//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mahayana vs Theravada  (Read 26459 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #75 on: 11 May 2011, 05:02:54 PM »
Makna kata "syncretism" menurut Merriam-Webster:
1. the combination of different forms of belief or practice
2. the fusion of two or more originally different inflectional forms

sumber: http://www.merriam-webster.com/dictionary/syncretism

Dari pengertian ini, "syncretism" secara umum dapat berarti percampur-adukan antara dua wujud/bentuk (keyakinan & praktik religius ataupun hal lainnya) yang berbeda; sehingga kesimpulannya adalah: masing-masing darinya kehilangan wujud aslinya akibat kombinasi dan percampuran tersebut. Dalam hal ini, "sinkretisme" berarti menghilangkan otentisitas.

Bagaimana menurut Bro Indra?

AB + BC = ABC

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #76 on: 11 May 2011, 05:41:52 PM »
Kalau saya ber-doktrin, oke-lah... saya terima... kalau anda ?

Saya? saya hanya melihatnya sebagai uap di pagi hari :)
« Last Edit: 11 May 2011, 05:43:30 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #77 on: 11 May 2011, 05:42:32 PM »
Ada yang seperti orang "buta" di sini (DC) ?

Ada. Saya dan kamu.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #78 on: 13 May 2011, 10:16:40 AM »

Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.


Kisah yang anda kutip di atas tidak revelan untuk menggambarkan ketidak-konsistenan ajaran.
Sepenangkapan ane, jalan lurus yang digambarkan dalam kisah itu adalah kekonsistenan ajaran, yaitu lurus tidak belak-belok.
Jadi yang tidak konsisten bukanlah ajarannya tetapi orang buta yang menjalaninya.

Kecuali kisah tersebut mengisahkan seseorang yang sedang berjalan lurus, tapi tetap diteriakin gurunya untuk ke kiri dan ke kanan. Maka kisah ini lebih cocok menggambarkan ketidakkonsistenan ajaran, bahwa jalan lurus bukanlah jalan yg benar, tapi musti zig-zag ke kiri dan ke kanan.

IMO, jalan lurus yang digambarkan pada kisah di atas adalah "Jalan Tengah" (jalan mulia beruas 8 ), sementara tepi kiri dan kanan masing2 menggambarkan kemelekatan akan kesenangan dan penderitaan.

Sebagai contoh adalah seorang siswa yang diinstruksikan gurunya untuk melatih konsentrasi, tetapi setelah berhasil mencapai konsentrasi siswa tersebut melekat dengan kebahagiaan kedamaian ketenangan. Ini bagaikan seorang yang berjalan miring ke kanan, ke arah kemelekatan kebahagiaan kesenangan. Oleh karena itulah sang guru akan meneriakkan instruksi untuk berjalan ke arah kiri, yaitu keluar dari ketenangan konsentrasi. Hal ini bisa jadi membingungkan si siswa karena sebelumnya sang guru mengajarkan untuk berusaha mencapai konsentrasi, setelah tercapai kok disuruh keluar? Hal ini terlihat seperti suatu ketidakkonsistenan oleh karena itulah disebut masih rabun matanya.

Jadi bukan ajaranlah yang tidak konsisten tetapi yang menjalaninyalah yg tidak konsisten. Sang guru menjaga siswanya yg masih rabun agar tetap lurus.
 

yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #79 on: 13 May 2011, 10:20:42 AM »
Ada. Saya dan kamu.

Bagaimana anda tahu saya buta, jika anda sendiri tidak melihat ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #80 on: 13 May 2011, 10:34:36 AM »
Bro hendrako yang terkasih, kisah di atas hanyalah hasil refleksi saya dalam menjalani praktik selama ini, bukan kutipan dari sumber manapun. Terserah pada anda jika mau menafsirkan jalan di kisah ini menurut pengalaman dan pengetahuan Bro Hendarko sendiri. Saya tidak berhak untuk menyalahkan ataupun membenarkan penafsiran Anda atas kisah ini. Meskipun demikian, saya tidak melihat ada perbedaan yang esensial di antara kita :)

 Kita adalah dua "orang buta" yang mungkin saja saat ini berada dalam posisi yang berbeda, atau juga mungkin sama. Tapi karena orang buta tidak bisa saling melihat satu sama lain, maka tidak bisa saling memberikan penilaian. Sebagai orang buta, kita ikut saja tuntunan Buddha-dharma berdasarkan petunjuk dari guru/tradisi kita masing-masing dalam menjalani praktik.

