//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Adhitthana

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 437
166
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 09 July 2011, 12:18:19 AM »

Kemudian, Devadatta jatuh sakit. Setelah menderita sakit selama sembilan bulan, dia meminta murid-muridnya untuk membawanya menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana.

Mendengar kabar bahwa Devadatta akan tiba, Sang Buddha berkata kepada murid- murid-Nya bahwa Devadatta tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menemui-Nya.

Ketika Devadatta dan rombongannya mencapai kolam di dekat Vihara Jetavana, para pengangkutnya meletakkan tandu tempat berbaringnya di tepi kolam, dan mereka pergi mandi. Devadatta bangun dari tempat berbaringnya, dan menaruhkan kedua kakinya di tanah.

Devadatta duduk diatas dipan dan meletakkan kakinya diatas tanah, Kemudian kakinya terbenam tanpa dapat dicegah. Ia terus terbenam, bagian-bagian tubuhmya terbenam satu demi satu, mata kaki, lutut, pinggang, dada dan leher, dan bumi ini menelannya dengan rakus hingga ke rahangnya saat ia mengucapkan syair berikut :

Imehi atthiti tamaggapuggalam
devatidevam naradammasarathim
Samantacakkhum satapunnalakkhanam
panehi Buddham saranam upemi

Aku Devadatta di atas dipan kematianku berlindung dalam Buddha Yang Mulia dengan tulang belulang dan daya hidup ini yang hampir habis.
Dengan kesadaran, batin yang gembira dan mulai yang terdorong oleh 3 akar mulia
("aku berlindung didalam Buddha yang Mahatahu, mahluk terAgung di dunia, Guru Yang Maha Melihat yang mampu menertibkan mahluk-mahluk dan yang memiliki 32 tanda-tanda mulia seorang manusia luar biasa karena kebajikannya yang tidak terhitung.")

167
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 09 July 2011, 12:08:09 AM »
Spoiler: ShowHide

Suatu saat Devadatta menetap bersama Sang Buddha di Kosambi. Selama tinggal di sana ia menyadari bahwa Sang Buddha menerima
banyak perhatian dan penghormatan maupun pemberian. Dia merasa iri hati terhadap Sang Buddha dan bercita-cita untuk memimpin Sangha yang terdiri dari bhikkhu-bhikkhu.

Suatu hari, ketika Sang Buddha sedang memberikan khotbah di Vihara Veluvana di dekat Rajagaha, dia mendekati Sang Buddha dan dengan alasan bahwa Sang Buddha sudah semakin tua, dia sangat berharap Sangha akan dipercayakan kepada pengawasannya.

Sang Buddha menolak usulnya serta menegur, bahwa dia telah menelan air ludah orang lain. Sang Buddha kemudian meminta Sangha melaksanakan rencana melakukan pengumuman (pakasaniya kamma) sehubungan dengan kelakuan Devadatta.

Devadatta lalu mengambil keputusan untuk membunuh sendiri Sang Buddha. Suatu hari, sewaktu Sang Buddha sedang berjalan di lereng Gunung Gijjhakuta, ia mendorong sebuah batu besar yang dimaksudkan untuk menimpa mati Sang Buddha. Tiba-tiba dua tonggak besar muncul dari dalam tanah untuk menahan jatuhnya batu tersebut.

Meskipun demikian, pecahan batu tersebut masih dapat melukai kaki Sang Buddha. Sang Buddha kemudian diusungkan ke Ambavana, yaitu tempat tabib Jivaka untuk mendapat pengobatan seperlunya. Setelah kejadian ini, siang dan malam para murid-Nya menjaga tempat tinggal Sang Buddha. Tetapi Sang Buddha menerangkan bahwa hal tersebut tidak perlu, berhubung tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu membunuh seorang Buddha

168
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 09 July 2011, 12:03:06 AM »

