//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Yumi

Pages: 1 ... 17 18 19 20 21 22 23 [24] 25 26 27 28 29 30 31 ... 89
346
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: ga bisa buka web dc :(
« on: 26 September 2010, 04:28:19 PM »
uda bisa lagi nih..

Pinging.dhammacitta.org [122.144.2.135] with 32 bytes of data:

Request timed out.
Request timed out.
Reply from 122.144.2.135: bytes=32 time=2800ms TTL=57
Reply from 122.144.2.135: bytes=32 time=3119ms TTL=57

Ping statistics for 122.144.2.135:
   Packets: Sent = 4, Received = 2, Lost = 2 <50% loss>,
Approximate round trip times in milli-seconds:
   Minimum = 2800ms, Maximum = 3119ms, Average = 2959ms

C:\Documents and Settings\windows-xp>ping www.dhammacitta.org
Pinging.dhammacitta.org [122.144.2.135] with 32 bytes of data:

Request timed out.
Request timed out.
Request timed out.
Request timed out.

Ping statistics for 122.144.2.135:
   Packets: Sent = 4, Received = 0, Lost = 4 <100% loss>,

C:\Documents and Settings\windows-xp>ping www.dhammacitta.org

Pinging.dhammacitta.org [122.144.2.135] with 32 bytes of data:

Request timed out.
Request timed out.
Request timed out.
Request timed out.

Ping statistics for 122.144.2.135:
   Packets: Sent = 4, Received = 0, Lost = 4 <100% loss>,

C:\Documents and Settings\windows-xp>ping www.dhammacitta.org

Pinging.dhammacitta.org [122.144.2.135] with 32 bytes of data:

Request timed out.
Reply from 122.144.2.135: bytes=32 time=1517ms TTL=57
Reply from 122.144.2.135: bytes=32 time=1961ms TTL=57
Reply from 122.144.2.135: bytes=32 time=1897ms TTL=57

Ping statistics for 122.144.2.135:
   Packets: Sent = 4, Received = 3, Lost = 1 <25% loss>,
Approximate round trip times in milli-seconds:
   Minimum = 1517ms, Maximum = 1961ms, Average = 1791ms

emg artinya apa?  :-?

347
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: ga bisa buka web dc :(
« on: 26 September 2010, 01:42:52 PM »
kumat lg.. :( dari td siang ga bs masuk lwt kompi nih, pdhl browse fb, yahoo mail, n google bisa loh.
Suhu tau ga kenapa 3 khusus buka DC asyik error? baru2 ini aja agak parah.. di reload2 terus tetap error. Ini saya post pake hp.

348
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: ga bisa buka web dc :(
« on: 26 September 2010, 12:04:22 AM »
iya DN. ternyata error nya di 3, bukan DC. ;D
tadi pas baru mau laporan ama suhu, test masuk DC lagi.. ehh uda bisa.. pdhl blm diapa2in ip nya.

349
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: ga bisa buka web dc :(
« on: 25 September 2010, 11:47:15 PM »
senasib la sis. saya juga dari kmrn malam ampe td siang ga bisa buka DC, trus sempat test pake ninjacloak, bisa liat bentar doank, ga bisa login.  /:)
kalo pagi ol dia agak mendingan, malemnya yg lelet bgt.. kdg mau post aja krn saking lama disimpen dulu buat nanti pas lagi ga lelet.
mau yg murah ya gini.. ^-^

350
ko hendra, sutta no. 43, find & replace: mempersepsikan => memersepsikan ya.

Tambahan
44 Cūḷavedalla Sutta
Rangkaian Pendek Tanya-Jawab

2. “Yang Mulia, ‘identitas, identitas’ dikatakan. Apakah yang disebut identitas oleh Sang Bhagavā?

4. “Teman Visākha, adalah peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya, menghentikan, melepaskan, melewatkan, dan penolakan atas keinginan yang sama itu.

8. Ini adalah bagaimana pandangan atas identitas tidak muncul.”

13. “Ada tiga bentukan ini, Teman Visākha:

14. “Napas-masuk dan napas-keluar, Teman Visākha, adalah bentukan jasmani;

15. “Tetapi, Yang Mulia, mengapa napas-masuk dan napas-keluar adalah bentukan jasmani?
Mengapa persepsi dan perasaan adalah bentukan pikiran?.”

“Teman Visākha, [ ]napas-masuk dan napas-keluar adalah jasmani,
itulah sebabnya mengapa napas-masuk dan napas-keluar adalah bentukan jasmani.
dan selanjutnya ia mengungkapkannya melalui ucapan;

16. atau ‘Aku sedang mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan’,

23. “Tetapi, Yang Mulia, apakah perasaan menyenangkan? apakah perasaan menyakitkan? dan apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

24. Apakah menyenangkan dan apakah menyakitkan sehubungan dengan adalah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?

