apa bisa di samakan dengan pelacur? dan apa tidak beresiko juga terinfeksi penyakit. pelacur atau bukan sama2 beresiko tertular penyakit, jika pelacur di bandingkan dengan perawan sangat tidak relevan, tapi bandingkan dengan orang yang memang menyukai free sex tanpa bayaran sedikitpun.
tidak semua orang cerai gara2 suaminya menikah dengan pelacur / selingkuh, banyak orang yang cerai karena wanita baik2 lainnya, pria berselingkuh / memilih menikah lagi mempunyai banyak faktor, tidak selalu berhubungan dengan sex aja pria menjadi selingkuh.
mohon di koreksi jika salah_/\_
Misalnya suatu hari saya memaki seorang Arahanta dengan menyebutnya sebagai "kuli bangunan sialan" ---- kemudian saya menjadi kuli bangunan di beberapa sketsa kehidupan selanjutnya. Apakah menurut Anda, saya memetik buah kamma buruk? Apakah pekerjaan kuli bangunan adalah pekerjaan tercela?
Saya punya pandangan yang mungkin kedengaran agak esktrim. Menurut saya, orang yang free sex maupun "ayam kampus" pun belum tentu semuanya tercela.
Saya punya pandangan yang mungkin kedengaran agak esktrim. Menurut saya, orang yang free sex maupun "ayam kampus" pun belum tentu semuanya tercela.
Kalau begitu ntar suatu hari saya ketemu ARAHAT, saya akan memaki arahat tersebut dengan sebutan ANAK ORANG KAYA SIALAN... biar nanti 10.000x kehidupan saya terlahir menjadi anak orang kaya...
ayam kampus yah pasti sudah bayaran... kalau istilah free sex itu agak gak jelas... saya perjelas... yang BISPAK = bisa pakai (alias gak usah bayar), dengan yang BISYAR = bisa bayar, maksudnya kudu dibayar untuk bisa dapat "service"-nya.
_/\_ begitu pula pelacur apakah bisa dianggap semuanya tercela?
ada 1 orang pelacur yang mau menikah dengan pria berandal , sampai akhirnya pria berandal itu berubah menjadi pria baik2 dan bertanggung jawab terhadap istrinya dan menjadi sebuah keluarga yang berbahagia. apakah dengan hal ini dapat di katakan semua pelacur tercela?
Alam semesta bekerja dengan tidak adil. Jika Anda menyumpah hal buruk, maka itu kemungkinan besar akan terjadi. Namun jika Anda ingin mendapatkan hal baik, Anda harus bekerja untuk mendapatkannya --- tidak bisa dengan sumpah-serapah.
Jika turunan itu berarti sang ibu sebelum hamil sudah mengidap HIV. Dan sampai saat ini, saya belum menemukan berita bahwa anak yang mendapat HIV turunan berumur panjang. Atau bro bisa carikan informasinya? Jadi jika dia tidak berumur panjang, saya pikir tidak akan cukup waktu menjadi gadis perawan.
Tidak juga, HIV bisa merupakan keturunan , bisa juga lewat darah seperti luka ke luka. Risiko yang lebih umum memang melalui hubungan seksual. Apakah dengan pelacur atau bukan, jika diperiksakan secara medis, maka penularan bisa, bukan tidak bisa dihindari.
Dalam hal ini, saya lihat tetap penyebabnya adalah ketidaktahuan akan kesehatan, bukan pada keberadaan prostitusinya. Mengenai orang yang sengaja menularkan, itu masalah kepribadiannya yang jahat, tidak bisa dikaitkan dengan profesi pelacur.
OK, barang belanjaan mati, tapi sales-nya hidup kok. Apakah sales perlu mempertimbangkan tebal/tipis LDM dan kondisi ekonomi wanita yang shopping? ;D
Kembali lagi objek (hidup/mati) adalah netral. Menjadi tidak netral adalah karena persepsi kita . Satu pendapat mengatakan pemerkosaan terjadi karena wanita kurang menutupi tubuhnya, sehingga diharuskan memakai burkha. Tapi kita lihat kenyataan lain di masyarakat tertentu ada yang wanitanya berbusana 'topless', namun pemerkosaan sangat langka terjadi. Mengapa? Karena kuncinya adalah moralitasnya, bukan objeknya.
Sebetulnya ada perbedaan besar antar orang yang merebut suami orang lain menggunakan daya tarik seksual, dengan pelacur. Pelacur tidak mencampuri urusan pribadi pelanggan dan pelacur tidak menikah. Pelacur hanya memberikan layanan seksual demi bayaran yang disetujui. Itu saja.Kalau melihat jawaban bro, berarti bro bukan pemakai jasa pelacur. Bro, moral pelacur jaman sang Buddha tidak sama dengan moral pelacur zaman sekarang.
Menurut saya, si mahasiswi itu bukan pelacur, tapi memang pemangsa kekayaan lelaki hidung belang saja.
Bispak dan bisyar tidak selalu tercela. Tercela dalam arti melanggar sila ketiga, yah... Soalnya jika membahas "tercela" dalam pandangan sosial, sepertinya lebih kontroversi lagi.
betul.bila kita mencela ini baik dan ini buruk.bukankah kita kehilangan Upekkha :) dan rentetannya kebencian timbul,Metta,Karuna dan Mudita pun lenyap.
jadi Ambhapali memetik hasil baik atau buruk sebagai PELACUR ?
bagaimana dengan orang (wanita) yang memang suka melakukan sex tanpa minta bayaran (uang ) sekalipun, hal ini benar2 ada dan terjadi, apa bisa di samakan dengan pelacur? dan apa tidak beresiko juga terinfeksi penyakit. pelacur atau bukan sama2 beresiko tertular penyakit, jika pelacur di bandingkan dengan perawan sangat tidak relevan, tapi bandingkan dengan orang yang memang menyukai free sex tanpa bayaran sedikitpun.Kalau saya jawab bro, sudah luas sekali areal pembahasannya.
tidak semua orang cerai gara2 suaminya menikah dengan pelacur / selingkuh, banyak orang yang cerai karena wanita baik2 lainnya, pria berselingkuh / memilih menikah lagi mempunyai banyak faktor, tidak selalu berhubungan dengan sex aja pria menjadi selingkuh.
mohon di koreksi jika salah_/\_
Buddha pernah "mencela" perbuatan yang tercela gak ?
Kalau saya jawab bro, sudah luas sekali areal pembahasannya.
Tentu saja buruk. Sama seperti contoh "kuli bangunan" tadi.
yang saya maksud jangan menjudge tanpa mengenal lebih dalam.contoh kalo saya kleuarkan kata "pelacur""homo""pencuri"dsb yang muncul di kepala bro akan langsung buruk duluan sedangkan siapakah kita menjadi juri. Buddha tidak mencela hanya memberikan koridor inilah yang pantas dan tidak pantas.bukan mencela.
maaf sebelumnya, bukan ingin memperluas, hanya kebanyakan jika orang mendengar kata pelacur mereka akan langsung mencap jelek atau buruk , seperti yang di ungkapkan bro nyanadhana. kebetulan 2 sepupu saya menikah dengan pelacur tapi kehidupan mereka malah bahagia walaupun untuk biaya hidup pas2an, oleh sebab itu saya memberikan statment tidak semua pelacur itu tercela.
seperti kata bro kainyn juga , belum tentu mahasiswi tersebut pelacur, mungkin dia seorang perek/bispak / ayam kampus, karena yang mereka tuju adalah harta, memang pelacur juga yang di tuju harta tapi mereka memberikan tarif untuk pelayanan yang di berikan, berbeda dengan perek/bispak/ayam kampus, dalam pelayanan sex mereka tidak meminta bayaran tapi di keseharian mereka akan menuntut macam2 baik perhiasan, mobil rumah dll. _/\_
ambhapali memetik hasil buruk akibat perbuatannya... terlahir sebagai pelacur, tetapi profesi pelacur dikatakan tidak tercela...
Saya kira sih di-kisah itu, penekanan terhadap perbuatan dan akibat perbuatan yang utama. Jika profesi pelacur tidak tercela, maka ambhapali tidak memetik hasil buruk dari perbuatan-nya memaki (mengumpat) seorang Arahanta.
OK, mari kita bahas dalam teropong Buddhisme. Profesi pelacur disebut tercela apabila melanggar Sila Ketiga. Seorang Sotapanna dikatakan tidak akan melanggar 5 Sila, namun dikisahkan ada seorang wanita yang tetap tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai pelacur meski sudah menjadi Sotapanna. Di Atthakattha, disebutkan 20 objek seks yang salah dalam koridor Sila Ketiga --- dan pelacur tidak termasuk di dalamnya. Kalau Bro dilbert mau jujur, Bro dilbert harus mengakui fakta ini bahwa Buddhisme tidak menganggap pelacur sebagai profesi tercela. Jika Bro dilbert tetap ngotot menganggap pelacur sebagai tercela, maka kemukakanlah pendapat Bro dilbert itu sebagai pendapat pribadi; dan menerima fakta kedua bahwa Bro dilbert tidak sepaham dengan Sang Buddha (Buddhisme) untuk kali ini. Simpel kan? ;D
Pelacur bukan tercela, namun tetap pekerjaan yang mengharuskan seorang wanita berpeluh-keringat bersama dengan pria (semenjijikan apapun customer-nya). Itu pekerjaan yang "memuakkan" bukan? Sama seperti pekerjaan kuli bangunan yang begitu memuakkannya karena harus mengotori badan dengan semen, penuh luka dan menghadapi panas, dingin dan ketinggian.
menikah dengan pelacur ? atau menikah dengan mantan pelacur (artinya setelah menikah, tidak menggeluti pekerjaan tersebut) ?
Kalau memang istri-nya mantan pelacur yang sudah berhenti dari profesi, dan sekarang melakukan aktivitas lain, menurut saya sangat baik sekali. kan profesi-nya yang tercela, kalau sudah tidak dilakukan profesi-nya, tentu-nya orang-nya sekarang ini tidak melakukan hal yang tercela.
Soal seorang sotapanna yang tidak meninggalkan pekerjaan sebagai seorang pelacur... bukan-kah kisah Sirima... bisa-kah diquote-kan 2 kisah Sirima yang ada di Atthakatha... dan apakah ada pernyataan eksplisit bahwa Sirima belum meninggalkan profesi sebagai seorang Pelacur setelah Sirima mencapai Sotapanna ?
Soal kepustakaan Tipitaka dan Atthakattha, saya tidak hafal, Bro. Saya jawab secara fair saja kalau saya tidak bisa meng-quote referensinya.
Kisah Kehidupan Lampau Theri Ambhapali -- yang berkaitan dengan kelahiran sebagai pelacur...
Pada waktu jaman Buddha Sikhi, Ambhapali terlahir dan menjadi seorang bikkhuni. Suatu malam jalan2 mengelilingi sebuah pagoda. Tiba2 dia menginjak dahak ludah seseorang dan dia spontan berkata, "Pelacur manakah yg meludah ini?". Dia gak tau bhw yg meludah adl seorg arahat tua, yg secara tak sengaja mengeluarkan dahaknya pas bersin.
Walau pun tak ada seorang pun yg memperhatikan ucapannya ini ternyata berdampak menjadi sebuah perbuatan karma buruk yg serius. Akibat perkataannya ini, ia terlahir di neraka selama beribu2 tahun dan menjalani 10.000 kehidupan sebagai pelacur.
---
Jika pelacur merupakan pekerjaan yang mulia, terhormat dan tidak tercela, apakah Ambhapali dapat dikatakan memetik buah kamma buruk akibat mengumpat seorang ARAHAT ? dan setidaknya jika pada SAAT JAMAN BUDDHA SIKKHI TERSEBUT profesi pelacur itu profesi terhormat, JADI MENGHERANKAN bahwa Seorang Ambhapali (pada waktu itu) MEMAKI ORANG dengan istilah profesi terhormat. ?
[at] Bro dilbert
Saya lihat ini ada dua orang bernama Sirima di sini. Sama seperti ada kisah lain dimana ada dua orang bernama Bahiya, dua (atau tiga orang di Tipitaka) bernama Upali, beberapa orang dengan nama panggilan Kassapa, dan sebagainya. Saya sendiri tidak ingat jelas apakah Kisah Sirima ini yang dikatakan sebagai "Sotapanna berprofesi sebagai pelacur". Tapi jika dua kisah di atas yang menjadi referensi, di sana memang tidak dijelaskan bahwa Sirima adalah Sotapanna yang tetap menjadi pelacur.
Kisah Kehidupan Lampau Theri Ambhapali -- yang berkaitan dengan kelahiran sebagai pelacur...
Pada waktu jaman Buddha Sikhi, Ambhapali terlahir dan menjadi seorang bikkhuni. Suatu malam jalan2 mengelilingi sebuah pagoda. Tiba2 dia menginjak dahak ludah seseorang dan dia spontan berkata, "Pelacur manakah yg meludah ini?". Dia gak tau bhw yg meludah adl seorg arahat tua, yg secara tak sengaja mengeluarkan dahaknya pas bersin.
Walau pun tak ada seorang pun yg memperhatikan ucapannya ini ternyata berdampak menjadi sebuah perbuatan karma buruk yg serius. Akibat perkataannya ini, ia terlahir di neraka selama beribu2 tahun dan menjalani 10.000 kehidupan sebagai pelacur.
---
Jika pelacur merupakan pekerjaan yang mulia, terhormat dan tidak tercela, apakah Ambhapali dapat dikatakan memetik buah kamma buruk akibat mengumpat seorang ARAHAT ? dan setidaknya jika pada SAAT JAMAN BUDDHA SIKKHI TERSEBUT profesi pelacur itu profesi terhormat, JADI MENGHERANKAN bahwa Seorang Ambhapali (pada waktu itu) MEMAKI ORANG dengan istilah profesi terhormat. ?
dari cerita diatas, tidak ada satupun yang menjelaskan bahwa pekerjaan pelacur itu tercela, dan sang buddha pun tidak mengatakan jika pelacur itu tercela. _/\_
jadi bagaimana kita harus mengambil sikap, apakah menganggap profesi pelacur itu tercela atau tidak?
1. Sirimā Thera. He was born in the family of a householder of Sāvatthi and was called Sirimā on account of the unfailing success of his family. His younger brother was Sirivaddha. They were both present when the
Buddha accepted Jetavana, and, struck by his majesty, they entered the Order. Sirivaddha, though possessed of no special attainments, received great honour from the laity and recluses, but Sirimā was little honoured. Nevertheless, exercising calm and insight, he soon won arahantship. Ordinary monks and novices continued to disparage him, and the Thera had to blame them for their faulty judgment. Sirivaddha, agitated by this, himself became an arahant.
In the time of Padumuttara Buddha, before the Buddha’s appearance in the world, Sirimā was an ascetic, named Devala, with a large following, and, having learnt the power of the Buddha through a study of the science of prognostication, he built a sand thūpa, to which he paid homage in the name of past Buddhas. The Buddha was born in the world, his birth being accompanied by various omens. The ascetic showed these to his pupils, and, having made them eager to see the Buddha, died, and was reborn in the Brahma world. Later, he appeared before them, inspiring them to greater exertions (Thag.vss. 159-60; ThagA.i.279f).
He is evidently identical with Pulinuppādaka Thera of the Apadāna. Ap.ii.426.
2. Sirimā. Mother of Sumana Buddha. Her husband was Sudatta. Bu.v.21; J.i.34.
3. Sirimā. Mother of Phussa Buddha and wife of Jayasena. Bu.xix.14; J.i.41.
4. Sirimā. A lay woman, one of the chief patrons of Revata Buddha. Bu.vi.23.
5. Sirimā. Wife of Anomadassī Buddha before his renunciation. Bu.viii.19.
6. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Sumedha Buddha. Bu.xii.25.
7. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Dipankara Buddha. Bu.ii.215.
8. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Vipassī Buddha. Bu.xx.30.
9. Sirimā. One of the chief lay women supporters of Vessabhū Buddha. Bu.xxii.25.
10. Sirimā. One of the palaces occupied by Vipassī Buddha in his last lay life. Bu.xx.24.
11. Sirimā. One of the palaces occupied by Mangala Buddha in his last lay life. BuA.116.
12. Sirimā. A courtesan of Rājagaha and younger sister of Jīvaka. She was once employed by Uttarā (Nandamātā) to take her place with her husband (Sumana) while Uttarā herself went away in order to indulge in acts of piety. During this time Sirimā tried to injure Uttarā, on account of a misunderstanding, but on realizing her error, she begged forgiveness both of Uttarā, and, at the latter’s suggestion, of the Buddha. (The details of this incident are given Uttarā Nandamātā.) At the conclusion of a sermon preached by the Buddha in Uttarā’s house, Sirimā became a sotāpanna. From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house.
