//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Diskriminasi bhikkhunikah?  (Read 41930 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #60 on: 07 August 2010, 02:49:08 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?


Lah..baru kepikir nih.

kerajaan Sakya kan musnah dibasmi oleh Vitutabha

bro Indra yg baik,
di Kosalasamyutta dari Samyutta Nikaya, kita bisa membaca saat2 akhir King Pasenadi sebelum digulingkan anaknya sendiri, beliau berpamitan bhw hari ini mereka berdua sama2 berumur 80 thn, sambil mencium kaki sang Buddha seolah2 beliau berpamitan utk terakhir kalinya, yang ternyata memang benar2 adalah hari terakhirnya karena malam itu beliau meninggal kedinginan tanpa siapa2 diluar benteng kerajaan. Jadi kerayaan Sakya dimusnahkan setelah sang Buddha mahaparinibbana, karena beliaupun berumur 80 thn ketika mahaparinibbana.

apabila bro Indra ada data dari Tipitaka yg mendukung ttg Kerajaan Sakya dimusnahkan dlm wkt 5 thn itu, mohon dpt di quotekan...thanks sblmnya.

mettacittena,

mungkin saja demikian saya tidak mengatakan waktu kapan pembasmian itu terjadi. penyerangan Vitutabha memang terjadi tidak lama setelah ia naik tahta setelah kematian Raja Pasenadi (sumber tidak valid->RAPB)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #61 on: 07 August 2010, 03:02:25 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?


Lah..baru kepikir nih.

kerajaan Sakya kan musnah dibasmi oleh Vitutabha

bro Indra yg baik,
di Kosalasamyutta dari Samyutta Nikaya, kita bisa membaca saat2 akhir King Pasenadi sebelum digulingkan anaknya sendiri, beliau berpamitan bhw hari ini mereka berdua sama2 berumur 80 thn, sambil mencium kaki sang Buddha seolah2 beliau berpamitan utk terakhir kalinya, yang ternyata memang benar2 adalah hari terakhirnya karena malam itu beliau meninggal kedinginan tanpa siapa2 diluar benteng kerajaan. Jadi kerayaan Sakya dimusnahkan setelah sang Buddha mahaparinibbana, karena beliaupun berumur 80 thn ketika mahaparinibbana.

apabila bro Indra ada data dari Tipitaka yg mendukung ttg Kerajaan Sakya dimusnahkan dlm wkt 5 thn itu, mohon dpt di quotekan...thanks sblmnya.

mettacittena,

mungkin saja demikian saya tidak mengatakan waktu kapan pembasmian itu terjadi. penyerangan Vitutabha memang terjadi tidak lama setelah ia naik tahta setelah kematian Raja Pasenadi (sumber tidak valid->RAPB)

berarti selama kerajaan belum dibasmi, setelah king Suddhodana lantas siapa yg memerintah? (pertanyaan bro Upasaka)

jawaban anda bukankah kerajaan sudah dibasmi (padahal setelah sang Buddha Mahaparinibbana)
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa yg memerintah kerajaan adalah keluarga besar suku Sakya, karena suku Sakya terkenal amat sombong jadi tidak mungkin diperintah oleh seorang wanita dlm hal ini ratu sekalipun (Mahapajapati Gotami). mohon masukan info yg lain menambahkan, silahkan. ttg ratu tdk mgk memerintah ini baru pandangan pribadi sy lo.

mettacittena,

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #62 on: 07 August 2010, 03:10:44 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?


Lah..baru kepikir nih.

kerajaan Sakya kan musnah dibasmi oleh Vitutabha

bro Indra yg baik,
di Kosalasamyutta dari Samyutta Nikaya, kita bisa membaca saat2 akhir King Pasenadi sebelum digulingkan anaknya sendiri, beliau berpamitan bhw hari ini mereka berdua sama2 berumur 80 thn, sambil mencium kaki sang Buddha seolah2 beliau berpamitan utk terakhir kalinya, yang ternyata memang benar2 adalah hari terakhirnya karena malam itu beliau meninggal kedinginan tanpa siapa2 diluar benteng kerajaan. Jadi kerayaan Sakya dimusnahkan setelah sang Buddha mahaparinibbana, karena beliaupun berumur 80 thn ketika mahaparinibbana.

apabila bro Indra ada data dari Tipitaka yg mendukung ttg Kerajaan Sakya dimusnahkan dlm wkt 5 thn itu, mohon dpt di quotekan...thanks sblmnya.

mettacittena,

mungkin saja demikian saya tidak mengatakan waktu kapan pembasmian itu terjadi. penyerangan Vitutabha memang terjadi tidak lama setelah ia naik tahta setelah kematian Raja Pasenadi (sumber tidak valid->RAPB)

berarti selama kerajaan belum dibasmi, setelah king Suddhodana lantas siapa yg memerintah? (pertanyaan bro Upasaka)

jawaban anda bukankah kerajaan sudah dibasmi (padahal setelah sang Buddha Mahaparinibbana)
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa yg memerintah kerajaan adalah keluarga besar suku Sakya, karena suku Sakya terkenal amat sombong jadi tidak mungkin diperintah oleh seorang wanita dlm hal ini ratu sekalipun (Mahapajapati Gotami). mohon masukan info yg lain menambahkan, silahkan. ttg ratu tdk mgk memerintah ini baru pandangan pribadi sy lo.