26. Kecenderungan tersembunyi pada kebodohan tidak mendasari semua perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

28. ‘Kapankah aku harus masuk dan berdiam, dalam landasan yang dimasuki dan didiami oleh para mulia sekarang?’ ko hendra, spy kata tanya "kapankah" ga membingungkan dgn kata "sekarang" yg di blkg klmt, jadi saya jeda aja ya di tengah klmt itu pake koma.

30. ia duduk di satu sisi dan memberi tahu Sang Bhagavā seluruh percakapannya

31. Bhikkhunī Dhammadinnā bijaksana, Visākha, Bhikkhunī Dhammadinnā memiliki kebijaksanaan luas.

351
Seremonial / Re: Ibunda Bhante Panna telah meninggal
« on: 24 September 2010, 08:14:24 PM »
sabbe sankhara anicca

352
Tambahan
45  Cūḷadhammasamādāna Sutta

3. Karena dengan alasan kenikmatan indria, [306] karena kenikmatan indria, => ga usah dicoret krn bukan double

4. tetapi teman-teman, sahabat, sanak saudara, dan kerabat
dan para dewa yang menghuni tanaman obat, rumput, dan pepohonan besar di hutan
tidak ada pekerja hutan yang  membawanya, tidak ada rayap yang melahapnya, atau biji itu ternyata tidak mandul.
Karena biji tumbuhan rambat māluva itu, aku sekarang merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk’.

‘Inilah masa depan yang dilihat oleh para petapa dan brahmana baik itu dalam kenikmatan indria

7. Ini, Para bhikkhu, adalah empat cara melaksanakan segala sesuatu.

353
Tambahan
43  Mahāvedalla Sutta

Rangkaian Panjang Tanya-Jawab

[“]Kemudian, pada malam hari, Yang Mulia Mahā Koṭṭhita bangkit

2. “Seorang yang tidak bijaksana, seorang yang tidak bijaksana’ dikatakan, Teman. Sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan, seorang yang tidak bijaksana’?”

Seorang yang tidak dengan bijaksana memahami,
‘Seorang yang tidak dengan bijaksana memahami, seorang yang tidak dengan bijaksana memahami’, Teman;
itulah mengapa dikatakan, ‘seorang yang tidak bijaksana’.

3. “Seorang yang bijaksana, seorang yang bijaksana’ dikatakan, Teman. Sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan, seorang yang bijaksana’?”

Seorang yang dengan bijaksana memahami, seorang yang dengan bijaksana memahami,’ Teman;
‘Seorang yang dengan bijaksana memahami, seorang yang dengan bijaksana memahami’, [ ]Teman;
itulah mengapa dikatakan, ‘seorang yang bijaksana’.

4. “Kesadaran, kesadaran’ dikatakan, Teman.

Kesadaran menyadari, kesadaran menyadari’, Teman
kesadaran menyadari: ‘[Ini] bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan’.[;]Kesadaran menyadari, kesadaran menyadari’, Teman; itulah mengapa ‘kesadaran’ dikatakan.

5. “Kebijaksanaan dan kesadaran, Teman

“Kebijaksanaan dan kesadaran, Teman

7. “Perasaan, perasaan’ dikatakan, Teman.

Perasaan merasakan, perasaan merasakan’, Teman
Perasaan merasakan, perasaan merasakan,’ Teman; itulah mengapa ‘perasaan’ dikatakan.

8. “Persepsi, persepsi dikatakan, Teman.

Persepsi mempersepsikan, persepsi mempersepsikan’, Teman
Persepsi mempersepsikan, persepsi mempersepsikan’, Teman; itulah mengapa ‘persepsi’ dikatakan.

9. “Perasaan, persepsi, dan kesadaran, Teman

“Perasaan, persepsi, dan kesadaran, Teman

14. “Teman, oleh berapakah faktorkah pandangan benar dibantu ketika memiliki kebebasan pikiran sebagai buahnya

15. “Ada tiga jenis penjelmaan ini, Teman:

18. dengan kegembiraan dan kenikmatan

20. “Teman, dalam jhāna pertama, lima faktor ditinggalkan dan lima faktor dimiliki.