Biarkan pengalaman saya menjadi pengalaman saya dan pengalaman anda menjadi pengalaman Anda. Petunjuk dari guru/tradisi saya mungkin hanya cocok untuk saya, begitu juga petunjuk dari guru/tradisi Anda mungkin hanya cocok untuk Anda. Hal ini hanya, mungkin, karena posisi kita sebagai "orang buta"  sedang bebeda, meski sedang menempuh ke arah jalan yang sama :)   
   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #81 on: 13 May 2011, 10:36:41 AM »
Bagaimana anda tahu saya buta, jika anda sendiri tidak melihat ?

Apakah Anda sudah mencapai pencerahan? Kalau iya, saya setuju kalau Anda tidak buta :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #82 on: 13 May 2011, 10:47:32 AM »
Apakah Anda sudah mencapai pencerahan? Kalau iya, saya setuju kalau Anda tidak buta :)

Anda menjawab saya dan anda buta...
1. anda menyatakan anda buta, berarti anda tahu anda buta... (kecuali anda bohong soal kebutaan anda)
2. Kalau anda benar buta (spt butir 1), darimana anda tahu saya buta ? (atau jangan jangan anda yang sudah mencapai pencerahan sempurna ?)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #83 on: 13 May 2011, 10:54:54 AM »
Bro hendrako yang terkasih, kisah di atas hanyalah hasil refleksi saya dalam menjalani praktik selama ini, bukan kutipan dari sumber manapun. Terserah pada anda jika mau menafsirkan jalan di kisah ini menurut pengalaman dan pengetahuan Bro Hendarko sendiri. Saya tidak berhak untuk menyalahkan ataupun membenarkan penafsiran Anda atas kisah ini. Meskipun demikian, saya tidak melihat ada perbedaan yang esensial di antara kita :)

 Kita adalah dua "orang buta" yang mungkin saja saat ini berada dalam posisi yang berbeda, atau juga mungkin sama. Tapi karena orang buta tidak bisa saling melihat satu sama lain, maka tidak bisa saling memberikan penilaian. Sebagai orang buta, kita ikut saja tuntunan Buddha-dharma berdasarkan petunjuk dari guru/tradisi kita masing-masing dalam menjalani praktik.

Biarkan pengalaman saya menjadi pengalaman saya dan pengalaman anda menjadi pengalaman Anda. Petunjuk dari guru/tradisi saya mungkin hanya cocok untuk saya, begitu juga petunjuk dari guru/tradisi Anda mungkin hanya cocok untuk Anda. Hal ini hanya, mungkin, karena posisi kita sebagai "orang buta"  sedang bebeda, meski sedang menempuh ke arah jalan yang sama :)   
   


Tebakan ane, kisah tersebut terilhami dari Ajahn Chah saat beliau ditanya kenapa isi khotbah beliau terasa berkontradiksi.  ;D
Karena ini tebakan, bisa saja saya salah.

Posting ane di atas hanyalah feedback bahwa perumpamaannya tidak pas dengan apa yg diumpamakan. Dan siapa saja berhak bersikap atas tanggapan saya sesuai kapasitas masing2 karena ini ada di dalam forum. Tentu saja terdapat perbedaan esensial karena anda menyebutkan ajaran Buddhis tidak perlu konsisten sementara saya merasakan perlunya kekonsistenan ajaran. Mungkin benar bahwa petunjuk guru anda hanya cocok bagi anda, tapi petunjuk dari guru yang saya pelajari tidak hanya cocok bagi saya tetapi juga bisa cocok kepada banyak orang lain.

Tapi, intinya emang kecocokan.
yaa... gitu deh

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #84 on: 13 May 2011, 11:15:08 AM »
Anda menjawab saya dan anda buta...
1. anda menyatakan anda buta, berarti anda tahu anda buta... (kecuali anda bohong soal kebutaan anda)
2. Kalau anda benar buta (spt butir 1), darimana anda tahu saya buta ? (atau jangan jangan anda yang sudah mencapai pencerahan sempurna ?)

saya mendengar orang  lain sedang mengeluh demikian Kuduga ia buta... Kamu kah itu bro Dilbert? Kalau itu bukan anda, saya minta maaf. Kalau itu anda, tapi tidak buta, saya minta maaf juga. Itukan cuma dugaan dari orang buta
« Last Edit: 13 May 2011, 11:18:16 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #85 on: 13 May 2011, 11:27:43 AM »
Tebakan ane, kisah tersebut terilhami dari Ajahn Chah saat beliau ditanya kenapa isi khotbah beliau terasa berkontradiksi.  ;D
Karena ini tebakan, bisa saja saya salah.

