//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - fabian c

Pages: 1 2 [3] 4
31
Meditasi / Tidak melekat dalam praktek meditasi Vipassana
« on: 03 February 2010, 08:10:25 PM »
Teman-teman sekalian,
Seringkali kita mendengar kata-kata jangan melekat kepada sesuatu apapun, tapi seringkali mereka yang mendengar mengenai hal ini menjadi salah menerapkan dalam kehidupan, dalam pengertian umum, mereka berpendapat seseorang tidak boleh melekat kepada harta, doktrin, dsbnya.

Bagaimana kemelekatan terhadap isteri? terhadap anak? Atau bagaimana dengan perbuatan baik? jangan melekat juga? meditasi juga jangan melekat? Jangan patuh hukum karena patuh hukum juga sebagai suatu bentuk kemelekatan? Begitukah? Seringkali karena tidak mengerti sering orang mengatakan jangan melekat!! Untuk menghilangkan kebingungan mengenai hal ini saya ingin membahas mengenai ketidak-melekatan.

Tidak melekat memang baik dan seringkali kita perlukan, tetapi bukan demikian esensi ketidak-melekatan yang dimaksudkan, ketidak-melekatan yang dimaksudkan dalam meditasi adalah ketidak melekatan pada pancakhandha. Harus diingat bahwa sumber dari semua kemelekatan adalah pada pancakhandha, Untuk mengatasi kemelekatan pada pancakhandha maka kita dapat melatih meditasi Vipassana.

Prosesnya demikian, dalam melatih Vipassana sedikit demi sedikit meditator mulai dapat melepaskan diri dari pancakhandha, ia mulai melihat bentuk bentuk pikiran, ingatan dan perasaan seperti suatu benda terpisah, ia melihat suatu bentuk pikiran muncul dan lenyap kembali terkadang tanpa mengetahui apa isi dari bentuk pikiran tersebut, biasanya dalam kehidupan sehari-hari meditator tak pernah melihat pikiran sebagai suatu bentuk, ia biasanya hanya masuk dan terlibat dan bergumul dengan bentuk pikiran tersebut,. Demikian juga dengan perasaan, bila perasaan muncul ia serta merta terlibat dan bergumul dengan bentuk perasaan tersebut.

Pada waktu bermeditasi Vipassana ia mulai melihat semakin jelas bentuk pikiran ingatan dan perasaan tersebut dari muncul hingga lenyap kembali, semakin lama semakin jelas ia melihat proses pemunculan dan lenyap kembali tersebut. Sehingga ia semakin tidak terlibat di dalam bentukan-bentukan batin tersebut. Semakin  tidak terlibat dalam bentukan-bentukan batin inilah yang dimaksud dengan semakin tidak-melekat pada pancakhandha.

Semakin matang latihan Vipassana seseorang semakin cepat bentukan-bentukan batin yang muncul tersebut lenyap kembali, karena bagai lampu pelita yang dipotong sumbunya, dengan cepat apinya akan mati, demikian juga dengan bentukan-bentukan batin, semakin lama semakin cepat lenyap bila batin kita semakin tak terlibat.

Pada tahap tertentu seorang meditator bahkan dapat melihat bahwa dirinya dan bentukan-bentukan batin benar-benar terpisah, inilah yang sebenarnya yang dimaksud tidak melekat pada khandha. Batin tidak melekat pada bentukan-bentukan diantaranya berupa bentuk pikiran (sankhara), ingatan/kesan (sanna) dan perasaan (vedana). Dengan demikian semakin lama batin semakin seimbang dan tak terpengaruh oleh bentukan-bentukan batin, tergantung tingkat sati dan konsentrasinya, semakin tingkat sati dan konsentrasinya maka semakin cepat ia dapat terlepas dari bentukan-bentukan batin.

Guru-guru meditasi Vipassana mengatakan bahwa pada tingkat Sankharupekkha nana bila ada bentuk pikiran muncul maka secara otomatis akan lenyap kembali tak dapat melekat pada batin meditator bagai air yang dituangkan di daun talas/teratai akan turun kembali tanpa  melekat pada daun tersebut.

Batin yang masak inilah yang umumnya menjadi fondasi pencapaian Magga-Phala.  Ini adalah salah satu contoh konsistensi antara teori dalam Sutta, Abhidhamma dan praktek dalam Vipassana.

Semoga teman-teman berusaha mencapai ketidak-melekatan yang sesungguhnya.

 _/\_

32
Sutta Vinaya / Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« on: 30 January 2010, 11:59:52 AM »
Teman-teman sekalian,

Banyak diantara kita menganggap bahwa kitab komentar tidak sahih dsbnya. Sebelum kita berprasangka pada kitab komentar lebih baik kita terlebih dahulu mengulas, asal-usul terbentuknya kitab komentar.
Kitab komentar terbentuk untuk menjelaskan suatu peristiwa yang berkenaan dengan sutta tertentu, misalnya Dhammapada atthakata, atau penjelasan terhadap kitab sutta misalnya: Buddhavamsa atthakata (maduratha vilasini).

Atthakata berasal dari jaman yang berdekatan langsung dengan Sang Buddha, dan di kompile oleh para Arahat yang umumnya (atau semuanya?) belajar langsung dibawah bimbingan Sang Buddha.
Setelah lewat beberapa waktu dirasakan bahwa walaupun Atthakata telah menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan Tipitaka tetapi masih ada hal-hal tertentu yang masih tidak mudah dimengerti oleh pembacanya, oleh karena itu dibuat uraian lebih lanjut terhadap atthakata, yaitu Tika. Selanjutnya Tika diuraikan lebih jauh lagi menjadi Anutika.

Bagaimanakah sikap kita terhadap Atthakata? Apakah kita harus menolak Atthakata karena bukan berasal dari Sang Buddha langsung? Menurut saya kita hanya menolak Atthakata hanya bila ia bertolak belakang secara langsung dengan Tipitaka. Bila tidak bertolak belakang maka Atthakata sepantasnya kita terima sebagai suatu pandangan umat Buddha.

Di beberapa Sutta, Sang Buddha membenarkan secara langsung pendapat yang diutarakan oleh para
Arahat, ini bukan disebabkan Sang Buddha lagi senang dengan Arahat tersebut, tetapi disebabkan suara para Ariya yang mencicipi Dhamma (dalam hal  ini para Arahat) adalah sejalan, Mereka semua memiliki pandangan yang benar.

Jadi sepanjang tidak bertentangan dengan Tipitaka maka kitab komentar sebaiknya dianggap petunjuk yang membantu pengertian kita terhadap Dhamma dapat berkembang lebih jauh, atthakata, tika dan anutika dianggap sebagai sumber referensi yang sangat berharga, diluar Tipitaka.

Bila teman-teman ada yang memiliki anggapan lain silahkan...

 _/\_


33
Diskusi Umum / Download article Dhamma dalam bahasa Mandarin
« on: 11 January 2010, 09:00:06 PM »
Teman-teman mohon bantuannya,

Ada teman saya di Tiongkok, meminta tolong diberitahu caranya agar dapat men-download article Dhamma, karena dia tak bisa mengakses langsung ke situs-situs Buddhis, karena di blok oleh pemerintah Tiongkok.