22. “Tadi, Teman, kami memahami Yang Mulia Sāriputta mengatakan: ‘Vitalitas berdiri dengan bergantung pada panas’[.];

23. “Bentukan-bentukan vital, Teman, bukanlah kondisi perasaan

28.
“Teman, ada duatiga kondisi bagi pencapaian kebebasan pikiran tanpa gambaran yang terus-menerus:
Ini adalah ada tiga kondisi bagi pencapaian kebebasan pikiran tanpa gambaran yang terus-menerus.

29. “Teman, berapakah kondisi untuk keluar dari [ ]kebebasan pikiran tanpa gambaran?”

Ini adalah dua kondisi untuk keluar dari kebebasan pikiran tanpa gambaran.”

31. Di sini, seorang bhikkhu meliputi satu arah
tanpa batas, tanpa permusuhan, dan tanpa niat buruk.
tanpa batas, tanpa permusuhan, dan tanpa niat buruk.

32. “Dan apakah, Teman, kebebasan pikiran melalui kekosongan?[”]

33. Di sini, seorang bhikkhu, pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk kosong,

354

Tambahan 41  Sāleyyaka Sutta


12. ia berdiam dengan berbelaskasihan kepada semua makhluk hidup

13. Dan bagaimanakah, Para perumah tangga,
atau mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tahu’;

14. “Dan bagaimanakah, Para perumah tangga, tiga jenis perilaku pikiran yang sesuai dengan Dhamma,
Di sini, seseorang tidak bersifat iri-hati;
Ini adalah tiga jenis perilaku pikiran yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik

18-42. para dewa pengikut Brahmā ... para dewa bercahaya [’]



355
Tambahan
40  Cūḷa-Assapura Sutta

[281] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di [ ]Negeri Anga, [ ]di pemukiman Anga bernama Assapura.

2. “[’]Petapa, petapa’, [ ]Para bhikkhu, itu adalah bagaimana orang-orang mengenali kalian.

4. “Misalkan senjata yang disebut mataja, => ini bahasa pali ya? di link lain yg saya liat tulisannya a weapon named Matajā, sharp on both edges

5. juga bukan dari seorang pembaca mantra hanya karena membaca mantra;

6. ketika engkau tamak, engkau akan meninggalkan ketamakan, ketika engkau memiliki pikiran berniat buruk, engkau akan meninggalkan niat buruk ... ketika engkau berpandangan salah, engkau akan meninggalkan pandangan salah’.

Jika dengan menetap di ruang terbuka ... Jika dengan terus-menerus berdiri
Jika dengan membaca mantra

7. “Bagaimanakah, Para bhikkhu, seorang bhikkhu melatih jalan benar selayaknya bagi [ ]seorang petapa?

8. Ketika ia melihat ini, kegembiraan muncul dalam dirinya.

13. atau dari mana pun kalian inginkan, setelah mendatangi kolam itu, ia akan memuaskan dahaganya dan demam cuaca-panasnya. quench their thirst and dispel the burning sblm demam itu ada lagi ga terjemahan kata kerjanya?
Demikian pula, Para bhikkhu, jika siapa pun dari kasta para mulia
Jika siapa pun dari kasta brahmana meninggalkan keduniawian … jika siapa pun dari kasta pedagang meninggalkan keduniawian … jika siapapun dari kasta para mulia meninggalkan keduniawian … => ko indra, ini yg kasta para mulia ada lagi ato ga? di atas kan uda ada.
jika siapa pun dari kasta pekerja meninggalkan

14. “Para bhikkhu, jika siapa pun dari kasta para mulia
Dan jika siapa pun dari kasta brahmana meninggalkan keduniawian … Jika siapa pun dari kasta pedagang meninggalkan keduniawian … Jika siapa pun dari kasta pekerja meninggalkan keduniawian

Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.Khotbah Pendek di Assapura => ini tercopas ya?

356
Tambahan

39  Mahā-Assapura Sutta
Khotbah Panjang di Assapura

1. Sang Bhagavā sedang menetap di [ ]Negeri Anga,

2. “[’]Petapa, petapa’,
menjadi seorang brahmana, [ ]sehingga sebutan

3. Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

4. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

5. “Apa [ ]lagi yang harus dilakukan[ ]?
Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

6. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

7. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

8. Karena, jika kami membiarkan indria pikiran tanpa terkendali, kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan akan dapat menguasai kami, kami akan berlatih cara pengendaliannya, kami akan menjaga indria matapikiran, kami akan menjalankan pengendalian indria’. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

9. “Dengan demikian aku akan mengakhiri perasaan lama tanpa membangkitkan perasaan baru dan aku akan menjadi sehat dan tanpa cela dan dapat hidup dalam kenyamanan.”’ Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

10. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

11. Sekarang, Para bhikkhu, kalian mungkin berpikir:
kami menekuni kesadaran, dan kami memiliki perhatian dan kewaspadaan penuh.
Para bhikkhu, Aku beri tahukan kepada kalian

13. ia berdiam dengan pikiran yang bebas dari niat buruk, berbelaskasihan demi kesejahteraan semua makhluk

14. tidak dapat pergi ke mana pun yang ia inginkan, tetapi kemudian ia dibebaskan dari perbudakan,
seorang bebas yang dapat pergi ke mana pun yang ia inginkan;

15. “Setelah meninggalkann kelima rintangan ini,
meremasnya hingga kelembapan membasahi bola bubuk mandi tersebut,

16. sehingga tidak ada bagian danau itu yang tidak terliputi oleh air sejuk itu; demikian pula, seorang bhikkhu membuat kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingankonsentrasi itu basah, merendam,

18. demikianlah, seorang bhikkhu duduk dengan dengan meliputi tubuh ini

19. lunak, lentur, kukuh, dan mencapai
ia mengarahkannya pada pengetahuan pada pengetahuan perenungan kehidupan lampau.

20. lunak, lentur, kukuh, dan mencapai

21. lunak, lentur, kukuh, dan mencapai
‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’[.]; … ‘Ini adalah noda-noda’;

tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apa pun’.

dan juga kawanan ikan yang berenang ke sana kemari
dan juga kawanan ikan yang berenang ke sana kemari
Demikian pula, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Ini adalah penderitaan’[.] ...
tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apa pun’.

26. “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu adalah seorang yang telah mencapai pengetahuan?

paragraf 4 - 12 kata "Apakah" tetap aja ya..

357
Seremonial / Re: Happy Bday BANGUN PW
« on: 13 September 2010, 11:53:27 PM »
pi biletid betdei pw..
ayu vanno sukham balam..

 :-* :x >:)<

met ultah ngun ;D 8)

happy birthday PW................ PW itu artinya apa ya ?

prikitieuwwwwwwwwwwww  :P

PW = Prawira Wibowo (klo ga slh ingat..)  ^-^

prikitieuw artiny apa?

358
Seremonial / Re: Congrat to suka ma kwaci atas kemelekatan yang baru ;D
« on: 13 September 2010, 11:44:42 PM »
congratz congratz..
siapa nama baby nya ko?

359
Seremonial / Re: [2010] Happy Birthday Elin Goban :))
« on: 13 September 2010, 11:33:01 PM »
happy birthday Elin..  ;D
ayu vanno sukham balam..

 :-* :x >:)<

360
(PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG LENYAPNYA DALAM URUTAN MUNDUR)

21. “Dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian’: demikianlah dikatakan. Sekarang, Para bhikkhu, apakah penuaan dan kematian lenyap dengan lenyapnya kelahiran atau tidak, atau begaimanakah kalian memahaminya dalam [ ]kasus ini?”

“Penuaan dan kematian lenyap dengan lenyapnya kelahiran, Yang Mulia. Demikianlah kami memahaminya dalam kasus ini:Dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian’.

Dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran’ … ‘Dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan’ … ‘Dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan’ … Dengan lenyapnya perasaan, maka lenyap pula keinginan’ … ‘Dengan lenyapnya kontak, maka lenyap pula perasaan’ [264] … ‘Dengan lenyapnya enam landasan, maka lenyap pula kontak’ … ‘Dengan lenyapnya batin-jasmani, maka lenyap pula enam landasan’ … ‘Dengan lenyapnya kesadaran, maka lenyap pula batin-jasmani’ … ‘Dengan lenyapnya bentukan-bentukan, maka lenyap pula kesadaran’ … Dengan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula bentukan-bentukan’: demikianlah dikatakan. Sekarang, Para bhikkhu, apakah bentukan-bentukan lenyap dengan lenyapnya kebodohan atau tidak, atau begaimanakah kalian memahaminya dalam [ ]kasus ini?”

“Bentukan-bentukan lenyap dengan lenyapnya kebodohan, Yang Mulia. Demikianlah kami memahaminya dalam kasus ini:[ ]Dengan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula bentukan-bentukan’.