Sang Buddha memperingati Devadatta

Untuk mengesankan para Bhikkhu dan Bhikkhuni lain dan juga mengganggu Sangha, Devadatta meminta Sang Buddha untuk membuat peraturan (tata krama) yang lebih ketat untuk Sangha. Devadatta meminta agar para Bhikkhu tidak diijinkan tidur di rumah atau makan daging. Tetapi Sang Buddha menolak proposal Devadatta. Sang Buddha berkata: "Jika beberapa Bhikkhu hendak tidur di luar rumah atau tidak memakan daging, mereka bebas melakukannya. Tetapi jika mereka tidak ingin hidup dalam cara demikian, mereka juga tidak harus melakukannya." Akhirnya, Sang Buddha berkata: "Devadatta, jika kamu ingin memecah Sangha, kamu akan memetik buah kejahatan."

169
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 09 July 2011, 12:00:08 AM »
Spoiler: ShowHide

Menaklukkan Gajah Nalagiri (dengan Cinta Kasih /Metta)

Nãlãgirim gajavaram atimatta bhutam
Dãvaggi cakka masaniva sudãrunantam
Mettambuseka vidhinã jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni

Nalagiri gajah mulia menjadi sangat gila
Sangat kejam bagaikan hutan terbakar, bagai senjata roda atau halilintar
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti yang mengagumkan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.

Sang Buddha seperti biasa sedang berjalan ke suatu daerah untuk membabarkan Dhamma kepada umatNya. Beliau diiringi oleh murid-muridNya, yang penuh cinta kasih dan pengabdian yang besar kepada Sang Buddha, Sang Guru Agung.

Melihat Sang Buddha yang dicintai oleh murid-muridNya, menyebabkan Devadatta berpikir :
"Adalah suatu kenyataan, bahwa tidak ada satu mahlukpun yang dengan melihat Kesempurnaan Manusia Gotama mampu dan berani untuk menyentuhNya. Tetapi raja gajah Nalagiri adalah binatang yang amat galak dan liar, ia tidak mengetahui kesucian Buddha, Dhamma serta Sangha. Ia akan saya lepaskan untuk menghancurkan Bhikkhu Gotama."

Kemudian Devadatta pergi menemui Raja Ajatasattu dan membicarakan masalah ini. Raja terpengaruh oleh penjelasannya dan memanggil penjaga gajah, lalu memberi perintah :
"Penjaga, besok kamu harus memberi minuman keras kepada Nalagiri. Dan lepaskanlah Nalagiri di jalan raya saat Bhikkhu Gotama sedang berjalan."

Devadatta bertanya kepada penjaga itu berapa banyak air yang biasa diberikan kepada gajah itu, penjaga itu menjawab :
"Delapan guci."

Devadatta lalu berkata :
"Besok, berikan kepada Nalagiri enam belas guci minuman keras dan lepaskan dia ke arah jalan raya yang akan dilalui oleh Bhikkhu Gotama."

"Baiklah," jawab penjaga itu.

Raja lalu menabuh tambur di seluruh kota dan mengumumkan :
"Besok gajah Nalagiri akan menjadi mabuk karena minum minuman keras dan akan dilepas ke dalam kota. Penduduk di kota ini dapat melakukan semua pekerjaannya hanya pada pagi hari, sesudah itu tidak boleh ada satu orangpun yang berada di jalan raya."

Devadatta lalu turun dari istana dan mendatangi kandang gajah Nalagiri, ia mendekati penjaga gajah itu dan berkata :
"Saya katakan kepadamu, kita mampu untuk menghancurkan seseorang dari posisinya yang tinggi ke posisi yang rendah. Dan menaikkan posisi seseorang yang rendah menjadi posisi yang tinggi. Kalau kamu menginginkan kehormatan, besok pagi-pagi sekali, berikan Nalagiri enam belas guci minuman keras dan ketika Bhikkhu Gotama melewati jalan itu, lukailah gajah itu dengan tongkat berduri. Karena gajah yang kesakitan itu akan marah, ia akan menerobos kandangnya dan berlari keluar, arahkanlah ia ke jalan raya di mana Bhikkhu Gotama sedang berjalan. Maka gajah itu akan menghancurkanNya."