Adakah yang bisa membantu bagaimana caranya agar bisa mendapatkan cara mendownload soft copy buku-buku/article Dhamma dalam bahasa Mandarin? di Tiongkok?

Tapi Dhammacitta nggak (belum) di blok sih oleh pemerintah Tiongkok.   :)

 _/\_

34
Meditasi / Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
« on: 22 November 2009, 09:14:54 AM »
Banyak sekali pandangan yang menganggap bahwa konsentrasi yang kuat identik dengan Jhana,

Apakah seseorang yang berlatih meditasi selalu mengarah ke Jhana?
Apakah seseorang yang berlatih meditasi Vipassana bhavana akan mengalami Jhana terlebih dahulu?

mengapa demikian? silahkan dikemukakan pandangannya disini.

35
Meditasi / Apakah Jhana suatu keharusan untuk mencapai kesucian?
« on: 19 November 2009, 09:08:38 PM »
Topik yang akan dibahas ini adalah topik yang sering menjadi perdebatan diantara para praktisi dan skolar Dhamma,  juga antara praktisi meditasi yang satu dan praktisi meditasi yang lain. Ada beberapa pandangan yang mendasarinya. Diantara beberapa pandangan,

yang satu beranggapan bahwa tak mungkin bisa mencapai kesucian bila meditator tak memiliki Jhana, alasannya karena konsentrasinya kurang kuat.

Pandangan kedua beranggapan bahwa kesucian bisa didapat walaupun tidak memiliki Jhana, tetapi ia harus memiliki konsentrasi minimum upacara samadhi.

Yang ketiga beranggapan bahwa kesucian bisa dicapai bila seseorang memiliki konsentrasi minimum “setingkat” upacara samadhi

Dan yang terakhir beranggapan bahwa seseorang bisa mencapai tingkat kesucian tanpa perlu memiliki Jhana atau upacara samadhi., tetapi harus memiliki khanika samadhi.

Dalam berbagai tulisan penulis secara konsisten berpegang pada pendapat yang ketiga dan pendapat yang keempat. Mengapa demikian? Karena banyak sekali fakta yang mendukung pendapat tersebut.
Coba kita perhatikan fakta berikut:
1. ada 40 macam objek konsentrasi yang diajarkan oleh Sang Buddha. Tetapi konsentrasi bisa terbentuk tidak hanya dengan 40 macam objek tersebut. Ada banyak cara melatih konsentrasi, umpamanya kita sedang serius mengerjakan tugas yang kita lakukan, maka konsentrasi bisa terbentuk. Cuma kekuatannya berbeda.
2. Merupakan sebuah fakta yang tak terbantahkan bahwa seseorang yang berada di dalam Jhana tak dapat mencapai Nibbana, ia harus keluar dulu dari keadaan Jhana, jadi ia harus berada dalam upacara samadhi untuk mencapai Nibbana.
3. Ada banyak sekali orang-orang yang mempraktekkan meditasi Vipassana metode langsung (dalam hal ini adalah metode yang dipopulerkan oleh Y.A.Mahasi Sayadaw) dan katanya banyak sekali yang mencapai kesucian.
4. Pusat meditasi yang melaksanakan metode Mahasi Sayadaw jumlahnya 400 hanya di seluruh Myanmar, mungkinkah mereka keliru? Padahal diantara para bhikkhu yang mendapatkan manfaat tersebut banyak diantaranya mengawali kebhikkhuannya sebagai Samanera sejak kecil di Myanmar dan kemudian setelah dewasa menjadi bhikkhu. Sedangkan sistim pendidikan Samanera di Myanmar, sejak kecil sudah diajarkan Dhamma (layaknya sekolah tetapi di dalam Vihara).
Ini adalah beberapa fakta yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada juga referensi  mendukung fakta-fakta ini. umpamanya Culadukkhakhandha sutta, Berikut kutipan sutta tersebut.

“Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava tinggal di negara Sakya di Kapillavatthu di taman Nigrodha. Kemudian Mahanama raja Sakya pergi menemui Sang Bhagava, dan setelah memberi hormat kepada Beliau lalu duduk di satu sisi dan berkata: “Bhante, saya telah lama mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava demikian: ‘keserakahan adalah kekotoran yang mengotori batin, kebencian adalah kekotoran yang mengotori batin, ketidak tahuan/kegelapan batin adalah kekotoran yang mengotori batin .’

Tetapi walaupun saya mengerti dhamma yang diajarkan oleh sang Bhagava, namun kadang-kadang keserakahan, kebencian dan ketidak tahuan menyerang dan mempengaruhi batin. Saya heran bhante, keadaan batin yang bagaimana yang belum berhasil saya lenyapkan sehingga, menyebabkan keserakahan, kebencian dan ketidak tahuan menyerang dan mempengaruhi batin saya.

Mahanama! Sesungguhnya, anda memang masih belum melenyapkan faktor-faktor keserakahan, kebencian dan ketidak-tahuan, dan oleh karena itu kadang kadang faktor-faktor ini mempengaruhi dan menguasaimu. Mahanama! Jika, dari dalam, anda telah melenyapkan faktor-faktor ini maka anda tentu tak akan menjalankan kehidupan berumah tangga, dan anda tak akan menikmati kesenangan indera.

Mahanama! Walaupun seorang siswa Ariya telah melihat dengan benar, secara mendasar dan sungguh-sungguh dengan pengetahuan benar, bahwa ada sedikit kenikmatan pada kesenangan indera yang diliputi berbagai dukkha yang penuh dengan berbagai ketidak-puasan,’ ia tak akan menjadi seorang yang tak kembali kepada kesenangan indera, kecuali setelah melepaskan dirinya dari kesenangan indera dan membebaskan diri dari perintang batin, ia mencapai Jhana (pertama dan kedua) piti dan sukha, atau  dua Jhana yang lebih tinggi atau dua Magga-Nana yang lebih tinggi.

Tetapi, jika, seorang siswa Ariya, telah melihat dengan benar, secara mendasar dan sungguh-sungguh dengan pengetahuan benar, bahwa ada sedikit kenikmatan pada kesenangan indera yang diliputi berbagai dukkha yang penuh dengan berbagai ketidak-puasan,’ ia tak akan menjadi seorang yang kembali kepada kesenangan indera, dan juga setelah melepaskan dirinya dari kesenangan indera dan membebaskan diri dari perintang batin, ia mencapai Jhana (pertama dan kedua) piti dan sukha, atau  dua Jhana yang lebih tinggi atau dua Magga-Nana yang lebih tinggi. Maka ia tak akan kembali kepada kesenangan indera.


Keterangan:
- Menurut commentary, Y.A. Mahanama telah mencapai tingkat kesucian Sakadagami
- Jadi maksudnya disini adalah seorang Sotapanna dan Sakadagami masih bisa kembali kepada kesenangan indera kecuali selain mencapai Sotapanna atau Sakadagami, ia juga mencapai ketenangan Jhana atau ia mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi.