A monk in a monastery, three leagues away, having heard of the excellence of Sirimā’s alms and of her extraordinary beauty from a visiting monk, decided to go and see her. Having obtained a ticket for alms, he went to her house, but Sirimā was ill, and her attendants looked after the monks. When the meal had been served she was brought into the dining hall to pay her respects to the monks. The lustful monk at once fell in love with her and was unable to eat. That same day Sirimā died. The Buddha gave instructions that her body should not be burnt, but laid in the charnel ground, protected from birds and beasts. When putrefaction had set in, the king proclaimed that all citizens, on penalty of a fine, should gaze on Sirimā’s body. The Buddha, too, went with the monks, the lustful monk accompanying them. The Buddha made the king proclaim, with beating of the drum, that anyone who would pay a thousand could have Sirimā’s body. There was no response. The price was gradually lowered to one eighth of a penny. Yet no one came forward, even when the body was offered for nothing. The Buddha addressed the monks, pointing out how even those who would have paid one thousand to spend a single night with Sirimā would not now take her as a gift. Such was the passing nature of beauty. The lustful monk became a sotāpanna (DhA.iii.104f.; VvA.74ff).
Buddhaghosa says (SNA.i.244f, 253f ) that Sirimā was Sālavati’s daughter, and succeeded to her mother’s position as courtezan. After death, Sirimā was born in the Yāma world as the wife of Suyāma. When the Buddha was speaking to the monks at her cremation, she visited the spot with five hundred chariots. Janapadakalyānī Nandā, who at that time was also a nun, was present, and when the Buddha preached the Kāyavicchandanika Sutta (q.v.) she became an arahant, while Sirimā became an anāgāmī.
The Vimānavatthu (pp.78f., 86) gives the same story, adding that Vangīsa was also present at the preaching of the sermon, and, having obtained the Buddha’s permission, questioned Sirimā and made her reveal her identity. Here Sirimā is said to have been born in the Nimmānarati-world, and no mention is made of her becoming an anāgāmī; while the lustful monk is said to have become an arahant. Sirimā is mentioned in a list of eminent upāsikās (A.iv.347; AA.ii.791). Eighty four thousand persons realized the truth after listening to the Buddha’s preaching at the cremation of Sirimā. Mil.350.
apakah pelacur adalah profesi yg hina atau mulia tidak dapat ditentukan dari konteks di atas. jika dikaitkan dengan seorang bhikkhuni tentu saja profesi pelacur adalah hina sehina2nya.
dalam suatu perdebatan antara dua orang petapa, salah satunya mengucapkan kutukan, "semoga engkau memiliki keturunan sebanyak pasir di pantai.", bagi orang awam, kata2 itu adalah blessing, dan kita akan gembira mendengarkan blessing tersebut. tapi berbeda bagi para petapa karena petapa tidak menikah dan menjalani hidup selibat, memiliki keturunan 1 saja sudah merupakan bukti kejatuhan apalah keturunan sebanyak pasir di pantai.
Kisah Sirima memang lebih kuat "aroma" untuk menjustifikasi profesi pelacur yang bahkan dilakon-i oleh seorang sotapanna...
Coba analisa kisah Ambhapali... akan jelas bahwa Ambhapali itu memetik buah kamma buruk dan terlahir sebagai seorang pelacur... PENEGASANNYA adalah kamma buruk sebagai pelacur...
Kalau saya melihat, mungkin pada terjemahan atau esensi penulisan yang berbeda gaya-nya... Saya walaupun tidak melakukan studi mendalam apakah kedua SIRIMA di kisah Atthakatha itu sama, tetapi feeling saya mengatakan kedua SIRIMA itu adalah orang yang sama...
Hanya saja, gaya penulisan di kisah kedua menjadi sedikit berbeda ketika penegasan SIRIMA sebagai pelacur di kisah kedua hanya untuk menegaskan saja SIRIMA pernah menjadi seorang pelacur. tetapi sudah tidak menjalani profesi-nya sebagai seorang pelacur.
Sedangkan di kisah pertama, detail cerita lebih lengkap, sehingga memang bisa dipastikan SIRIMA pada kisah pertama melakukan profesi sebagai seorang PELACUR yang bahkan bisa menggantikan peran seorang istri (Uttara).
Kalau "telaah" saya, di kisah ke-2, Sirima Sang Sotapanna adalah mantan pelacur yang sudah meninggalkan profesi pelacur-nya. CMIIW...
Bukan saya ngotot mengatakan bahwa Sirima di kisah ke-dua sudah "mantan" pelacur, tetapi logis pikiran saya masih belum bisa "jalan" bahkan pada seorang sotapanna yang sudah dikonfirmasi oleh seorang sammasambuddha masih melakukan pekerjaan seperti itu. TETAPI BISA SAJA SAYA SALAH.
Mungkin ada analisa dari rekan rekan yang lain... Sekali lagi, saya tendensi-nya tidak untuk ngotot mengatakan bahwa seorang sotapanna tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai pelacur...
ada 12 Sirima dalam Pali Kanon.
Kisah Sirima memang lebih kuat "aroma" untuk menjustifikasi profesi pelacur yang bahkan dilakon-i oleh seorang sotapanna...
Coba analisa kisah Ambhapali... akan jelas bahwa Ambhapali itu memetik buah kamma buruk dan terlahir sebagai seorang pelacur... PENEGASANNYA adalah kamma buruk sebagai pelacur...
sepertinya saya harus setuju dengan Bro Dilbert, dalam DPPN tertulis mengenai Ambapali
"The Apadāna (quoted also in ThigA) gives some more details about her. She had been a daughter of a Khattiya family in the time of Phussa Buddha and had done many good deeds in order to be beautiful in later births. As a result of the abuse of the nun (referred to above) she had been born in hell and later had, for ten thousand lives, been a courtesan. In Kassapa Buddha’s time she had practised celibacy (Ap.ii.613ff. ; ThigA.213f)."
12. Sirimā. A courtesan of Rājagaha and younger sister of Jīvaka. She was once employed by Uttarā (Nandamātā) to take her place with her husband (Sumana) while Uttarā herself went away in order to indulge in acts of piety. During this time Sirimā tried to injure Uttarā, on account of a misunderstanding, but on realizing her error, she begged forgiveness both of Uttarā, and, at the latter’s suggestion, of the Buddha. (The details of this incident are given Uttarā Nandamātā.) At the conclusion of a sermon preached by the Buddha in Uttarā’s house, Sirimā became a sotāpanna. From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house.
sepertinya saya harus setuju dengan Bro Dilbert, dalam DPPN tertulis mengenai Ambapali
"The Apadāna (quoted also in ThigA) gives some more details about her. She had been a daughter of a Khattiya family in the time of Phussa Buddha and had done many good deeds in order to be beautiful in later births. As a result of the abuse of the nun (referred to above) she had been born in hell and later had, for ten thousand lives, been a courtesan. In Kassapa Buddha’s time she had practised celibacy (Ap.ii.613ff. ; ThigA.213f)."
Saya setuju kalau memaki seseorang sebagai pelacur adalah perbuatan tercela. Namun jika kisahnya sesederhana di atas, betapa menyeramkannya dunia ini. Ambhapali sudah menjadi korban karena mengumpat ludah (tidak tahu ludah siapa?) seorang Bhikkhuni Arahanta. Itu artinya, setiap "umpatan" kita yang lain, misalnya:
- gambar siapa nih, jelek amat
- mobil sapa nih, butut amat
- hape sapa nih, eror mulu
Mungkin akan ada sketsa menyeramkan yang lain. :))
perhatikan fakta dari quote di atas
1. Sirima ini was employed bu Uttarā
2. During this time Sirimā tried to injure Uttarā.
3. At the conclusion of a sermon preached by the Buddha in Uttarā’s house, Sirimā became a sotāpanna
4. From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house.
4 ciri ini terdapat dalam kedua Dhammapada Atthakatha di atas, jadi sepertinya cukup kuat untuk berkeseimpulan bahwa kedua Sirima itu adalah orang yg sama
Saya melihat itu dua orang yang berbeda. Seandainya kedua Sirima itu sama, memang secara implisit Sang Buddha menjelaskan bahwa Sirima si pelacur (udah Sotapanna dong?!) itu sudah meninggal. Jika Bro dilbert meyakini kalau itu Sirima yang sama, maka ini menjadi pukulan telak. Kejujuran Bro dilbert yang menyatakan kalau "Bro dilbert masih belum bisa berpikir logis bahwa Sotapanna meninggal dunia dengan status sebagai pelacur" itu sangat saya hargai. Amat wajar hal itu Bro dilbert alami. Saya juga pernah mendapat pertentangan itu. Namun saya sudah tidak lagi terjebak di dalamnya.
Sedangkan menurut saya, itu adalah dua orang Sirima yang berbeda.
hanya jika objeknya adalah Arahant, kalau putthujjhana mungkin efeknya lebih enteng
Tapi dari Quote sdr. Indra... kelihatannya dari kedua kisah, itu merupakan SIRIMA yang sama... tetapi berbeda konteks-nya ketika di-sambung cerita-nya...
-----
12. Sirimā. A courtesan of Rājagaha and younger sister of Jīvaka. She was once employed by Uttarā (Nandamātā) to take her place with her husband (Sumana) while Uttarā herself went away in order to indulge in acts of piety. During this time Sirimā tried to injure Uttarā, on account of a misunderstanding, but on realizing her error, she begged forgiveness both of Uttarā, and, at the latter’s suggestion, of the Buddha. (The details of this incident are given Uttarā Nandamātā.) At the conclusion of a sermon preached by the Buddha in Uttarā’s house, Sirimā became a sotāpanna. From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house.
A monk in a monastery, three leagues away, having heard of the excellence of Sirimā’s alms and of her extraordinary beauty from a visiting monk, decided to go and see her. Having obtained a ticket for alms, he went to her house, but Sirimā was ill, and her attendants looked after the monks. When the meal had been served she was brought into the dining hall to pay her respects to the monks. The lustful monk at once fell in love with her and was unable to eat. That same day Sirimā died. The Buddha gave instructions that her body should not be burnt, but laid in the charnel ground, protected from birds and beasts. When putrefaction had set in, the king proclaimed that all citizens, on penalty of a fine, should gaze on Sirimā’s body. The Buddha, too, went with the monks, the lustful monk accompanying them. The Buddha made the king proclaim, with beating of the drum, that anyone who would pay a thousand could have Sirimā’s body. There was no response. The price was gradually lowered to one eighth of a penny. Yet no one came forward, even when the body was offered for nothing. The Buddha addressed the monks, pointing out how even those who would have paid one thousand to spend a single night with Sirimā would not now take her as a gift. Such was the passing nature of beauty. The lustful monk became a sotāpanna (DhA.iii.104f.; VvA.74ff).
Buddhaghosa says (SNA.i.244f, 253f ) that Sirimā was Sālavati’s daughter, and succeeded to her mother’s position as courtezan. After death, Sirimā was born in the Yāma world as the wife of Suyāma. When the Buddha was speaking to the monks at her cremation, she visited the spot with five hundred chariots. Janapadakalyānī Nandā, who at that time was also a nun, was present, and when the Buddha preached the Kāyavicchandanika Sutta (q.v.) she became an arahant, while Sirimā became an anāgāmī.
The Vimānavatthu (pp.78f., 86) gives the same story, adding that Vangīsa was also present at the preaching of the sermon, and, having obtained the Buddha’s permission, questioned Sirimā and made her reveal her identity. Here Sirimā is said to have been born in the Nimmānarati-world, and no mention is made of her becoming an anāgāmī; while the lustful monk is said to have become an arahant. Sirimā is mentioned in a list of eminent upāsikās (A.iv.347; AA.ii.791). Eighty four thousand persons realized the truth after listening to the Buddha’s preaching at the cremation of Sirimā. Mil.350.
----
kelihatnnya memang feeling saya benar, bahwa gaya penulisan dari kedua atthaktha yang tidak nyambung itu, kata-kata PELACUR di kisah ke-2 adalah untuk menyatakan bahwa SIRIMA (mantan pelacur)...
sedangkan dari kutipan bro indra, kelihatannya tidak ada jeda, dan dari kata-kata From that day onwards she gave alms daily to eight monks in her house. -- menyirat-kan bahwa Sirima setelah mencapai sotapanna itu sudah melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya.
Baguslah, saya masih bisa memakai "umpatan" untuk membuat humor.
Jika turunan itu berarti sang ibu sebelum hamil sudah mengidap HIV. Dan sampai saat ini, saya belum menemukan berita bahwa anak yang mendapat HIV turunan berumur panjang. Atau bro bisa carikan informasinya? Jadi jika dia tidak berumur panjang, saya pikir tidak akan cukup waktu menjadi gadis perawan.Kemarin ini saya diceritakan sekilas tentang anak berumur 12 tahun yang mendapatkan HIV dari orang tuanya. Orang dengan HIV positif tidak langsung menderita AIDS, tapi berangsur sampai T-cell-nya menurun di bawah level kritis. Waktu antara didapatnya HIV sampai terjadi AIDS juga dipengaruhi banyak faktor.
Yang bro sebut awal itu mall bukan sales. Dan orang yang suka shopping itu umumnya di mall bukan sales yang menjajakan barang. ;DMemang awalnya saya bilang barang, tapi karena sis bilang ga ada kesadaran, jadi saya pakai contoh yang pakai kesadaran. Nah, yang di mall juga mengajak dan memikat konsumen kok. "Boleh, kak, tasnya! Lagi diskon lho..." Maka luruhlah iman wanita yang mendengar. ;D
Apakah pelacur tidak mempertimbangkan ekonomi yang membeli? Saya rasa mereka menilai dari penampilan si pembeli. Makin berduit mereka makin senang, karena bisa dapat bayaran lebih dari pada biasanya. Apalagi jika punya kesempatan untuk menikah dengan jaminan masa depan.Dapat klien berduit, yang senang bukan cuma pelacur. Pelayan restoran pun senang kalau dapat tips. Ini masih tidak berhubungan dengan profesi pelacurnya.
Sungguh kamma baik bagi wanita yang mendapatkan bro sebagai suami ^:)^ ;DCampur2lah 1 paket, ga mungkin baik semua atau buruk semua. ;D
Ok,kita balik lagi. Tulisan yang di bold, itu hanya bagi orang yang memahami. Terutama yang mengerti Buddhisme. Dan pemeluk Buddhisme yang LDM-nya sudah tidak terlalu tebal. Tapi saya melihat dari sudut pandang orang awam. Karena sesuai postingan bro sebelumnya, bro ingin tahu dari mana asalnya profesi pelacur dianggap hina. Karena yang mengatakan hina adalah pendapat umum. Jadi saya menjawab secara umum.Betul, namun itu tetap suatu pendapat umum pada satu tempat dan pada satu waktu, sesuai tradisi & kebudayaan tertentu. Sewaktu saya belajar psikologi tentang moral, memang suatu nilai tidak di-over-simplify menurut satu kebudayaan, tetapi mencakup seluruh kebudayaan yang ada dan yang pernah ada, tidak peduli betapa kecilnya masyarakat tersebut.
Kalau secara Buddhisme benar seperti yang bro katakan.Objek itu netral. Kita yang harus mengendalikan indera,harus menjaga pintu indera. Orang bijaksana akan menjauhi segala prostitusi, segala yang memabukkan, segala tari-tarian dll. Yang cuma akan membuat kemelekatan menjadi lebih tebal. Bukankah begitu?Ya, begitu. Walaupun saya katakan tidak hina, bukan berarti bukan kemelekatan dan tidak 'berbahaya'.
Kalau melihat jawaban bro, berarti bro bukan pemakai jasa pelacur. Bro, moral pelacur jaman sang Buddha tidak sama dengan moral pelacur zaman sekarang.Kalau kita bahas satu hal, tentu kita bahas yang ideal. Misalnya kita bahas dewan perwakilan rakyat, tentu kita bahas dewan yang menjalankan fungsinya dengan benar, jangan pakai contoh DPR kita 'tercinta'. ;D Rusaklah semua.
Moral pelacur sekarang umumnya hanya memikirkan bagaimana mereka mendapatkan uang dengan mudah. Bisa melepaskan kepuasan inderawi dengan mudah. Walaupun dengan cara merebut suami orang.
Tahukah bro, dari mana saya bisa berkata begini? Bukan dari teori tapi juga saya alami sendiri. Bagaimana keluarga kami menjadi berantakan karena seorang pelacur. Ayah saya menikahi seorang pelacur dan membiarkan semua anaknya terlantar. Dan hebatnya setelah dia mulai sakit-sakitan dan tidak punya uang, maka pelacur yang menjadi istrinya menendang dia.Turut berkaruna citta.
tidak ada jaminan 100% aman juga, seorang ariya tidak memproklamirkan dirinya, jadi anda tidak mungkin tahu siapa ariya dan siapa putthujjana. ada sedikit kemungkinan anda tidak aman
Saya setuju kalau memaki seseorang sebagai pelacur adalah perbuatan tercela. Namun jika kisahnya sesederhana di atas, betapa menyeramkannya dunia ini. Ambhapali sudah menjadi korban karena mengumpat ludah (tidak tahu ludah siapa?) seorang Bhikkhuni Arahanta. Itu artinya, setiap "umpatan" kita yang lain, misalnya:
- gambar siapa nih, jelek amat
- mobil sapa nih, butut amat
- hape sapa nih, eror mulu
Mungkin akan ada sketsa menyeramkan yang lain. :))
tidak ada jaminan 100% aman juga, seorang ariya tidak memproklamirkan dirinya, jadi anda tidak mungkin tahu siapa ariya dan siapa putthujjana. ada sedikit kemungkinan anda tidak aman
Kemungkinan aman tetap ada. Sebab ketika seseorang menjadi Ariya, ada kemungkinan efek dari umpatan itu akan ahosi dengan sendirinya.