Keduanya setuju dengan rencana seperti itu. Berita ini bergema ke seluruh kota. Pengikut Sang Buddha mendengar berita ini amat khawatir, lalu mendatangi Vihara dan meminta Sang Buddha untuk tidak masuk ke kota esok hari, karena ada bahaya besar yang menghadang Beliau. Mereka berjanji akan membawakan semua kebutuhan yang diperlukan oleh Sang Guru beserta murid-muridNya. Tatapi Sang Buddha menyatakan tetap akan menjalankan tugasNya seperti biasa. Para pengikutNya melihat bahwa mereka tidak akan merubah rencana Sang Guru Agung akhirnya mereka meninggalkan Vihara dengan perasaan amat khawatir.

Setelah mereka pergi, Sang Buddha merenungkan semua keluargaNya yang sudah mengerti akan Kebenaran. Beliau juga melihat apabila Nalagiri berhasil ditaklukkanNya, maka delapan puluh ribu mahluk akan mendapatkan pengertian yang jelas tentang Dhamma Yang Mulia.

Keesokan paginya, Beliau memanggil Ananda, dan berkata untuk memberitahukan kepada para bhikkhu di delapan belas vihara yang berada di sekitar Rajagaha untuk menyertaiNya masuk ke kota. Bhikkhu Ananda melaksanakan apa yang diminta oleh Sang Guru, dan semua bhikkhu berkumpul di Vihara Veluvana.

Sang Buddha dengan disertai oleh semua murid-muridNya, berjalan memasuki Rajagaha. Penjaga gajah itu bekerja sesuai dengan instruksi Devadatta dan banyak orang berkerumun di sekitar jalan raya. Para pengikut Sang Buddha berpikir :
"Hari ini mungkin akan terjadi pertempuran antara Sang Guru Agung dan gajah liar itu. Kami akan menyaksikan kekalahan gajah Nalagiri dari Sang Buddha yang tiada bandingannya."

Penduduk lalu menaiki atap-atap rumah, gudang-gudang yang ada di sekitar jalan raya itu.

Tetapi ada pula pertapa lain yang berpikir :
"Nalagiri adalah gajah yang amat galak, binatang liar dan tidak mengetahui kebaikan dan cinta kasih yang besar dari seorang Buddha. Hari ini ia akan menghancurkan tubuh Bhikkhu Gotama dan Beliau akan meninggal. Hari ini kami akan melihat apa yang terjadi denganNya."

Para pertapa lalu berdiri di atas sebuah gudang dan di tempat-tempat yang tinggi. Gajah Nalagiri melihat Yang Maha Sempurna berjalan menghampirinya, penduduk yang ada di sana amat ngeri melihat gajah tersebut. Gajah yang amat kesakitan itu berlari dengan liarnya, ia menghancurkan pagar rumah-rumah dan mengangkat belalainya tinggi-tinggi, serta menginjak-injak kereta menjadi hancur berantakan. Dengan kuping dan ekornya yang terangkat, ia berlari dengan kencangnya seperti gunung yang tinggi menghampiri Yang Maha Sempurna.

Para bhikkhu yang melihat gajah Nalagiri berlari mendatangi Sang Buddha, memberitahu Sang Guru Agung :
"Yang Mulia, gajah Nalagiri berlari di sepanjang jalan ini, ia adalah binatang yang amat galak dan liar, ia pembunuh manusia. Kami mohon Yang Mulia balik kembali."

"O....Para Bhikkhu datanglah ke sini, jangan takut; tidak ada satu makhlukpun yang dapat menghancurkan Sang Tathagata dengan suatu serangan. Tathagata mencapai Parinibbana bukan karena suatu serangan."

Para bhikkhu, tetap memperingatkan Sang Guru sampai tiga kali. Yang Mulia Sariputta lalu meminta Sang Buddha dengan berkata :
"Yang Mulia, apabila ada satu persembahan yang harus diberikan kepada seorang ayah, maka beban itu terletak pada anak sulungnya. Saya akan mengalahkan binatang ini."