36
Teman-teman.

Pertanyaan ini nampaknya sederhana, tapi sebenarnya dapat membantu kita lebih memahami apakah yang terjadi pada pencapaian Nibbana?

Manakah yang terjadi lebih dahulu? Kilesa lenyap, pencapaian Nibbana atau timbulnya Panna?

Silahkan sharing pendapatnya disini...

37
Buddhisme untuk Pemula / Memahami permata dari dua sudut pandang berbeda
« on: 22 September 2009, 01:31:35 AM »
Umumnya semua orang mengerti bahwa permata berharga, tetapi ada yang menghargai permata dan ada yang tidak. Bila seseorang memberikan permata seharga jutaan dollar kepada mereka yang tidak mengerti nilai sebutir permata maka pemberian itu tak akan dihargai lebih daripada pemberian sepotong baju dari mangga dua.

Hal ini disebabkan ia tak mengerti nilai permata tersebut. Tetapi bila permata itu diberikan kepada saya maka pemberian itu akan saya kenang seumur hidup dan terpateri dengan dalam di lubuk hati saya. mengapa? Karena saya mengerti nilai permata dan menghargai permata.

Permata yang diberikan oleh seorang pengemis akan dianggap sebagai beling belaka, sebaliknya bila yang memberikan adalah seorang konglomerat walaupun yang diberikan adalah beling belaka, mungkin dianggap berlian, safir atau ruby.

Kuncinya disini adalah pengetahuan. Mereka yang memiliki pengetahuan bisa membedakan antara beling dan permata alami yang berharga mahal, tetapi bagi mereka yang tak memiliki pengetahuan mengenai permata akan menganggap permata yang berharga jutaan dollar sama dengan permata yang berharga puluhan ribu rupiah.

Pengetahuan spiritual juga demikian, bagi orang yang tidak memiliki pengetahuan perbandingan agama mungkin beranggapan semua agama sama. Atau beranggapan semua agama baik, mereka tak tahu mana agama yang bagai permata dan yang bukan.

Dengan demikian seseorang yang menganggap agamanya tak memiliki kelebihan dibandingkan dengan agama lain kemungkinan tidak tahu (tidak memiliki pengetahuan) mengenai agamanya sendiri. Atau ingin dianggap sebagai orang yang sangat toleran.

Semoga kita semua berbahagia dalam Dhamma.

38
Meditasi / Kaitan "out of body experience" dengan konsep "roh"
« on: 20 September 2009, 12:49:23 PM »
Mungkin sering kita mendengar mengenai out of body experience, seseorang yang mengalami out of body experience maka dikatakan bahwa rohnya keluar dari tubuh.

Sebenarnya apakah yang dilihat oleh seseorang yang mengalami  peristiwa "keluar tubuh"? Pada waktu "keluar tubuh" seseorang melihat tubuhnya sendiri yang sedang berbaring atau sedang duduk bermeditasi, oleh karena itu ia "beranggapan" ia sedang keluar.

Pada seseorang yang bermeditasi Samatha Bhavana setelah mereka mencapai Jhana (biasanya Jhana ke empat) mereka juga mampu melihat tubuh mereka sendiri bahkan sampai ke dalam organ-organ tubuh mereka yang paling kecil.

Pada tahap ini bila orang tersebut percaya ada roh maka ia akan beranggapan yang melihat tubuh tersebut dari luar adalah rohnya, tetapi bila yang melihat fenomena itu adalah meditator yang tidak percaya adanya roh maka ia hanya akan menganggap bahwa yang melihat adalah mata dewa (dibba cakkhu)nya.

Yang mana yang benar?

Sekarang kita telaah konsep roh itu sendiri, ada beberapa pernyataan mengenai roh, yang satu menganggap bahwa roh tak memilliki dimensi, yang satunya lagi menganggap bahwa roh memiliki dimensi, dan yang terakhir beranggapan tak ada roh.

bila roh memiliki dimensi maka ia akan terpengaruh oleh ruang dan waktu, dalam hal ini jika ia terpengaruh oleh ruang dan waktu maka apapun yang terjadi dalam dimensi tersebut akan berpengaruh bagi dia. Jika alam tempat tinggal roh tersebut hancur maka roh tersebut juga akan ikut hancur bersama alamnya.
Pertanyaan lebih lanjut bila ia memiliki dimensi maka ia tentu memiliki bentuk, bagaimanakah bentuk roh tersebut? Sampai saat ini tak ada jawaban pasti terhadap "bentuk roh" kecuali berdasarkan persepsi orang yang memberikan pendapat.

Jika roh tak memiliki dimensi maka roh tak terikat oleh ruang dan waktu, dengan demikian maka ia juga otomatis tak terikat oleh tubuh karena tubuh memiliki dimensi, dengan demikian roh juga bisa keluar masuk tubuh sesukanya Bahkan istilah keluar masuk juga tak tepat dikatakan disini, karena kalau tak memiliki dimensi maka tak dapat dikatakan keluar atau masuk..

Adalagi yang beranggapan roh tak menyatu dengan tubuh, yang lain beranggapan roh menyatu dengan tubuh, dan yang lainnya lagi beranggapan rohnya menyatu dan sewaktu-waktu bisa terlepas.
Manakah yang benar?

Bila roh tak menyatu dengan tubuh maka apapun yang terjadi pada tubuhnya maka tak akan berpengaruh terhadap roh orang tersebut. dan dengan demikian ia tak akan merasakan sakit terhadap apapun yang terjadi pada badan jasmaninya, tetapi mengapa bila seseorang menyakiti jasmaninya kemarahan timbul? Bukankah ini disebabkan ia juga merasa sakit? yang disakiti tubuhnya mengapa ia juga merasa sakit? bukankah tubuh dan rohnya terpisah?

Mengapa pada orang yang mengalami penyakit psikologis bisa disembuhkan dengan pengobatan terhadap jasmaninya? misalnya disuntik dan minum obat sesuai anjuran psikiater? bukankah yang diberi obat adalah tubuhnya bukan rohnya?

Bila roh menyatu dengan tubuh maka apapun yang terjadi pada roh orang tersebut maka akan berpengaruh terhadap dia, misalnya tubuhnya luka maka ia akan merasa sakit, dan bila tangannya putus maka rohnya dibagian tangan juga ikut putus dstnya... apakah demikian?

Bila roh menyatu dengan tubuh maka bila terjadi kehancuran pada jasmani maka bukankah seharusnya rohnya juga akan ikut hancur?

Bila rohnya menyatu dan sewaktu-waktu bisa lepas maka bila pada waktu masih bersatu badannya dihancurkan maka ia akan hancur bersama tubuhnya bukankah demikian?

