Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Chan atau Zen

Kucing sang guru

(1/6) > >>

morpheus:
Alkisah sewaktu seorang guru spiritual dan murid-muridnya memulai sesi meditasi malam, seekor kucing yang tinggal di kompleks biara mengeong dengan sangat bisingnya mengganggu sesi meditasi. Sang guru memerintahkan agar si kucing diikat di luar sepanjang setiap sesi meditasi.

Beberapa tahun kemudian, sang guru meninggal dunia and si kucing tetap diikat di luar sepanjang sesi meditasi untuk menghormati perintah sang guru.

Suatu ketika, setelah si kucing pun mati, murid-murid sang guru membawa kucing lain dengan belang yang sejenis ke biara dan kembali mengikatnya selama sesi meditasi.

Beberapa abad kemudian, keturunan-keturunan murid sang guru yang terpelajar menulis artikel "ilmiah" mengenai alasan pentingnya mengikat kucing selama sesi meditasi.


terjemahan bebas dari: Zen Stories to Tell Your Neighbors

Rico Tsiau:


--- Quote ---Suatu ketika, setelah si kucing pun mati, murid-murid sang guru membawa kucing lain dengan belang yang sejenis ke biara dan kembali mengikatnya selama sesi meditasi

--- End quote ---

lalu tujuan awal supaya kucing diikat di luar ruang dilupakan? kok malah cari kucing baru?

sepertinya lama2 mengikat kucing diluar ruang meditasi menjadi semacam tradisi, yang padahal pelaksana tradisi tersebut tidak memahami tujuan awal dari sesuatu yang menjadi tradisi tersebut.

khiong:
maafkan aku yg bodoh gak ngerti maksud didalam nya..tolong y. ^:)^

morpheus:

--- Quote from: khiong on 20 April 2012, 11:23:39 AM ---maafkan aku yg bodoh gak ngerti maksud didalam nya..tolong y. ^:)^

--- End quote ---


--- Quote from: Rico Tsiau on 20 April 2012, 11:12:41 AM ---lalu tujuan awal supaya kucing diikat di luar ruang dilupakan? kok malah cari kucing baru?

sepertinya lama2 mengikat kucing diluar ruang meditasi menjadi semacam tradisi, yang padahal pelaksana tradisi tersebut tidak memahami tujuan awal dari sesuatu yang menjadi tradisi tersebut.

--- End quote ---
tepat sekali!
demikianlah lahirnya tradisi dan ritual yang berasal dari kepercayaan.

sebuah tradisi mungkin dimulai dari sebuah kegiatan sederhana seorang bijaksana di jaman dulu yang kemudian diturunkan bergenerasi-generasi sampai kehilangan makna dan alasan sebenarnya. seiring dengan berjalannya waktu, bumbu demi bumbu ditambahkan. mereka yang terjebak dalam konflik antara pemikiran modern dan rasa bakti akan mencoba menciptakan dan mencari alasan2 "ilmiah" tradisi tersebut. jaman sudah berubah, namun pengikut2 kepercayaan terus menggenggam ritual tanpa disertai kebijaksanaan ataupun kecerdasan.

konon di jaman china kuno, apabila seorang suami meninggal dunia maka di dalam upacara pemakaman sang suami, sang istri juga dibakar hidup2 agar dapat menemani sang suami di "alam sana". seorang biksu yang welas asih menciptakan tradisi baru, cukup membakar boneka2 kertas yang akan dikirim ke alam sana untuk menemari suami dan menyelamatkan kematian yang tidak perlu dan mengenaskan. seiring dengan berjalannya waktu, niat baik sang biksu pun sudah terlupakan. tradisi ini berkembang dalam skala besar menjadi pembakaran rumah2an kertas, ipad kertas, mobil kertas, uang2an akhirat dan... kartu credit kertas.

walau terdengar konyol, tapi demikianlah sifat alami batin manusia yang mencari kenyamanan.
kepercayaan, tahayul dan tradisi memberikan rasa nyaman, sebuah hiburan yang menawarkan solusi dari derita, dari dukkha.

apakah orang yg makan bangku sekolahan tinggi, terpelajar dan rajin membaca buku2 terbebas dari tradisi dan ketahyulan ini?
sama sekali tidak. walaupun rationya terus2an menyangkal ketahyulan, batin orang2 ini tetap melekat dan tanpa menyadari maknanya, terus menggenggam konsep2 kursi sial, baju keberuntungan, rumah pembawa hoki, angka sial, cermin penangkal bencana, tata letak pembawa rejeki, relik pembawa berkah, air pembersih, paritta pengusir setan, upacara kebaktian, dll.

pertanyaannya:
dapatkah saya sadar dan mengenali kemelekatan2 yang ada di agama saya dan --yg lebih sulit lagi-- yang ada di dalam batin saya beserta pamrih2nya?

ryu:
pertanyaan :
apakah ada guna membaca parita?
apakah ada guna ke vihara melakukan puja bakti?
apakah ada guna nienfo?
apakah ada guna meditasi?
apakah ada guna ritual2 keagamaan?
apakah ajaran buda itu tahayul?

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version