Kemungkinan aman tetap ada. Sebab ketika seseorang menjadi Ariya, ada kemungkinan efek dari umpatan itu akan ahosi dengan sendirinya.
ramai sekali penonton di thread ini? apakah ada pelacur atau penggemar pelacur di antara penonton?adanya mantan pelacur bro :)) :))
ramai sekali penonton di thread ini? apakah ada pelacur atau penggemar pelacur di antara penonton?
[at] Bro dilbertSalah, itu bukan 2 orang yang bernama sirima. Tapi 1 orang.Saya pernah membaca ini di RAPB buku ke 2 hal 1680.
Saya lihat ini ada dua orang bernama Sirima di sini. Sama seperti ada kisah lain dimana ada dua orang bernama Bahiya, dua (atau tiga orang di Tipitaka) bernama Upali, beberapa orang dengan nama panggilan Kassapa, dan sebagainya. Saya sendiri tidak ingat jelas apakah Kisah Sirima ini yang dikatakan sebagai "Sotapanna berprofesi sebagai pelacur". Tapi jika dua kisah di atas yang menjadi referensi, di sana memang tidak dijelaskan bahwa Sirima adalah Sotapanna yang tetap menjadi pelacur.
Kemarin ini saya diceritakan sekilas tentang anak berumur 12 tahun yang mendapatkan HIV dari orang tuanya. Orang dengan HIV positif tidak langsung menderita AIDS, tapi berangsur sampai T-cell-nya menurun di bawah level kritis. Waktu antara didapatnya HIV sampai terjadi AIDS juga dipengaruhi banyak faktor.Info-nya tidak akurat.
Memang awalnya saya bilang barang, tapi karena sis bilang ga ada kesadaran, jadi saya pakai contoh yang pakai kesadaran. Nah, yang di mall juga mengajak dan memikat konsumen kok. "Boleh, kak, tasnya! Lagi diskon lho..." Maka luruhlah iman wanita yang mendengar. ;DCoba survei ke mall, apakah sering kejadian seperti itu? Namanya orang shopping itu cuci mata.Makin banyak yang dilihat makin banyak yang dibeli.
Dapat klien berduit, yang senang bukan cuma pelacur. Pelayan restoran pun senang kalau dapat tips. Ini masih tidak berhubungan dengan profesi pelacurnya.Dengan perkataan bro ini berarti pelacur juga menilai ekonomi pelanggan kan?
Kalau soal menggaet pria jadi suami, saya pikir juga bukan bagian dari prostitusi itu sendiri, sebagaimana pria mencari pelacur juga untuk kesenangan seksual, bukan cari istri. Jika memang kemudian ada yang 'main perasaan' dan entah bagaimana jadi pasangan, itu bukanlah bagian dari prostitusi. Sama juga kalau cowok beli baju, dilayani dengan SPG cantik, saling suka, kenalan dan jadi suami istri. Tidak bisa dibilang SPG itu pekerjaan menggaet pria.Peluang dan kesempatan lebih besar dan lebih sering terjadi dalam bidang prostitusi bukan bidang lainnya. Baik dalam hal penyakit, maupun hal pemicu kerusakan rumah tangga.
Betul, namun itu tetap suatu pendapat umum pada satu tempat dan pada satu waktu, sesuai tradisi & kebudayaan tertentu. Sewaktu saya belajar psikologi tentang moral, memang suatu nilai tidak di-over-simplify menurut satu kebudayaan, tetapi mencakup seluruh kebudayaan yang ada dan yang pernah ada, tidak peduli betapa kecilnya masyarakat tersebut.Dan tidak semua orang belajar psikologi.
Kalau kita bahas satu hal, tentu kita bahas yang ideal. Misalnya kita bahas dewan perwakilan rakyat, tentu kita bahas dewan yang menjalankan fungsinya dengan benar, jangan pakai contoh DPR kita 'tercinta'. ;D Rusaklah semua.Jika contoh-nya DPR, zaman doeloe ketika DPR baru diberdirikan sebagai perwakilan rakyat.Dewan orang yang menjadi teladan karena membela kepentingan rakyat. Yang berpikir bagaimana rakyat bisa semakin maju. Kalau sekarang???
hanya jika objeknya adalah Arahant, kalau putthujjhana mungkin efeknya lebih entengmenghina buda hidup sebagai badut, tar kelahiran selanjutnya jadi badut =))
Info-nya tidak akurat.Ya, kurang akurat. Saya coba beri sumber lain:
Coba survei ke mall, apakah sering kejadian seperti itu? Namanya orang shopping itu cuci mata.Makin banyak yang dilihat makin banyak yang dibeli.Ya sering, mudah sekali dilihat kalau sedang ada 'bak diskon'.
Dengan perkataan bro ini berarti pelacur juga menilai ekonomi pelanggan kan?Tidak. Mereka punya harga sendiri, tidak peduli apakah orang datang dengan duit hutang atau duit sendiri, punya duit, dilayani. Yang saya maksudkan adalah semua orang senang kalau dapat tips, bukan hanya pelacur.
Peluang dan kesempatan lebih besar dan lebih sering terjadi dalam bidang prostitusi bukan bidang lainnya. Baik dalam hal penyakit, maupun hal pemicu kerusakan rumah tangga.Walaupun mungkin hal tersebut umum, tapi tetap bukan bagian dari prostitusi. Penggunaan narkoba atau perdagangan manusia juga terkait lumayan dekat dengan prostitusi, namun yang kita bahas adalah prostitusi, bukan prostitusi dengan narkoba atau pelacur hasil perdagangan manusia, ataupun prostitusi yang kebetulan merusak rumah tangga.
Dan tidak semua orang belajar psikologi.Jadi maksudnya kita menyederhanakan dan hanya dari sudut pandang satu budaya? Di budaya tertentu, sebatas tuduhan perzinahan bisa menyebabkan wanita dirajam sampai mati, dan menurut budaya tersebut, itu adalah perbuatan benar. Jika demikian pembahasannya, saya tidak bahas lebih jauh.
Jika contoh-nya DPR, zaman doeloe ketika DPR baru diberdirikan sebagai perwakilan rakyat.Dewan orang yang menjadi teladan karena membela kepentingan rakyat. Yang berpikir bagaimana rakyat bisa semakin maju. Kalau sekarang???Suatu saat, sangha akan degradasi dan hanya berisi gundul-gundul tak bermoral. Seandainya saya di zaman itu dan membahas seperti apa yang kita bahas sekarang, maka saya akan tetap mengatakan 'profesi' bhikkhu adalah penjunjung tinggi moralitas walaupun 'bhikkhu' pada jaman tersebut hanyalah gundul immoral semua, sebab yang saya bahas adalah 'profesi'-nya, bukan individunya. Demikian pula yang tadinya hendak saya bahas di sini adalah profesi prostitusinya, bukan sifat pelacurnya yang bervariasi secara subjektif.
Berlomba-lomba menjadi anggota DPR untuk korupsi, mendapatkan tender dll. Apakah fungsinya masih sama?
Apa beda dengan pelacuran? Pelacuran jaman dulu untuk hiburan dan sekedar jasa. Mereka ada yang menghibur dengan bernyanyi,menari,diajak diskusi bukan sekedar seks semata. Bukan seperti pelacuran jaman sekarang.
Jadi apa pandangan bro tentang profesi prostitusi?
Suatu saat, sangha akan degradasi dan hanya berisi gundul-gundul tak bermoral. Seandainya saya di zaman itu dan membahas seperti apa yang kita bahas sekarang, maka saya akan tetap mengatakan 'profesi' bhikkhu adalah penjunjung tinggi moralitas walaupun 'bhikkhu' pada jaman tersebut hanyalah gundul immoral semua, sebab yang saya bahas adalah 'profesi'-nya, bukan individunya. Demikian pula yang tadinya hendak saya bahas di sini adalah profesi prostitusinya, bukan sifat pelacurnya yang bervariasi secara subjektif.
Jadi apa pandangan bro tentang profesi prostitusi?Dari sisi mana? Kalau dari sisi dhamma, menurut saya, prostitusi semata-mata menawarkan jasa seksual demi uang. Pekerjaan ini dari sudut pandang moralitas adalah netral, karena kunci pelanggaran sila atau tidak terletak pada konsumennya, bukan pelacurnya.
Dari sisi mana? Kalau dari sisi dhamma, menurut saya, prostitusi semata-mata menawarkan jasa seksual demi uang. Pekerjaan ini dari sudut pandang moralitas adalah netral, karena kunci pelanggaran sila atau tidak terletak pada konsumennya, bukan pelacurnya.Dari sisi dhamma sudah. Sekarang yang saya ingin tahu dari sisi umum, dari sisi psikologi, dari sisi si pelaku, dari sisi kesehatan. Pokoknya dari berbagai sisi yang bro lihat dan yang bro bisa.
Dari sisi mana? Kalau dari sisi dhamma, menurut saya, prostitusi semata-mata menawarkan jasa seksual demi uang. Pekerjaan ini dari sudut pandang moralitas adalah netral, karena kunci pelanggaran sila atau tidak terletak pada konsumennya, bukan pelacurnya.
Dari sisi mana? Kalau dari sisi dhamma, menurut saya, prostitusi semata-mata menawarkan jasa seksual demi uang. Pekerjaan ini dari sudut pandang moralitas adalah netral, karena kunci pelanggaran sila atau tidak terletak pada konsumennya, bukan pelacurnya.
Dari sisi mana? Kalau dari sisi dhamma, menurut saya, prostitusi semata-mata menawarkan jasa seksual demi uang. Pekerjaan ini dari sudut pandang moralitas adalah netral, karena kunci pelanggaran sila atau tidak terletak pada konsumennya, bukan pelacurnya.belum tentu kk...prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar.
Dari sisi dhamma sudah. Sekarang yang saya ingin tahu dari sisi umum, dari sisi psikologi, dari sisi si pelaku, dari sisi kesehatan. Pokoknya dari berbagai sisi yang bro lihat dan yang bro bisa.
bukannya dari sisi umum dan sisi psikologi sudah juga ,? apa lagi dari sisi kesehatan. kalau sis mau dari berbagai sisi yang kita bisa ,sama juga sis tidak ingin menerima apa yg kita bicarakan dan apa alasan yang kita kemukakan.Bagaimana bro bisa berpendapat seperti tulisan merah diatas? Saya bertanya pada bro kainyn dengan berbagai sudut pandang, bukan berarti seperti yang anda pikirkan.
mengenai odha coba anda baca ini http://mishbahulmunir.wordpress.com/2011/03/30/surat-untuk-menkominfo-tifatul-sembiring-dari-melanie-subono-soal-odha/
_/\_
Suatu profesi yang "baik" sesuai nilai kita tentu-nya profesi yang bisa kita dorong untuk terus di-karya-kan...
Saya agak furious dengan mis : ada anak kita atau saudara kita yang berminat berprofesi sebagai pelacur.
Sikap kita pada waktu itu-lah menggambarkan bagaimana "penerimaan" kita terhadap profesi pelacur itu ?
Dari sisi dhamma sudah. Sekarang yang saya ingin tahu dari sisi umum, dari sisi psikologi, dari sisi si pelaku, dari sisi kesehatan. Pokoknya dari berbagai sisi yang bro lihat dan yang bro bisa.dari penekanan kata itu sis, coba sis baca dari awal , baik dari sisi dharma , sisi umum dan sisi psikologi , dari sisi pelaku dan sisi kesehatan sudah ada semua, dan saya minta maaf jika saya keliru _/\_
dari penekanan kata itu sis, coba sis baca dari awal , baik dari sisi dharma , sisi umum dan sisi psikologi , dari sisi pelaku dan sisi kesehatan sudah ada semua, dan saya minta maaf jika saya keliru _/\_Saya belum melihat postingan bro kainyn dari sisi lain.Hanya dari sisi dhamma. Makanya saya bertanya.
Saya belum melihat postingan bro kainyn dari sisi lain.Hanya dari sisi dhamma. Makanya saya bertanya.
belum tentu kk...prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar.bagaimana kalau ditetapkan seperti aturan makan daging
FAKTOR :
1. Ada objek yang tidak patut di gauli
2. Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi objek tersebut
3. Berpikir untuk menyetubuhi
4. Berusaha untuk menyetubui
5. Berhasil Menyetubuhi melalui usaha tersebut
Betul sekali bahwa semua diskusi bukan hanya dari bro kainyn semata. Dan apakah dengan pernyataan itu berarti, dalam diskusi kita tidak boleh bertanya pendapat 1 individu?
jawaban dari semua diskusi ini tidak hanya harus dari bro kainyn semata, tapi banyak dari member lain yang memberikan jawaban dengan pendapat mereka masing2, coba anda baca dari awal topik hingga akhir, semoga anda menemukan apa yang ingin anda ketahui termasuk dari sisi pelaku _/\_
Betul sekali bahwa semua diskusi bukan hanya dari bro kainyn semata. Dan apakah dengan pernyataan itu berarti, dalam diskusi kita tidak boleh bertanya pendapat 1 individu?
Dan pikiran anda sendiri yang menganggap bahwa saya tidak membaca dari awal. Sekarang jika saya katakan saya pernah membaca postingan anda, bagaimana jika dalam keadaan tidak punya apa-apa sehingga menjadi gigolo. Apakah itu menunjukkan saya sudah membaca dari awal?
Dari sisi dhamma sudah. Sekarang yang saya ingin tahu dari sisi umum, dari sisi psikologi, dari sisi si pelaku, dari sisi kesehatan. Pokoknya dari berbagai sisi yang bro lihat dan yang bro bisa.Kalau dari sisi umum, tentu kembali lagi pada budaya tempat kita tinggal. Kalau di masyarakat sini, pola pikirnya masih sangat terpengaruh dengan agama mayoritas (yang berdasarkan budaya lain, bukan budaya Indonesia) yang menganggap pelacur adalah kotor/hina.
jikaIni bukannya pernah dibahas? Kalau saya sedang atthasila, sore-sore tidak tahan pesan dan makan 'panggang babi', yang melanggar sila yah saya sendiri, kenapa pedagangnya harus dibilang melanggar sila?
kok konsumen-nya pelanggaran sila, sedangkan premis-nya pelacur-nya tidak melanggar sila ?
belum tentu kk...prostitusi tidak melanggar sila ketiga, selama syarat2 yang disebutkan di Tipitaka atau kitab-kitab komentar tidak dilanggar.Ya, betul. Objeknya kita sudah pernah bahas, saya pikir tidak perlu pembahasan ulang.
FAKTOR :
1. Ada objek yang tidak patut di gauli
2. Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi objek tersebut
3. Berpikir untuk menyetubuhi
4. Berusaha untuk menyetubui
5. Berhasil Menyetubuhi melalui usaha tersebut
Kalau dari sisi umum, tentu kembali lagi pada budaya tempat kita tinggal. Kalau di masyarakat sini, pola pikirnya masih sangat terpengaruh dengan agama mayoritas (yang berdasarkan budaya lain, bukan budaya Indonesia) yang menganggap pelacur adalah kotor/hina .Sepakat.
Kalau kita lihat di berbagai sudut pandang budaya, pandangan masyarakat terhadap pelacur itu bervariasi. Di Jepang kuno, misalnya, oiran (花魁) adalah pelacur yang memiliki kemampuan seni layaknya geisha (芸者). Di antara mereka, ada yang memiliki kekayaan dan kedudukan tinggi bahkan berpengaruh dalam politik. Secara teknis, mereka pelacur (memberikan kesenangan dengan harga tertentu), tapi secara 'kasta', jauh lebih tinggi bahkan dari Samurai biasa. Jadi objek yang sama, namun dampak yang ditimbulkan dalam budaya adalah berbeda. Karena itu saya mengatakan prostitusi netral, bukan mulia, bukan hina.Sepakat.
Dari sisi kesehatan juga seperti saya bilang sebelumnya, jika memang mengikuti ketentuan yang berlaku, risiko bisa dikurangi. Saya ambil contoh industri film porno di mana bintangnya bisa berhubungan dengan banyak sekali pasangan. Tetapi mereka menjalani berbagai tes kesehatan dengan lumayan ketat, maka penularan STD boleh dibilang terkontrol. Memang perbedaannya adalah dalam kasus prostitusi, konsumen cenderung tidak mau diperiksa karena data medisnya akan tercatat. Ini yang menjadi masalah utama.Tidak sepakat.
Selain tes kesehatan, praktik berhubungan seks-nya juga biasanya mengikuti aturan tertentu, misalnya tidak berciuman, tidak melakukan oral/anal, dan harus mengenakan kondom.
bahkan makanan sehatpun bila di konsumsi secara berlebihan bisa berdampak negatif, tergantung orangnya yang menggunakannya.
Berhubung LDM saya masih rendah. Jadi saya tidak ingin harus ikut kena imbas akibat perbuatan rekreasi seks orang lain.
Mengenai seorang bintang film porno, saya pernah membaca beritanya. Walaupun sudah dikontrol. Ternyata dia tetap tertular. Dan dia menuntut industri film tersebut.