mettacittena,

IMO,Tipitaka bukanlah buku sejarah, jadi peristiwa2 yg tidak berkaitan dengan ajaran cukup wajar untuk tidak dimasukkan ke dalam Tipitaka. siapa yg menjadi raja menurut saya tidaklah penting.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #63 on: 07 August 2010, 03:28:38 PM »
Saya sependapt dengan samaneri bahwa Bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah penerangan sempurna Sang Buddha. Bhikkhunisangha tidak didirikan setelah Suddhodana wafat, melainkan setelah adanya kasus bentrok antara suku sakya dan koliya yang mempertentangkan air rohini. Sang Buddha menasehati dua suku ini untuk tidak berperang hanya karena air, dan karena terimakasihnya kepada Sang Buddha, 250 pemuda dari suku sakya dan 250 pemuda dari suku koliya menjadi bhikkhu. Kemudian istri2 mereka datang kepada Mahāpājapati gotami dan dengan beliau, mereka minta ijin ke Sang Buddha untuk memperbolehkan wanita memasuki Sangha. Peristiwa ini terjadi setidaknya setelah 20 tahun Sang Buddha mencapai penerangan sempurna. Alasannya, saat didirikannya Bhikkhunisangha, beberapa peraturan vinaya untuk para bhikkhu sudah ada, padahal peraturan2 vinaya untuk para bhikkhu mulai ditetapkan juga setelah 20 tahun sejak penerangan agung Sang Buddha. Kedua, bhikkhu Ananda juga sudah menjadi pembantu tetap Sang Buddha yang mana penetapan Ananda sebagai pembantu tetap juga terjadi setelah 20 tahun penerangan agung Sang Buddha.

OOT: Selama 15 tahun itu, siapa yah yang memerintah Suku Sakya? Apakah Mahapajapati Gotami selaku Ratu?


Lah..baru kepikir nih.

kerajaan Sakya kan musnah dibasmi oleh Vitutabha

bro Indra yg baik,
di Kosalasamyutta dari Samyutta Nikaya, kita bisa membaca saat2 akhir King Pasenadi sebelum digulingkan anaknya sendiri, beliau berpamitan bhw hari ini mereka berdua sama2 berumur 80 thn, sambil mencium kaki sang Buddha seolah2 beliau berpamitan utk terakhir kalinya, yang ternyata memang benar2 adalah hari terakhirnya karena malam itu beliau meninggal kedinginan tanpa siapa2 diluar benteng kerajaan. Jadi kerayaan Sakya dimusnahkan setelah sang Buddha mahaparinibbana, karena beliaupun berumur 80 thn ketika mahaparinibbana.

apabila bro Indra ada data dari Tipitaka yg mendukung ttg Kerajaan Sakya dimusnahkan dlm wkt 5 thn itu, mohon dpt di quotekan...thanks sblmnya.

mettacittena,

mungkin saja demikian saya tidak mengatakan waktu kapan pembasmian itu terjadi. penyerangan Vitutabha memang terjadi tidak lama setelah ia naik tahta setelah kematian Raja Pasenadi (sumber tidak valid->RAPB)

berarti selama kerajaan belum dibasmi, setelah king Suddhodana lantas siapa yg memerintah? (pertanyaan bro Upasaka)

jawaban anda bukankah kerajaan sudah dibasmi (padahal setelah sang Buddha Mahaparinibbana)
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa yg memerintah kerajaan adalah keluarga besar suku Sakya, karena suku Sakya terkenal amat sombong jadi tidak mungkin diperintah oleh seorang wanita dlm hal ini ratu sekalipun (Mahapajapati Gotami). mohon masukan info yg lain menambahkan, silahkan. ttg ratu tdk mgk memerintah ini baru pandangan pribadi sy lo.

mettacittena,

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #64 on: 07 August 2010, 05:16:07 PM »
at Samanera Peacemind

Quote
Pertama harus ditekankan lagi bahwa pernyataan saya 'menilik Tipitaka' dimaksudkan untuk melihat kenapa dalam Tipitaka jarang sekali ada khotbah Sang Buddha terhadap seorang bhikkhuni dan para bhikkhuni. Itu adalah perntayaan awal! Kemudian anda mencoba mengatakan bahwa sesungguhnya Sang Buddha memberikan khotbah kepada para bhikkhuni hanya saja para bhikkhu pada konsili pertama kemungkinan tidak tahu bahwa ada khotbah2 Sang Buddha kepada para bhikkhuni. Kemudian, saya menyangkal bagaimana mungkin mereka tidak tahu ada khotbah2 demikian. Di atas saya memberikan beberapa alasan (please baca lagi) dan juga beberapa pertanyaan yang bisa muncul (please baca lagi di atas). Selanjutnya, tanpa mengomentari alasan2 dan pertanyaan2 saya di atas, untuk membuktikan anda benar, anda mencoba menelusuri sejarah Tipitaka dengan melihat bahwa ada hal2 yang hilang termasuk 'dve vibhaṅga'.

Memang dari pertama kali membaca ‘menilik tipitaka’ pikiran saya sudah langsung mengarah pada adanya kenyataan bahwa Tiptitaka yang ada saat ini adalah hasil dari konsili-konsili dan peserta konsili-konsili tersebut adalah para bhikkhu saja serta adanya beberapa pengembangan literature di dalam Tipitaka saat ini. Dan kenapa saya lari ke Vinaya Pitaka juga, karena Tipitaka kan terdiri dari Sutta, Vinaya dan Abhidhamma.
Inilah apa yang disebut ngeyel demi melegitimasi bahwa saya benar. Hehe. Lagi-lagi, mungkin saya sudha terjebak pada penggunaan kata ‘menilik Tipitaka’ tadi.

Quote
Tampaknya anda ingin membuktikan bahwa hilangnya beberapa catatan membuktikan kemungkinan hilangnya khotbah2 Sang Buddha kepada para bhikkhuni (just my assumption).

Memang saya berasumsi begitu TANPA memandang bahwa konsili tidak valid lho ya. Dan juga TANPA melupakan kenyataan bahwa Dhamma yang diberikan Sang Buddha kepada para bhikkhuni tidak sebanyak Dhamma yang diberikan kepada para bhikkhuni. (saya juga sudah menyebutnya di awal).