Sang Buddha lalu berkata :
"Sariputta, kekuatan seorang Buddha adalah satu hal dan pengikutnya adalah hal yang lain."

Beliau menolak tawaran itu, dan berkata :
"Sariputta, tetaplah tinggal di sini."

Para bhikkhu lainnya juga meminta ijin untuk mengalahkan gajah liar itu, tetapi Sang Guru menolak permintaan mereka. Kemudian Yang Mulia Ananda, pembantu Sang Buddha yang mempunyai pengaruh besar terhadap Sang Buddha, tidak mampu bersikap diam dalam menghadapi masalah ini, ia lalu berteriak :
"Biarkan gajah itu membunuh saya terlebih dahulu."

Yang Mulia Ananda berdiri di depan Sang Buddha, siap untuk mengorbankan hidupnya untuk Sang Tathagata. Tetapi Sang Buddha berkata kepadanya :
"Bergeserlah Ananda, jangan berdiri di hadapanKu."

Yang Mulia Ananda berkata :
"Yang Mulia, gajah ini amat galak dan liar, ia dapat membunuh orang, seperti nyala api pada permulaan suatu lingkaran. Biarkanlah ia membunuh saya terlebih dahulu dan sesudah itu ia baru dapat menghampiri Yang Mulia."

Yang Mulia Ananda memohon tiga kali, dan Beliau tetap berdiri di depan Sang Tathagata, Beliau tidak mau mundur. Kemudian Sang Buddha dengan kekuatan kesaktianNya membuat Yang Mulia Ananda berada di belakang Beliau dan menempatkanNya di tengah-tengah para bhikkhu yang tengah berkerumun.

Pada waktu itu ada seorang ibu, terlihat oleh pandangan gajah Nalagiri, ibu itu amat ketakutan, ia ingin berlari karena ketakutan, tetapi anaknya terjatuh ketika ia ingin menggendong anak itu di pinggangnya. Posisinya berada di antara Sang Tathagata dan gajah Nalagiri, ibu itu berusaha berlari. Gajah itu mengejar ibu tersebut, ibu tersebut terpaku berdiri di tempatnya dengan amat ketakutan bersama anaknya yang menjerit sekeras-kerasnya.

Hati Sang Buddha bergetar, dengan penuh cinta kasih yang terpancar dengan kuatnya (odissakametta) dan dengan suaraNya yang penuh kelembutan seperti suara Dewa Brahma, memanggil Nalagiri :
"Ho..! Nalagiri...! Siapa yang membuatmu menjadi gila dengan enam belas guci minuman keras, kamu tidak diperintahkan untuk menyerang orang lain, tetapi diarahkan untuk menyerangKu. Jangan keluarkan kekuatanmu dengan merusak tanpa tujuan, datanglah kepadaku."

Mendengar suara Sang Buddha, Nalagiri membuka matanya dan melihat tubuh Sang Buddha yang bersinar terang. Ia menjadi gelisah dan dengan kekuatan cinta kasih Sang Buddha yang amat besar, maka pengaruh minuman keras yang amat kuat itu hilang. Dengan menurunkan belalainya dan mengoyang-goyangkan kupingnya ia mendatangi dan berlutut di kaki Sang Tathagata. Kemudian Sang Tathagata berkata :
"Nalagiri, kamu adalah gajah jahat, Aku adalah Gajah Buddha, tidak jahat dan liar, tidak membunuh manusia, tetap mengembangkan cinta kasih."

Sambil berkata demikian Sang Tathagata lalu mengulurkan tangan kananNya dan mengelus-elus kepala gajah itu dan mengajarkan Dhamma kepadanya dengan bersabda :
"Jangan menyerang Sang Buddha, O, gajah..! Dengan pikiran akan melukaiNya, akan membuatmu menderita. Pembunuh seorang Buddha tidak akan memperoleh alam kehidupan yang baik setelah kematiannya."

