bukankah ini juga berlaku pada Ananda? karena habisnya umur Ananda maka ia parinibbana, terbang dan terbakar hanyalah tindakan yg menyertai habisnya umur dan kehendak, tapi bukan penyebab parinibbana itu sendiri.
bila diperhatikan melalui jalan ceritanya, maka perbedaan antara parinibbananya Ananda dengan sang Buddha. yang menjadi sebab parinibbananya Ananda adalah Kiriyanya tersebut, dengan kekuatan Abhina yang dimilikinya. Bersamaan dengan itu, kehendaknyapun(kiriya) habis. kenapa? kehancuran jasmani merupakan tanda bahwa kehendak (kiriya) itu mendahului padamnya kehendak (kiriya). Setelah jasmaninya hancur, kemudian faktor-faktor mental lainnya lenyap. adapun sang Buddha, menjelang parinibbananya, tidak ada tindakan esktrem yang dia lakukan terhadap tubuhnya sendiri. dengan demikian dia tidak melakukan apapun. Tetapi, umur tubuhnya tersebut mulai habis, maka batin sang Buddha bergerak selaras dengan pergerakan umur yang habis ini. Seperti daun yang gugur layu ke tanah yang gugurnya itu karena usia tua daun tersebut. Tetapi saat jatuh, angin berhembus dengan kencang membawa daun masuk ke dalam keranjang yang indah. daun itu sendiri tidak berbuat apapun, hanya mengikuti kemana angin berhembus. bukan angin yang menyebabkan daun itu gugur, tapi memang usia daun tersebut sudah tua. ada angin atau tidak, daun itu akan jatuh gugur. SEperti itu gambaran parinibbana sang Buddha. sedangkan Ananda, seperti daun yang dipetik, lalu disimpan di dalam keranjang. Seandainya tidak dipetik, daun itu masih akan bertahan di dahan dalam beberapa hari ke depan.
saya belum bisa memahaminya. apakah sebab dan tujuan Planet2 berputar mengelilingi matahari? apakah sebab dan tujuan Sang Buddha muncul pada 2500 tahun lalu, bukan pada 3000 tahun lalu atau 5000 lalu atau pada tahun 2012 ini?
kita mungkin tidak memahami apa sebab dari suatu tindakan orang lain, hewan, tumbuhan atau planet-planet yang mengitari matahari. tapi kita dapat memahami bahwa tidak mungkin semua tindakan itu tidak bersebab dan tidak bertujuan.
Ketika kita duduk bersantai, kemudian ada kelereng menggelinding ke samping kita, maka apakah kita akan berpikir "kelereng ini menggelinding dengan sendirinya, tanpa suatu sebab" ataukah kita akan berpikir "kelereng ini menggelinding, tentu ada sesuatu yang menyebabkannya, kendatipun aku tidak tau apakah itu."
sesuatu yang bergerak, sudah pasti disebabkan oleh sesuatu. apakah hal ini dapat diterima?