Bhikku juga pengusaha. Pada waktu itu, orang-orang yang sedang makan menyaksikan Buddha yang tiada bandingnya dengan penuh kemuliaan. Mereka segera mencuci tangan dan kaki mereka, dan dengan tangan dirangkapkan mereka menyembah penuh hormat, mereka berdiri mengelilingi Buddha. Ketika si brahmana melihat Buddha yang dikelilingi oleh banyak orang, ia merasa tidak senang, berpikir, “Pekerjaanku telah terganggu!” memerhatikan tanda-tanda besar dan kecil, si brahmana berkata, “
Bhikkhu Gotama ini, hanya jika Ia bekerja untuk mengejar materi, Ia akan mampu mencapai sesuatu seperti pengikat rambut dari batu delima yang dipakai di kepala semua orang di seluruh Jambådãpa; Ia mampu mencapai kesejahteraan! Namun, karena malas, Ia tidak melakukan apa-apa kecuali memakan makanan pada pesta pembajakan ini dan kesempatan lainnya; Ia mengembara dengan mementingkan kebugaran jasmani-Nya.” Karena merasa tidak senang dan salah
1407
Vassa Kesebelas Buddha di Desa Brahmana Nàla
pengertian, si brahmana berkata kepada Buddha dengan nada menghina sebagai berikut:
“O Bhikkhu, aku melakukan pembajakan dan penanaman benih. Demikianlah aku mencari nafkah. (Meskipun aku tidak memiliki ciri-ciri seperti yang Engkau punya, pekerjaanku tidak terpengaruh.) O Bhikkhu, Engkau juga harus membajak dan menanam sepertiku. Dengan melakukan hal itu, Engkau dapat hidup bahagia seperti-Ku. (Engkau yang memiliki ciri-ciri kebesaran, apa yang tidak dapat Engkau hasilkan?”)
(Brahmana itu telah mengetahui bahwa “Pangeran Siddhattha yang mulia di istana Sakya di Kota Kapilavatthu! Pangeran telah menjadi petapa setelah meninggalkan hidup mewah sebagai raja dunia!” dan ia juga mengenali bahwa Pangeran Siddhattha adalah bhikkhu ini. Ia berkata kepada Buddha dengan cara demikian untuk mengecam dengan kata-kata, “Setelah meninggalkan kemewahan sebagai raja dunia, apakah Engkau (yang telah menjadi seorang bhikkhu) sekarang merasa bosan?” atau karena sebagai seorang brahmana yang cerdas, ia berkata demikian bukan karena ia ingin mencela Buddha yang memiliki postur tubuh yang menarik, namun karena ia ingin memperlihatkan kebijaksanaannya dan mengajak Buddha untuk berdialog.)
Kemudian, karena ia (Brahmana Kasibhàradvàja), seorang yang layak diajak berdialog, adalah seorang petani, Buddha ingin memberikan ajaran yang sesuai dengan kecenderungannya. Untuk membabarkan khotbah Dhamma, Beliau mengungkapkan bahwa Beliau adalah pengusaha tertinggi di dunia ini bahkan di antara dewa dan brahmà, Buddha berkata:
“O Brahmana, seperti halnya engkau, Aku juga membajak lahan dan menanam benih serta hidup penuh kebahagiaan.”Kasibhàradvàja berpikir, “Bhikkhu Gotama ini mengatakan ‘Aku juga membajak lahan dan menanam benih…,” tetapi aku tidak melihat peralatannya seperti gandar, tongkat penghalau, dan lain-lain. Apakah Ia membohongiku?,” kemudian brahmana itu melihat
1408
Riwayat Agung Para Buddha
Buddha, memeriksa Beliau dari ujung kaki hingga kepala-Nya dan melihat dengan jelas bahwa Buddha memiliki tanda-tanda manusia luar biasa. Oleh karena itu ia berpikir, “Tidak ada alasan bagi orang dengan tanda-tanda ini mengatakan hal yang tidak benar.” Pada titik ini, muncullah rasa hormat dalam dirinya terhadap Buddha. Selanjutnya ia tidak lagi memanggil dengan kasar sebagai “samaõa (bhikkhu),” dan memanggil Buddha dengan nama keluarganya dan berkata:
“Kami tidak melihat gandar, bajak, tongkat penghalau, dan sapi milik Yang Mulia Gotama. Tetapi Engkau menyatakan, “O Brahmana, seperti halnya engkau, Aku juga membajak lahan dan menanam benih serta hidup penuh kebahagiaan.”
Brahmana itu kemudian bertanya dalam syair berikut:
Kassako pañijànàsi
na ca passàma te kasiÿ.
Kasiÿ no pucchito bråhi
yathà jànemu te kasiÿ. (1)
“(O Gotama,) Engkau menyatakan bahwa Engkau adalah seorang petani. Tetapi aku tidak melihat peralatan-Mu, (seperti gandar, bajak, dan lain-lain) yang diperlukan dalam bertani. Mohon beritahu kami agar kami mengetahui semua peralatan (yang Engkau, Gotama, gunakan) untuk bertani.”
Atas pertanyaan yang diajukan oleh brahmana itu, Buddha memberikan jawaban lengkap dalam empat bait syair, tiga berisi jawaban dan keempat adalah kesimpulan. Syair jawaban itu adalah sebagai berikut:
Jawaban atas syair (1)
Saddhà bãjaÿ tapo vuññhi
pa¤¤à me yuga-naïgalaÿ.
Hirã ãsà mano yottaÿ
sati me Phàlapàcanaÿ. (2)
1409
Vassa Kesebelas Buddha di Desa Brahmana Nàla
“(O Brahmana dari suku Bhàradvàja!) keyakinan-Ku adalah benih-Ku, keyakinan yang terdiri dari empat jenis:
(1) àgama (àgamana-saddha, keyakinan yang berdasarkan tekad untuk menjadi seorang Buddha),
(2) adhigama (adhigamana-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pencapaian Jalan dan Buahnya),
(3) okappanà, (okappana-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pemahaman dari kemuliaan Tiga Permata), dan
(4) pasàda (pasàda-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pemandangan dan pendengaran terhadap apa yang menyenangkan hati).
(Penjelasan dari empat ini dapat dibaca dalam Komentar Pàthika Vagga dan sumber lainnya.)” (a)
“Pengendalian-Ku atas enam indria adalah hujan yang membantu dalam tumbuhnya tanaman.” (b)
“Kebijaksanaan Pandangan Cerah (Vipassanà-pa¤¤à) dan Empat Kebijaksanaan (Magga-Pa¤¤à) adalah gandar dan penggaruk tanah.” (c)
“Rasa malu (hirã) dan takut (ottappa) akan perbuatan jahat adalah dua baris mata penggaruk tanah.” (d)
“Pikiran-Ku yang terkonsentrasi (samàdhi) adalah tiga utas tali, satu untuk mengikat, yang lain untuk menarik dan yang ketiga untuk penghubung.” (e)
“Perhatian-Ku (sati) yang disertai dengan Kebijaksanaan Pandangan Cerah dan juga disertai oleh Kebijaksanaan Jalan adalah mata penggaruk tanah dan tongkat penghalau.”(f)
Sumber: RAPB, Buku 2, hal.1406-1409.