Sekarang menjadi lebih jelas bagi kita mengapa Sang Buddha Gotama menolak konsep roh ini dan mengatakan bahwa manusia hanya terdiri dari panca-khandha.

sukhi hotu,

39
Diskusi Umum / Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« on: 18 September 2009, 02:19:47 AM »
Tak percaya? Percayalah! Cara ini terbukti manjur digunakan untuk mencari pembenaran terhadap ayat-ayat kitab suci yang tidak baik sehingga semua kitab suci menjadi baik dengan tafsir yang bertujuan mencari pembenaran ini. Kata kuncinya: jangan mengartikan secara harfiah...
Dengan penafsiran kata-kata yang buruk atau tak masuk akal akan bisa dicari PEMBENARANnya, dan sebaliknya.
Misalnya: bila ada kata-kata,

"membunuh pencuri adalah baik". Tafsirnya: bukankah bila dibunuh maka pencuri itu akan berhenti mencuri dan tak akan menambah karma buruk? kita membantu dia sehingga tak lagi berbuat karma buruk.
"mencuri adalah baik" Tafsirnya: Bukankah kalau sesuatu harus hilang maka ia akan tetap hilang? kita hanya merupakan jalan sehingga hal itu terwujud, jadi yang salah adalah karmanya sendiri.
"Meminum minuman keras adalah baik" Tafsirnya: bukankah minum minuman keras baik bila hal itu dilakukan untuk kesehatan? Sebagai obat?
"Berbohong terhadap orang tertentu dibenarkan" Tafsirnya: bukankah ada orang-orang tertentu yang tak siap menerima kebenaran? bagaimana bila diberitahukan yang benar ia marah-marah? Bukankah dengan berbohong maka kita mencegah ia marah-marah (karma buruk)? Oleh karena itu maka kita berbuat baik karena berhasil mencegah ia berbuat karma buruk kan?

Dan berjuta tafsir yang bisa kita ciptakan sendiri untuk berbagai pembenaran.
Selamat bertafsir-ria bagi yang menyukai.
Bagaimana dengan kita sebagai pengikut Sang Buddha Gotama? Sebagai pengikut Sang Buddha sebaiknya kita tidak menafsirkan, tapi menggunakan apa yang tertulis di Tipitaka sebagai "bare truth" (kebenaran apa adanya) tanpa ditafsir atau dicari pembenarannya.

40
Theravada / Konsep aku menurut Tipitaka
« on: 08 August 2009, 10:42:57 PM »
PATISAMBHIDA MAGGA
[TREATISE ON INSIGHT]  (hal 401)


(1.)Demikianlah yang kudengar. suatu ketika Sang bhagava tinggal di Savatthi di hutan jeta, taman Anatthapindika. Disana Beliau berkhotbah kepada para bhikkhu, demikian: 'Para bhikkhu'. 'Ya Bhante' mereka menjawab. Sang Bhagava berkata demikian:

(2.) Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentuk apapun sebagai permanen (nicca) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan tanpa memasuki kebenaran hakiki tidak mungkin ia akan menyelami Sotapatti phala atau Sakadagami Phala atau anagami Phala  atau arahatta Phala.
Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentukan apapun sebagai tidak permanen (anicca) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan dengan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran memungkinkan baginya untuk memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan dengan memasuki kebenaran hakiki memungkinkan baginya menyelami Sotapatti phala atau Sakadagami Phala atau anagami Phala  atau arahatta Phala.

(3.) Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentuk apapun sebagai menyenangkan (sukha) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan..[dstnya seperti no:2 hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat segala bentukan apapun sebagai tidak menyenangkan (dukkha) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan...[dstnya seperti no:2 hingga]... atau Arahatta Phala.

(4.) Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat ide apapun sebagai aku (atta) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan..[dstnya seperti no:2 hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat semua ide sebagai bukan aku (anatta) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan...[dstnya seperti no:2 hingga]... atau Arahatta Phala.

(5.)  Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat Nibbana tidak menyenangkan (dukkha) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan..[dstnyaseperti no:2 hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat Nibbana menyenangkan (sukha) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan...[dstnyaseperti no:2 hingga]... atau Arahatta Phala.

                                                      (A iii 441 f.). [238]

komentar: Pandangan benar juga penting untuk membawa kemajuan pada meditasi Vipassana, pada tahap tertentu dalam meditasi Vipassana bila latihan kita benar maka kita mulai mengetahui mana jalan dan bukan jalan (magamagga nanavisuddhi), ini sejalan dengan Patisambhida Magga yang mengatakan pilihan yang sesuai dengan kebenaran (conformity with actuality).

Pada tahap pemurnian pandangan (ditthi visuddhi) jika seorang bhikkhu melihat ide apapun sebagai aku maka dikatakan tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran.

Pertanyaan menarik yang bisa kita ajukan dalam hal ini, apakah yang dimaksud aku dalam Patisambhida Magga? apakah aku hanya terbatas pada eksistensi suatu entitas entah apapun namanya? Ternyata Patisambhida Magga mengatakan bahwa ide tanpa aku meliputi semua bentuk gagasan apapun, atau ide apapun tentang aku.

Jadi Patisambhida Magga dengan jelas menyatakan bahwa bila seseorang menganggap ada aku yang merasa, ada aku yang melihat, ada aku yang marah, ada aku yang menjadi penyebab, maka ia tak akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran.

Ajaran Sang Buddha dengan jelas tak pernah mengatakan bahwa kebaikan dan keburukan berasal dari "aku", karena bila semua keburukan berasal dari aku maka itu adalah ide keakuan juga. Dan seterusnya ajaran Sang Buddha juga mengatakan bahwa penyebab dari semua kekacauan ini adalah asava (lobha, dosa dan moha)

Lobha dosa dan moha bukanlah siapa-siapa, lobha dosa moha bukan aku, bukan milikku, lobha dosa moha hanyalah proses yang muncul dan lenyap kembali oleh berbagai sebab.

Semoga artikel ini menambah pengertian kita bersama, semoga kita semua memasuki Jalan

41
Meditasi / Sedikit mengenai Achaan Jumnien.
« on: 21 May 2009, 11:39:48 PM »
Tadinya bingung mau masukkan artikel ini dimana, akhirnya pilihan jatuh pada Tradisi Achaan Mun karena beliau juga mengaku pernah belajar dibawah bimbingan Achaan Lee Dhammadaro yang merupakan murid dari Achaan Mun juga.
_______________________________________________________________________________________________________________

BAGIAN I

Terlahir di desa, pada waktu masih muda belajar pada tabib desa yang merupakan pandita dan juga peramal. Acharn Jumnien memulai latihan meditasinya pada umur enam tahun. Pelajaran pertamanya adalah konsentrasi dan meditasi cinta-kasih (metta-bhavana). Ia juga diajarkan ilmu ketabiban untuk mengobati masyarakat desa dan dinasehatkan untuk selalu berlatih meditasi dan hidup selibat.

Pada usia akil balik banyak penduduk desa disekitarnya meminta pertolongannya, dan pada usia duapuluh tahun ia ditahbiskan sebagai bhikkhu dalam tradisi Buddhis Theravada. Ia mulai belajar berbagai latihan meditasi pada berbagai guru ternama di Thailand, mengembara sebagai bhikkhu dhutanga, dan kemudian belajar meditasi Vipassana dibawah bimbingan Achaan (Lee) Dhammadaro di Wat Tow Kote.