"Bebaskanlah dirimu dari mabuk-mabukkan dan melakukan perbuatan bodoh. Karena orang yang bodoh tidak akan dapat pergi ke alam yang baik. Kamu harus melakukan perbuatan baik sehingga kamu dapat menuju ke alam bahagia."

Seluruh badan gajah itu bergetar karena diliputi oleh kebahagiaan yang amat besar, dan ia sekarang bukan hanya binatang berkaki empat biasa lagi, tetapi ia telah mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna).

Penduduk yang melihat keajaiban ini berseru dengan gembira dan bertepuk tangan dengan riang. Dengan penuh kebahagiaan, mereka menutupi badan gajah itu dengan hiasan-hiasan. Kemudian Nalagiri terkenal dengan nama Dhanapalaka (pemilik kekayaan) dan ia menjadi amat jinak dan tidak menyakiti siapapun.

Setelah Sang Buddha memperlihatkan keajaiban ini, Beliau berpikir adalah tidak patut untuk mencari dana di tempat yang sama. Sesudah mengalahkan para pertapa tersebut, dengan diiringi oleh murid-muridNya, Beliau melangkah menuju ke kota seperti orang yang telah memenangkan suatu pertempuran dan pulang kembali ke Vihara Jetavana. Para penduduk menuju Vihara Jetavana, berdana makanan berupa nasi, minuman dan makanan enak lainnya kepada Sang Guru Agung beserta murid-muridNya. Penduduk kota itu telah menanam kebajikan yang besar sekali

170
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 08 July 2011, 11:54:35 PM »
Spoiler: ShowHide

Pada waktu itulah Ajatasattu dihasut oleh Devadatta untuk membunuh ayahnya, sedangkan ia sendiri akan membunuh Sang Buddha.

Ajatasattu menyetujui dan memerintahkan beberapa orang pemanah istana untuk membantu Devadatta membunuh Sang Buddha. Para pemanah istana tersebut ditempatkan di berbagai tempat dan diatur sedemikian rupa, sehingga akhirnya tidak ada seorang pun yang masih hidup untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Tetapi, saat Sang Buddha mendekati pemanah pertama yang harus membunuhnya, pemanah tersebut demikian terpesona dengan keagungan Sang Buddha, sehingga seluruh badannya menjadi kaku. Sang Buddha menegurnya dengan kata-kata yang ramah tamah, sehingga pemanah tersebut membuang panahnya dan mengaku kepada Sang Buddha, apa yang sebenarnya menjadi tugasnya.

Sang Buddha memberikan uraian Dhamma kepada orang tersebut dan kemudian menyuruhnya pulang dengan mengambil jalan tertentu. Kawan-kawannya yang letih menunggu, kemudian satu per satu meninggalkan tempat penjagaannya.

171
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 08 July 2011, 11:52:50 PM »
Spoiler: ShowHide


Suatu hari, ketika Sang Buddha sedang memberikan khotbah di Vihara Veluvana di dekat Rajagaha, dia mendekati Sang Buddha, dan dengan alasan bahwa Sang Buddha sudah semakin tua, dia sangat berharap Sangha akan dipercayakan kepada pengawasannya.

Sang Buddha menolak usulnya serta menegur, bahwa dia telah menelan air ludah orang lain. Sang Buddha kemudian meminta Sangha melaksanakan rencana melakukan pengumuman (pakasaniya kamma) sehubungan dengan kelakuan Devadatta.

Devadatta merasa tersinggung, serta bersumpah membalas dendam dan menantang Sang Buddha. Tiga kali, dia mencoba untuk membunuh Sang Buddha.

Pertama, dengan menggunakan beberapa pemanah sewaan. Kedua, dengan memanjat ke atas bukit Gijjhakuta, dan menjatuhkan sebuah batu besar kepada Sang Buddha; dan ketiga, dengan memabukkan Gajah Nalagiri untuk menyerang Sang Buddha.