Posting ane di atas hanyalah feedback bahwa perumpamaannya tidak pas dengan apa yg diumpamakan. Dan siapa saja berhak bersikap atas tanggapan saya sesuai kapasitas masing2 karena ini ada di dalam forum. Tentu saja terdapat perbedaan esensial karena anda menyebutkan ajaran Buddhis tidak perlu konsisten sementara saya merasakan perlunya kekonsistenan ajaran. Mungkin benar bahwa petunjuk guru anda hanya cocok bagi anda, tapi petunjuk dari guru yang saya pelajari tidak hanya cocok bagi saya tetapi juga bisa cocok kepada banyak orang lain.

Tapi, intinya emang kecocokan.

Mungkin memang saya pernah baca khotbah Ajahn Chah yang demikian. Tapi karena teelalu banyak bacaan yang lain,  saya sudah melupakannya. Sampai pada suatu saat, di tengah-tengah praktik saya, kisah ini mencuat begitu saja dari memori tanpa konteksnya lagi.   Kendati demikian, jika saya menemukan kembali kisah ini dari pengalaman saya; saya mendapatkan perspektif lain dari kisah ini yang dibangun dari pengalaman saya sendiri. Yang penting adalah maknanya, bukan kisah itu sendiri. Di luar itu semua, praktik yang kujalani adalah terpenting. Kisah yang sama menjadi berbeda maknanya, ketika (mungkin pernah) saya membacanya dari buku dengan makna yang kuperoleh kemudian dari praktik. Kisah hanyalah alat untuk menyampaikan suatu makna dari pengalaman.

Trimakasih atas informasinya.

Soal ajaran dari guru/tradisi kita masing2: Boleh saja kita mengklaim ajarannya cocok untuk orang lain juga, tapi bagaimanapun, yang menentukan suatu ajaran cocok atau tidak adalah orang  lain itu sendiri. Saya tidak merasa berhak menentukan apakah suatu ajaran cocok atau tidak buat orang lain.
« Last Edit: 13 May 2011, 11:30:59 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #86 on: 13 May 2011, 12:05:57 PM »
Mungkin memang saya pernah baca khotbah Ajahn Chah yang demikian. Tapi karena teelalu banyak bacaan yang lain,  saya sudah melupakannya. Sampai pada suatu saat, di tengah-tengah praktik saya, kisah ini mencuat begitu saja dari memori tanpa konteksnya lagi.   Kendati demikian, jika saya menemukan kembali kisah ini dari pengalaman saya; saya mendapatkan perspektif lain dari kisah ini yang dibangun dari pengalaman saya sendiri. Yang penting adalah maknanya, bukan kisah itu sendiri. Di luar itu semua, praktik yang kujalani adalah terpenting. Kisah yang sama menjadi berbeda maknanya, ketika (mungkin pernah) saya membacanya dari buku dengan makna yang kuperoleh kemudian dari praktik. Kisah hanyalah alat untuk menyampaikan suatu makna dari pengalaman.

Trimakasih atas informasinya.

Soal ajaran dari guru/tradisi kita masing2: Boleh saja kita mengklaim ajarannya cocok untuk orang lain juga, tapi bagaimanapun, yang menentukan suatu ajaran cocok atau tidak adalah orang  lain itu sendiri. Saya tidak merasa berhak menentukan apakah suatu ajaran cocok atau tidak buat orang lain.

U'r welcome.
yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #87 on: 13 May 2011, 12:10:47 PM »
saya mendengar orang  lain sedang mengeluh demikian Kuduga ia buta... Kamu kah itu bro Dilbert? Kalau itu bukan anda, saya minta maaf. Kalau itu anda, tapi tidak buta, saya minta maaf juga. Itukan cuma dugaan dari orang buta

saya buta dan sekaligus tidak buta... Permintaan maaf anda tetap saya terima...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #88 on: 13 May 2011, 01:25:32 PM »
saya buta dan sekaligus tidak buta... Permintaan maaf anda tetap saya terima...

Terimakasih. Di mana ada pemaafan di sana ada compassion :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline PIKOCHAN RAPTOR

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 261
  • Reputasi: -2
  • Gender: Male
  • SSBS
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #89 on: 13 May 2011, 07:31:43 PM »
 _/\_ Marilah kita saling memaafkan karena kita saling belajar tuk memahami

 _/\_ SSBS
 [at]  Perjalanan seribu mil diawali dengan sebuah langkah.
 [at]  Sebuah batu permata tak bisa dipoles tanpa gesekan, seperti halnnya seorang manusia disempurnakaan dengan cobaan hidup.