Dari sisi dhamma. Ini yang saya belum mengerti. Saya ada baca di postingan sebelumnya tentang sila ke-3. Bahwa wanita yang dilarang oleh adat istiadat. (ada yang bisa bantu cari hal ke berapa postingan tentang sila ke-3). Bagaimana pendapat bro?
Dan 1 lagi, jika hanya konsumen yang melanggar. Bagaimana jika prostitusi diganti dengan minuman keras/narkoba? Profesi menjual barang-barang seperti ini berarti benar. Yang salah konsumen yang membeli. Bukankah begitu?
Dari sisi dhamma. Ini yang saya belum mengerti. Saya ada baca di postingan sebelumnya tentang sila ke-3. Bahwa wanita yang dilarang oleh adat istiadat. (ada yang bisa bantu cari hal ke berapa postingan tentang sila ke-3). Bagaimana pendapat bro?
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1042.0;message=341050 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1042.0;message=341050)
ini bukan cc?
bahkan makanan sehatpun bila di konsumsi secara berlebihan bisa berdampak negatif, tergantung orangnya yang menggunakannya.Berarti berjualan barang seperti itu termasuk cara penghidupan yang benar?
sama seperti racun, bisa di jadikan penakngkal racun lagi.
Berarti berjualan barang seperti itu termasuk cara penghidupan yang benar?
Berarti berjualan barang seperti itu termasuk cara penghidupan yang benar?point2 nya ada yang jual ada yang beli, ada yang kita ketahui fungsinya ada yang tidak
di sini kita harus membatasi diskusi ini dalam hal sila, bukan JMB 8.
menjual alkohol/racun jelas tidak melanggar sila walaupun bukan penghidupan benar. meminum alkohol -lah yg melanggar sila, bukan menjual
kenapa hrs dibatasin kk? bukankah sila itu termasuk dlm JMB 8 juga di bagian perbuatan benar? CMIIW.
kenapa hrs dibatasin kk? bukankah sila itu termasuk dlm JMB 8 juga di bagian perbuatan benar? CMIIW.Ibarat samudra, sila bagian permukaan laut. JMB 8 bagian dalam laut. Topik disini hanya menyangkut sila terutama sila ke-3.
Berhubung LDM saya masih rendah. Jadi saya tidak ingin harus ikut kena imbas akibat perbuatan rekreasi seks orang lain.Mungkin maksudnya masih 'tinggi'?
Mengenai seorang bintang film porno, saya pernah membaca beritanya. Walaupun sudah dikontrol. Ternyata dia tetap tertular. Dan dia menuntut industri film tersebut.Tentu saja risiko tetap ada. Selama orang masih berhubungan seks, maka risiko penularan STD melalu hubungan seks tidak pernah 0%.
Dari sisi dhamma. Ini yang saya belum mengerti. Saya ada baca di postingan sebelumnya tentang sila ke-3. Bahwa wanita yang dilarang oleh adat istiadat. (ada yang bisa bantu cari hal ke berapa postingan tentang sila ke-3). Bagaimana pendapat bro?Sepertinya sudah dijawab sis M14ka.
Dan 1 lagi, jika hanya konsumen yang melanggar. Bagaimana jika prostitusi diganti dengan minuman keras/narkoba? Profesi menjual barang-barang seperti ini berarti benar. Yang salah konsumen yang membeli. Bukankah begitu?Terlepas dari benar/salahnya penjual, suatu produk yang adalah netral, dibeli konsumen dan digunakan untuk melanggar sila, maka kesalahan ada pada konsumen.
Mungkin maksudnya masih 'tinggi'?Masih tebal maksudnya.
Memang itu adalah pilihan. Berbeda dengan agama lain yang mungkin hanya membaca tanda 'dosa/tidak', 'diizinkan/diharamkan', Buddhisme selain bicara moralitas, juga membahas tentang manfaat. BANYAK perbuatan yang tidak melanggar moralitas, namun belum tentu bermanfaat bahkan bisa merugikan. Karena itulah perlu kebijaksanaan masing-masing dalam menentukan keputusan, bukan melulu 'berdasarkan agama/aturan'.Sepakat.
Terlepas dari benar/salahnya penjual, suatu produk yang adalah netral, dibeli konsumen dan digunakan untuk melanggar sila, maka kesalahan ada pada konsumen.Masih bisa diterima. Jika hanya dipandang dari sisi sila tapi bukan dari sisi dhamma :)
Ini bukannya pernah dibahas? Kalau saya sedang atthasila, sore-sore tidak tahan pesan dan makan 'panggang babi', yang melanggar sila yah saya sendiri, kenapa pedagangnya harus dibilang melanggar sila?
cocok-lah seperti ini argumen-nya seperti hal-nya orang yang menjual racun... sudah tahu racun, kenapa di beli dan meracun-i makhluk lain. Jadi yang jual tidak melanggar sila, tetapi melanggar penghidupan benar. wkwkwkwkwk...Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sisi penjual/penyedia jasa: apakah melanggar sila/tidak; apakah sesuai dengan penghidupan benar/tidak.
Sisi pembeli: apakah penggunaan barang/jasa sesuai dengan sila.
Barang/benda yang dijual: selalu netral
Kasus 'panggang babi'
Penyedia: tidak melanggar sila, sesuai penghidupan benar (jika tidak membunuh/menyebabkan pembunuhan)
Konsumen: sedang atthasila, melanggar sila untuk membelinya.
>Penyedia tidak menjadi bersalah walaupun konsumen menggunakannya untuk melanggar sila,
Kasus zat yang digunakan sebagai racun
Penyedia: tidak melanggar sila, tidak sesuai penghidupan benar
konsumen: tergantung penggunaan. Misalnya saya beli racun serangga yang mengandung borax untuk bahan memadamkan api, maka tentu saja tidak melanggar sila.
>Penyedia tetap bersalah karena menjual racun walaupun konsumen menggunakannya bukan sebagai racun.
Kasus pelacur
Penyedia: (IMO) tidak melanggar sila, tidak melanggar penghidupan benar.
konsumen: tergantung kondisi, bisa melanggar, bisa tidak.
>Sama seperti kasus 'panggang babi', penyedia tidak menjadi melanggar walaupun konsumennya melanggar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.harus dilihat dari sudut agama dulu, bagi pelacur dia misalnya tidak beragama, atau beragama lain, itu sudah berbeda, tidak ada hubungannya dengan sila, paling dengan "dosa"
Sisi penjual/penyedia jasa: apakah melanggar sila/tidak; apakah sesuai dengan penghidupan benar/tidak.
Sisi pembeli: apakah penggunaan barang/jasa sesuai dengan sila.
Barang/benda yang dijual: selalu netral
Kasus 'panggang babi'
Penyedia: tidak melanggar sila, sesuai penghidupan benar (jika tidak membunuh/menyebabkan pembunuhan)
Konsumen: sedang atthasila, melanggar sila untuk membelinya.
>Penyedia tidak menjadi bersalah walaupun konsumen menggunakannya untuk melanggar sila,
Kasus zat yang digunakan sebagai racun
Penyedia: tidak melanggar sila, tidak sesuai penghidupan benar
konsumen: tergantung penggunaan. Misalnya saya beli racun serangga yang mengandung borax untuk bahan memadamkan api, maka tentu saja tidak melanggar sila.
>Penyedia tetap bersalah karena menjual racun walaupun konsumen menggunakannya bukan sebagai racun.
Kasus pelacur
Penyedia: (IMO) tidak melanggar sila, tidak melanggar penghidupan benar.
konsumen: tergantung kondisi, bisa melanggar, bisa tidak.
>Sama seperti kasus 'panggang babi', penyedia tidak menjadi melanggar walaupun konsumennya melanggar.
harus dilihat dari sudut agama dulu, bagi pelacur dia misalnya tidak beragama, atau beragama lain, itu sudah berbeda, tidak ada hubungannya dengan sila, paling dengan "dosa"
lain halnya kalau yang jadi pelacur itu budis, yang "misalkan" ingin menjalankan sila (Terbayangkah?)
ibarat seseorang menjadi pelacur rasanya agama menjadi nomor dua, tuhannya (Uang) yang nomor satu, segala sila dan lain di kesampingkan.
kemudian pihak pembeli, misalkan dia budis, bertekad menjalankan sila rasanya dia tidak akan melakukan hal yang gegabah.
apabila dia budis dan ingin menjalankan sila dan kemudian ke pelacur :
apabila pelacur itu single apakah melanggar?
punya suami apakah melanggar?
secara 3 syarat (tidak mendengar, mengetahui, menyuruh =)) ) terpenuhi bagaimana nih =))
teori darimana pulak ini?=))
sila tidak memandang agama,
seorang non-buddhis yg nepok nyamuk, tetap melakukan pelanggaran sila.
seorang non-buddhis yg mencuri, tetap melakukan pelanggaran sila
dst
dst
=))
pancasila budis ya untuk budis lah
kalau agama lain ada 10 perintah tuhan
mungkin yang lain sudah beda lagi
secara sila dalam budis khan seperti tekad untuk tidak melakukan sesuatu khan?
dalam agama lain khan tidak ada tekad seperti itu?
wah kalo gitu, gue ada ide, waktu mau melakukan pelanggaran, pindah agama duluya boleh aja, malah kalau kaga punya agama lebih bagus lagi khan, disebutnya anak setan, atau antikris atau mara dll =))
ya boleh aja, malah kalau kaga punya agama lebih bagus lagi khan, disebutnya anak setan, atau antikris atau mara dll =))
jadi paling aman, gak usah punya agama ya?iyelah, agama adalah racun :))
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sisi penjual/penyedia jasa: apakah melanggar sila/tidak; apakah sesuai dengan penghidupan benar/tidak.
Sisi pembeli: apakah penggunaan barang/jasa sesuai dengan sila.
Barang/benda yang dijual: selalu netral
Kasus 'panggang babi'
Penyedia: tidak melanggar sila, sesuai penghidupan benar (jika tidak membunuh/menyebabkan pembunuhan)
Konsumen: sedang atthasila, melanggar sila untuk membelinya.
>Penyedia tidak menjadi bersalah walaupun konsumen menggunakannya untuk melanggar sila,
Kasus zat yang digunakan sebagai racun
Penyedia: tidak melanggar sila, tidak sesuai penghidupan benar
konsumen: tergantung penggunaan. Misalnya saya beli racun serangga yang mengandung borax untuk bahan memadamkan api, maka tentu saja tidak melanggar sila.
>Penyedia tetap bersalah karena menjual racun walaupun konsumen menggunakannya bukan sebagai racun.
Kasus pelacur
Penyedia: (IMO) tidak melanggar sila, tidak melanggar penghidupan benar.
konsumen: tergantung kondisi, bisa melanggar, bisa tidak.
>Sama seperti kasus 'panggang babi', penyedia tidak menjadi melanggar walaupun konsumennya melanggar.
^
Oh iya ad sila samadhi panna ya...Brti perbuatan benar n penghidupan termasuk kelompok sila juga donk? Bingung jg HE³³E³;){^⌣^}HE³³E³;)³E³:D
Kasus pelacur
Penyedia: (IMO) tidak melanggar sila, tidak melanggar penghidupan benar.
konsumen: tergantung kondisi, bisa melanggar, bisa tidak.
>Sama seperti kasus 'panggang babi', penyedia tidak menjadi melanggar walaupun konsumennya melanggar.
41 Sāleyyaka Sutta (MN)
8. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik? Di sini seseorang membunuh makhluk hidup; ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup. Ia mengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Ia melakukan perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, dan bahkan dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perilaku tidak baik.
Saya ingin menanyakan ini :Tergantung kebijaksanaan tiap orang dalam menilai dan memutuskan.
dengan referensi ini :
Apakah bukan berarti para pelacur tersebut juga masih termasuk kriteria perempuan2 yang dilindungi ?
analisa yang siip dari sisi dhamma...Bukannya sudah pernah ditanya? :)
Kalau boleh saya bertanya ke Bro Kainyn...
Soal skenario : misalnya Bro Kainyn dihadapakan pada persoalan lagi sakit berat dan terbatas dana pengobatan, kemudian ada anak perempuan bro Kainyn yang ingin berbakti dengan "menjual diri" untuk mendapatkan dana pengobatan. Bagaimana sikap bro sendiri menyikapi ini ?
** Curious pingin tahu dan benar benar no offense.
harus dilihat dari sudut agama dulu, bagi pelacur dia misalnya tidak beragama, atau beragama lain, itu sudah berbeda, tidak ada hubungannya dengan sila, paling dengan "dosa"Kalau memang beragama lain, memang harus mengikuti aturan agama tersebut.
lain halnya kalau yang jadi pelacur itu budis, yang "misalkan" ingin menjalankan sila (Terbayangkah?)
ibarat seseorang menjadi pelacur rasanya agama menjadi nomor dua, tuhannya (Uang) yang nomor satu, segala sila dan lain di kesampingkan.
kemudian pihak pembeli, misalkan dia budis, bertekad menjalankan sila rasanya dia tidak akan melakukan hal yang gegabah.
apabila dia budis dan ingin menjalankan sila dan kemudian ke pelacur :
apabila pelacur itu single apakah melanggar?
punya suami apakah melanggar?
secara 3 syarat (tidak mendengar, mengetahui, menyuruh =)) ) terpenuhi bagaimana nih =))
44 Cūḷavedalla Sutta(MN)Maksud "moralitas" yang saya sebutkan sebelumnya adalah yang dipandang dari pancasila, bukan secara JMB8. Kalau penghidupan benar, memang dari JMB8.
11. “Yang Mulia, apakah tiga kelompok termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, atau Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam tiga kelompok?”
“Tiga kelompok bukan termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, teman Visākha, tetapi Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam ketiga kelompok. Ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok moralitas. Usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok konsentrasi. Pandangan benar dan kehendak benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok kebijaksanaan.”
41 Sāleyyaka Sutta (MN)Yang ini bisa dijelaskan apa maksudnya? Saya melihat pelacur tidak dalam kriteria objek yang dilarang. Saya juga tidak lihat profesi pelacur berhubungan dengan ucapan tidak benar.
8. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik? Di sini seseorang membunuh makhluk hidup; ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup. Ia mengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Ia melakukan perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, dan bahkan dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perilaku tidak baik.
9. Dan bagaimanakah, para perumah tangga, empat jenis perilaku ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik? Di sini seseorang mengatakan yang tidak benar ; ketika dipanggil oleh pengadilan, atau dalam suatu pertemuan, atau di depan sanak saudaranya, atau oleh perkumpulannya, atau di depan anggota keluarga kerajaan, dan ditanya sebagai seorang saksi sebagai berikut: ‘Baiklah, tuan, katakanlah apa yang engkau ketahui,’ tidak mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tahu,’ atau mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tidak tahu,’; tidak melihat, ia mengatakan, ‘aku melihat,’ atau melihat, ia mengatakan, ‘aku tidak melihat’; dengan penuh kesadaran ia mengatakan kebohongan demi keselamatan dirinya sendiri, atau demi keselamatan orang lain, atau demi hal-hal remeh. Ia mengucapkan kata-kata jahat; ia mengulangi di tempat lain apa yang telah ia dengar di sini dengan tujuan untuk memecah-belah [orang-orang itu] dari orang-orang ini, atau ia mengulangi kepada orang-orang ini apa yang telah ia dengar di tempat lain dengan tujuan untuk memecah-belah [orang-orang ini] dari orang-orang itu; demikianlah ia adalah seorang yang memecah-belah mereka yang rukun, seorang pembuat perpecahan, yang menikmati perselisihan, bergembira dalam perselisihan, bersukacita dalam perselisihan, pengucap kata-kata yang menciptakan perselisihan. Ia berkata kasar; ia mengucapkan kata-kata yang kasar, keras, menyakiti orang lain, menghina orang lain, berbatasan dengan kemarahan, tidak menunjang konsentrasi. [287] Ia adalah seorang penggosip; ia berbicara di waktu yang salah, mengatakan apa yang tidak benar, mengatakan hal yang tidak berguna, mengatakan yang berlawanan dengan Dhamma dan Disiplin; pada waktu yang salah ia mengucapkan kata-kata yang tidak berguna, tidak masuk akal, melampaui batas, dan tidak bermanfaat. Ini adalah empat jenis perilaku ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perilaku tidak baik.
10. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku pikiran yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik? Di sini seseorang bersifat iri-hati; ia iri pada kekayaan dan kemakmuran orang lain sebagai berikut: ‘oh, semoga apa yang menjadi milik orang lain menjadi milikku!’ Atau ia memiliki pikiran berniat buruk dan niat membenci sebagai berikut: ‘Semoga makhluk-makhluk ini dibunuh dan disembelih, semoga mereka dipotong, musnah, atau dibasmi!’ Atau ia memiliki pandangan salah, penglihatan menyimpang, sebagai berikut: ‘Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir secara spontan; tidak ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakannya di dunia ini dan di dunia lain.’ Ini adalah tiga jenis perilaku pikiran yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik. Jadi, para perumah tangga, adalah dengan alasan perilaku yang tidak sesuai dengan Dhamma demikian, dengan alasan perilaku tidak baik demikian maka beberapa makhluk di sini, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali dalam kondisi sengsara, di alam yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan dalam neraka.
