//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)  (Read 7855 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« on: 26 March 2011, 03:55:09 PM »
Kebebasan Palsu

Kebebasan salah adalah keadaan batin yang timbul dari anggapan salah bahwa ia telah mencapai kebebasan sesungguhnya. Ada banyak macam kebebasan. Banyak pandangan salah  mengenai Kebebasan diantara Buddhis dan non Buddhis. Non Buddhis beranggapan bahwa mereka terbebaskan jika mereka berhasil dalam pencarian roh/jiwa (atman) atau ketika mereka telah dapat membedakan jiwa dari unsur-unsur kepribadian.  Pada jaman Sang Buddha para Jaina yang merupakan murid Nigantha Nataputta, beranggapan bahwa mereka dapat mencapai kebebasan melalui latihan menyiksa diri yang akan membantu mereka mengikis karma lalu dan membuat mereka kebal terhadap karma baru. Mereka hidup dalam keadaan alami karena mereka beranggapan bahwa ketidak melekatan terhadap busana adalah tanda pencapaian kesucian tertinggi. Petapa-petapa telanjang ini dihormati sebagai Arahat oleh para pengikutnya.

Masih ada petapa demikian di India. Beberapa mencari kebebasan dengan memuja api, beberapa berharap mereka akan terbebaskan jika membersihkan dosa-dosa mereka dengan mandi di sungai Gangga. Beberapa berharap mencapai kebebasan di Surga dengan memuja Tuhan yang Mahakuasa. Beberapa orang seperti resi Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta percaya kebebasan melalui "ketiadaaan" (Jhana ke 7) atau "bukan persepsi dan juga bukan bukan-persepsi (Jhana ke 8 ). Beberapa menganggap kebebasan adalah pencapaian Jhana tanpa bentuk. Baka Brahma beranggapan bahwa kebebasan di capai di alamnya dengan pencapaian Jhana pertama.

Diantara umat Buddha juga ada pandangan yang menyamakan kebebasan dengan pencapaian Jhana. Sang Buddha menerangkannya pada awal Sutta ini. Saya juga telah mengaitkan dengan Thera Mahanaga dan Mahatissa yang memiliki pandangan salah demikian. Kemudian ada juga meditator yang bicara pencapaian Magga dan hasilnya ketika mereka memiliki pengalaman yang tak umum seperti melihat cahaya, kebahagiaan dan kenikmatan yang mengikuti timbulnya pengetahuan timbul dan lenyap (udayabaya nana). Beberapa percaya bahwa mereka mengalami perasaan sejuk dan segar, merasakan ringan, gemetar mendadak, meluruh, melihat bentuk-bentuk yang tak umum atau penglihatan-penglihatan, mendengarkan suara-suara aneh, melihat objek memuakkan, merasakan kontak dengan udara, merasa seolah-olah kita diatas air yang luas, melihat sinar dan sebagainya.

Beberapa menjadi tidak sadar ketika duduk dua jam atau dua-tiga hari setelah berlatih Vipassana. ketika tubuh meditator tersebut diangkat, posisi duduknya tetap sama, tapi ketika ditanyakan, ia tak dapat menerangkan perbedaan antara batin dan jasmani atau sifat alami ketiga karakteristik. Pengalaman tak umum ini murni disebabkan konsentrasi. Tetapi bagi yang tidak mengerti dianggap sebagai penghentian fenomena batin-jasmani atau pencapaian Hasil Sang Jalan (Phala Samapatti).

Apa yang penting adalah keberlangsungan berbagai pandangan terang yang menuju kepada pengetahuan Jalan, Hasil dan Kebebasan. Mereka yang menganggap mereka mencapai kebebasan paling sedikit memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha. Mereka seharusnya tidak memiliki keyakinan terhadap latihan yang tak memiliki Jalan, dan mereka harus terbebas dari keragu-raguan dan pandangan salah terhadap diri. Mereka sangat ketat dalam melaksanakan lima sila. Jika seseorang mengaku mencapai kemajuan spiritual atau memasuki arus tanpa terbebas dari pelanggaran lima sila maka pengetahuan kebebasannya adalah kebebasan palsu.

Untuk informasi bagi pembaca kami akan mengutip penyebab kebebasan palsu yang tertulis di komentari Samagama Sutta dari Majjhima Nikaya.