Quote
Btw, saya pribadi tidak berpendapt bahwa Sang Buddha mendiskriminasikan bhikkhuni. Saya berpendapat bahwa khotbah2 Sang BUddha kepada bhikkhuni sangat jarang karena memang akses untuk bertemu bhikkhuni juga tidak sering. Alasanya sudah saya sebut2 di atas. Pertama, bhikkhunisangha mendapat wejangan Dhamma dari seorang bhikkhu yang dipilih Sangha setiap dua minggu sekali di hari Uposatha, dan yang memberikan wejangan umumnya bukan Sang Buddha (lihat juga khotbah Puṇṇovādasutta, Majjhimanikaya). Kedua, jika menilik keseharian time table Sang Buddha, tidak dicantumkan Sang Buddha berkhotbah ke para bhikkhuni. Ketiga, selama setahun, sang Buddha selalu hidup mengembara kecuali di musim hujan. Keempat, alasan vinaya, para bhikkhu termasuk Sang Buddha tidak bisa berasosiasi dengan bhikkhuni secara bebas (lihat beberapa vinaya yang menunjukkan bagaimana umat awam mengkritik para bhikkhu karena kasusnya dengan para bhikkhuni).

OK, Samenera Peacemind berasumsi seperti di atas. Saya juga setuju dengan apa yang samanera ungkapkan bahwa Buddha tidak diskriminatif namun karena beberapa alasan tersebutlah, Dhamma kepada para bhikkhuni menjadi lebih sedikit. NAMUN saya masih belum nenemui jawaban yang meyakinkan hati saya tentang absentnya para bhikkhuni dalam konsili-konsili dan juga tentang penulisan Tipitaka dan literature-literature tambahan yang semuanya dilakukan oleh para bhikkhu saja.

Terima kasih _/\_

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #65 on: 07 August 2010, 05:45:50 PM »
 [at] Indra, Neri Pannadewi dan Upasaka:

Saya baru mengecek lagi kitab sub-komentar (ṭīka) untuk Bhikkhunikkhandhaka, Vinayapiṭaka. Ternyata apa yang disebutkan oleh sdr Indra benar. Mahāpajapati dan 500 wanita meminta ijin untuk ditahbiskan tidak lama setelah Raja Sudhodana parinibbāna. Dikatakan bahwa setelah pertengkaran memperebutkan sungai Rohini antara suku Sakya dan suku Koliya, sebagai rasa terimakasih kedua suku ini terhadap Sang BUddha yang telah melerai mereka, kedua suku ini mengirimkan 500 pemuda untuk ditahbiskan menjadi bhikkhu. 500 istri mereka selalu mengirimkan pesan kepada bhikkhu2 muda ini untuk kembali ke kehidupan rumah tangga. Akibatnya muncul ketidak puasan di hari para bhikkhu ini. Melihat demikian, Sang BUddha membawa mereka ke danau Kunala di Himalaya dan memberikan khotbah Kunalajātaka. Di akhir khotbah, 500 bhikkhu ini mencapai kesucian arahat. Akhirnya, karena 500 istri ini tidak mampu membuat mereka kembali kehidupan perumah tangga, mereka mendatangi Mahapajapati Gotami dan memutuskan untuk masuk kedalam kehidupan monastik. Dikatakan mereka menemui ijin kepada Sang BUddha untuk ditahbis menjadi bhikkhuni setelah raja suddhodana meninggal di saat payung putih masih berdiri. Jadi memang benar bahwa Bhikkhunisangha didirikan di vassa ke lima. Sebelumnya saya berasumsi bahwa bhikkhuni sangha didirikan 20 tahun setelah Sang BUddha mencapai penerangan sempurna karena pertama saya pikir Ananda saat itu sudah menjadi pembantu tetap Sang BUddha. Kedua, dalam bhikkhunikkhandhaka, suatu saat Bhikkhuni mahapajapati gotami bertanya kepada Sang BUddha apa yang harus dilakukan dengan peraturan2 kebhikkhuan yang cocok untuk para bhikkhuni. Sang BUddha menjawab bahwa apapun peraturan2 tersebut pun harus dipraktikkan para bhikkhuni. Karena cerita didirikanya Bhikkhunisangha dan pertanyaan bhikkhuni mahapati gotami ini tercatat di dalam bhikkhunikkhandhaka, saya berpikir bahwa pada saat pendirian bhikkhunisangha vinaya sudah ada. Ini memperkuat pendapt saya bahwa bhikkhunisangha didirikan 20 tahun setelah penerangan agung Sang BUddha. Tetapi jika kita menimbang cerita pertengkaran dua suku di atas, maka kemungkinannya adalah bahwa pertanyaan bhikkhuni Mahapajapati gotami tentang vinaya terjadi setelah bhikkhunisangha didirikan lama. Dan, bhikkhu Ananda saat itu belum menjadi pembantu tetap Sang BUddha.

Berkaitan dengan hancurnya kerajaan Sakya setelah dibasmi oleh Vidhudaba, peristiwa ini terjadi ketika Sang Buddha masih hidup. Cerita ini bisa dilihat dalam Dhammacetiyasutta, Majjhimanikaya secara sekilas dan secara detil ada di kitab komentar dari sutta yang sama. Kitab komentar mengatakan bahwa ketika Vidhudaba mau menghancurkan suku sakya, Sang Buddha berusaha mencegah raja ini tiga kali, namun pada akhirnya ketika percobaan yang ke empat kalinya, Sang BUddha diam dan akhirnya suku sakya dibasmi.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #66 on: 07 August 2010, 06:07:03 PM »
Wah2,thread2 yg dimulai oleh samanera pasti berujung seru dan panjang.... Mgkn krn TS-nya seorg samanera.... :)