Ketika Achaan jumnien diminta untuk mengajar delapan tahun yang lalu, ia pada awal usia tiga puluh tahun dan mulai dikenal oleh diantara masyarakat setempat karena kebijaksanaannya dalam menjelaskan Dhamma dan kekuatan cinta-kasih (metta) nya. Ia secara khusus diminta oleh orang-orang dari Wat Sukontawas untuk datang dan mengajar, karena memiliki persoalan besar. Daerah ini yang merupakan hutan rimbun diselingi perkebunan karet di Selatan Thailand adalah pusat bentrokan yang kadang terjadi sejak lama antara pasukan pemerintah dan pemberontak komunis di pegunungan. Ketika beliau tiba dan mulai mengajar ia telah diperingatkan untuk meninggalkan daerah itu atau ditembak. Beliau tetap mengajar. Melalui kekuatan Dhamma beliau akhirnya bisa mengajar pasukan pemerintah di kota dan belakangan diundang untuk mengajar pemberontak di pegunungan juga. Oleh sebab itu kedua pihak lalu menawarkan perlindungan terhadap viharanya. Hanya hidup sejalan dengan Dhamma sejati adalah perlindungan yang dibutuhkannya.

Achaan Jumnien adalah guru yang sangat terbuka yang banyak menggunakan metode latihan. Ia telah belajar berbagai tehnik yang berbeda dan tidak fokus hanya pada satu metode, beliau memberikan objek meditasi berbeda untuk murid-muridnya tegantung dari kebutuhan mereka dan kepribadian dan kemelekatan laten yang paling menonjol. Tetapi apapun tehnik meditasi yang dikembangkan, akhirnya ia mengarahkan kembali muridnya kepada latihan meditasi Vipassana melihat sifat alamiah proses batin dan jasmani sebagai berubah, tak memuaskan dan tanpa aku. Salah satu ajarannya adalah bahwa tidak tepat (bila dikatakan) hanya ada jalan satu-satunya yang benar. Ia mengajar perkembangan pada Dhamma sebagai eksperimen dan penyelidikan pada nafsu keinginan dan ketidak-puasan kita, mengawasi kemajuan meditasi kita sebagai aspek lainnya dari pengembangan pandangan terang.

Walaupun ia akan membimbing muridnya dengan ketat, terutama ketika mereka sedang mengembangkan tingkatan konsentrasi yang tinggi atau sedang memecahkan rasa sakit pada latihan meditasi yang intensif (dua diantara cara khususnya dalam berlatih). Ia sering mengingatkanmu bahwa jalanmu dalam Dhamma adalah penyelidikan dan pengawasan terus-menerus. Seperti yang dikatakannya, “Penting untuk diketahui bahwa orang-orang harus mengambil tanggung jawab untuk perkembangannya sendiri dalam Dhamma.”  Latihan baginya dan bagi kita semua adalah proses seumur hidup dan walaupun kita menggunakan suatu metode meditasi tertentu pada suatu waktu, penghentian selamanya dari semua keinginan, kedamaian akhir, yang merupakan kesimpulan akhir yang hakiki dari latihan spiritual kita.

Wat Sukhontawas merentang hingga ke atas bukit dengan pondok-pondok meditator ditempatkan diantara barisan pohon karet. Selama musim hujan ada seratus hingga dua ratus bhikkhu dan anagarini belajar bersama dibawah bimbingan Achaan Jumnien. Setengah lusin orang barat belajar disini,

Walaupun Achaan Jumnien tidak berbicara bahasa Inggris, seorang penerjemah bisasanya bisa ditemukan. Achaan Jumnien bagai anak muda mudah tertawa dan mudah didekati.

Pada waktu menerbitkan buku ini saya mendengar bahwa Achaan Jumnien telah memindahkan padepokanna ke sederetan gua dipegunungan Krabi, selatan Thailand.

Kumpulan dari Interview yang telah dilakukan:

   Dengan Achaan Jumnien di Wat Sukontawas Surratthani, Thailand

Pertanyaan: Apakah jenis meditasi yang anda ajarkan disini?
Jawab: Disini kamu akan menemukan orang-orang yang berlatih berbagai jenis tehnik meditasi. Sang Buddha menjelaskan lebih dari 40 macam kepada siswa-siswanya. Tidak semua orang memiliki latar belakang yang sama, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Saya tidak hanya mengajarkan satu jenis meditasi, tetapi banyak jenis, dan memilih yang sesuai untuk setiap siswa. Beberapa berlatih meditasi pada pernafasan. Yang lainnya meditasi berdasarkan pengamatan terhadap sensasi jasmani. Beberapa berlatih dengan objek cinta-kasih. beberapa lainnya lagi diberikan petunjuk untuk berlatih meditasi pandangan terang awal, yang lainnya saya ajarkan metode konsentrasi yang pada akhirnya membawa mereka pada latihan pandangan terang lebih tinggi dan kebijaksanaan.

Tanya: Anda katakan ada banyak cara yang baik untuk berlatih. Bagaimana dengan guru meditasi yang menyatakan bahwa cara mereka atau metode mereka adalah cara yang sesungguhnya yang diajarkan oleh Sang Buddha dan latihan-latihan lainnya tidak membawa pada pencerahan?
Jawab: Inti dari semua latihan yang diajarkan oleh Sang Buddha dapat diringkas menjadi satu kalimat: jangan melekat kepada apapun. Seringkali orang yang sangat bijaksana tetap melekat kepada metode yang sesuai bagi mereka. Mereka belum bisa melepas sepenuhnya metode mereka, guru mereka.

Mereka tidak sejalan dengan cara umumnya dari semua latihan kita. Ini tidak berarti bahwa mereka mungkin bukan guru yang baik. Anda harus berhati-hati jangan menghakimi mereka atau melekat kepada ide bahwa seorang guru seharusnya begini.
Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang dapat kita lekati. Secara sederhana lepasnya kemelekatan akan memungkinkan kebijaksanaan mengalir.

Saya beruntung. Saya menguasai latihan dari berbagai guru sebelum mengajar. Ada banyak latihan meditasi yang baik. Apa yang terpenting adalah kamu berusaha mengabdikan dirimu untuk berlatih sendiri dengan keyakinan dan semangat. Maka dengan demikian kamu akan mengetahui hasilnya bagi dirimu sendiri.

Tanya: Apakah anda biasanya memulai mengajar murid anda langsung dengan meditasi pendangan terang atau dengan latihan konsentrasi lebih dahulu.
Jawab: Lebih sering mereka memulai dengan latihan pandangan terang. Kadang-kadang saya mengajarkan mereka latihan konsentrasi (jhana) terlebih dahulu, terutama jika mereka memiliki pengalaman meditasi atau jika batin mereka memiliki kecenderungan kearah konsentrasi dengan mudah. Pada akhirnya yang terpenting bagi semua orang adalah kembali ke meditasi pandangan terang.

Ada khotbah dalam kitab suci Tipitaka dimana Sang Buddha, Ketika menerima kunjungan beberapa umat awam, berbicara mengenai pont ini. Beliau mengindikasikan bahwa berbagai sifat alami para bhikkhu uang duduk berkelompok di hadapan Beliau:

Lihatlah bagaimana para bhikkhu yang memiliki kecenderungan kebijaksanaan berkumpul bersama Sariputta, siswaKu yang paling bijaksana. Dan disana, bagaimana mereka yang memiliki kecenderungan terhadap kekuatan supernatural berkelompok dengan Sisaku yang utama Maha Moggalana. Dan mereka yang memiliki kecenderungan terhadap peraturan kebhikkhuan bersama dengan Upali, ahli Vinaya, sementara mereka yang kecenderungan Jhananya paling kuat……..