Saya ingin menanyakan ini :Setahu saya dilindungi di sini maksudnya masih hidup dalam perwalian, apakah orang tua, saudara kandung/jauh. Yang dilindungi hukum saya pikir adalah yang berkaitan dengan hukum (adat) setempat yang berlaku, mungkin di antaranya inses, anak di bawah umur, dan juga para petapa.QuoteKasus pelacurdengan referensi ini :
Penyedia: (IMO) tidak melanggar sila, tidak melanggar penghidupan benar.
konsumen: tergantung kondisi, bisa melanggar, bisa tidak.
>Sama seperti kasus 'panggang babi', penyedia tidak menjadi melanggar walaupun konsumennya melanggar.Quote41 Sāleyyaka Sutta (MN)Apakah bukan berarti para pelacur tersebut juga masih termasuk kriteria perempuan2 yang dilindungi ?
8. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamnma, perilaku tidak baik? Di sini seseorang membunuh makhluk hidup; ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup. Ia mengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Ia melakukan perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, dan bahkan dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perilaku tidak baik.
Maksud "moralitas" yang saya sebutkan sebelumnya adalah yang dipandang dari pancasila, bukan secara JMB8. Kalau penghidupan benar, memang dari JMB8.Jika seperti yang bro ungkapkan seharusnya semua profesi tidak ada yang dilarang termasuk menjual racun,senjata,minuman keras,narkoba. Karena semua objek netral. Dan kenapa bro mengatakan menjual racun adalah penghidupan yang salah?
Yang ini bisa dijelaskan apa maksudnya? Saya melihat pelacur tidak dalam kriteria objek yang dilarang. Saya juga tidak lihat profesi pelacur berhubungan dengan ucapan tidak benar.
Jika seperti yang bro ungkapkan seharusnya semua profesi tidak ada yang dilarang termasuk menjual racun,senjata,minuman keras,narkoba. Karena semua objek netral. Dan kenapa bro mengatakan menjual racun adalah penghidupan yang salah?
Saya pikir dengan profesi beternak dan menjual ternak-pun termasuk penghidupan yang benar. Dengan catatan, jangan dibunuh. Jika sudah dibeli orang dan si pembeli yang membunuh, itukan salah mereka. Dan saya juga tidak perlu tanya-tanya sama yang beli, apakah ternak ini akan dipotong atau tidak.
Saya juga tertarik menjual minuman keras,narkoba. Dan saya juga tidak perlu bertanya, akan mereka gunakan untuk apakah semua itu. Anggap saja semua pembeli itu membeli untuk bahan penelitian. Jika mereka salah gunakan berarti mereka yang salah.
Jika seperti yang bro ungkapkan seharusnya semua profesi tidak ada yang dilarang termasuk menjual racun,senjata,minuman keras,narkoba. Karena semua objek netral. Dan kenapa bro mengatakan menjual racun adalah penghidupan yang salah?
Saya pikir dengan profesi beternak dan menjual ternak-pun termasuk penghidupan yang benar. Dengan catatan, jangan dibunuh. Jika sudah dibeli orang dan si pembeli yang membunuh, itukan salah mereka. Dan saya juga tidak perlu tanya-tanya sama yang beli, apakah ternak ini akan dipotong atau tidak.
Saya juga tertarik menjual minuman keras,narkoba. Dan saya juga tidak perlu bertanya, akan mereka gunakan untuk apakah semua itu. Anggap saja semua pembeli itu membeli untuk bahan penelitian. Jika mereka salah gunakan berarti mereka yang salah.
setuju...pikiran saya jg seperti demikian...tpdi sisi lain alangkah hubungan pikiran kita dgn pekerjaan yg kita lakukan tentu sangat erat sehingga pikiran kita tdk bs langsung mengabaikan begitu saja bahwa itu secara tdk lgsg ikut merugikan makhluk lain...jadi disarankan untuk dihindari sehingga tdk menimbulkan perasaan bersalah...
"pikiran adalah pelopor"
Teman-temanku sedhamma satu hal yang pasti diajarkan Sang Buddha seks adalah kotoran batin yang laten. Sehingga pantas atau tidak pantas tetaplah itu kotoran batin bila dikendalikan semakin ketat semakin bagus asal dengan penuh kesadaran bukan seperti orang yang dikebiri tapi banyak nafsu kalau bisa hilang adalah yang terbaik.
_/\_
Berdagang senjata, racun dsbnya kita tau bakal digunakan untuk membunuh makhluk hidup lain.-Bagaimana kita tahu untuk membunuh bro? Pisau untuk memotong, silet untuk mencukur, kampak untuk membelah kayu. Pistol dengan peluru karet tidak membunuh. Gas air mata termasuk racun atau tidak?
Sedangkan pelacur menjual jasanya: membantu pemuasan panca indera konsumennya.
Hal ini mirip dengan profesi tukang pijat, penari, penyanyi, foto model, dll
::
Yang dijual pelacur adalah tubuhnya dan itu netral sama seperti yang lain juga
masa netral?. Yang punya tubuh/pelacur juga merasakan nikmat, terpaksa atau biasa saja. Nama dan rupa--->makhluk---->manusia
brarti menjual tubuh = berdagang mahluk hidup ya kk?
brarti menjual tubuh = berdagang mahluk hidup ya kk?
masa netral?. Yang punya tubuh/pelacur juga merasakan nikmat, terpaksa atau biasa saja. Nama dan rupa--->makhluk---->manusiakalau orang menjual tenaga, wajah cantik atau cakap bijimana?
dengan referensi ini : Apakah bukan berarti para pelacur tersebut juga masih termasuk kriteria perempuan2 yang dilindungi ?
Setahu saya dilindungi di sini maksudnya masih hidup dalam perwalian, apakah orang tua, saudara kandung/jauh. Yang dilindungi hukum saya pikir adalah yang berkaitan dengan hukum (adat) setempat yang berlaku, mungkin di antaranya inses, anak di bawah umur, dan juga para petapa.
Apakah kalimat yang saya tebalkan diatas termasuk yang diajarkan dalam dhamma dan harus dipertimbangkan dalam kehidupan?
setuju...pikiran saya jg seperti demikian...tpdi sisi lain alangkah hubungan pikiran kita dgn pekerjaan yg kita lakukan tentu sangat erat sehingga pikiran kita tdk bs langsung mengabaikan begitu saja bahwa itu secara tdk lgsg ikut merugikan makhluk lain ...jadi disarankan untuk dihindari sehingga tdk menimbulkan perasaan bersalah...
"pikiran adalah pelopor"
kalau orang menjual tenaga, wajah cantik atau cakap bijimana?
Buddha memberikan pagar2 untuk pemuasan nafsu ini, misalkan:
- tidak dengan anak kecil
- tidak dengan isteri orang
- tidak dengan biarawati
- tidak dengan yg dilarang hukum, adat, dll
- dll
::
Pada dasarnya Nafsu Seksual adalah: nafsu keinginan rendah. Idealnya semua nafsu keinginan rendah harus dihindari agar bisa merelasiasi pencerahan. Untuk itu Buddha menganjurkan para Bhikkhu untuk hidup selibat.Saya setuju dengan pendapat bro.
Namun Buddha juga tau bahwa tidak semua umat manusia bisa mengikuti jalur kebhikkhuan, sebagian besar masih memilih jalur perumah tangga sehingga 'pemenuhan kebutuhan biologis' ini tidak bisa terhindarkan. Untuk itu Buddha tidak melarang seorang suami memuaskan nafsu ke isterinya atau seorang bujangan memuaskan nafsunya ke wanita lain asalkan tidak dengan paksaan.
Buddha memberikan pagar2 untuk pemuasan nafsu ini, misalkan:
- tidak dengan anak kecil
- tidak dengan isteri orang
- tidak dengan biarawati
- tidak dengan yg dilarang hukum, adat, dll
- dll
Kegiatan pemuasan panca indera ini, dari sisi motivasi batin, tiada bedanya jika dilakukan seorang suami dengan isteri sendiri ataupun bujangan dgn seorang wanita lain selama suka-sama-suka, tidak dengan paksaan dan persetujuan bersama. Namun, sebagai praktisi Buddha yg bijaksana, perlu diperhatikan juga faktor2 lainnya, misalnya: hukum adat setempat, faktor kebersihan dalam melakukan hubungan tersebut, dll hal yg berpotensi merugikan diri sendiri (<--- hal ini berlaku baik kepada wanita bayaran, suka sama suka, ataupun isteri sendiri.. contoh: masalah kesehatan: dengan isteri sendiri ada juga yg tidak mempedulikan kebersihan, juga misalnya dengan isteri sendiri 'ML' nya disembarangan tempat terbuka... akan merugikan juga).
::
Jika seperti yang bro ungkapkan seharusnya semua profesi tidak ada yang dilarang termasuk menjual racun,senjata,minuman keras,narkoba. Karena semua objek netral. Dan kenapa bro mengatakan menjual racun adalah penghidupan yang salah?Saya bahas dari 2 sisi, yaitu pancasila & penghidupan benar, sebab bro dilbert menyinggung tentang 'racun' yang menyangkut penghidupan benar. Karena menyangkut barang & jasa, maka kalau dari pancasila saja, kurang lengkap menjelaskan. Coba saya uraikan lagi.
Saya pikir dengan profesi beternak dan menjual ternak-pun termasuk penghidupan yang benar. Dengan catatan, jangan dibunuh. Jika sudah dibeli orang dan si pembeli yang membunuh, itukan salah mereka. Dan saya juga tidak perlu tanya-tanya sama yang beli, apakah ternak ini akan dipotong atau tidak.Ya, ini memang kembali lagi pada kesadaran masing-masing, walaupun saya rasa peternak tahu jenis ternak apa biasa digunakan untuk apa. Misalnya ayam bukan petelur yang dibuat menjadi gemuk, tentu bukan akan dibeli dan dijadikan ayam hias.
Saya juga tertarik menjual minuman keras,narkoba. Dan saya juga tidak perlu bertanya, akan mereka gunakan untuk apakah semua itu. Anggap saja semua pembeli itu membeli untuk bahan penelitian. Jika mereka salah gunakan berarti mereka yang salah.Betul. Secara teknis, memang suatu perbuatan itu tidak dapat dinilai dari yang tampak. Semua kembali ke niat, dan yang mengetahui sebenar-benarnya hanyalah diri sendiri. Jika kita memang berniat baik, maka kita bisa mengusahakan sebatas kemampuan kita saja. Misalnya mungkin mengemas dalam bentuk yang sulit dikonsumsi atau dengan mencampur bahan lain sehingga memiliki properti yang berbeda dengan penggunaannya sebagai obat bius.
Pada dasarnya Nafsu Seksual adalah: nafsu keinginan rendah. Idealnya semua nafsu keinginan rendah harus dihindari agar bisa merelasiasi pencerahan. Untuk itu Buddha menganjurkan para Bhikkhu untuk hidup selibat.
Namun Buddha juga tau bahwa tidak semua umat manusia bisa mengikuti jalur kebhikkhuan, sebagian besar masih memilih jalur perumah tangga sehingga 'pemenuhan kebutuhan biologis' ini tidak bisa terhindarkan. Untuk itu Buddha tidak melarang seorang suami memuaskan nafsu ke isterinya atau seorang bujangan memuaskan nafsunya ke wanita lain asalkan tidak dengan paksaan.
Buddha memberikan pagar2 untuk pemuasan nafsu ini, misalkan:
- tidak dengan anak kecil
- tidak dengan isteri orang
- tidak dengan biarawati
- tidak dengan yg dilarang hukum, adat, dll
- dll
Kegiatan pemuasan panca indera ini, dari sisi motivasi batin, tiada bedanya jika dilakukan seorang suami dengan isteri sendiri ataupun bujangan dgn seorang wanita lain selama suka-sama-suka, tidak dengan paksaan dan persetujuan bersama. Namun, sebagai praktisi Buddha yg bijaksana, perlu diperhatikan juga faktor2 lainnya, misalnya: hukum adat setempat, faktor kebersihan dalam melakukan hubungan tersebut, dll hal yg berpotensi merugikan diri sendiri (<--- hal ini berlaku baik kepada wanita bayaran, suka sama suka, ataupun isteri sendiri.. contoh: masalah kesehatan: dengan isteri sendiri ada juga yg tidak mempedulikan kebersihan, juga misalnya dengan isteri sendiri 'ML' nya disembarangan tempat terbuka... akan merugikan juga).
::
Saya setuju dengan pendapat bro.
Tapi yang namanya pagar, biasanya ada celahnya. Dan yang hobi mencari celah, begitu ketemu celah membenarkan semuanya.
Jika hanya mengikuti dan patuh pada yang tertulis, maka kebijaksanaan tidak ada gunanya lagi.
Saya bahas dari 2 sisi, yaitu pancasila & penghidupan benar, sebab bro dilbert menyinggung tentang 'racun' yang menyangkut penghidupan benar. Karena menyangkut barang & jasa, maka kalau dari pancasila saja, kurang lengkap menjelaskan. Coba saya uraikan lagi.wah bahaya nih, ada sempat pemikiran ini =))
Jasa:
Baik penyedia & pengguna jasa bisa 'dinilai' hanya dari pancasila, bahkan objeknya pun bukan netral karena adalah perbuatan dari penyedia, dan adalah niat dari keduanya (penyedia & pengguna).
Misal: jasa pembunuh bayaran. Baik pengguna & penyedia terlibat dalam pembunuhan, maka melanggar sila 1.
Barang:
Yang didagangkan adalah objek netral. Perbuatannya hanya 'menjual' dan itu tidak diatur dalam pancasila. Namun dalam penghidupan benar, hal tersebut disinggung, yaitu yang berkaitan dengan penganiayaan makhluk. Jadi barang (netral) yang diniatkan untuk penggunaan penganiayaan makhluk tetap tidak sesuai dengan penghidupan benar. Misalnya saya buat alat yang terdiri dari air & lilin disusun sedemikian rupa untuk menjebak laron atau kunang-kunang, maka itu tetap tidak sesuai penghidupan benar. Sementara kalau ada orang memang supply arsenik untuk digunakan sebagai pengobatan, maka itu tetap sesuai penghidupan benar. Itu dari sisi penjual.
Dari sisi pembeli juga sama sekali terpisah, misalnya saya beli alat air & lilin dari si penjual perangkap laron (yang tidak sesuai dengan penghidupan benar) dan menggunakannya sebagai lampu, maka tetap saya tidak melanggar sila. Sebaliknya kalau saya beli arsenik dari supplier perlengkapan medis (yang sesuai dengan penghidupan benar) untuk meracuni orang-orang yang menghujani saya dengan banyak pertanyaan di DC, maka saya melanggar sila. :D
Ya, ini memang kembali lagi pada kesadaran masing-masing, walaupun saya rasa peternak tahu jenis ternak apa biasa digunakan untuk apa. Misalnya ayam bukan petelur yang dibuat menjadi gemuk, tentu bukan akan dibeli dan dijadikan ayam hias.
Betul. Secara teknis, memang suatu perbuatan itu tidak dapat dinilai dari yang tampak. Semua kembali ke niat, dan yang mengetahui sebenar-benarnya hanyalah diri sendiri. Jika kita memang berniat baik, maka kita bisa mengusahakan sebatas kemampuan kita saja. Misalnya mungkin mengemas dalam bentuk yang sulit dikonsumsi atau dengan mencampur bahan lain sehingga memiliki properti yang berbeda dengan penggunaannya sebagai obat bius.
Saya bahas dari 2 sisi, yaitu pancasila & penghidupan benar, sebab bro dilbert menyinggung tentang 'racun' yang menyangkut penghidupan benar. Karena menyangkut barang & jasa, maka kalau dari pancasila saja, kurang lengkap menjelaskan. Coba saya uraikan lagi.Ini lebih bisa diterima. ;D
Jasa:
Baik penyedia & pengguna jasa bisa 'dinilai' hanya dari pancasila, bahkan objeknya pun bukan netral karena adalah perbuatan dari penyedia, dan adalah niat dari keduanya (penyedia & pengguna).
Misal: jasa pembunuh bayaran. Baik pengguna & penyedia terlibat dalam pembunuhan, maka melanggar sila 1.
Barang:
Yang didagangkan adalah objek netral. Perbuatannya hanya 'menjual' dan itu tidak diatur dalam pancasila. Namun dalam penghidupan benar, hal tersebut disinggung, yaitu yang berkaitan dengan penganiayaan makhluk. Jadi barang (netral) yang diniatkan untuk penggunaan penganiayaan makhluk tetap tidak sesuai dengan penghidupan benar. Misalnya saya buat alat yang terdiri dari air & lilin disusun sedemikian rupa untuk menjebak laron atau kunang-kunang, maka itu tetap tidak sesuai penghidupan benar. Sementara kalau ada orang memang supply arsenik untuk digunakan sebagai pengobatan, maka itu tetap sesuai penghidupan benar. Itu dari sisi penjual.