Pemanah sewaan kembali setelah mencapai tingkat kesucian sotapatti, tanpa menyakiti Sang Buddha

172
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 08 July 2011, 11:36:58 PM »
Spoiler: ShowHide

wafatnya Raja Bimbisara;

Ketika itu, anak Raja Bimbisara, bernama Pangeran Ajatasattu, telah dewasa. Ia dipengaruhi oleh Devadatta Thera, yang membujuknya untuk merampas takhta kerajaan dan membunuh ayahnya. Pangeran Ajatasattu lalu merencanakan untuk menggulingkan takhta kerajaan ayahnya, tetapi Raja Bimbisara yang mengetahui rencana anaknya yang jahat itu, tidak menghukumnya, malahan Beliau menyerahkan takhta kerajaan itu seperti yang diinginkan anaknya itu.
Tetapi Pangeran Ajatasattu yang jahat itu tidak puas, ia lalu menangkap dan memasukkan ayahnya ke dalam penjara. Ia memerintahkan supaya ayahnya tidak diberi makan, ia ingin agar ayahnya menderita sampai mati. Ia hanya mengijinkan ibunya yang bebas mengunjungi ayahnya di penjara. Sang Ibu yang berbudi itu selalu membawakan makanan untuk suaminya dengan menyembunyikannya di balik baju.
Setelah Pangeran mengetahuinya, ia lalu melarang ibunya membawakan makanan untuk ayahnya. Kemudian dengan diam-diam, ia membawa makanan yang disembunyikan di dalam kondenya. Tidak lama kemudian Pangeran mengetahuinya dan ia melarang dengan keras ibunya membawakan makanan untuk ayahnya. Sang ibu lalu mencari siasat lain. Ia lalu membaluri tubuhnya dengan campuran madu, keju, mentega dan gula cair. Bimbisara lalu menjilati tubuh isterinya, sehingga ia dapat bertahan hidup.
Raja Ajatasattu setelah mengetahui apa yang dilakukan ibunya, lalu melarang ibunya datang mengunjungi ayahnya. Hatinya hanya dipenuhi keinginan untuk melihat ayahnya menderita dan mati karena penderitaannya itu.
Bimbisara yang tidak lagi mempunyai makanan untuk mempertahankan hidupnya, lalu berlatih meditasi berjalan. Setiap hari ia selalu mengingat ajaran Sang Buddha dan berlatih meditasi dengan rajin, akhirnya ia mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna), batinnya tetap tenang dan bahagia.
Anak yang kejam itu heran, mengapa ayahnya belum mati juga. Setelah ia mengetahui ayahnya selalu melatih meditasi berjalan, ia lalu mengirim tukang cukur untuk menyayat-nyayat telapak kaki ayahnya, dan melumurinya dengan garam dan minyak lalu dipanggang di atas bara api.
Bimbisara yang melihat tukang cukur datang, amat senang karena ia berpikir bahwa anaknya mungkin sudah sadar dan menyesali perbuatannya yang jahat dan keji itu. Ia lalu mengirim tukang cukur untuk memangkas rambut dan jenggotnya yang sudah panjang, sebelum membebaskannya.
Tetapi harapan Bimbisara keliru, ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya. Tukang cukur itu yang atas perintah Raja Ajatasattu, menyayat-nyayat telapak kakinya dan melumurinya dengan garam dan minyak serta memanggangnya di atas bara api. Bimbisara yang sudah amat lemah itu, tidak tahan lagi sehingga meninggal dunia. Bimbisara meninggal karena penderitaannya di luar batas peri-kemanusiaan lagi, dan ia meninggal atas perintah anak kandungnya sendiri.