Btw bgmn pendpt samanera ttg artikel "Agama Buddha & Posisi Wanita" dr buku Mission Accomplished pd hal awal thread ini,terutama ttg kejanggalan seputar kisah pendirian Sangha Bhikkhuni & penetapan 10 aturan keras. Thx
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #67 on: 07 August 2010, 06:39:15 PM »
Rev.Peacemind yg sy hormati,
penjelasan ini sangat bermanfaat sekali, tidak hanya saya saja yg membutuhkan tp bagi semua pembaca, mungkin baru kali ini dibahas masalah ini, selama ini saya menyimpan dlm hati keraguan antara 5 thn dan 20 thn. sbg ucapan thanks GRP nyusul deh krn udah kirim kemarin, ga bisa krm double dlm sebulan, nunggu bulan depan...hehehe

btw, sy udah cek ke Dhammacetiya, kok ga ada ya yg menyebutkan ttg penyerbuan pangeran Vidudabha sampai 4 kali ke suku Sakya, mohon tambahan penjelasan, krn ini amat bermanfaat juga buat saya, kalo ada keluar ujian (hehehe....), ternyata yg saya sampaikan ke bro Indra ttg Raja Pasenadi pamitan dg sang Buddha terakhir kalinya malah saya baca di sutta ini, jadi sekalian aja koreksi, maaf bro Indra, sutta yg bener adalah dhammacetiya (terlampir)

quote dhammacetiyasutta (Pali) :
Spoiler: ShowHide


Suttantapiñake
Majjhimanikàyo
Majjhimapaõõàsako
4. Ràjavaggo
Namo tassa bhagavato arahato sammàsambuddhassa.
2.4.9.
89 Dhammacetiya suttaü

Evaü me sutaü: eka samayaü bhagavà sakkesu viharati medataëumpaü1 nàma sakyànaü nigamo. Tena kho pana samayena ràjà pasenadi kosalo nagarakaü2 anuppatto hoti kenacideva karaõãyena. Atha kho ràjà pasenadi kosalo dãghaü kàràyanaü àmantesi: ' yojehi samma kàràyana, bhadràni bhadràni yànàni, uyyànabhåmiü gacchàma subhumiü dassanàyà'ti. Evaü devàti kho dãgho kàràyano ra¤¤o pasenadissa kosalassa pañissutvà bhadràni bhadràni yànàni yojàpetvà ra¤¤o pasenadissa kosalassa pañivedesi: 'yuttàni kho deva bhadràni bhadràni yànàni, yassadàni kàlaü ma¤¤asã'ti. Atha kho ràjà pasenadi kosalo bhadraü yànaü abhiruhitvà bhadrehi bhadrehi yànehi nagaramhà niyyàsi mahacca3 ràjànubhàvena yena àràmo tena pàyàsi. Yàvatikà yànassa bhåmi yànena gantvà yànà paccorohitvà pattikova àràmaü pàvisi.
Addasà kho ràjà pasenadi kosalo àràme jaïghàvihàraü anucaïkamamàno anuvicaramàno rukkhamålàni pàsàdikàni pasàdanã yàni appasaddàni appanigghosàni vijanavàtàni manussaràhaseyyakàni pañisallànasàruppàni. Disvàna bhagavantaüyeva àrabbha sati udapàdi: 'imàni kho tàni4 rukkhamålàni pàsàdikàni pasàdanãyàni appasaddàni appanigghosàni vijanavàtàni manussaràhaseyyakàni pañisallànasàruppàni, yattha sudaü mayaü taü bhagavantaü payirupàsàma arahantaü sammàsambuddhanti.
Atha kho ràjà pasenadi kosalo dighaü kàràyanaü àmantesi: imàni kho samma kàràyana, tàni rukkhamålàni pàsàdàni pasàdanãyàni appasaddàni appanigghosàni vijanavàtàni manussaràhaseyyakàni pañisallànasàruppàni. Yattha sudaü5 mayaü taü bhagavanataü payirupàsàma arahantaü sammàsambuddhaü. Kahaü nu kho samma kàràyana, etarahi [PTS Page 119] [\q 119/] so bhagavà viharati arahaü sammàsambuddho'ti.?
Atthi mahàràja, medataëumpaü1 nàma sakyànaü nigamo. Tattha so bhagavà etarahi arahaü sammàsambuddho viharatã'ti. Kãva dåro pana samma kàràyana, nagarakamhà6 medataëumpaü1 nàma sakyànaü nigamo hotãti? Na dåre mahàràja, tãõi yojanàni. Sakkà divasàvasesena gantunti. Tena hi samma kàràyana, yojehi bhadràni bhadràni yànàni gamissàma mayaü taü bhagavantaü dassanàya arahantaü sammàsambuddha'nti.
--------------------------
1. Medàëupaü- machasaü,syà, medaëumpaü-[PTS] metalupaü-sãmu. 2. Naïgarakaü-[PTS] 3. Mahaccà-sãmu,machasaü 4. Imàni khodàni-sãmu. 5. Yatthassudaü-[PTS] 6. Naïgaramhà- [PTS]