Dari sisi pembeli juga sama sekali terpisah, misalnya saya beli alat air & lilin dari si penjual perangkap laron (yang tidak sesuai dengan penghidupan benar) dan menggunakannya sebagai lampu, maka tetap saya tidak melanggar sila. Sebaliknya kalau saya beli arsenik dari supplier perlengkapan medis (yang sesuai dengan penghidupan benar) untuk meracuni orang-orang yang menghujani saya dengan banyak pertanyaan di DC, maka saya melanggar sila. :D
Ya, ini memang kembali lagi pada kesadaran masing-masing, walaupun saya rasa peternak tahu jenis ternak apa biasa digunakan untuk apa. Misalnya ayam bukan petelur yang dibuat menjadi gemuk, tentu bukan akan dibeli dan dijadikan ayam hias.
Betul. Secara teknis, memang suatu perbuatan itu tidak dapat dinilai dari yang tampak. Semua kembali ke niat, dan yang mengetahui sebenar-benarnya hanyalah diri sendiri. Jika kita memang berniat baik, maka kita bisa mengusahakan sebatas kemampuan kita saja. Misalnya mungkin mengemas dalam bentuk yang sulit dikonsumsi atau dengan mencampur bahan lain sehingga memiliki properti yang berbeda dengan penggunaannya sebagai obat bius.
Sebaliknya kalau saya beli arsenik dari supplier perlengkapan medis (yang sesuai dengan penghidupan benar) untuk meracuni orang-orang yang menghujani saya dengan banyak pertanyaan di DC, maka saya melanggar sila. :D
untung gue gak pernah menghujani banyak pertanyaan kepada Bro Kainyn, gak pernah kan Bro?
Bro Kai.. saya belum menangkap apa yang anda maksudkan.. jadi menurut Bro Kai seorang pelacur itu tidak melanggar sila ya ? Setau saya julukan pelacur itu aja Wanita Tuna Susila.. jadi bagaimana pandangan Dhamma terhadap profesi demikian.. ? Apakah ada referensi Dhamma yang mendukung tentang hal tsb ? Pelacur itu kan punya Ibu dan Ayah.. dan ada juga pelacur yang tidak menikah, bukankah itu berarti pelacur tsb masih berada dalam lindungan kedua orang tuanya ?Seperti saya sebutkan sebelumnya, prostitusi memiliki 'wajah' yang berbeda tergantung budaya. Di sini disebut 'WTS' (Wanita Tuna Susila), tetapi di Eropa jaman Renaissance ada yang disebut 'cortigiana', yaitu wanita yang melayani para bangsawan. Jauh dari stereotype 'hina', mereka memiliki derajat sangat tinggi.
Saya setuju dengan pendapat bro.Betul, ada celah. Namun jangan lupa selalu ada 2 sisi. Ada pembenaran & penyalahan. Pembenaran karena keinginan mendapatkan; penyalahan adalah karena kebencian. Yang dikembangkan adalah kebijkasanaan agar terbebas dari kedua bias tersebut.
Tapi yang namanya pagar, biasanya ada celahnya. Dan yang hobi mencari celah, begitu ketemu celah membenarkan semuanya.
Jika hanya mengikuti dan patuh pada yang tertulis, maka kebijaksanaan tidak ada gunanya lagi.
wah bahaya nih, ada sempat pemikiran ini =))
untung gue gak pernah menghujani banyak pertanyaan kepada Bro Kainyn, gak pernah kan Bro?
Betul, ada celah. Namun jangan lupa selalu ada 2 sisi. Ada pembenaran & penyalahan. Pembenaran karena keinginan mendapatkan; penyalahan adalah karena kebencian. Yang dikembangkan adalah kebijkasanaan agar terbebas dari kedua bias tersebut.
Kalau begitu Buddha mencela perbuatan2 yang "tercela" (menurut buddhis) adalah karena kebencian ?Menurut saya bukan. Ada hal-hal yang memang secara objektif adalah tercela dan mulia.
Bukan-kah harus kembali lagi seperti yang bro Kainyn katakan, semua-nya tergantung kepada bathin masing-masing... yang menyalah-kan sesuatu belum tentu dalam koridor membenci.Betul, bagi orang yang netral dan objektif, menyalahkan bukan karena membenci, memuji bukan karena melekat. Tapi bagi orang yang tidak netral dan subjektif, adalah mungkin terjadi menyalahkan karena membenci dan memuji karena melekat.
-Bagaimana kita tahu untuk membunuh bro? Pisau untuk memotong, silet untuk mencukur, kampak untuk membelah kayu. Pistol dengan peluru karet tidak membunuh. Gas air mata termasuk racun atau tidak?Selama kita memilih jalur perumah tangga dan mempunyai pekerjaan, kompleks demi kompleksitas hidup akan menimpa... namun, sebisa mungkin, hindari-lah pekerjaan yg memang jelas akan merugikan makhluk lain, misalnya: menjual senjata, racun, membuka rumah potong, dll... ini idealnya.. kita memang tidak tau pasti si pembeli akan menggunakan untuk apa baang jualan kita tsb, namun yg pasti barang tsb dibuat memang untuk tujuan menghabisi nyawa makhluk lain (pistol, racun tikus, obat2 fumigasi, dll).
-Yang dijual pelacur adalah tubuhnya dan itu netral sama seperti yang lain juga.
katanya psk profesional tidak memilih2, kalo ia uda mengetahui misalnya calon pelanggannya anak kecil / psgan org / yg dilarang hukum, adat gimana?
Ini kembali ke subjek masing2...
Sama halnya dengan profesi akuntan, bagaimana jika si akuntan kongkalikong dgn kliennya untuk menipu pajak?
Jadi, kembali ke pribadi masing2, bukan pekerjaannya yg hina, namun subyeknya yg memilih untuk berlaku tamak dalam pekerjaannya tsb.
::
Selama kita memilih jalur perumah tangga dan mempunyai pekerjaan, kompleks demi kompleksitas hidup akan menimpa... namun, sebisa mungkin, hindari-lah pekerjaan yg memang jelas akan merugikan makhluk lain, misalnya: menjual senjata, racun, membuka rumah potong, dll... ini idealnya.. kita memang tidak tau pasti si pembeli akan menggunakan untuk apa baang jualan kita tsb, namun yg pasti barang tsb dibuat memang untuk tujuan menghabisi nyawa makhluk lain (pistol, racun tikus, obat2 fumigasi, dll).Bolehkah saya simpulkan dari jawaban bro. Bahwa yang PASTI AKAN MERUGIKAN MAKHLUK LAIN hanya seperti yang bro sebutkan diatas. Sekalipun cuma pisau dapur, tapi pasti barang tsb dibuat memang untuk tujuan menghabisi nyawa makhluk lain.
Seorang pelacur dalam pekerjaannya, membantu memuaskan keinginan biologis si pelanggan yg datang kepadanya. Untuk itu ia menerima imbalan materi untuk menghidupi diri dan keluarganya. Selama ia tidak menipu atau memeras pelanggannya, tentu tidak ada pelanggaran apapun yg dilakukannya.Pelanggaran berarti ada peraturan. Peraturan apa?
Coba kita bandingkan dengan pekerjaan yg dianggap terhormat, seorang konsultan/akuntan, misalnya. Datang perusahaan yg ingin laporan keuangannya disetel sedemikian rupa sehingga pajak yg seharusnya dibayar milyaran menjadi puluhan juta saja. Si akuntan membantu pekerjaan kotor ini.Makhluk seperti manusia punya kemampuan untuk memilah yang mana benar dan tidak benar. Bagi saya pribadi menilai hina atau tidak-nya suatu pekerjaan tergantung orang yang mengerjakannya. Lihatlah niat kita saat mengerjakan dan pikirkan akibat yang harus diterima oleh diri kita sendiri dan akibat yang harus diterima oleh orang lain karena perbuatan kita.
Jadi, saya pribadi menyimpulkan, pekerjaan seorang pelacur, akuntan, banker, foto model, kuli, tukang sampah adalah pekerjaan normal saja. Yang membikin ia menjadi hina atau tidak hina adalah bila dalam pekerjaannya ia melakukan: penipuan, kerjasama kotor, memeras, dsbnya...
*) meskipun pekerjaan pelacur bukanlah pekerjaan hina, namun saya tidak menyarankan memilih profesi pelacur krn profesi ini masih dianggap negatif dimasyarakat kita sehingga akan merugikan kehidupan sosial diri sendiri. Selain itu pemerintah kita juga masih tidak konsisten memperlakukan profesi pelacur ini, disatu sisi dibiarkan, disisi lain diuber2. Faktor2 lain juga juga harus dipertimbangkan misalnya: rentan penyebaran penyakit jika tidak hati2 dalam bekerja, dsbnya. Diperlukan pertimbangan dan kebijaksanaan dalam hal ini, selama ada kesempatan pekerjaan lain, lebih baik memilih pekerjaan lain tsb.
::
Saya bahas dari 2 sisi, yaitu pancasila & penghidupan benar, sebab bro dilbert menyinggung tentang 'racun' yang menyangkut penghidupan benar. Karena menyangkut barang & jasa, maka kalau dari pancasila saja, kurang lengkap menjelaskan. Coba saya uraikan lagi.Dengan bro mengatakan pelacur bukanlah pekerjaan hina. Selama dia tidak melanggar peraturan. Jika peraturan dari sila bro.Saya tidak menemukan bahwa memeras atau menjadi parasit itu melanggar sila.
Jasa:
Baik penyedia & pengguna jasa bisa 'dinilai' hanya dari pancasila, bahkan objeknya pun bukan netral karena adalah perbuatan dari penyedia, dan adalah niat dari keduanya (penyedia & pengguna).
Misal: jasa pembunuh bayaran. Baik pengguna & penyedia terlibat dalam pembunuhan, maka melanggar sila 1.
Barang:
Yang didagangkan adalah objek netral. Perbuatannya hanya 'menjual' dan itu tidak diatur dalam pancasila. Namun dalam penghidupan benar, hal tersebut disinggung, yaitu yang berkaitan dengan penganiayaan makhluk. Jadi barang (netral) yang diniatkan untuk penggunaan penganiayaan makhluk tetap tidak sesuai dengan penghidupan benar. Misalnya saya buat alat yang terdiri dari air & lilin disusun sedemikian rupa untuk menjebak laron atau kunang-kunang, maka itu tetap tidak sesuai penghidupan benar. Sementara kalau ada orang memang supply arsenik untuk digunakan sebagai pengobatan, maka itu tetap sesuai penghidupan benar. Itu dari sisi penjual.
Dari sisi pembeli juga sama sekali terpisah, misalnya saya beli alat air & lilin dari si penjual perangkap laron (yang tidak sesuai dengan penghidupan benar) dan menggunakannya sebagai lampu, maka tetap saya tidak melanggar sila. Sebaliknya kalau saya beli arsenik dari supplier perlengkapan medis (yang sesuai dengan penghidupan benar) untuk meracuni orang-orang yang menghujani saya dengan banyak pertanyaan di DC, maka saya melanggar sila. :D
Ya, ini memang kembali lagi pada kesadaran masing-masing, walaupun saya rasa peternak tahu jenis ternak apa biasa digunakan untuk apa. Misalnya ayam bukan petelur yang dibuat menjadi gemuk, tentu bukan akan dibeli dan dijadikan ayam hias.
Betul. Secara teknis, memang suatu perbuatan itu tidak dapat dinilai dari yang tampak. Semua kembali ke niat, dan yang mengetahui sebenar-benarnya hanyalah diri sendiri. Jika kita memang berniat baik, maka kita bisa mengusahakan sebatas kemampuan kita saja. Misalnya mungkin mengemas dalam bentuk yang sulit dikonsumsi atau dengan mencampur bahan lain sehingga memiliki properti yang berbeda dengan penggunaannya sebagai obat bius.
Dan ada juga salah satu point dari sila itu mengatakan pria/wanita yang sudah menikah maka itu melanggar. Bagi saya pribadi tidak mutlak harus seperti itu.
Seandainya suatu hari saya terkena sakit parah dan sudah tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan biologis suami saya. Yang saya lakukan pasti mengijinkan dia untuk menyalurkan kebutuhan biologis-nya walaupun lewat pelacur. Dengan catatan, jangan sembarangan sehingga dia,anak istrinya tidak terkena penyakit. Point lain-nya, jangan sampai kebutuhan anak istrinya terlantar cuma karena memenuhi kebutuhan biologis diri-nya.
Bagi saya itu tidak melanggar, karena sama-sama saling mengetahui, sama-sama menyadari dan tidak ada unsur paksaan/terpaksa.
Boleh judi asal menang.ketemu buda, BUNUH BUDA =))
Boleh ngeseks dengan pelacur asal tidak ketahuan pasangan, adat , aparat dan tertular penyakit kelamin
Boleh mencuri asal tidak ketahuan.
Boleh membunuh asal tidak tertangkap
Semua itu tidaklah hina dan disarankan. Bahkan para Buda pun menyarankan .
ketemu buda, BUNUH BUDA =))
Nature pekerjaannya gimana ? Pencuri juga ada yang baik seperti "cerita" ROBIN HOOD... Lantas jika karena ROBIN HOOD itu "baik", profesi pencuri menjadi nampak baik ?mencuri = perbuatan tidak baik
Nature pekerjaan akuntan bukan-lah "mengotak-atik" pembukuan, persekongkolan dan penipuan...
Saya lebih setuju dengan cara menimbang seperti dibawah ini.Dengan bro mengatakan pelacur bukanlah pekerjaan hina. Selama dia tidak melanggar peraturan. Jika peraturan dari sila bro.Saya tidak menemukan bahwa memeras atau menjadi parasit itu melanggar sila.
Dan ada juga salah satu point dari sila itu mengatakan pria/wanita yang sudah menikah maka itu melanggar. Bagi saya pribadi tidak mutlak harus seperti itu.
Seandainya suatu hari saya terkena sakit parah dan sudah tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan biologis suami saya. Yang saya lakukan pasti mengijinkan dia untuk menyalurkan kebutuhan biologis-nya walaupun lewat pelacur. Dengan catatan, jangan sembarangan sehingga dia,anak istrinya tidak terkena penyakit. Point lain-nya, jangan sampai kebutuhan anak istrinya terlantar cuma karena memenuhi kebutuhan biologis diri-nya.
Bagi saya itu tidak melanggar, karena sama-sama saling mengetahui, sama-sama menyadari dan tidak ada unsur paksaan/terpaksa.
Santai saja... belum tentu kalau anda jika tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis suami, lantas suami perlu cari penyaluran ke wanita lain (termasuk ke pelacur). Dan ini jangan menjadi stigma seolah-olah orang menikah hanya untuk seks saja.Kalau jangka beberapa bulan masih mungkin tidak mencari penyaluran ke wanita lain. Tapi kalau sudah jangka panjang, jika ada yang tidak menyalurkan dengan wanita lain. Itu berarti suami langka :)
Bolehkah saya simpulkan dari jawaban bro. Bahwa yang PASTI AKAN MERUGIKAN MAKHLUK LAIN hanya seperti yang bro sebutkan diatas. Sekalipun cuma pisau dapur, tapi pasti barang tsb dibuat memang untuk tujuan menghabisi nyawa makhluk lain.
Pelanggaran berarti ada peraturan. Peraturan apa?
Makhluk seperti manusia punya kemampuan untuk memilah yang mana benar dan tidak benar. Bagi saya pribadi menilai hina atau tidak-nya suatu pekerjaan tergantung orang yang mengerjakannya. Lihatlah niat kita saat mengerjakan dan pikirkan akibat yang harus diterima oleh diri kita sendiri dan akibat yang harus diterima oleh orang lain karena perbuatan kita.
Saya lebih setuju dengan cara menimbang seperti dibawah ini.Dengan bro mengatakan pelacur bukanlah pekerjaan hina. Selama dia tidak melanggar peraturan. Jika peraturan dari sila bro.Saya tidak menemukan bahwa memeras atau menjadi parasit itu melanggar sila.
Dan ada juga salah satu point dari sila itu mengatakan pria/wanita yang sudah menikah maka itu melanggar. Bagi saya pribadi tidak mutlak harus seperti itu.
Seandainya suatu hari saya terkena sakit parah dan sudah tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan biologis suami saya. Yang saya lakukan pasti mengijinkan dia untuk menyalurkan kebutuhan biologis-nya walaupun lewat pelacur. Dengan catatan, jangan sembarangan sehingga dia,anak istrinya tidak terkena penyakit. Point lain-nya, jangan sampai kebutuhan anak istrinya terlantar cuma karena memenuhi kebutuhan biologis diri-nya.
Bagi saya itu tidak melanggar, karena sama-sama saling mengetahui, sama-sama menyadari dan tidak ada unsur paksaan/terpaksa.
Kalau jangka beberapa bulan masih mungkin tidak mencari penyaluran ke wanita lain. Tapi kalau sudah jangka panjang, jika ada yang tidak menyalurkan dengan wanita lain. Itu berarti suami langka :)
Kalau jangka beberapa bulan masih mungkin tidak mencari penyaluran ke wanita lain. Tapi kalau sudah jangka panjang, jika ada yang tidak menyalurkan dengan wanita lain. Itu berarti suami langka :)
ada cowo yang mencari pemuasan yang lain, nonton konser, pergi kerja, mencari kesibukan yang lain dengan hobbynya, dll (pokonya mencari pemuasan INDERA)
ada cowo yang mencari pemuasan yang lain, nonton konser, pergi kerja, mencari kesibukan yang lain dengan hobbynya, dll (pokonya mencari pemuasan INDERA)
masturbasi ?