Arahat Cahaya

Dalam menanggapi permintaan Bhikkhu pengikut, seorang bhikkhu memberikan petunjuk apa yang dianggapnya merupakan pencapaian seketika tingkat kesucian Arahat. Setiap meditator bermeditasi pada objek awal di ruangannya. Jika ketika ia sedang bermeditasi, ada muncul sinar maka ia sudah berada pada Jalan pertama (Sotapatti). Kemunculan sinar kedua menandakan bahwa ia telah mencapai kesucian tingkat kedua, sinar ketiga dan ke empat menandakan  bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian ketiga dan keempat. Sang meditator akan menjadi Arahat. Karena petunjuk demikian siswa-siswanya menganggap bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Ketika ia meninggal mereka percaya bahwa ia telah mencapai Nibbana dan lalu mereka memuja dan memperabukan jenasahnya dengan meriah. Tulangnya di letakkan di pagoda. pada waktu itu beberapa Bhikkhu yang memiliki pengetahuan cukup datang sebagai tamu dan tuan rumah memberitahukan ajaran yang diberikan oleh guru mereka, bagaimana mereka menganggap ia telah Parinibbana dan seterusnya.

Para Bhikkhu yang berkunjung berkata:" Tuan-tuan, cahaya yang dilihat oleh gurumu bukanlah "Jalan". Itulah adalah kekotoran pandangan terang (upakilesa), sesuatu yang mengotori meditasi pandangan terang. Anda kurang begitu mengerti mengenai meditasi pandangan terang. Fakta sesungguhnya gurumu sebenarnya masih orang biasa." Keterangan mereka berdasarkan kitab suci, tetapi tak dapat diterima oleh bhikkhu lain yang tersinggung oleh komentar yang berlawanan terhadap guru mereka, dan mereka membantah pendapat orang terhadap pencapaian spiritual gurunya. Demikianlah beberapa orang mengakui seseorang telah menjadi Arahat padahal ia sebenarnya bukan Arahat. Kitab komentar menyatakan bahwa orang-orang ini tak dapat mencapai Jalan (Magga) dan Hasil (Phala) atau bahkan alam surga selama mereka belum melepaskan  pandangan salah mereka.

Sub-penjelasan menerangkan pernyataan yang ada pada kitab penjelasan sebagai berikut:- "Terikat erat pada pandangan salah sehingga mengangkat-angkat seorang manusia biasa menjadi status orang suci, menmbicarakan mengenai hal itu(pandangan salah), untuk menonjolkan atau membantahnya, adalah penghalang bagi pencapaian Sang Jalan (Magga) atau alam surga." Kita harus simpan dalam hati bahwa merupakan suatu kesalahan besar untuk mengangkat-angkat guru kita dan memuji-muji bahwa ia telah mencapai kesucian padahal ia masih orang biasa.


Wrong Liberation

Wrong liberation is the state of mind that one mistakes for real liberation. There are many kinds of wrong liberation. There are many wrong views about liberation among Buddhists and non-Buddhists. Non-Buddhists believe that they are liberated when they succeed in their search for the soul (atman) or when they differentiate the soul from the aggregates of personality. In the lifetime of the Buddha the Jains who were the disciples of the prominent religious teacher Nigantha Nātaputta, held that they could achieve liberation through the practice of austerities that would help them to exhaust the old kamma and make them immune to new kamma. They lived in a state of nature because they believed that non-attachment to cloths was a sign of full liberation. These naked ascetics were honoured as Arahants by their followers.

There are still such ascetics in India. Some seek liberation by worshipping fire, some hope they will be liberated if they cleanse themselves of their sins by bathing in the Ganges. Some hope to attain liberation in heaven by worshipping the Almighty God. Some people like the rishis Ālāra, Rāma, and Udaka believe in liberation through Nothingness (ākiñcaññāyatana-jhāna) or Neither-perception-nor-non-perception (nevasaññānāsaññāyatana-jhāna). Some people identify liberation with absorption of the fine material sphere. Baka brahma held that liberation was attainment of the brahma realm of his first absorption.

Among Buddhists, too, there is the view that equates liberation with the attainment of one of the absorptions. The Buddha mentioned it at the beginning of this sutta. I have also referred to the elders Mahānāga and Mahātissa who harboured such a delusion. Then there are meditators who speak of their attainment of the path and its result when they have unusual experiences such as seeing the light, joy and ecstasy attendant on the emergence of the knowledge of arising and passing away. Some believe they have made much spiritual progress even when they have less significant, but unusual, experiences such as feeling cool and fresh, feeling light, sudden tremors, collapsing, seeing extraordinary forms and visions, hearing strange sounds, seeing repulsive objects, feeling contact with space, feeling oneself on a big expanse of water, seeing the light and so forth.

Some become unconscious while sitting within two hours or two or three days after practising mindfulness. When the body of such a meditator is lifted, his sitting posture remains intact, but when questioned, he cannot point out the distinction between mind and matter or the nature of the three characteristics. These unusual experiences are purely based on concentration. However, for ignorant people they may be regarded as cessation of psychophysical phenomena or absorption in the fruition of the path.