Tanya: Apa saja faktor lain yang diperlukan dalam memiliki objek meditasi yang tepat?
Jawab: Dalam membimbing siswa, saya melihat pengalaman latihan yang lalu dan kecenderungan batinnya. Saya juga melihat berapa banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan oleh siswa dalam bermeditasi. Apakah ia umat awam yang berlatih sejam sehari, atau bhikkhu yang menginginkan latihan intensif sepanjang hari? Temperamen. Apakah orang ini temperamennya memang sungguh ingin latihan? Metta-bhavana (meditasi cinta-kasih) bagi orang pemarah merupakan latihan awal yang baik. Meditasi pada keseimbangan baik bagi mereka yang lebih memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar mereka daripada latihannya. Meditasi faktanya adalah jalan hidup. Kita bicara disini mengenai tehnik meditasi sebagai tehnik  untuk mengembangkan diri lebih jauh, tetapi kita harus ingat bahwa segala sesuatu dikehidupan ini dapat dijadikan objek meditasi. Mengenai tehnik meditasi, jika anda memilih salah satu latihan dasar Buddhis yang mengarah pada pandangan terang anda tak akan salah.

Tanya: Dapatkah anda memberikan petunjuk lain bagaimana mengarahkan latihan kita?
Jawab: Latihan harus diarahkan berlawanan dengan kemelekatan atau rintangan batin yang menonjol. Jika anda jujur terhadap diri sendiri  anda dapat mengenali hal ini lebih mudah. Umpamanya, jika temperamen anda adalah temperamen yang membawa anda pada ketak-pedulian (indifference) anda harus mencurahkan lebih banyak tenaga untuk melatih kasih sayang. Jika nafsu adalah masalahnya, gunakan perenungan terhadap bagaian-bagian tubuh yang menijikkan hingga anda dapat melihat sifat alamiahnya lebih jelas, tak terhalang oleh nafsu anda sendiri. Jika kamu bersifat bingung dan penuh khayalan, kembangkanlah penyelidikan Dhamma dan rasa sensitif terhadap latihan anda sendiri, belajar dan perhatikan dengan jelas untuk mengatasi tendensi ini.
Tetapi anda harus berlatih dengan penuh pengabdian dan kejujuran, anda harus memiliki pengabdian pada jalan yang anda pilih sendiri yang diarahkan pada keinginan untuk menyelami Dhamma yang tak pernah padam. Jika tidak latihanmu akan stagnan dan menjadi seperti ritual. Hanya akhir dari ketamakan, kebencian dan ketidak tahuan dalam hati yang dapat mengakhiri usaha kita. Sedikit demi sedikit, waktu demi waktu, anda harus terus melanjutkan perrjalanan anda dengan konstan. Berlatih tak mengenal takut pada arah pengikisan kemelekatan dan lakukan terus hingga tercapainya Kebebasan. Hanya itu.

Tanya: Apakah lebih baik berlatih meditasi sendirian atau bersama-sama dalam kelompok?
Jawab: Tergantung. Pada kasus meditator baru, jika mereka serius dan rajin, baik jika ia dibiarkan berlatih sendirian dan diawasi dengan hati-hati pada awal latihan. Bagi mereka yang tidak terlalu serius atau disiplin, atau mereka yang khususnya kurang seimbang dan harus dekat berada dengan guru, mereka harus berlatih dalam kelompok yang terstruktur dan saling mendukung. Dengan cara ini mereka dapat menolong dan memberikan inspirasi dan dapat digunakan untuk memberikan tenaga tersebut untuk memperkuat latihan mereka. Sedangkan bagi murid yang berpengalaman, jika mereka ketat dan tulus, sendirian dalam kesunyian adalah yang terbaik. Siswa-siswa seperti ini  dapat menolong diri mereka sendiri dan jalan yang mereka tempuh akan tambah mendalam tanpa harus didorong oleh guru atau kelompok. Sedangkan bagi mereka yang kurang disiplin, walaupun berpengalaman, lebih baik bagi mereka bila berlatih bersama kelompok. Latihan yang keras dan disiplin akan membantu mereka memecahkan penolakan dari dalam diri sendiri hingga mereka dapat melihat sendiri Dhamma sejati. Kemudian latihan mereka akan berkembang sendiri atau dalam kelompok, tak terhalang.

Tanya: Apakah anda sering memberikan anjuran untuk berlatih intensif sendirian dalam isolasi?
Jawab; Tentu saja. Bagi mereka yang mempersiapkan diri, meditasi intensif yang ketat sangat berguna. Jika digabungkan dengan isolasi, meditator dapat dengan cepat mengembangkan konsentrasi yang kuat dan pandangan terang yang jernih. Bahkan sekarang, Saya sendiri setiap bulan pergi hanya berbekal jubah dan mangkuk tinggal sendiriran di hutan dan berlatih dengan intensif.
Kebanyakan siswa disini dianjurkan untuk melakukan hal yang sama. Setelah mereka mendapatkan pengalaman, mereka dapat menemukan keseimbangan sendiri antara pergi untuk retret intensif berkala dan diluar waktu itu hidup dalam kehidupan meditasi sehari-hari.
Sedangkan latihan dalam retret intensif, dalam retret yang lebih lama siswa saya biasanya berlatih vipassana sederhana, mengamati perubahan pada batin dan jasmani. Untuk jangka waktu yang lebih pendek seringkali efektif pada latihan konsentrasi tertentu atau mencoba mencoba menerobos sikap tubuh tertentu. Pada akhirnya, latihan harus kembali ke pandangan terang dan melepas. Ini tujuan dari semua ajaran Sang Buddha.