QuoteQuote from: ryu on Today at 11:52:24 AMwalupun udah dipelesetkan, tapi gue masih nangkap maksudnya
ada cowo yang mencari pemuasan yang lain, nonton konser, pergi kerja, mencari kesibukan yang lain dengan hobbynya, dll (pokonya mencari pemuasan INDERA)
Disini perlunya bijaksana kita masing-masing untuk menentukan sendiri, apakah kira2 pekerjaan/barang yg kita jual memang berpotensi besar untuk menghabisi nyawa makhluk lain? Dirumuskan dengan tepat juga selalu bisa dicari celahnya bagi yg memang berniat membenarkan pekerjaannya.Yah,setuju...berarti pola pemikiran kita sejalan. Terima kasih diskusi-nya.
Seperti misalnya, ada yg mengajak saya untuk membuka restoran semacam KFC kecil2an, saya menolak ajakan ini krn jelas -menurut saya- setiap hari saya memesan ayam untuk dibantai.
Ini masih berkaitan dengan bahasan kita apakah pelacuran melanggar sila-3, pekerjaan yg pantas dan tidak pantas menurut Buddhisme.
Saya setuju dengan quote Sis diatas... memang kita sebagai praktisi Buddhisme harus sering melatih pertimbangan kita dari sisi 'manfaat-tidak bermanfaat' ketimbang 'langgar-tidak melanggar'. Setuju.
::
Yah,setuju...berarti pola pemikiran kita sejalan. Terima kasih diskusi-nya.
masturbasi ?masturbasi bisa, meditasi juga bisa =))
masturbasi bisa, meditasi juga bisa =))
mau cari meditasi yang bisa "menyalurkan arus bawah"secara tanpa meditasipun bisa, cari kegiatan yang menyita waktu, maka hal2 seperti itu akan hilang.
secara tanpa meditasipun bisa, cari kegiatan yang menyita waktu, maka hal2 seperti itu akan hilang.
biku pun dikondisikan untuk menjaga hal itu, "seharusnya" umat awampun bisa.
kegiatan apa yang bisa 24 jam ?di isilah, bisa tidur, kerja, main PS (ada loh yang main PS kaga tidur2, main game onlen ampe nginep di warnet) dll
Saya lebih setuju dengan cara menimbang seperti dibawah ini.Dengan bro mengatakan pelacur bukanlah pekerjaan hina. Selama dia tidak melanggar peraturan. Jika peraturan dari sila bro.Saya tidak menemukan bahwa memeras atau menjadi parasit itu melanggar sila.Menjadi 'parasit' ini contohnya bagaimana? Kalau melakukan pemerasan, saya pikir ini termasuk dalam mengambil apa yang tidak diberikan. Intinya minta uang dengan ancaman.
Dan ada juga salah satu point dari sila itu mengatakan pria/wanita yang sudah menikah maka itu melanggar. Bagi saya pribadi tidak mutlak harus seperti itu.Betul, saya juga melihat itu tidak melanggar. Maka kembali lagi sila itu bukan untuk dijadikan harga mati, tapi sebagai panduan saja. Saya beri contoh lagi misalnya sila "tidak mengambil apa yang tidak diberikan", bagaimana kasusnya jika rumah kita gentengnya bocor, lalu ambil genteng tetangga waktu dia lagi pergi?
Seandainya suatu hari saya terkena sakit parah dan sudah tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan biologis suami saya. Yang saya lakukan pasti mengijinkan dia untuk menyalurkan kebutuhan biologis-nya walaupun lewat pelacur. Dengan catatan, jangan sembarangan sehingga dia,anak istrinya tidak terkena penyakit. Point lain-nya, jangan sampai kebutuhan anak istrinya terlantar cuma karena memenuhi kebutuhan biologis diri-nya.
Bagi saya itu tidak melanggar, karena sama-sama saling mengetahui, sama-sama menyadari dan tidak ada unsur paksaan/terpaksa.
Ya, bagaimana menurut bro dilbert tentang kisah tersebut?
IMO kisah Ghatikara Sutta itu bukan contoh yg tepat, karena para bhikkhu itu toh meminta izin dari pemilik atau yg mewakili dan diizinkan untuk membawanya.
yah yang nyuruh ngambil harus seperti Buddha Kassapa dan yang di-ambil harus seperti Ghatikara... heheheheKalau begitu orang akan berargumen: setelah bijaksana, tidak pegang sila. Bukankah sudah pernah ada argumen demikian tentang 'yang bijaksana tidak melihat main gitar sebagai pelanggaran vinaya'?
IMO kisah Ghatikara Sutta itu bukan contoh yg tepat, karena para bhikkhu itu toh meminta izin dari pemilik atau yg mewakili dan diizinkan untuk membawanya.Para bhikkhu tidak meminta izin lebih dahulu. Perhatikan kutipan ini:
dan pemeran-nya Sammasambuddha Kassapa dan Ghatikara yang sudah ANAGAMI serta sudah dianggap sebagai salah seorang pendukung utama Buddha Kassapa...Bukankah bisa saya kembalikan lagi: pencapaian kesucian seseorang, siapa yang tahu? Mengapa Samma Sambuddha Buddha Kassapa bisa 'mencuri', sementara Sotapanna (Sirima) tidak mungkin melacur?
Orang tua Ghatikara buta, para bhikkhu sudah 'kasak-kusuk' ambil atap, baru orang tuanya menanyai dan para bhikkhu menjawabnya. Mereka tidak minta izin, Buddha Kassapanya juga tidak minta izin, langsung suruh saja.
[belut];D Berarti kalau sudah tahu sifat pemilik barang tersebut, sila boleh di-skip.
Buddha Kassapa sudah mengetahui dengan kebijaksanaannya bahwa Ghatikara pasti memberi jadi upacara meminta dapat di-skip
[/belut]
;D Berarti kalau sudah tahu sifat pemilik barang tersebut, sila boleh di-skip.
Saya mah kenal deh bro Indra orangnya tidak melekat pada harta, juga penderma, jadi bobol ATM ambil 10-20jt juga ga usah minta.
berarti anda belum kenal saya.[belut]Kenal kok, tapi memang semua bentukan bisa berubah.[/belut]
bukan hanya mengenali sifat, melainkan sudah mengetahui secara persis suatu kejadian di masa depan.[belut kulit oli]Dan di masa depan saya sudah lihat bro Indra bisa merelakannya. Ini adalah bagian dari penyempurnaan parami bagi 'bodhisatta' Indra, saya melakukan hal sejenis 'upaya kosalla', bukan pembenaran.[/belut kulit oli]
[belut]Kenal kok, tapi memang semua bentukan bisa berubah.[/belut]
[belut kulit oli]Dan di masa depan saya sudah lihat bro Indra bisa merelakannya. Ini adalah bagian dari penyempurnaan parami bagi 'bodhisatta' Indra, saya melakukan hal sejenis 'upaya kosalla', bukan pembenaran.[/belut kulit oli]
sekalipun bisa saja anda benar sudah mengetahui sifat saya memang demikian, tapi anda tidak tahu kondisi ATM saya, bukan?Saya tidak tahu, namun belut selalu punya cara untuk mengetahuinya.
Saya tidak tahu, namun belut selalu punya cara untuk mengetahuinya.
Kriteria lainnya adalah tempat berlangsungnya hubungan seksual. Tidaklah tepat berhubungan seksual ditempat yang terdapat gambar-gambar religius, stupa, atau guru spiritual anda.mau tanya, gambar2 religius, stupa punya pengaruh apa ya?
Kalau begitu orang akan berargumen: setelah bijaksana, tidak pegang sila. Bukankah sudah pernah ada argumen demikian tentang 'yang bijaksana tidak melihat main gitar sebagai pelanggaran vinaya'?
Para bhikkhu tidak meminta izin lebih dahulu. Perhatikan kutipan ini:
“Mereka melakukannya. Kemudian orangtua pembuat tembikar Ghatikara menanyai para bhikkhu: “Siapakah yang sedang mengambil rumput dari rumah ini?”
Orang tua Ghatikara buta, para bhikkhu sudah 'kasak-kusuk' ambil atap, baru orang tuanya menanyai dan para bhikkhu menjawabnya. Mereka tidak minta izin, Buddha Kassapanya juga tidak minta izin, langsung suruh saja.
Jika melihat bagian sutta yang ini, ghatikara membawa teman-nya untuk ditahbiskan. Dan ghatikara sebenarnya ingin menempuh jalan seperti teman-nya tapi tidak bisa karena punya tanggungjawab kepada orang tua.
Ghatikara sebagai umat awam mempunyai keyakinan dan semangat yang besar dalam menjalankan dhamma. Orang seperti ini pasti begitu ada kesempatan akan berdana. Jadi saya perkirakan pada pertemuan ini, sudah ada pembicaraan dan penawaran ghatikara kepada YM Kassapa. Dan YM kassapa sudah menerimanya. Ini bisa dilihat dari bagian sutta berikut.
Jika dilihat disini bukankah alasan penolakan YM Kassapa pada raja karena dia sudah menerima tawaran lain yaitu si pembuat tembikar.
Jika dilihat komentar YM Kassapa tentang ghatikara, sepertinya ghatikara memang sudah punya kebiasaan yang membiarkan orang memilih pot yang dia buat dan mengambil sesukanya tanpa dia ada ditempat. Dia tidak mematok harga pada pot-nya, dia tidak menerima uang atau barang berharga lainnya. Begitulah cara dia mencari nafkah untuk menopang hidup orang tua-nya.
Dari bagian sutta ini, jika dilihat dari jawaban orang tua ghatikara, seperti-nya ghatikara sudah memberitahu duluan kepada orang tua-nya. Bahwa dia telah menjadi penopang YM Kassapa.
Dan biasanya Sang Buddha tidak pernah mengambil makanan untuk dirinya sendiri, tapi untuk kasus ini karena situasinya berbeda makanya dia mengambil sendiri.
Bagaimana bisa dibilang YM Kassapa mencuri, jika tidak ada yang kehilangan? Yang ada pada ghatikara dan orang tua-nya hanya perasaan bahagia.
Kata penopang berarti, dia bersedia memberi apapun yang dibutuhkan oleh YM Kassapa.
Analisis yg menarik. sbg informasi, Kassapa di sana bukanlah seorang bhikkhu biasa melainkan adalah Sang Buddha Kassapa, yaitu seorang Buddha sebelum Buddha Gotama.
jadi pembawa ajaran buddha sebelum buddha gotama itu ada ya? dan buddha gotama bukan pembawa ajaran buddha pertama kali. apa bisa share bro linknya . terima kasih _/\_
GHATIKARA SUTTAbtw, buda juga ternyata suka senyum2 sendiri =)) =)) =))
....
2. Di suatu tempat di sisi jalan utama, Yang Terberkahi tersenyum. Muncul di benak Y M. Ananda: “Apakah alasannya, apakah penyebabnya sehingga Yang Terberkahi tersenyum? Para Tathagata tidak tersenyurn tanpa alasan.” Maka dia mengatur jubah atasnya di satu bahu, menyatukan kedua tangannya untuk menghormat Yang Terberkahi, dan bertanya kepada Beliau: “Bhante, apakah alasannya, apakah penyebabnya sehingga Yang Terberkahi tersenyum? Para Tathagata tidak tersenyurn tanpa alasan.”
jadi pembawa ajaran buddha sebelum buddha gotama itu ada ya? dan buddha gotama bukan pembawa ajaran buddha pertama kali. apa bisa share bro linknya . terima kasih _/\_Coba tanya bro indra masih adakah stock RAPB (RIWAYAT AGUNG PARA BUDDHA). Buku itu diberikan gratis. Isinya lengkap dan menarik.
Coba tanya bro indra masih adakah stock RAPB (RIWAYAT AGUNG PARA BUDDHA). Buku itu diberikan gratis. Isinya lengkap dan menarik.paling jawaban pak kumis ....
paling jawaban pak kumis ....
silakan donlot diperpustakaan dhammacitta.org ;D
jadi pembawa ajaran buddha sebelum buddha gotama itu ada ya? dan buddha gotama bukan pembawa ajaran buddha pertama kali. apa bisa share bro linknya . terima kasih _/\_
Bagaimana bisa dibilang YM Kassapa mencuri, jika tidak ada yang kehilangan? Yang ada pada ghatikara dan orang tua-nya hanya perasaan bahagia.Bukan "YM" karena Kassapa di sini bukan sekadar Savaka, tapi seorang Samma Sambuddha.
Kata penopang berarti, dia bersedia memberi apapun yang dibutuhkan oleh YM Kassapa.
Bukan "YM" karena Kassapa di sini bukan sekadar Savaka, tapi seorang Samma Sambuddha.
Terlepas dari apa yang dirasakan kemudian, secara pancasila harafiah, Buddha Kassapa tetap melakukan 'pelanggaran' kategori mengambil yang tidak diberikan. Apakah sila melihat hasilnya, bukan perbuatannya? Berarti kalau misalnya seperti kasus (fiktif) saya bobol ATM bro Indra, ternyata bukan 'mengosongkan' malah 'mengisi', saya disebut berdanakah? Kalau kriminal lari akhirnya tertangkap, disebut menyerahkan dirikah?
Walaupun seorang umat dibilang penopang sangha, tetap bukan berarti apa yang dimiliki orang tersebut adalah milik sangha. Ada kasus juga di dhammapada atthakatha mengenai seorang penggosok permata yang ruby-nya ditelan oleh bangaunya di depan seorang bhikkhu arahat yang biasa ditopangnya. Kemudian dia menuduh dan memukul bhikkhu itu. Sang Arahat tidak mau memberitahu ke mana ruby-nya karena kalau orang itu tahu pasti akan membunuh dan mengeluarkan ruby itu dari perut bangau. Entah bagaimana bangau itu mendekat dan dengan marah, orang itu menendangnya sampai muntah darah dan mati. Setelah bangau itu mati, baru bhikkhu itu memberi tahu. Orang itu menyesal luar biasa, namun bhikkhu itu mengatakan bahwa ada juga kesalahan kecil dari sisinya, yaitu masuk ke dalam rumah umat, seharusnya hanya berdiri depan pintu.
Sebetulnya tanpa kasus ini pun memang kita tahu bahwa milik penopang tidak otomatis menjadi milik sangha, sebab jika demikian, sangha bisa dimanfaatkan oleh para pencuri.
Tambahan, khusus bagian ini: "Bagaimana bisa dibilang YM Kassapa mencuri, jika tidak ada yang kehilangan?"
Seandainya bro Indra punya tabungan 1 T, lalu saya bobol 10jt. Karena begitu insignifikannya hal yang saya curi, maka bro Indra tidak merasa kehilangan. Karena tidak ada yang merasa kehilangan, jadi tidak ada hal tercurikah?
ya saya pikir perlu melihat hasilnya, contoh paling jelas adalah sila pertama, jika saya menusuk seseorang dengan niat untuk membunuh, tapi jika korban tidak mati saya tidak bisa dituntut dengan pasal pembunuhan. jika saya bhikkhu, saya juga tidak melakukan pelanggaran parajika.Untuk sila pertama, saya lihat memang dinilai dari hasil juga. Tapi apakah semua sila lain juga?
kecuali sudah ada kesepakatan sebelumnya dengan formula:Tidak ada formula tersebut dibicarakan. Yang diberikan untuk diambil/barter sukarela adalah tembikar/pot yang dibuatnya. Tidak ada dibilang 'silahkan ambil kari di dalam rumah' atau 'silahkan bongkar atap rumah', sebab yang ia tukarkan memang tembikar.
"saya mempersembahkan semua apa yg saya miliki pada saat ini dan pada masa mendatang kepada Sang Bhagava serta para bhikkhu, Sang Bhagava boleh datang kapan saja untuk mengambil apa pun yg Bhagava dan para bhikkhu perlukan."
dan hal ini lah yg (mungkin) menyebabkan Sang Buddha Kassapa menolak undangan raja dan memilih Ghatikara, spt yg sudah dijelaskan dengan sangat baik oleh sis Sriyeklina.
pada kasus Ghatikara, sptnya semua atau hampir semua atapnya diambil, namun rumah tanpa atap itu tidak pernah kehujanan sampai akhir kappa.Tetap saja berarti kembali lagi kita menimbang-nimbang hasilnya. Akhirnya kembali pada paradoks bunuh 1 selamatkan 99.
Untuk sila pertama, saya lihat memang dinilai dari hasil juga. Tapi apakah semua sila lain juga?sepertinya semua unsurnya harus lengkap baru bisa dikatakan pelanggaran, ada niat, ada tindakan, dan ada korban.
Contoh lain si A membohongi si B, tapi karena salah menyusun kalimat, si B malah salah persepsi sehingga mendapat kebenaran. Berarti si A tidak berbohong?
Tidak ada formula tersebut dibicarakan. Yang diberikan untuk diambil/barter sukarela adalah tembikar/pot yang dibuatnya. Tidak ada dibilang 'silahkan ambil kari di dalam rumah' atau 'silahkan bongkar atap rumah', sebab yang ia tukarkan memang tembikar.
