//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Diskriminasi bhikkhunikah?  (Read 41923 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #75 on: 07 August 2010, 10:30:04 PM »
Setuju Sam.. Sang Buddha mengajarkan dhamma yang realistis dan membumi bukannya mengawang-awang.
appamadena sampadetha

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #76 on: 07 August 2010, 10:30:33 PM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

apa hubungannya sebutan ROMO dengan mencapai kesucian?

ga ada hubungannya .....  ;D  ;D  ;D

sebenarnya beliau melalui PM udah minta untuk tidak dipanggil Romo, tapi saya jelaskan sama dengan apa yg udah sy sampaikan ke bro NPNG, jadi beliaupun juga tidak ingin timbul hal2 seperti ini, pasti kalian akan ngerjain beliau, peace....

mettacittena,

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #77 on: 07 August 2010, 10:33:04 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?
Kalau tidak salah ada Mahanama kan? Dan Mahanama tidak menjadi bhikkhu bukan?
Selain yang telah ditambahkan Samaneri, Ko Indra, Samanera dan yang lain.. Saya pernah membaca dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa Kerajaan Sakya dipimpin oleh Raja Suddhodhana bukan sebuah monarki absolut, dalam hal ini bentuknya ada sebuah bentuk dewan senat yang sederhana dengan Suddhodhana sebagai pemimpin. Mungkin dalam bayangan saya, seperti Julius Caesar dengan Dewan Senatnya. Jika memang demikian halnya, maka tidak aneh bila ada pengganti lain setelah Raja Suddhodhana dan Mahanama yang karena satu dan lain hal tidak disebutkan dalam literatur. CMIIW.
appamadena sampadetha

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #78 on: 07 August 2010, 10:38:26 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?
Kalau tidak salah ada Mahanama kan? Dan Mahanama tidak menjadi bhikkhu bukan?
Selain yang telah ditambahkan Samaneri, Ko Indra, Samanera dan yang lain.. Saya pernah membaca dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa Kerajaan Sakya dipimpin oleh Raja Suddhodhana bukan sebuah monarki absolut, dalam hal ini bentuknya ada sebuah bentuk dewan senat yang sederhana dengan Suddhodhana sebagai pemimpin. Mungkin dalam bayangan saya, seperti Julius Caesar dengan Dewan Senatnya. Jika memang demikian halnya, maka tidak aneh bila ada pengganti lain setelah Raja Suddhodhana dan Mahanama yang karena satu dan lain hal tidak disebutkan dalam literatur. CMIIW.

sepertinya Vesali deh yg kek gitu, dipimpin oleh para Licchavi

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #79 on: 07 August 2010, 10:47:11 PM »
Wah2,thread2 yg dimulai oleh samanera pasti berujung seru dan panjang.... Mgkn krn TS-nya seorg samanera.... :)

Btw bgmn pendpt samanera ttg artikel "Agama Buddha & Posisi Wanita" dr buku Mission Accomplished pd hal awal thread ini,terutama ttg kejanggalan seputar kisah pendirian Sangha Bhikkhuni & penetapan 10 aturan keras. Thx

bro postingan anda di page awal amat bermanfaat buat saya, sangat lengkap, bisa minta linknya? saya ingin mengopy yg asli utk tambahan data saya (melengkapi materi kuliah sy). thanks before...

mettacittena,

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #80 on: 07 August 2010, 11:03:05 PM »
 [at] Ko Indra
Tar kapan-kapan kalo lagi rajin saya coba cari sumber mana yang saya dapat itu Ko.. ;D
appamadena sampadetha

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #81 on: 08 August 2010, 07:49:15 AM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

apa hubungannya sebutan ROMO dengan mencapai kesucian?

Bro Indra yang baik,

Hubungan romo dengan kesucian adalah:
- Romo bisa jadi suci bila berlatih Vipassana
- Romo tidak jadi suci bila tidak berlatih Vipassana.

Saya kira hanya di Indonesia bekas Bhikkhu dipanggil romo, di negara lain bekas Bhikkhu kembali menjadi umat awam biasa, tidak dipanggil romo atau sejenisnya. Saya hanya pernah menjadi Samanera, tapi saya sekarang umat awam biasa dan bukan Samanera, oleh karena itu saya lebih suka dipanggil sebagai umat awam biasa.
 
_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #82 on: 08 August 2010, 08:10:52 AM »
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

 _/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

 _/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.
 
_/\_


 
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #83 on: 08 August 2010, 08:28:42 AM »
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

 _/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

 _/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.
 
_/\_


 
ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
 ;D
« Last Edit: 08 August 2010, 08:39:12 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #84 on: 08 August 2010, 08:50:12 AM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

apa hubungannya sebutan ROMO dengan mencapai kesucian?

Bro Indra yang baik,

Hubungan romo dengan kesucian adalah:
- Romo bisa jadi suci bila berlatih Vipassana
- Romo tidak jadi suci bila tidak berlatih Vipassana.

Saya kira hanya di Indonesia bekas Bhikkhu dipanggil romo, di negara lain bekas Bhikkhu kembali menjadi umat awam biasa, tidak dipanggil romo atau sejenisnya. Saya hanya pernah menjadi Samanera, tapi saya sekarang umat awam biasa dan bukan Samanera, oleh karena itu saya lebih suka dipanggil sebagai umat awam biasa.
 
_/\_


Halo Mat....