++++sorry dihapus dikit, krn kepenuhan, ga muat utk posting+++++
--------------------------
1. Te bhindantà - syà, machasaü 2. Kutassa-syà 3. A¤¤adatthuü-syà.
[BJT Page 558] [\x 558/]
Pabbàjeti. Te tathà pabbajità samànà ekà våpakaññhà appamattà àtàpino pahitattà viharantà na cirasseva yassatthàya kulaputtà sammadeva agàrasmà anagàriyaü pabbajanti. Tadanuttaraü brahmacariyapariyosànaü diññheva dhamme sayaü abhi¤¤à sacchikatvà upasampajja viharanti. Te evamàhaüsu: 'manaü 1 vata bho anassàma, manaü1 vata bho panassàma. Mayaü hi pubbe assamaõàva samànà samaõamhàti pañijànimhà, abràhmaõàva samànà bràhmaõamhàti pañijànimhà, anarahantova samànà arahantomhàti pañijànimhà. Idàni khomhà samaõà, idàni khomhà bràhmaõà, idàni khomhà arahanto'ti. Ayampi kho me bhante, bhagavati dhammanvayo hoti: 'sammàsambuddho bhagavà, svàkkhàto bhagavatà dhammo, supañipanno saïgho'ti.
Puna ca paraü bhante, ime isidattapuràõà thapatayo mamabhattà mamayànà ahaü nesaü jãvitassa padàtà2 yasassa àhattà atha ca pana no tathà mayi [PTS Page 124] [\q 124/] nipaccàkàraü karonti yathà bhagavati. Bhåtapubbàhaü bhante senaü abbhåyyàno samàno imeva isidattapuràõà thapatayo vimaüsamàno a¤¤atarasmiü sambàdhe àvasathe vàsaü upaga¤chiü. Atha kho bhante, ime isidattapuràõà thapatayo bahudeva rattiü dhammiyà kathàya vãtinàmetvà yato ahosi bhagavà tato sãsaü katvà maü pàdato karitvà nipajjiüsu. Tassa mayhaü bhante, etadahosi: 'acchariyaü vata bho, abbhåtaü vata bho,ime isidattapuràõà thapatayo mamabhattà mamayànà, ahaü tesaü jãvitassa padàtà, yasassa àhattà. Atha ca pana no tathà mayi nipaccàkàraü karonti yathà bhagavati. Addhà ime àyasmanto tassa bhagavato sàsane uëàraü pubbenàparaü visesaü sa¤jànantã'ti. Ayampi kho me bhante, bhagavati dhammanvayo hoti: 'sammàsambuddho bhagavà, svàkkhàto bhagavatà dhammo supañipanno saïgho'ti.
Puna ca paraü bhante, bhagavàpi khattiyo, ahampi khattiyo, bhagavàpi kosalako, ahampi kosalako, bhagavàpi àsãtiko, ahampi àsitiko yampi bhante, bhagavàpi khattiyo, ahampi khattiyo, bhagavàpi kosalako, ahampi kosalako, bhagavàpi àsãtiko, ahamipi àsãtiko, iminàvàrahàmevàhaü bhante, bhagavati paramanipaccàkàraü kattuü. Cittåpavàraü upadaüsetuü. Handa ca dàni mayaü bhante, gacchàma. Bahukiccà mayaü bahukaraõiyà'ti. Yassadàni tvaü mahàràja, kàlaü ma¤¤asãti:atha kho ràjà pasenadi kosalo uññhàyàsanà bhagavantaü abhivàdetvà padakkhiõaü katvà pakkàmi.
-------------------------
1. Mayaü-syà 2. Jivikàya,dàtà-machasaü ,jãvitaü dàtà- [PTS]
[BJT Page 560] [\x 560/]
Atha kho bhagavà acirapakkantassa ra¤¤o pasenadissa kosalassa bhikkhå àmantesi: 'eso bhikkhave, ràjà pasenadi kosalo dhammacetiyàni bhàsitvà uññhàyàsanà pakkanto. Uggaõhàtha1 bhikkhave, dhammacetiyàni. Pariyàpuõàtha [PTS Page 125] [\q 125/] bhikkhave, dhammacetiyàni. Dhàretha bhikkhave, dhammacetiyàni. Atthasaühitàni bhikkhave, dhammacetiyàni àdibrahmacariyakànã'ti.
Idamavoca bhagavà attamanà te bhikkhu bhagavato bhàsitaü abhinandunti.
Dhammacetiyasuttaü navamaü.
--------------------------
1. Uggaõhatha -machasaü,syà.