Sekarang anggaplah ada formula 'saya beri semuanya' dan itu terbukti dari Buddha Kassapa menolak undangan raja. Masalahnya formula itu terjadi SETELAH kasus pengambilan atap. Sewaktu pengambilan kari & atap, formula itu belum terbentuk.
Tetap saja berarti kembali lagi kita menimbang-nimbang hasilnya. Akhirnya kembali pada paradoks bunuh 1 selamatkan 99.
Tambahan lagi: kasus ini saya tujukan bagi mereka yang menuduh saya melakukan pembenaran dengan menafsir sila dan tidak telan bulat-bulat, bukan bagi yang berpendapat sila memang perlu dicerna, seperti Sis Sriyeklina dan lainnya, walaupun tentu saja semua boleh ikutan berpendapat.
sepertinya semua unsurnya harus lengkap baru bisa dikatakan pelanggaran, ada niat, ada tindakan, dan ada korban.Berarti seorang Buddhis boleh memaki orang kain dengan kata kasar, selama orang itu tidak mengerti?
formula itu "mungkin saja" tidak disebutkan dalam sutta karena terjadi pada kesempatan lain, misalnya pada event pencapaian kesuciannya sebagai sotapanna atau sbg sakadagami atau sbg anagami. kita tidak mengetahui secara persis dan sutta juga tidak memberikan petunjuk mengenai transaksi ini, jadi apapun yg kita katakan di sini hanyalah spekulasiSelama masih berpegang pada 'sila bulat-bulat' atau 'yang tertera di buku', maka tidak lepas dari spekulasi karena memang kasus ini unik. Jika memang kita berniat mendalami makna dan tujuan dari sila, bukan secara baku, maka saya rasa hampir semua dari kita juga sudah tahu jawabannya dari awal.
itu hanya untuk menjelaskan mengenai uang 10jt saja yg tidak ketauan, tapi jika uang saya diambil 999 M, pasti saya akan tahu;D Maka agar "tidak melanggar sila", saya ambilnya 10jt saja tiap bulan. Sudah amat lebih dari cukup buat saya hidup. Lalu 2-3jt saya salurkan untuk orang tidak mampu. Kita lihat hasilnya:
;D Maka agar "tidak melanggar sila", saya ambilnya 10jt saja tiap bulan. Sudah amat lebih dari cukup buat saya hidup. Lalu 2-3jt saya salurkan untuk orang tidak mampu. Kita lihat hasilnya:
1. Tidak ada korban (karena bro Indra ga tau)
2. Saya bahagia (dapet duit)
3. Terjadi dana
Overall: semua baik, semua senang ;D
;D Maka agar "tidak melanggar sila", saya ambilnya 10jt saja tiap bulan. Sudah amat lebih dari cukup buat saya hidup. Lalu 2-3jt saya salurkan untuk orang tidak mampu. Kita lihat hasilnya:
1. Tidak ada korban (karena bro Indra ga tau)
2. Saya bahagia (dapet duit)
3. Terjadi dana
Overall: semua baik, semua senang ;D
Kalau misalnya kk indra uda tau apakah akan merasa sakit hati/kehilangan? kalo ya, berarti karma buruk, kalo gak mgkn gpp x ya?
Kalau misalnya kk indra uda tau apakah akan merasa sakit hati/kehilangan? kalo ya, berarti karma buruk, kalo gak mgkn gpp x ya?Dikatakan kamma adalah niat. Menurut Sis M14ka, niat si korban atau niat si pelaku? ;D
Dikatakan kamma adalah niat. Menurut Sis M14ka, niat si korban atau niat si pelaku? ;Doh iya tu kan memenuhi syarat2 pencurian ya, tapi kayanya reaksi korban berpengaruh juga, kalo kehilangan banget, pst karma buruknya berat, kalo ga gitu merasa kehilangan, berarti karma buruknya ringan aja....benar gak?
oh iya tu kan memenuhi syarat2 pencurian ya, tapi kayanya reaksi korban berpengaruh juga, kalo kehilangan banget, pst karma buruknya berat, kalo ga gitu merasa kehilangan, berarti karma buruknya ringan aja....benar gak?Berarti curi dari Arahat yang sifatnya tidak melekat (jadi tidak sedih), kammanya ringan, sementara curi dari orang super pelit yang kehilangan 1000 perak bisa mengamuk, merupakan kamma berat? ;D
Berarti curi dari Arahat yang sifatnya tidak melekat (jadi tidak sedih), kammanya ringan, sementara curi dari orang super pelit yang kehilangan 1000 perak bisa mengamuk, merupakan kamma berat? ;Dwkwkwkw iya ya....bingung jg.... tpi kayanya syarat ke2, ada niat untuk mengambil barang yang tidak diberikan. mgkn aja niat dari Buddha Kassapa itu bukan untuk mencuri, tapi memang mengambil barang yang rela diberikan hehe.....
wkwkwkw iya ya....bingung jg.... tpi kayanya syarat ke2, ada niat untuk mengambil barang yang tidak diberikan. mgkn aja niat dari Buddha Kassapa itu bukan untuk mencuri, tapi memang mengambil barang yang rela diberikan hehe.....Kalau tergantung dari niat memberi si tercuri, bagaimana dengan mencuri dari orang yang baru saja mati kecelakaan atau perampok kuburan? Toh si tercuri sudah tidak ada, jadi rela ga rela sudah tidak relevan.
Berarti seorang Buddhis boleh memaki orang kain dengan kata kasar, selama orang itu tidak mengerti?
Background: Seorang Buddhis menawar barang di pasar yang pembelinya kebetulan umat lain yang tidak mengerti Pali dan budaya India kuno.
Buddhis: "Gope deh..."
Penjual: "Ga bisa, ayam seekor goban..."
Buddhis: *sambil tersenyum* "OK deh, terima kasih, vasala!"
Penjual: "wassalam!" (karena salah dengar)
Selama masih berpegang pada 'sila bulat-bulat' atau 'yang tertera di buku', maka tidak lepas dari spekulasi karena memang kasus ini unik. Jika memang kita berniat mendalami makna dan tujuan dari sila, bukan secara baku, maka saya rasa hampir semua dari kita juga sudah tahu jawabannya dari awal.
mau tanya, gambar2 religius, stupa punya pengaruh apa ya?
kalau melakukan hubungan di depan gambar/patung buda emang ada karmanya ya?
mau tanya, gambar2 religius, stupa punya pengaruh apa ya?
kalau melakukan hubungan di depan gambar/patung buda emang ada karmanya ya?
Kamma adalah niat (cetana)...yang menentukan bukan objeknya tetapi pelakunya....
ini bisa menimbulkan polemik baru jika dilanjutkan, ada sebagian yg menganggap bahwa memaki adalah pelanggaran sila 4, dan ada sebagian lagi yg menganggap bukan pelanggaran sila. kalau menurut sebagian yg ke dua, memaki dengan kata kasar terlepas apakah si korban mengerti atau tidak mengerti, adalah bukan pelanggaran, dan sebaliknya untuk sebagian yg pertamaSaya baru tahu kalau ada sebagian yang menganggap memaki bukan bagian dari sila 4. Tidak apa, sebetulnya sudah OOT, dan saya rasa bro Indra juga sudah tahu benar yang saya maksudkan.
Kalau dalam kisah Ghatikara, bagaimana Buddha Kassapa menolak pemberian Raja Kisi tetapi alih-alih menyatakan sudah " memiliki" rumah di tempat Ghatikara. Bukan-kah secara harfiah, penggalan cerita tersebut menyirat-kan bahwa "mungkin" saja Ghatikara sudah menghibah-kan semua kekayaan-nya sebagai pendukung Ti-Ratna. Tetapi bagaimana-pun ada celah untuk kita berspekulasi di dalam hal ini.Tetap saja walaupun Bro Indra sudah menjadi pendukung Tiratana, kalau ada bhikkhu yang masuk ambil gitarnya untuk menjadi bhikkhu bergitar, saya rasa akan 'disikat' juga sama Bro Indra.
Saya baru tahu kalau ada sebagian yang menganggap memaki bukan bagian dari sila 4. Tidak apa, sebetulnya sudah OOT, dan saya rasa bro Indra juga sudah tahu benar yang saya maksudkan.
Bonus untuk yang mengatakan memaki tidak melanggar sila:
"Pharusaṃ vācaṃ pahāya pharusāya vācāya paṭivirato samaṇo gotamo"
"Samana gotama meninggalkan ucapan kasar, menjauhi ucapan kasar"
Bagian Culasila, Brahmajala Sutta.
Kamma adalah niat (cetana)...yang menentukan bukan objeknya tetapi pelakunya....Setuju.
kita tahu bahwa sesuatu perbuatan dpt dilakukan dalam bentuk ucapan, tindakan dan pikiran..Lalu kalau menurut bro William P. apa yang salah dari niat berhubungan seksual?
nah tujuan kita melatih sila adalah agar menimbun banyak karma baik sehingga tdk terjatuh kedalam alam rendah dan mengkondisikan untuk bisa mencapai cita2 mulia (nibbana).
Kalo kita berniat untuk berhubungan seksual...setidaknya didalam pikiran sudah ada niat dan pemikiran ato pun menikmati aktifitas tsb lewat pikiran dengan membayang2kan...
untuk menjaga sila tentu tidak hanya pintu indera saja yang kita jaga tetapi pikiran juga harus dijaga kalo menurut saya...
sila di sini yg dimaksudkan adalah pancasila, dan saya termasuk dalam sebagian yg ke dua, dan berpendapat bahwa musavada hanya mengatur soal "berbohong", memaki dan fitnah memang termasuk ucapan salah tapi diluar scope musavada. tapi untuk hal ini sebaiknya kita bahas di thread lain ajaJika secara pancasila 'tok', saya setuju, musavada tidak termasuk juga memfitnah, hasut, gossip dll. Sutta banding sutta saja juga kadang tidak sama seperti yang ditanyakan sis Hema tentang nyanyi & bermusik yang tidak termasuk atthasila di Sutta Nipata, tapi termasuk yang di Anguttara Nikaya. Jadi tergantung dilihat dari sudut pandang bagaimana saja. Sepertinya saya sudah mengerti maksud bro Indra, jadi merasa tidak perlu dibahas lagi.
Tetap saja walaupun Bro Indra sudah menjadi pendukung Tiratana, kalau ada bhikkhu yang masuk ambil gitarnya untuk menjadi bhikkhu bergitar, saya rasa akan 'disikat' juga sama Bro Indra.
Memang benar, selalu ada celah. Karenanya saya sangat setuju ungkapan "sati adalah sila tertinggi". Seseorang bisa dibilang melanggar sila, selain karena perbuatan fisiknya, juga adalah dorongan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin. Tanpa ketiga akar tersebut, perbuatan fisik saja tidak akan menyebabkan pelanggaran sila. Contohnya Pilinda Vacca dengan 'vasala'-nya yang terkenal, atau kasus Buddha Kassapa yang justru bukan karena keserakahan, namun ingin memberikan manfaat bagi si Ghatikara. Banyak sekali kasus lain seperti Mahakassapa yang mengambil air beras dari seorang wanita miskin yang ragu memberikannya (karena takut tidak pantas), bukan karena rakus, tapi demi kebaikan orang tersebut.
Tanpa kebijaksanaan, orang justru cenderung salah memahami sila, maka terjadilah pembenaran atau penyalahan.
Jika Bro Kainyn kualitas bathin-nya sudah seperti Ghatikara, kalau ada bhikkhu yang ambil gitar-nya pasti tidak akan marah... kan sudah ada contoh-nya spt Ghatikara.Tidak perlu Samma Sambuddha, saya beritahu dulu bahwa justru mungkin saya lebih parah dari Bro Indra, jadi alangkah baiknya untuk tidak mencoba, kecuali kalau mau saya paksa nyanyi pakai gitar 100 lagu non-stop. ;D
Kecuali ada sammasambuddha yang konfirmasi kualitas bathin Bro Kainyn, Jangan coba-coba ambil gitar-nya...
** Piss Bro...
Lalu kalau menurut bro William P. apa yang salah dari niat berhubungan seksual?
Tidak perlu Samma Sambuddha, saya beritahu dulu bahwa justru mungkin saya lebih parah dari Bro Indra, jadi alangkah baiknya untuk tidak mencoba, kecuali kalau mau saya paksa nyanyi pakai gitar 100 lagu non-stop. ;D
Sebenarnya sih tidak salah dengan niat ini kalo dalam pandangan untuk umum krn tidak ada yang tahu bahwa kita punya niat (dlm pikiran) demikian dan juga tidak ada korban.. tetapi manfaat untuk kemajuan bathin kita yang kurang baik kalo menurut saya...Setuju. Seperti juga cara menyenangkan indera yang lain (yang tidak bertentangan dengan hukum & budaya setempat) tidak dilarang, tapi jika kita melarutkan diri dan menyerah pada kesenangan tersebut, bisa berakibat sangat merugikan. Karena itu, setiap uposatha, kita disarankan meninggalkan semua kesenangan indriah tersebut.
Tentu alangkah baiknya jika niat (walaupun baru muncul dalam pikiran) pun perlu kita jaga agar kita pikiran tetap jernih... tidak hanya perbuatan melalui fisik dan ucapan saja yang kita jaga....Betul, yang paling baik adalah melatih pikiran yang adalah pelopornya.
Setuju. Seperti juga cara menyenangkan indera yang lain (yang tidak bertentangan dengan hukum & budaya setempat) tidak dilarang, tapi jika kita melarutkan diri dan menyerah pada kesenangan tersebut, bisa berakibat sangat merugikan. Karena itu, setiap uposatha, kita disarankan meninggalkan semua kesenangan indriah tersebut.
Betul, yang paling baik adalah melatih pikiran yang adalah pelopornya.
Lebih spesifik... Citta-kah yang di-latih ?Entahlah, secara spesifik apa saja yang dilatih, saya tidak tahu, sebab menurut pengalaman saya, semua berhubungan. Jadi melatih pikiran di sini hanya bermakna secara umum saja.
kalau paraphilia misalnya punya nafsu sex terhadap sepatu, kaki, api, mayat..dsbkalau mayat setau saya melanggar sila ke 3.. tapi tuh kaki ??? sepatu ??? :o baru denger :))
termasuk melanggar sila ke 3 ga? alasannya?
thx
ada yang aneh, ada yang nikah khan sama tembok =))
SEPATU :o
sulit untuk menilai perilaku seorang gila apakah melanggar atau tidak melanggar
=)) wkwkwkwk.... Kalo ketertarikan ama BP aneh gak kk?
BP itu apa ya?
babi panggang 8->
oleh karena itu, bisa sy pastikan seandainya sy lebih awal mengenal Buddhisme, sebelum berumah tangga.. sy yakin sy tidak akan memilih untuk meinkah...nah, om hendra yang belum menikah, segeralah.....
menikah = rahula, menempatkan rantai di kaki kita..
::
oleh karena itu, bisa sy pastikan seandainya sy lebih awal mengenal Buddhisme, sebelum berumah tangga.. sy yakin sy tidak akan memilih untuk meinkah...wah kayaknya pandangan hidup kita sama ne bro hehe
menikah = rahula, menempatkan rantai di kaki kita..
::
oleh karena itu, bisa sy pastikan seandainya sy lebih awal mengenal Buddhisme, sebelum berumah tangga.. sy yakin sy tidak akan memilih untuk meinkah...
menikah = rahula, menempatkan rantai di kaki kita..
::
Beberapa tahun yang lalu, ada seorang bhante bilang ke saya:
Punya anak itu seperti punya rantai di leher. Kalo mau makan, ingat anak... anak saya sudah makan atau belum, dst.
Punya suami/istri itu seperti punya rantai di tangan. Terikat...
Punya rumah itu seperti punya rantai di kaki. Sudah pergi sejauh apa, tetap kembali ke rumah...
Yang paling bagus itu, kehidupan tanpa rumah.
___________
Hmm... :|
Ada ungkapan, "Lebih baik jadi seorang raja tapi tidak melekat dengan harta dan kekuasaannya, daripada menjadi seorang peminta-minta tapi terikat dengan mangkuk makanannya."
Bagaimana dengan Anda?
Semoga bahagia selalu. _/\_
Ada ungkapan, "Lebih baik jadi seorang raja tapi tidak melekat dengan harta dan kekuasaannya, daripada menjadi seorang peminta-minta tapi terikat dengan mangkuk makanannya."
Bagaimana dengan Anda?
Semoga bahagia selalu. _/\_
Saya masih puthujana... anda ?
Lebih cocok sih: Lebih baik mengakui diri masih nafsu gede ketimbang jurus belut + pembenaran ini-itu sebagai alasan menikmati kesenangan indria, tapi maunya diakui sudah memadamkan nafsu.
Siapakah yang menilai seseorang masih nafsu atau tidak, bukankah dirinya sendiri?
Ungkapan baru: "Jangan memvonis seseorang kecuali Anda tahu isi hati dan pikirannya."
Salam. Semoga berbahagia. _/\_
Siapakah yang menilai seseorang masih nafsu atau tidak, bukankah dirinya sendiri?
Ungkapan baru: "Jangan memvonis seseorang kecuali Anda tahu isi hati dan pikirannya."
Salam. Semoga berbahagia. _/\_
Saya masih puthujana, anda ?
Saya masih puthujana, anda ?