173
Diskusi Umum / Re: BHIKHU ATAU PENGUSAHA???
« on: 08 July 2011, 11:25:53 PM »


bahasa inggris bro..tidak bisa  ^-^, bisa terjemahkan intinya saja bro , biar bisa paham  ;D
Guru_ku  ^:)^ ^:)^ ^:)^

174
Buddhisme untuk Pemula / Re: (PIC) Riwayat Hidup Buddha Gotama
« on: 08 July 2011, 11:11:27 PM »
Spoiler: ShowHide

Kisah Sariputta Thera

Y.A. Sariputta sering dipuji oleh banyak orang karena kesabaran dan pengendalian dirinya. Murid-muridnya biasa membicarakannya demikian: "Guru kita adalah orang yang memiliki kesabaran yang tinggi dan ketabahan yang luar biasa. Jika beliau diperlakukan kasar atau bahkan dipukul oleh orang lain, beliau tidak menjadi marah tetapi tetap tenang dan sabar."
Karena ini sering dikatakan mengenai Y.A. Sariputta, seorang brahmana yang mempunyai pandangan salah mengatakan bahwa itu karena tidak ada yang mengganggu Sariputta Thera, lalu ia mengumumkan kepada para pengagum Sariputta bahwa ia akan memancing kemarahan Y.A. Sariputta.

Pada saat itu, Y.A. Sariputta yang sedang berpindapatta, lewat disana. Brahmana tersebut menghampiri beliau dari belakang dan memukul punggung beliau keras-keras dengan tangannya. “Apa itu?”, kata Sang Thera, dan tanpa menoleh untuk melihat siapa yang telah menyerangnya, ia meneruskan berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Melihat keluhuran dan ketabahan dari sang Thera yang mulia tersebut, brahmana itu menjadi sangat terkejut dan menyesal. “Oh, betapa luhurnya kualitas Sang Thera!”, kata brahmana itu. Ia berlutut di kaki Y.A. Sariputta, dan berkata, “Maafkan saya, Bhante.”
“Apa yang engkau maksudkan?” tanya Sang Thera.
“Karena ingin menguji kesabaranmu, aku telah memukulmu,” jawab brahmana itu.
“Baiklah, aku memaafkanmu” kata Sang Thera.
“Jika Bhante memaafkanku, sudilah datang dan menerima dana makanan di rumahku.” Kemudian brahmana itu mengambil patta (mangkuk) Sang Thera, yang diberikan oleh Sang Thera dengan senang hati, mengajak Sang Thera ke rumahnya, dan memberikan dana makanan untuk Sang Thera.

Orang-orang yang melihat pemukulan itu, sangat marah. “Orang itu,” kata mereka, “memukul Thera kita yang mulia, sungguh tak boleh dibiarkan! Kita akan membunuhnya disini sekarang juga.” Sambil membawa gumpalan tanah, tongkat dan batu-batu di tangan mereka, mereka menunggu di depan rumah brahmana itu.

Ketika Sariputta Thera bangkit dari tempat duduknya, beliau meletakkan pattanya di tangan brahmana itu*. Orang-orang yang melihat brahmana itu keluar bersama Sang Thera, berkata, “Bhante, suruhlah brahmana yang memegang pattamu untuk kembali.”
“Apa yang engkau maksudkan, oh perumah tangga?” tanya Sang Thera.
“Brahmana itu telah memukulmu, dan kami akan memberi ganjaran kepadanya”, jawab mereka.
“Apa yang engkau maksudkan? Apakah dia memukulmu, atau memukulku?”, tanya Sang Thera.
“Memukulmu, bhante” jawab mereka.
“Jika ia memukulku, ia telah meminta maaf kepadaku; kalian pulanglah.” Demikian jawab Sang Thera membubarkan kerumunan itu, dan setelah mempersilakan brahmana itu kembali ke rumahnya, Sang Thera kembali menuju ke vihara.

Sore harinya para bhikkhu lain memberitahu Sang Buddha bahwa Y.A. Sariputta telah pergi untuk menerima dana makanan ke rumah seorang brahmana yang telah memukulnya. Lebih lanjut, mereka menduga bahwa brahmana tersebut makin berani dan akan melakukan hal yang sama terhadap para bhikkhu yang lain.