quote dhammacetiyasutta (English) :
Spoiler: ShowHide




MAJJHIMA NIKâYA II
II. 4. 9 Dhammacetiyasuttaü
(89) Monuments to the Teaching
ßI heard thus. At one time the Blessed One was living with the Sàkyas in a hamlet of the Sàkyas named Medhalumpa. At that time king Pasenadi of Kosala, had come to Nangaraka for some purpose, and he said to Dãgha Kàràyana, `Friend Kàràyana, yoke good carriages we like to tour the parklands and see the good soil,' He agreed, and yoking suitable carriages, informed king Pasenadi of Kosala. `Great king the carriages are yoked, it is time to do what is fit,' King Pasenadi of Kosala ascended a suitable carriage and left Nangaraka in great splendour, going as far as the carriages could go, descended from the carriages and entered the parklands. King Pasenadi of Kosala walking about in the parklands, saw the roots of trees that were pleasing, noiseless, away from humans, and suitable for seclusion and thought of the Blessed One. He thought, on account of these roots of trees that are pleasing, noiseless, away from humans and suitable for seclusion, I should associate the Blessed One, perfect and rightfully enlightened. Then King Pasenadi of Kosala addressed Digha Kàràyana. `Friend Kàràyana, these roots of trees, that are pleasing, noiseless, away from humans, and suitable for seclusion recall to me the Blessed One, perfect and rightfully enlightened. Friend where does he abide now?' `Great king, there is a hamlet of the Sakyas, Medalumpa, the Blessed One, perfect and rightfully enlightened lives there now,' `Friend, Kàràyana, how far is Medalumpa from Nangaraka? ` `It isn't very far about one and twenty miles from here,' `Could we reach there by night fall?' `Then friend, Kàràyana yoke suitable carriages, I want to see that Blessed One, perfect, rightfully enlightened,' Then Dãgha Kàràyana agreeing yoked suitable carriages and informed the king. `Great king, the carriages are yoked, it is the time to do the suitable,' Then king Pasenadi of Kosala, ascended the well yoked carriages and left Nangaraka, to reach the hamlet Medalumpa of the Sakyas. When it was dark, they reached Medalumpa. Going in the carriage as far as it could reach, descending from the carriages came to the monastery grounds. At that time many bhikkhus, were doing the walking meditation in the open and king Pasenadi of Kosala approached them and asked. `Venerable sirs, where is the Blessed One at this time, we like to see that Blessed One perfect and rightfully enlightened?' `Great king the door of the living house is closed, approach it quietly, without intruding, step up to the terrace cough and knock on the cross bar. The Blessed One will open the door. At that point the king of Kosala, gave the sword and crown to Dãgha Kàràyana, and it occurred to him, the king wishes to be alone. I should not proceed. King Pasenadi of Kosala quietly approached the closed door of the living house without intruding stepped on the terrace, coughed and knocked on the cross bar. The Blessed One opened the door. King Pasenadi of Kosala, entered the living house, placed his head at the feet of the Blessed One kissed the feet and stroked them with his hands. Then he announced, venerable sir, I'm king pasenadi of Kosala.'
ßGreat king, seeing what good, do you show highest reverence and make these friendly offerings to this body?'
ßVenerable sir, I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path. Venerable sir, I see recluses and Brahmins, who lead the holy life for ten, twenty, thirty or even forty years. Later I see them having bathed and decorated themselves, with hair and beard shortened, partaking of sensual pleasures, well provided. Here I see bhikkhus leading the holy life complete and pure until the end of life, until they breathe their last breath. Venerable sir, on account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again venerable sir, kings dispute with kings, warriors with warriors, Brahmins with Brahmins, householders with householders, the mother with the son, the son with the mother, the father with the son, the son with the father, brother with brother, brother with sister, the sister with the brother, friend with friend. Here, venerable sir, I see bhikkhus united and friendly, without a dispute, mixing like milk and water, abide seeing each other with friendly eyes. Venerable sir, on account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again, venerable sir, I wander from one monastery to the other, from one park to the other, there I see certain recluses and Brahmins wasted, unpleasant, discoloured with jaundice, with protruding veins, not attractive to the eyes. Then it occurs to me. Indeed these venerable ones live the holy life not attached to it. Or they have some undisclosed demerit. On account of which they are wasting, unpleasant, discoloured with jaundice, are with protruded veins, not attractive to the eyes.
I approach them and ask. `Why are the venerable ones wasting, unpleasant, discoloured with jaundice, with protruding veins, not attractive to the eyes' They tell me. `Great king, we suffer from jaundice,' `Venerable sir, here we see bhikkhus, pleased, in good spirits, pleasant to the sight with satisfied mental faculties, leading a carefree life, without fear and ready to help, abiding with the mind of a wild animal. Venerable sir, it occurs to me'Indeed these venerable ones, see some gradual distinction in themselves, that they are pleased, in good spirits, pleasant to the sight, are with satisfied mental faculties, leading a carefree life, without fear are ready to help, abide with minds like those of wild animals. Venerable sir, on account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again venerable sir, as a head anointed warrior king, I have power in my kingdom, to kill, destroy or banish, those who need to be killed, destroyed or banished. Yet when I sit for jurisdiction, I find it impossible to do justice as various interruptions come to me. I even tell them, good sirs, do not interrupt me, wait till I finish, my talk. Venerable sir, when the Blessed One is teaching various hundreds of bhikkhus, even the sound of a sneeze or a cough is not heard. Once it happened, that the Blessed One was teaching a gathering of some hundreds. Then a certain disciple of the Blessed One coughed and another disciple of the Blessed One nudged him on the knee, to say, make no noise, the Blessed One is teaching. Venerable sir, then it occurred to me, it is amazing the gathering is well behaved, without, stick or weapon. Venerable sir, I have not seen a disciplined gathering like this anywhere else. On account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again venerable sir, I see a certain wise, clever, warrior disputant, going about thinking to pull down wise ones and their views. Hearing that the recluse Gotama has visited a certain village or hamlet, they concoct a question. We will approach the recluse Gotama and ask this question when he explains it, we will draw him to a dispute. When they approach, the Blessed One advises them, incites them and makes their hearts light. Advised, incited and made the hearts light, they do not even ask the question, how is a dispute to come up? They become all round disciples of the Blessed One On account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again venerable sir, I see a certain wise, clever Brahmin, .... re... a householder, ...re.... arecluse, disputant going about thinking to pull down wise ones and their views. Hearing that the recluse Gotama has visited a certain village or hamlet, they concoct a question. We will approach the recluse Gotama and ask this question. He will explain it thus and we will draw him to a dispute. When they approach, the Blessed One advises them, incites them and makes their hearts light. Advised, incited and made the hearts light, they do not even ask the question, how is a dispute to come up? They become all round disciples of the Blessed One On account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again, venerable sir, the master builders, Isãdatta and Puràna, were brought up by me, given life by me, raisedto that state by me. Yet these two do not show that same reverence to me, that they give to the Blessed One. Venerable sir, in the past, when the army was marching against me, it happened that I went to a difficult dwelling of the master builders Isãdatta and Puràna, they advised me late into the night. They toldthat they sleep, placing their heads towards where the Blessed One was, and their feet towards me. Then it occurred to me. It is wonderful and surprising, the master builders Isãdatta and puràna were brought up by me, given life by me, raised to that state by me. Yet these two do not show that same reverence to me, that they give to the Blessed One. Indeed these venerable ones see some gradual distinction in themselves. On account of this too I have come to the main drift of the Blessed One's Teaching. The Blessed One is rightfully enlightened, the Teaching of the Blessed One is well proclaimed. The disciples of the Blessed One have come to the right path.
Again, venerable sir, I'm a warrior, a man of Kosala eighty years old, the Blessed One too is a warrior, of Kosala and is eighty years of age. On account of this, too I show highest reverence and make these friendly offerings to this body. Venerable sir, now we go, there is much work to be done.
ßGreat king do, as you think fit.'
King Pasenadi of Kosala got up from his seat, worshipped and circumambulated the Blessed One and went away.
Soon after king Pasenadi of Kosala had gone, the Blessed One addressed the bhikkhus. `Bhikkhus, kingPasenadi of Kosala made monuments of the Teaching. Bhikkhus, learn those monuments to the Teaching. They are conducive to good and belong to the fundamentals of the holy life.'
The Blessed One said that and those bhikkhus delighted in the words of the Blessed One.



mettacittena,
« Last Edit: 07 August 2010, 06:43:39 PM by pannadevi »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #68 on: 07 August 2010, 06:55:08 PM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,
« Last Edit: 07 August 2010, 06:59:18 PM by pannadevi »

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #69 on: 07 August 2010, 07:28:03 PM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #70 on: 07 August 2010, 08:51:37 PM »
[at] Indra, Neri Pannadewi dan Upasaka:

Saya baru mengecek lagi kitab sub-komentar (ṭīka) untuk Bhikkhunikkhandhaka, Vinayapiṭaka. Ternyata apa yang disebutkan oleh sdr Indra benar. Mahāpajapati dan 500 wanita meminta ijin untuk ditahbiskan tidak lama setelah Raja Sudhodana parinibbāna. Dikatakan bahwa setelah pertengkaran memperebutkan sungai Rohini antara suku Sakya dan suku Koliya, sebagai rasa terimakasih kedua suku ini terhadap Sang BUddha yang telah melerai mereka, kedua suku ini mengirimkan 500 pemuda untuk ditahbiskan menjadi bhikkhu. 500 istri mereka selalu mengirimkan pesan kepada bhikkhu2 muda ini untuk kembali ke kehidupan rumah tangga. Akibatnya muncul ketidak puasan di hari para bhikkhu ini. Melihat demikian, Sang BUddha membawa mereka ke danau Kunala di Himalaya dan memberikan khotbah Kunalajātaka. Di akhir khotbah, 500 bhikkhu ini mencapai kesucian arahat. Akhirnya, karena 500 istri ini tidak mampu membuat mereka kembali kehidupan perumah tangga, mereka mendatangi Mahapajapati Gotami dan memutuskan untuk masuk kedalam kehidupan monastik. Dikatakan mereka menemui ijin kepada Sang BUddha untuk ditahbis menjadi bhikkhuni setelah raja suddhodana meninggal di saat payung putih masih berdiri. Jadi memang benar bahwa Bhikkhunisangha didirikan di vassa ke lima. Sebelumnya saya berasumsi bahwa bhikkhuni sangha didirikan 20 tahun setelah Sang BUddha mencapai penerangan sempurna karena pertama saya pikir Ananda saat itu sudah menjadi pembantu tetap Sang BUddha. Kedua, dalam bhikkhunikkhandhaka, suatu saat Bhikkhuni mahapajapati gotami bertanya kepada Sang BUddha apa yang harus dilakukan dengan peraturan2 kebhikkhuan yang cocok untuk para bhikkhuni. Sang BUddha menjawab bahwa apapun peraturan2 tersebut pun harus dipraktikkan para bhikkhuni. Karena cerita didirikanya Bhikkhunisangha dan pertanyaan bhikkhuni mahapati gotami ini tercatat di dalam bhikkhunikkhandhaka, saya berpikir bahwa pada saat pendirian bhikkhunisangha vinaya sudah ada. Ini memperkuat pendapt saya bahwa bhikkhunisangha didirikan 20 tahun setelah penerangan agung Sang BUddha. Tetapi jika kita menimbang cerita pertengkaran dua suku di atas, maka kemungkinannya adalah bahwa pertanyaan bhikkhuni Mahapajapati gotami tentang vinaya terjadi setelah bhikkhunisangha didirikan lama. Dan, bhikkhu Ananda saat itu belum menjadi pembantu tetap Sang BUddha.

Berkaitan dengan hancurnya kerajaan Sakya setelah dibasmi oleh Vidhudaba, peristiwa ini terjadi ketika Sang Buddha masih hidup. Cerita ini bisa dilihat dalam Dhammacetiyasutta, Majjhimanikaya secara sekilas dan secara detil ada di kitab komentar dari sutta yang sama. Kitab komentar mengatakan bahwa ketika Vidhudaba mau menghancurkan suku sakya, Sang Buddha berusaha mencegah raja ini tiga kali, namun pada akhirnya ketika percobaan yang ke empat kalinya, Sang BUddha diam dan akhirnya suku sakya dibasmi.

Maaf ada sedikit kesalahan dalam pernyataan yang dibold di atas. Yang benar adalah bahwa setelah mendengarkan khotbah dalam Kunalajātaka, 500 bhikkhu mencapai kesucian sotapanna, dan setelah kembali ke Mahavana dan mempraktikkn vipassana mereka semua mencapai kesucian arahat - sumber kitab komentar untuk Mahāsamayasutta.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #71 on: 07 August 2010, 09:10:15 PM »
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

 _/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

 _/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha
« Last Edit: 07 August 2010, 09:13:13 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #72 on: 07 August 2010, 09:18:43 PM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #73 on: 07 August 2010, 09:24:26 PM »

Samaneri yang saya hormati,

Setahu saya yang menggantikan raja sudodhana sebagai raja adalah pangeran Mahanama, pangeran Mahanama adalah kakak pangeran Anuruddha, beliau adalah seorang Ariya (sakadagami).
Dalam Dhammapada attakatha dikatakan bahwa ibu dari pangeran Vidudabha/Vitutabha adalah keturunan pelayan di rumah pangeran Mahanama.

 ^:)^


Romo Fabian yg baik,
thanks romo, langsung saya cari di DC ketemu di link ini :    
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5875.300.html

sedang kisah pangeran Vidudabha yg saya dapatkan dari mata kuliah sy, ibu beliau adalah seorang gadis budak yg dikirim suku Sakya sbg ejekan kepada Raja yg sdh tua tapi masih sll mencari wanita, mereka jengkel tapi tidak bisa apa2 krn memenuhi permintaan Raja Pasenadi. Pangeran Vidudabha tdk bisa menerima ejekan ketika mendengar dia diejek dg cara mencuci kursinya yg habis di duduki dg susu krn dia adalah anak budak, karena dia selama ini tidak tahu, sehingga menjadi sakit hati dan bersumpah akan membalas penghinaan tsb dg membasmi suku Sakya hingga habis tuntas.

wah jadi keinget ttg relik sang Buddha yg bisa sampai ke negera Naga, mau tanya sekalian ah ke TS nya....