What is important is the successive arising of the different kinds of insight-knowledge that lead to the knowledge of the path and fruition and liberation. Those who consider themselves liberated should at least have unwavering faith in the Buddha, Dhamma, and Sangha. They should have no faith in any practice that is devoid of the path, and they should be free from ego-belief and doubt, and very strict in the observance of the five precepts. If anyone claims spiritual progress or Stream-winning without being free even from the breaches of the five precepts, his sense of liberation is just wrong liberation.

For the information of readers we will mention the cause of wrong liberation cited in the Commentary on the Samāgama Sutta of the Majjhimanikāya

The Light Arahant

In response to the request of his disciples a monk gave instructions for what he described as instant attainment of Arahantship. Each meditator was to meditate on his original object in his room. If while he was thus meditating, there appeared a light he would be on the first path. The second appearance of the light would indicate the attainment of the second path, the third and fourth lights indicated the third and fourth paths
respectively.  The meditator would then become an Arahant. Because of such instructions his disciples decided that he was an Arahant. When he died later they believed that he had attained nibbāna and so they honoured and cremated his remains pompously. The bones were enshrined in a pagoda. At that time some knowledgeable monks arrived as guests and the hosts told them about the instruction of their teacher, his supposed parinibbāna and so forth.

The visiting monks said: “Sirs, the light that your teacher saw is not the path. It is a corruption of insight (upakkilesa), something that defiles insight meditation. You are not well-informed on insight meditation. In fact, your teacher was a mere worldling.” Their explanation was based on scriptures, but it was not acceptable to the other monks who resented any adverse comments about their teacher, and they argued the case for his spiritual attainments. Thus some people credit a person with Arahantship when he is in fact not an Arahant. The Commentary states that these people cannot attain the path and fruition or even the celestial realm so long as they do not renounce their wrong view.

The Subcommentary explains the Commentary’s statement as follows:– “To cling firmly to a wrong view that makes one upgrade the blameworthy worldling to the status of a noble one, talk about it (the wrong view), to extol it or to argue for it, is an obstacle to the attainment of the celestial realms or the path.” We should bear in mind then that it is a grave mistake to glorify one’s teacher and claim that he is a noble one when he is just an ordinary person.


Dikutip dari: Salekkha Sutta, oleh Mahasi Sayadaw.

http://www.aimwell.org/Books/Mahasi/Sallekha/WrongEffort/wrongeffort.html
« Last Edit: 26 March 2011, 04:05:30 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #1 on: 27 March 2011, 07:52:30 PM »
Ko, mau nanya...
apa ada kemungkinan org mencapai tingkat kesucian tanpa meditasi?

Thanks,
Rina
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #2 on: 27 March 2011, 07:57:42 PM »
Ko, mau nanya...
apa ada kemungkinan org mencapai tingkat kesucian tanpa meditasi?

Thanks,
Rina

gampang, jadi Kyai aja

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #3 on: 27 March 2011, 08:04:30 PM »
ada.... yaitu saat mendengar langsung kotbah dhamma dari buddha yg di tujukan ke org itu
...

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #4 on: 27 March 2011, 08:10:50 PM »
ada.... yaitu saat mendengar langsung kotbah dhamma dari buddha yg di tujukan ke org itu

Salah, para Siswa Sang Buddha yang medengarkan dhamma pada saat itu juga langsung memusatkan perhatiannya kedalam batin masing2 sehingga mereka mencapai kesucian karena meditasi terlebih dahulu.. CMIIW

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #5 on: 27 March 2011, 08:57:59 PM »
gampang, jadi Kyai aja

yg srius dunk jawapnya...
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #6 on: 27 March 2011, 10:07:33 PM »
gampang, jadi Kyai aja
apakah grade ini, merupakan grade kesucian?
Samma Vayama

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #7 on: 27 March 2011, 10:12:23 PM »
apakah grade ini, merupakan grade kesucian?

menurut mrk, YA

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #8 on: 27 March 2011, 10:43:59 PM »
Ada beberapa orang/sebagian kelompok yg menganggap piti sebagai sebuah pencapaian,
Ada beberapa orang/sebagian kelompok yg menganggap nimitta sebagai pencapaian (berdasarkan pengakuan salah satu umat agama tertentu)

Pertanyaannya;bagaiamana mengetahui bahwa kita tidak terprosok kesalah satu pandangan salah?
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #9 on: 28 March 2011, 05:55:29 AM »
menurut mrk, YA

YA itu kepanjangan apa, produk organisasi ? perincian yang lebih lengkap atu !  :)) :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #10 on: 28 March 2011, 05:57:35 AM »
Ko, mau nanya...
apa ada kemungkinan org mencapai tingkat kesucian tanpa meditasi?

