Saya punya seorang teman di Shanghai bernama David yang merupakan produsen sekaligus eksportir di China. Dia punya 1 customer dari Negara Turki (sebut saja Mr. Okzul) dan sudah ada perjanjian kontrak kerjasama sebagai supplier dan agen tunggal di negara masing-masing. Itu artinya, si Mr. Okzul berjanji hanya beli produk China melalui David; dan David juga berjanji hanya menjual ke Turki melalui agen tunggalnya (Mr. Okzul).
Mr. Okzul memang sering membeli produk dari David, namun tidak menentu. Kadang 2 bulan sekali, kadang 3 bulan sekali --- dan pesanannya pun tidak banyak. Suatu hari, ada customer dari Turki (sebut saja Mr. Ovat) bernegosiasi dengan David. Mr. Ovat adalah pebisnis yang jauh lebih besar daripada Mr. Okzul. Setelah melewati proses negosiasi, akhirnya mereka berdua setuju untuk melakukan bisnis.
Sama seperti Mr. Okzul, Mr. Ovat juga meminta kontrak kerjasama untuk menjadi agen tunggal di Turki. Mr. Ovat selalu pesan 125 box lebih dalam kurun waktu 2 minggu sekali dan rutin tiap bulan. Itu artinya, David selalu mengekspor produknya ke Mr. Ovat 2 kali dalam sebulan dalam volume besar dan setiap bulannya selalu rutin.
Jika idealisme Buddhis terlalu tinggi, kesempatan emas seperti ini pasti dilewatkan dari awal muka mereka berkenalan.
Menurut saya, jika ada orang yang berdiri di posisi David dan menolak prospek bisnis dari Mr. Ovat, itu bukanlah integritas yang sempurna di mata saya; namun semata-mata hanya dungu.