Tidak online seharian kemarin udah ketinggalan ratusan posting, termasuk ketinggalan masalah ini, numpang ikutan sharing boleh ya….
Saya pernah membaca buku dari seorang dosen wanita kebangsaan Thailand, beliau menulis disertasi utk PhDnya ttg hal ini. Ada beberapa hal yg sy ingat (yg lain lupa, musti nyari dulu bukunya):
1. Sang Buddha menasehati Ven.Ananda ttg jangan melihat, berbicara, dekat2 dg wanita karena beliau dg “mata buddha” nya melihat Ven.Ananda sangat dicintai para wanita dan para bhikkhuni. Bahkan para bhikkhuni terang2an selalu membela Ven.Ananda, dimana ada tercatat suatu saat Ven.Ananda dimarahi oleh Ven.Mahakassapa lalu dibela oleh para bhikkhuni (yg tdk tahu bhw beliau berhadapan dg Ven.Mahakassapa).
Tentang beliau dicintai para wanita, dosen sy pernah memberikan cerita ini yaitu pd wkt beliau memberikan dhamma desana di istana raja Bimbisara utk para istri raja, saat itu yg hadir 300 istri, karena saking jatuh cintanya (atau apalah kurang tahu) semua istri raja ini menjadi hamil dan melahirkan anak yg mukanya mirip Ven.Ananda, saya wkt itu langsung tanya ke dosen sy apakah nama sutta yg menceritakan hal ini, beliau tidak ingat, sy disuruh mencari sendiri di library, saya paling angkat tangan kalau mencari di library, diantara jutaan buku.
2. Sang Buddha tidak memandang rendah dengan wanita/bhikkhuni dg terbukti beliau memberikan ijin wanita memasuki sasana, mendirikan Bhikkhuni sasana serta dalam paritta yg notabene juga Buddha’s words selalu penyebutan utk wanita dimuka, spt yg tercermin dlm mettasutta, mahamangalasutta, penyebutan “matapita” mencerminkan beliau menghormati wanita.
3. Pengalaman pribadi sang Buddha yg memiliki istana 4 musim dg dilengkapi 10.000 wanita, dosen ini menulis bhw dapat dipastikan ribuan wanita ini berusaha menarik perhatian beliau dan pasti terjadi saling cemburu diantara mereka, membuat wanita nampak tolol dimata beliau, saya pribadi juga setuju hal ini tentu saat itu beliau amat muak melihat persingan kecemburuan para wanita memperebutkan perhatian beliau, walau hal ini tidak dilakukan terang2an namun dpt dirasakan oleh beliau bhw telah terjadi persaingan diantara para wanita tsb. Sehingga beliau mengatakan bahwa wanita adalah mahluk tolol jadi jangan berassosiasi dg wanita.
Untuk yg lainnya sy lupa, sy musti nyari dulu buku yg pernah sy baca tsb. Kemudian dosen wanita ini kalau ga salah malah menjadi seorang nun juga akhirnya.
Kalau saya pribadi saya tidak mempermasalahkan mau diskriminasi atau tidak karena yang penting kita mencapai kesucian, setelah kita berhasil mengikis kekotoran bathin kita, setelah kita berhasil mencapai kesucian, maka kita mengakhiri samsara, toh ini tujuan kita semua, tidak ada lagi wanita atau pria karena telah berakhir, habis. Tetapi kalau sy baca2 kisah kehidupan monastic Mahayana yang ada di internet salah satunya ada yg menceritakan kehidupan didalam vihara amat kekeluargaan tidak ada diskriminasi, semua murid duduk sejajar, semua murid diperlakukan setara, murid Nun pun diberi kesempatan berbicara didepan kelas yg terdiri para monk pula, sungguh indah kehidupan mereka penuh dg welas asih, cinta kasih dan kasih sayang.
Mettacittena,