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #85 on: 08 August 2010, 10:47:39 AM »
Wah2,thread2 yg dimulai oleh samanera pasti berujung seru dan panjang.... Mgkn krn TS-nya seorg samanera.... :)

Btw bgmn pendpt samanera ttg artikel "Agama Buddha & Posisi Wanita" dr buku Mission Accomplished pd hal awal thread ini,terutama ttg kejanggalan seputar kisah pendirian Sangha Bhikkhuni & penetapan 10 aturan keras. Thx

bro postingan anda di page awal amat bermanfaat buat saya, sangat lengkap, bisa minta linknya? saya ingin mengopy yg asli utk tambahan data saya (melengkapi materi kuliah sy). thanks before...

mettacittena,

Itu dr Buddhanet.net,judul lengkapnya adalah Mission Accomplished: The Historical Analysis of Mahaparinibbana Sutta of Digha Nikaya of Pali Canon yg mrpk hsl penelitian Ven. Pategama Gnanarama. Linknya di sini: http://www.buddhanet.net/pdf_file/mission-accomplished.pdf

Dr kata pengantar/pendahuluannya,sptnya beliau seorg bhikkhu sarjana dr Srilanka. Mgkn samaneri mengenal beliau?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #86 on: 08 August 2010, 10:48:20 AM »
Wah2,thread2 yg dimulai oleh samanera pasti berujung seru dan panjang.... Mgkn krn TS-nya seorg samanera.... :)

Btw bgmn pendpt samanera ttg artikel "Agama Buddha & Posisi Wanita" dr buku Mission Accomplished pd hal awal thread ini,terutama ttg kejanggalan seputar kisah pendirian Sangha Bhikkhuni & penetapan 10 aturan keras. Thx

bro postingan anda di page awal amat bermanfaat buat saya, sangat lengkap, bisa minta linknya? saya ingin mengopy yg asli utk tambahan data saya (melengkapi materi kuliah sy). thanks before...

mettacittena,

Itu dr Buddhanet.net,judul lengkapnya adalah Mission Accomplished: The Historical Analysis of Mahaparinibbana Sutta of Digha Nikaya of Pali Canon yg mrpk hsl penelitian Ven. Pategama Gnanarama. Linknya di sini: http://www.buddhanet.net/pdf_file/mission-accomplished.pdf

Dr kata pengantar/pendahuluannya,sptnya beliau seorg bhikkhu sarjana dr Srilanka. Mgkn samaneri mengenal beliau?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #87 on: 08 August 2010, 10:49:45 AM »
 [at] peacemind:

Jd kesimpulannya apakah Sangha bhikkhuni didirikan 5 th setelah penerangan atau 20 th?
« Last Edit: 08 August 2010, 10:56:33 AM by seniya »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #88 on: 08 August 2010, 10:55:16 AM »
lho kok posting yg sama 3 kali?
td saya lihat baru 1, langsung klik thanks, sekarang kok jadi 3 ya?

wahh....ini kerjaan Tuhan yg bisa merobah program, spt nya stlh spoiler dirubah jadi rada aneh, banyak postingan double (malah bukan double lagi krn muncul postingan sama hingga 6 kali yg bro deva kemarin dan yg anda kali ini 3 kali).

btw...thanks bro seniya, tp sy hanya sebutir pasir yg tdk ada artinya, jadi tdk mgk mengenal buddhist scholar yg tingkat international....hehehe....klo disrilanka hampir seluruh sarjana buddhist sll menerbitkan buku2nya....

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #89 on: 08 August 2010, 11:02:11 AM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

apa hubungannya sebutan ROMO dengan mencapai kesucian?

Bro Indra yang baik,

Hubungan romo dengan kesucian adalah:
- Romo bisa jadi suci bila berlatih Vipassana
- Romo tidak jadi suci bila tidak berlatih Vipassana.

Saya kira hanya di Indonesia bekas Bhikkhu dipanggil romo, di negara lain bekas Bhikkhu kembali menjadi umat awam biasa, tidak dipanggil romo atau sejenisnya. Saya hanya pernah menjadi Samanera, tapi saya sekarang umat awam biasa dan bukan Samanera, oleh karena itu saya lebih suka dipanggil sebagai umat awam biasa.
 
_/\_


Halo Mat....

 ;D  ;D  ;D  :P nahhh...bener khan...dikerjain....

bro Indra yg baik,
saya punya teman yg dlu nya samanera, stlh 2 thn beliau lepas jubah dan mengajar di sekolah Buddhist International (lupa namanya) di Jakarta, beliau masih mengajar sekolah minggu juga, hingga kini beliau tetap dipanggil Romo, wkt sy pabbajja 2005 beliau juga, sekarang beliau udah jadi umat awam tp tetap dipanggil Romo. Sehingga bagi saya bukan hal aneh dan sudah semestinya kita menghormati mereka.

btw, dari kemarin siang hingga malam saya terus search utk pertanyaan anda yg minta link Cullavaggapali dari Vinayapitaka, namun sy gagal menemukan nya, gagal disini maksudya link yg english version shg memudahkan kalian membaca, sy angkat tangan krn search selama itu, dari siang hingga malam, akhirnya pagi ini sy ambilkan dari buku, tp ternyata 20 lbr, tdk mungkin sy krm lwt sini, ini yg english version belum yg palinya (pali biasanya lebih panjang dari english). Jadi sy krm lewat email aja ya bro....

mettacittena,