Kepada para bhikkhu tersebut, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, seorang brahmana sejati tidak akan memukul brahmana sejati lainnya; hanya orang biasa maupun brahmana biasa yang akan memukul seorang arahat dengan kemarahan dan itikad jahat. Itikad jahat ini akan dilenyapkan oleh seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian ketiga, Anagami."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

Na brāhmaṇassa pahareyya
nāssa muñcetha brāhmaṇo,
dhī brāhmaṇassa hantāraṃ,
tato dhī y’assa muñcati.

Na brāhmaṇas’ etad akiñci seyyo
yadā nisedho manaso piyehi,
yato yato hiṃsamano nivattati
tato tato sammati-m-eva dukkhaṃ.

Janganlah seseorang memukul brahmana,
juga janganlah brahmana yang dipukul itu menjadi marah kepadanya.
Sungguh memalukan perbuatan orang yang memukul brahmana,
tetapi lebih memalukan lagi adalah brahmana yang
menjadi marah kepada orang yang telah memukulnya.

Tak ada yang lebih baik bagi seorang `brahmana`
selain menarik pikirannya dari hal-hal yang menyenangkan.
Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahat,
maka lebih cepat pula penderitaannya akan berakhir.


-----------------
Notes:
* Kebiasaan waktu itu, jika seseorang diberikan patta untuk dibawakan, maka orang itu harus mengikuti atau mengantarkan bhikkhu pemilik patta sambil membawakan patta itu. Dia boleh pergi atau kembali ke rumahnya setelah patta diambil kembali oleh bhikkhu pemilik patta tersebut.
Dalam hal ini, Sariputta Thera memberikan patta itu kepada si brahmana dengan maksud supaya si brahmana itu mengikutinya keluar, dan selama brahmana itu memegang patta Sariputta Thera, tentunya kerumunan orang itu tidak akan mengganggu brahmana tersebut karena rasa hormat kepada Sariputta Thera. Mereka meminta Sariputta Thera untuk menyuruh brahmana itu kembali, maksudnya supaya Sariputta Thera mengambil pattanya dari brahmana itu, yang berarti mempersilakan brahmana kembali pulang ke rumahnya.
Setelah masalah diselesaikan, barulah Sariputta Thera mengambil pattanya dan membiarkan si brahmana kembali ke rumahnya.

175
Tolong ! / Re: Daftar TKI yg diancam Hukuman Mati (Pancung)
« on: 06 July 2011, 01:52:31 AM »

176
Seremonial / Re: Happy Birthday Citta
« on: 03 July 2011, 11:48:05 PM »
Happy Birthday!  <:-P yooooooooo ...... Citta n Thira \;D/ \;D/ \;D/

177
Diskusi Umum / Re: rendah hati adalah kesombongan?
« on: 01 July 2011, 01:06:59 AM »
Rendah hati ada unsur "bangga"(terselubung) pada diri sendri ....
makanya masih tergolong sombong  ;D

Ada cerita seorang Anagami (tingkat kesucian) melihat dan menerawang bathin seseorang .... lalu sedikit berguman : ' hmm, ... masih Sotapanna"
berceloteh seperti ini-pun .... sang Anagami masih memiliki kesombongan

Catatat
Anagami .... tinggal satu kilesa yg belum tuntas yaitu : mana (kesombongan)

kalo Gw ?? ..... jangan ditanya, Soooomboooong bangettttttttttt  8)
gw aja bangga ..... beda dgn TS  :P
kumis gw lebih  bersih dan teratur   =))

178
Seremonial / Re: [2011] Happy birthday mr.jhonz
« on: 01 July 2011, 12:38:45 AM »
Happy Birthday  <:-P

179
Seremonial / Re: [2010] Happy Birthday Bro Gachapin
« on: 30 June 2011, 11:42:01 PM »
Happy birthday. juga  ;D

Nunggu GRP  8->

180
siapa yg invite gue ya?
yang paling gw ingat .... papasaka gw yg invite
mungkin .... dikau juga bersama jerry  ;D

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 437
anything