Oleh karena itu berhati-hatilah teman, jika ada Bhikkhu yang katanya keluar relik, bisa saja reliknya berasal dari pasar Tha Phra Can.
Oleh karena itu kremasi perlu terbuka agar dapat disaksikan oleh banyak orang.
Ketika saya pergi ke Vihara relik di Yangon, disana ada juga Bhiksu dan Bhiksuni yang nampaknya berasal dari Indonesia, menginap disana.
Relik dari Vihara relik Yangon dibagikan gratis.
Saya ada relik darah yang warna merah dibagikan gratis oleh seorang Bhikkhu, sedangkan di internet ada website yang menawarkan relik darah yang sama dengan prasyarat sumbangan minimum US$ 5000.
http://www.yain.com/products/relics.htmlDari sisi positifnya setidaknya hal itu menaikkan nilai relik Sang Buddha.
Kalau ada teman-teman yang mau relik darah Sang Buddha yang berwarna kuning saya ada banyak, bisa saya bagi sedikit.
Tenang saja tak perlu sumbangan seperti website tersebut
Lucunya ketika saya dalam perjalanan pulang singgah dan bertemu dengan seorang Bhikkhu Indonesia, saya ceritakan bahwa saya membawa relik Sang Buddha dan beberapa arahat, beliau mengatakan wah kalau begitu baik untuk perjalanan. Terus saya tanya, "apa maksudnya Bhante...?" Lalu saya katakan, "relik ini adalah untuk dipuja/dihormati. Bukan diperlakukan sebagai jimat."
Saran untuk teman-teman, janganlah membeli relik, karena jika ada yang membeli relik maka akan timbul hukum supply dan demand.
Mettacittena,