Tanya: Dapatkah anda menerangkan proses menerobos melalui sikap tubuh?
Jawab: Ketakutan kita akan rasa sakit dan kemelekatan kita kepada tubuh kita akan mengintervensi kejernihan dan kebijaksanaan batin kita. Bagi para siswa yang memiliki semangat dan kecenderungan, saya menganjurkan latihan pandangan terang, memusatkan perhatian pada gerakan atau perasaan / sensasi yang muncul pada tubuh kita. Ini dilakukan pada waktu bertahan hanya pada satu sikap tubuh – entah berdiri berjalan atau duduk untuk waktu yang lama. Ketika meditator bertahan pada satu sikap tubuh, rasa sakit bertambah kuat dan ia harus berkonsentrasi langsung pada perasaan-perasaan ini. Perasaan sakit pada tubuh ini adalah objek yang tepat untuk konsentrasi. Pada akhirnya batin akan melihat rasa sakit bukan sebagai rasa sakit tetapi merupakan sensasi jernih yang baik yang disukai maupun yang tidak disukai muncul dan tenggelam dalam tubuh. Seringkali meditator duduk atau berdiri selama dua puluh empat jam dalam satu posisi. Ketika kita telah berhenti bergerak, penderitaan (rasa sakit) yang memang ada dalam tubuh kita mulai memperlihatkan diri. Kadang-kadang delapan jam atau lebih telah berlalu sebelum meditator memecahkan kemelekatannya kepada rasa sakit pada tubuhnya. Setelah itu tak perlu bergerak. Pikiran menjadi sangat jernih, terkonsentrasi, dan lentur. Kebahagiaan dan kegairahan batin mengikuti pecahnya rasa sakit ini. Meditator dapat melihat dengan jernih dengan batin yang seimbang, timbul dan tenggelamnya fenomena batin dan jasmani. Bersamaan dengan berhentinya keinginan dan berkembangnya konsentrasi maka kebijaksanaan juga berkembang.
Tanya: Banyak guru Vipassana yang menekankan pada satu aspek kewaspadaan seperti perasaan atau kesadaran. Bukankah perhatian yang berkembang pada salah satu hal ini akan menuju pada tempat yang sama, yaitu perhatian menyeluruh dan dalam?
Jawab: Tentu saja. Pada setiap keadaan dan pada setiap pengalaman tercermin Dhamma secara keseluruhan. Ini berarti bahwa aspek tubuh atau jasmani manapun yang kita amati dapat membawa kita pada konsentrasi yang mendalam dan pengertian terhadap hakikat diri sendiri. Dalam melihat totalitas siapa kita, kita juga akan melihat bagaimana seluruh dunia memiliki karakteristik yang sama. Kita akan melihat ketidak kekalan, perubahan  semua pengalaman, kita akan melihat ketidak amanan dalam keadaan apapun, dan yang terpenting kita akan mengetahui sifat kekosongan pada semua keadaan. Seseorang dapat bermeditasi pada bagian manapun dari pengalaman langsung kita, penglihatan, suara, bau, rasa, sensasi-sensasi, perasaan, atau unsur-unsur batin. Untuk memusatkan perhatian pada salah satu area ini adalah cara yang baik untuk memperdalam konsentrasi dan  pendangan terang bersamaan.
Tetapi pada titik tertentu batin menjadi sangat jernih dan seimbang sehingga fenomena apapun yang timbul akan nampak dan dibiarkan tak tersentuh oleh batin tanpa ikut campur. Ia akan berhenti melihat hanya pada satu hal saja, dan segala sesuatu hanya nampak sebagai batin dan jasmani saja, proses kosong yang timbul dan tenggelam kembali sebagaimana apa adanya, atau hanya nampak sebagai getaran atau energy, pengalaman kekosongan. Yang muncul dari keseimbangan batin yang sempurna tanpa bereaksi sehingga kita mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya, melewati penderitaan, melewati diri, hanya berhentinya alam semesta dan kosong.

BERSAMBUNG KE BAGIAN II

42
Teman-teman netter sekalian,
Untuk yang tertarik pada meditasi intensif. Berikut adalah jadwal meditasi harian yang umumnya digunakan pada meditasi Vipassana intensif metode Mahasi Sayadaw.
Dikutip dari jadwal di Chanmyay Yeikhta (U Janaka Bhivamsa meditation centre):

03:00 - 04:00   Bangun pagi/meditasi jalan
04:00 - 05:00   Meditasi duduk bersama
05:00 - 06:00   Meditasi jalan
06:00 - 07:00   Makan pagi
07:00 - 08:00   Mandi dan meditasi jalan
08:00 - 09:00   Meditasi duduk
09:00 - 10:00   Meditasi jalan
10:00 - 11:00   Meditasi duduk
11:00 - 12:00   Makan siang
12:00 - 13:00   Meditasi jalan
13:00 - 14:00   Meditasi duduk bersama
14:00 - 15:00   Meditasi jalan
15:00 - 17:00   Interview / Dhammadesana
17:00 - 18:00   Mandi / minum sore / meditasi jalan
18:00 - 19:00   Meditasi duduk
19:00 - 20:00   Meditasi jalan
20:00 - 21:00   Meditasi duduk bersama
21:00 - .......    Istirahat.

Retret hari pertama dan hari terakhir disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan.
Semoga bermanfaat.

Sukhi hotu

43
Meditasi / Jhana pada objek meditasi
« on: 01 May 2009, 08:40:55 AM »
Teman-teman,

Mari kita membahas proses pencapaian Jhana pada objek-objek meditasi yang lain.

Pada latihan Samatha Bhavana, umumnya meditator memulai dengan mengambil suatu objek sebagai objek awal untuk memusatkan perhatian.

Pada meditasi Anapanasati objek awal yang diambil adalah keluar masuknya nafas.
Selanjutnya dengan semakin memusatnya konsentrasi maka ada nimitta yang muncul dan bertambah lama bertambah kuat.
Akhirnya nimitta sepenuhnya menggantikan nafas, nafas tak lagi diperhatikan.
Pada Tahap dimana nimitta sepenuhnya menggantikan nafas, ini masih dalam taraf memasuki upacara samadhi.
Setelah beberapa waktu berlatih dalam upacara samadhi maka nimitta menjadi sangat kuat akhirnya perhatian terserap kepada nimitta.
Pada waktu perhatian terserap kepada nimitta maka pikiran berhenti dan meditator mengalami faktor-faktor jhana muncul.

Bagaimana bila objek meditasinya berbeda?
Sama saja, apapun objek awal yang dipakai (misalnya Metta Bhavana) maka setelah mencapai kondisi upacara samadhi maka kita mengubah perhatian kita kepada nimitta yang timbul.
Meditasi Metta Bhavana menurut Pa Auk Sayadaw dalam buku "the light of wisdom" mengatakan:

Pertama kita harus memancarkan bhavana citta (pikiran yang dikonsentrasikan) kepada objek meditasi yang kita pilih. Meditasi Metta Bhavana memakai konsep (pannati) sebagai objek, bukan realitas tertinggi (paramattha). Oleh karena itu kita harus memusatkan pikiran kepada konsep mahluk hidup (satta pannati).
Setelah konsentrasi menjadi kuat maka pikiran berhenti, yang ada hanya perhatian yang kuat kepada objek disertai faktor Jhana.

Demikian juga dengan objek kasina dlsbnya.
Teman-teman yang ingin mengungkapkan pengalamannya meditasi dengan berbagai objek meditasi samatha diharap mau berbagi pengalamannya.

sukhi hotu,

44
Theravada / Manfaat belajar Dhamma
« on: 06 April 2009, 10:53:04 PM »
Seringkah anda mendengar pernyataan,

Percuma belajar Dhamma tetapi tidak di praktikkan... terdengar akrab?

Ini jelas adalah pernyataan keliru sama sekali. ketika saya baru-baru belajar Dhamma seorang bhikkhu senior mengatakan kepada saya, bila kita belajar Dhamma akan berbuah berupa kebijaksanaan dan kecerdasan, waktu itu saya berpikir kok bisa? apa hubungannya?

Belakangan setelah lebih jauh mempelajari Dhamma, perlahan-lahan misteri itu semakin terbuka dan saya semakin melihat hubungannya.