Rev.Peacemind masih berkaitan dg penumpasan suku Sakya, setelah kembali mereka bermalam di suatu tempat yg dekat dg sungai, malam hari sungai meluap dan mereka semua terseret hanyut tanpa sisa, meninggal semua. sehingga relik yang mereka bawa masuk ke negara Naga di negeri bawah dunia. ini cerita bener ga ya? atau mungkin saya yg ga jelas. (mohon tanggapan)

mettacittena,

bro fabian itu romo yakk? ;D

br tau saya...

saya membaca kisah ttg sejarah Sangha di Indonesia, disitu beliau menceritakan ttg bagaimana sejarah berdirinya Vihara Dhammacakka, ternyata dulu beliau termasuk salah satu samanera yg bersama Bhikkhu Sombhat, jadi saya panggil beliau Romo, krn saya menghormati beliau sbg seseorang yg pernah menjadi anggota sangha, pernah menjalani kehidupan suci, bahkan ikut berjuang dikala Buddha Dhamma belum dikenal seluruh rakyat Indonesia, walau sekarang beliau memilih jalur lain, tetapi tidak tertutup kemungkinan seorang umat perumah tanggapun bisa mencapai kesucian.
semoga bro NPNG bisa menerima penjelasan saya, thanks.

mettacittena,

apa hubungannya sebutan ROMO dengan mencapai kesucian?

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Diskriminasi bhikkhunikah?
« Reply #74 on: 07 August 2010, 09:25:31 PM »

Btw bgmn pendpt samanera ttg artikel "Agama Buddha & Posisi Wanita" dr buku Mission Accomplished pd hal awal thread ini,terutama ttg kejanggalan seputar kisah pendirian Sangha Bhikkhuni & penetapan 10 aturan keras. Thx

Sebenarnya artikel ini memberikan pengetahuan baru bagi saya. Saya tidak berpikir sejauh apa yang ada dalam artikel tertulis di atas karena selama ini saya berpikir bahwa bhikkhunisangha didirikan setidaknya 20 tahun setelah sang Buddha mencapai penerangan sempurna di mana peraturan2 kebhikkuan sudah mulai ditetapkan. JIka bhikkhunisangha didirikan 20 tahun setelah penerangan agung Sang BUddha, isitilah2 seperti vassa, uposatha, manatta, garudhamma, pavarana tidak menjadi masalah karena memang kemungkinan istilah2 tersebut yang mana ada kaintanya dengan peraturan2 kebhikkhuan sudah ditetapkan. Tetapi jika bhikkhunisangha didirikan 5 tahun setelah sang Buddha mencapai penerangan sempurna, memang ada semacam kontradiksi terutama yang paling jelas berkaitan dengan 'manatta'. Manatta adalah hukuman bagi seorang bhikkhuni dan bhikkhu yang telah melanggar sanghadisesa. Ini menjadi pertanyaan terutama apabila manatta ini berkaitan dengan peraturan sanghadisesa yang mana ditetapkan setidaknya setelah masa ke 20 bagi Sang BUddha. Mungkin harus ditelusuri lebih lamjut apakah manatta ini berkaitan dengan sanghadisesa atau tidak. Penyelidikan lebih lanjut juga harus diberikan untuk peraturan2 yang mengkaitkan tentang masa vassa, pavarana, uposatha, dan upasampada. Berkaitan dengan masa vassa, saya melihat bahwa peraturan ini tampaknya sudah ada sebelum sang BUddha menetapkan peraturan2 yang diawali dengan parajika. Ini terlihat dengan kisah yang ada dalam Veranjakandaka di mana diceritakan sang Buddha dan 500 muridnya diundang oleh seorang pedagang untuk bervassa di Veranja. Saat itu peraturan kebhikkhuan belum ditetapkan Sang BUddha karena di saat dan tempat itulah Bhikkhu Sariputta baru meminta Sang Buddha untuk menetapkan peraturan2 vinaya kepada para bhikkhu. Sang Buddha menjawab bahwa beliau akan menetapkan peraturan2 vinaya ketika tepat waktunya. Jika masa vassa sudah ada, berarti acara pavarana yang biasanya dilaksanakan di akhir masa vassa telah ada pula. Mengenai uposatha dan upasampada juga perlu ditelusuri lagi apakah keduanya ada 20 tahun setelah penerangn agung Sang Buddha atau ada sebelum bhikkhunisangha didirikan. Untuk peraturan penahbisan upasampada, saya merasa bahwa peraturan ini ada sebelum Sang BUddha memasuki vassa ke 20. Mungkin bisa dilihat dalam Uposatthakkandhaka ceritanya. Berkaitan dengan uposatha, saya tidak tahu persis kapan peraturan kebhikkhuan untuk berkumpul di setiap hari uposatha ditetapkan. Adakah kemungkinan bahwa kebiasaan ini sudah ada sebelum bhikkhunisangha didirikan atau memang setelah didirikan?

Berkaitan dengan pernyataan Sang Buddha dalam Mahaparinibbanasutta yang mengatakan bahwa seorang bhikkhu sebisa mungkin untuk tidak berbicara atau melihat wanita, saya rasa bukan hal yang harus dipertentangkan. Memang pada dasarnya, mata adalh sekedar mata, dan bentuk2 adalah sekedar bentuk2. Tetapi tidak bisa dipungkiri pula bahwa bagi pikiran yang belum terbersihkan, bentuk2, bebauan, rasa, dll masih sangat mempengaruhi pikiran. Ini mengapa dalam Anguttaranikaya satu, hal, satu, Sang Buddha menjelaskan bahwa bagi seorang pria, bentuk2, suara, bebauan, rasa, sentuhan dan pikiran2 tentang wanita merupakn obyek2 yang sangat menggiurkan. JIka demikian halnya, tidak ada salahnya Sang Buddha menasehati para bhikkhu untuk tidak melihat dan berbicara dengan seorang wanita JIKA memang memungkinkan. Istilahnya, 'lebih baik memberikan imunisasi sebelum terkena penyakit'. Karena obyek2 luar juga mempengaruhi pikiran manusia yang masih terkotori, Sang Buddha juga menasehati para bhikkhu untuk menjaga dan mengendalikan indriyanya (guttadvara, indriyasamvara). Oleh karena itu, pernyataan Sang Buddha dalam Mahaparinibbanasutta tidak menjadi permasalahan. Tetapi untuk Aṭṭhagarudhamma memang harus diselidiki lebih lanjut.

Mettacittena.