Thanks,
Rina

IMO, tidak ada
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #11 on: 28 March 2011, 09:26:52 AM »
Salah, para Siswa Sang Buddha yang medengarkan dhamma pada saat itu juga langsung memusatkan perhatiannya kedalam batin masing2 sehingga mereka mencapai kesucian karena meditasi terlebih dahulu.. CMIIW
klo case nya seperti pangeran yasa?
mencapai tingkat kesucian sotapnna dan kemudian arahat.. baru kemudian ditasbihkan...
atau ayahnya yasa..yang mendegar kotbah kemudian mencapai sotapanna??  yg setelah itu baru menyatakan berlindung terhadap buddha, dhamma, n sangha (menjadi umat awam pengikut buddha)
kan tidak mungkin sambil mendengar kotbah mereka bermeditasi dgn objek suara
« Last Edit: 28 March 2011, 09:30:35 AM by The Ronald »
...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #12 on: 28 March 2011, 12:06:52 PM »
Ko, mau nanya...
apa ada kemungkinan org mencapai tingkat kesucian tanpa meditasi?

Thanks,
Rina
Salah, para Siswa Sang Buddha yang medengarkan dhamma pada saat itu juga langsung memusatkan perhatiannya kedalam batin masing2 sehingga mereka mencapai kesucian karena meditasi terlebih dahulu.. CMIIW

Sis Rina yang baik, bro Umat Awam telah menjelaskan dengan baik. Pencapaian kesucian ada yang singkat dan ada yang lama, tergantung latihan yang telah dilakukannya di masa lampau. Pada masa Sang Buddha masih hidup memang ada mahluk-mahluk dengan sejarah latihan di masa lampau yang matang, sehingga dalam kehidupan tersebut mereka dengan cepat dapat mencapai kesucian.

Pencapaian kesucian secara cepat bukan berarti menyimpang dari jalur yang seharusnya. Mereka (Maha Savaka) tetap mencapai kesucian dengan melalui tujuh tingkat ke arah kesucian, memiliki bala yang seimbang, melaksanakan Jalan ariya berunsur Delapan dsbnya.

Pada kasus Mahasavaka, Nana-nana (pengetahuan Pandangan Terang) muncul secara cepat silih berganti dengan kecepatan tak terbayangkan, hanya dalam hitungan menit telah mencapai kesucian Arahat dalam kasus petapa Bahiya.

Kalau manusia jaman sekarang tak mungkin bisa mencapai kesucian secepat itu.

Ada keterkaitan kondisi yang terjadi dengan kemunculan seorang Sammasambuddha. Seseorang yang memiliki kemampuan menyelami Dhamma dengan cepat, tetapi tanpa guru yang memiliki pengetahuan yang cukup tak akan bisa membangkitkan pengetahuan secepat itu.

Hanya seorang dengan kaliber Sammasambuddha yang mampu melihat potensi pencapaian yang tercepat dengan tingkat akurasi tertinggi, yang mampu memberikan petunjuk yang paling effektif bagi siswa tersebut.

Sehingga tak heran di jaman Sang Buddha banyak siswa yang memiliki pengalaman masa lampau yang matang, mampu menyelami Dhamma dengan kecepatan luar biasa.

Ini sering di salah artikan oleh sebagian orang sebagai pancapaian seketika (sudden enlightenment) padahal tak ada pencapaian seketika, semua tetap melalui jalurnya sesuai dengan kaidahnya yang telah dijabarkan oleh Sang Buddha.

Sedangkan cepat atau lambatnya tergantung kematangan latihan dan kondisi yang mendukung (misalnya Guru yang handal).

Kembali ke pertanyaan sis Rina, apakah mungkin orang mencapai kesucian tanpa meditasi...? Rasanya tidak, meditasi walaupun singkat (dalam kasus Arahat Bahiya), tetap diperlukan.

Mettacittena,
« Last Edit: 28 March 2011, 12:18:16 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #13 on: 28 March 2011, 05:35:55 PM »
gampang, jadi Kyai aja

Ada lagi, proklamirkan diri sebagai Buda.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Wrong liberation (Kebebasan Palsu)
« Reply #14 on: 30 March 2011, 09:28:27 PM »


Ini sering di salah artikan oleh sebagian orang sebagai pancapaian seketika (sudden enlightenment) padahal tak ada pencapaian seketika, semua tetap melalui jalurnya sesuai dengan kaidahnya yang telah dijabarkan oleh Sang Buddha.


Mettacittena,

Pencapaian magga dan phala bisa dikatakan sudden, tetapi jalan untuk mencapainya tidak bisa dikatakan sudden.