Sewaktu kecil saya seringkali mempermainkan dan kadang menyiksa binatang, waktu itu saya tidak tahu bahwa perbuatan itu tidak baik. Bila berhasil menangkap tikus dalam perangkap saya lalu membawa tikus tersebut dan mencelupkannya ke laut hingga mati kehabisan napas, dan berbagai hal buruk lainnya.

Sewaktu mulai mengenal Dhamma, mulai belajar Pancasila, saya baru tahu bahwa membunuh mahluk hidup itu salah. Tetapi apakah saya menghentikan pembunuhan mahluk hidup setelah mengenal Dhamma? Tidak. Saya masih kadang-kadang melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup (saya sangat menikmati memancing, menangkap kepiting, menangkap kodok). Nampaknya seolah-olah pengetahuan Dhamma tak berguna bagi saya, seolah-olah Dhamma tak mengubah apapun.

Tetapi anggapan itu salah. Memang benar saya masih melakukan pembunuhan mahluk hidup, tetapi ada yang berubah dalam pembunuhan-pembunuhan itu dibandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, pada pembunuhan setelah mengenal Dhamma ada rasa penyesalan dan takut ketika melakukan pembunuhan, karena tahu bahwa hal itu salah, sebelumnya saya melakukan hal itu tanpa rasa takut. Lama kelamaan rasa takut dan penyesalan semakin dominan sehingga saya mulai meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, bahkan terhadap nyamuk sekalipun berusaha tidak membunuh.

Dari pengalaman ini saya kemudian menyadari sebabnya mengapa dikatakan bahwa membunuh bila tahu itu salah, lebih kecil kamma buruknya dibandingkan bila membunuh tanpa mengetahui bahwa itu salah. Disini mulai nampak kaitan dengan Abhidhamma juga yaitu: bila kita membunuh disertai pengetahuan bahwa itu salah maka pembunuhan itu tidak lagi disertai dengan kegembiraan dikala melakukannya, dengan kata lain pembunuhan tidak lagi dilakukan sepenuh hati. Inilah sebabnya kammanya buruknya lebih kecil.

Pengalaman diatas hanya merupakan penggalan kecil manfaat belajar Dhamma. Manfaat lainnya selain kecerdasan dan kebijaksanaan yaitu: bila kita belajar Dhamma akan membawa kita ke Nibbana. Mungkin sebagian orang akan kaget bila mendengar pernyataan ini, masa iya? belajar Dhamma membawa kita ke Nibbana? begini sebabnya:

Memang benar bila kita belajar dhamma kita tak dapat mencapai Nibbana, yang dimaksudkan disini adalah: pada waktu kita belajar Dhamma (sedang menyimak uraian guru/berpikir) memang tak dapat mencapai Nibbana kan? karena pada waktu itu kita dalam keadaan belajar Dhamma kita tidak dalam keadaan meditatif, wajar bila kita tak dapat mencapai Nibbana bila kita belajar Dhamma, tetapi jangan dilupakan bahwa ada hal yang sangat penting, yaitu bila kita belajar Dhamma maka Dhammachanda dan samvega (perasaan urgency untuk mempraktekkan Dhamma) secara pelan-pelan akan tumbuh. Diumpamakan bagai seseorang yang belajar sastra Perancis misalnya, karena sering diajarkan dan diterangkan segala hal mengenai Perancis maka perasaan ingin mengunjungi Perancis akan tumbuh.

Suatu ketika bhikkhu Culapanthaka dibilang tak berguna oleh kakak beliau Y.A. Mahapanthaka karena tak mampu menghafalkan sebait syair selama tiga bulan, lalu ketika bhikkhu Culapanthaka menangis sendirian Sang Buddha menghampiri beliau lalu menghibur dan mengatakan "tak ada yang sia-sia dalam ajaranku", disini Sang Buddha secara tegas menyatakan seseorang yang mempelajari Dhamma tak akan sia-sia. Oleh karena itu kita harus selalu menambah pengetahuan Dhamma.

Manfaat mempelajari Dhamma lainnya yang besar bagi kita semua yaitu: berkat jasa-jasa mereka yang mempelajari Dhamma maka kita dapat menemukan Dhamma hingga saat ini. Tak bisa dibayangkan bila tak ada orang yang mau mempelajari Abhidhamma, Sutta atau Vinaya. Mungkin ajaran Sang Buddha telah lenyap hanya ratusan tahun setelah Sang Buddha Parinibbana. Karena tak ada yang belajar Dhamma, maka tak ada orang yang mampu menerangkan Dhammasangani misalnya. Untunglah dengan adanya para abdi Dhammma (yang mempelajari dan mengajarkan Dhamma) maka kita dapat mengenal Buddha Dhamma hingga sekarang.

Ada kelebihan lain dari seorang yang belajar Dhamma dibandingkan meditator yang tidak belajar Dhamma, seringkali mereka yang belajar Dhamma mampu menguraikan Dhamma lebih baik daripada meditator yang tak belajar Dhamma, karena mereka yang belajar Dhamma mempelajari berbagai hal lebih detil. Tetapi dalam hal praktek seorang meditator tentu mengetahui lebih banyak sehubungan dengan praktek jenis meditasi yang dilakukannya.

Memang harus diakui bahwa pencapaian batin seorang meditator lebih tinggi daripada seorang yang hanya mempelajari Dhamma. Tetapi pengetahuan seseorang yang mempelajari Dhamma lebih luas daripada mereka yang tidak mempelajari Dhamma, oleh karena itu ia nampak lebih cerdas di mata orang-orang. Oleh karena itu yang terbaik bagi kita adalah menyeimbangkan antara belajar Dhamma dan meditasi, karena kedua hal ini sangat mendukung satu sama lain. Seorang siswa yang belajar Dhamma dan juga berlatih meditasi akan mampu menerangkan kaitan berbagai faktor Dhamma yang nampaknya terfragmentasi dan mampu menerangkannya sebagai suatu bentuk kesatuan yang utuh.

Semoga kita maju terus dalam Dhamma.

Sukhi hotu,

 _/\_


45
Jadwal Meditasi Baru, YASATI

10 hari (26 Mei – 5 Juni 2009), pembimbing: Sayadaw U Nyanaramsi
di Bacom, Puncak

Biografi singkat:
Ven. U Nyanaramsi adalah seorang Bhikkhu Malaysia yang berlatih Meditasi Vipassana dibawah bimbingan Ven Chanmyay Sayadaw di Yangon. Pada tahun 1995, beliau diupasampada dan menjalankan 9 Vassa di Myanmar. Saat ini beliau memberikan bimbingan meditasi di Malaysia

Pendafataran hub:
Sekretariat YASATI : (021) 932-64-600
Milana : 0852-8209-8707
Oedis Tjandra : 0811-887-339

Dilanjutkan retret di Bali

Tertanggal 12 juni s/d 15 juni 2009  (3 hari).
Tertanggal 12 juni s/d 26 juni 2009  (14 hari) di Bali

Peminat dapat daftar pada : Dhammajiyoti - 08164733609 , Susan - 085238046181.


Pages: 1 2 [3] 4