(KESIMPULAN TENTANG LENYAPNYA)

22. “Bagus, Para bhikkhu, kalian mengatakan demikian, dan Aku juga mengatakan demikian: ‘Dengan tidak adanya ini, maka itu tidak ada; dengan lenyapnya ini, maka lenyap pula itu’. Yaitu, dengan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula bentukan-bentukan; dengan lenyapnya bentukan-bentukan, maka lenyap pula kesadaran; dengan lenyapnya kesadaran, maka lenyap pula batin-jasmani; dengan lenyapnya batin-jasmani, maka lenyap pula enam landasan; dengan lenyapnya enam landasan, maka lenyap pula kontak; dengan lenyapnya kontak, maka lenyap pula perasaan; dengan lenyapnya perasaan, maka lenyap pula keinginan; dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

(PENGETAHUAN PRIBADI)

23. “Para bhikkhu, dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, [265] akankah kalian kembali ke masa lampau sebagai berikut: ‘Apakah kami ada di masa lampau? Apakah kami tidak ada di masa lampau? Apakah kami di masa lampau? Bagaimanakah kami di masa lampau? Setelah menjadi apa, kemudian menjadi apakah kami di masa lampau?’?”“Tidak, Yang Mulia.”“Dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, akankah kalian pergi ke masa depan sebagai berikut: ‘Apakah kami akan ada di masa depan? Apakah kami akan tidak ada di masa depan? Apakah kami di masa depan? Bagaimanakah kami di masa depan? Setelah menjadi apa, kemudian menjadi apakah kami di masa depan?’?”“Tidak, Yang Mulia.”“Dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, akankah kalian kebingungan dalam batin mengenai masa sekarang sebagai berikut: ‘Adakah aku? Tidak adakah aku? Apakah aku? Bagaimanakah aku? Dari mana makhluk ini datang? Ke manakah makhluk ini akan pergi?’?”“Tidak, Yang Mulia.”

24. “Para bhikkhu, dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, akankah kalian mengatakan sebagai berikut: ‘Kami menghormati Sang Guru. Kami berbicara sesuai apa yang kami lakukan demi hormat kami kepada Sang Guru’?”“Tidak, Yang Mulia.”“Dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, akankah kalian mengatakan sebagai berikut: ‘Petapa itu mengatakan hal ini, dan demikian pula para petapa [lainnya], tetapi kami tidak mengatakan seperti itu’?”“Tidak, Yang Mulia.”“Dengan mengetahui dan melihat dengan cara seperti ini, akankah kalian kembali pada pelaksanaan, perdebatan, dan tanda-tanda keberuntungan dari para petapa dan brahmana biasa, menganggapnya sebagai inti [dari kehidupan suci]?”“Tidak, Yang Mulia.”“Apakah kalian mengatakan hanya apa yang kalian telah ketahui, telah lihat, dan telah pahami bagi diri kalian sendiri?”“Ya, Yang Mulia.”

25. “Bagus, Para bhikkhu. Maka kalian telah dituntun oleh-Ku dengan Dhamma, yang terlihat di sini dan saat ini, efektif segera, mengundang untuk diselidiki, mengarah ke dalam batin, untuk dialami oleh para bijaksana untuk diri mereka sendiri. Karena sehubungan dengan hal ini telah dikatakan: ‘Para bhikkhu, Dhamma ini terlihat di sini dan saat ini, [ ]efektif segera, mengundang untuk diselidiki, mengarah ke dalam batin, untuk dialami oleh para bijaksana untuk diri mereka sendiri’.

(LINGKARAN KEHIDUPAN: KEHAMILAN HINGGA DEWASA)

26. “Para bhikkhu, kehamilan janin dalam rahim terjadi melalui perpaduan tiga hal. [ ]Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi saat itu bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada makhluk untuk dilahirkandalam kasus ini tidak ada [266] kehamilan janin dalam rahim. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan tidak ada makhluk untuk dilahirkandalam kasus ini juga tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada makhluk untuk dilahirkan, melalui perpaduan ketiga hal ini [ ]maka kehamilan janin dalam rahim terjadi.

27. “Sang ibu kemudian memelihara janin dalam rahimnya selama sembilan atau sepuluh bulan dengan banyak kesusahan, sebagai beban berat. Kemudian, di akhir sembilan atau sepuluh bulan, sang ibu melahirkan dengan banyak kesusahan, sebagai beban berat. Kemudian, ketika si anak lahir, sang ibu memberinya makan dengan darahnya sendiri; karena susu ibu disebut darah dalam Disiplin Para Mulia.

28. “Ketika anak itu tumbuh dan indrianya matang, anak itu memainkan permainan-permainan seperti alat membajak mainan, melempar kayu, berjungkir-balik, kincir angin mainan, alat ukur mainan, kereta mainan, dan busur dan anak panah mainan.

29. “Ketika anak itu tumbuh dan indrianya matang [lebih jauh lagi], pemuda itu menikmati lima utas kenikmatan indria, dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu.

(KELANJUTAN LINGKARAN)

30. “Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, ia menginginkannya jika bentuk itu menyenangkan; ia tidak menginginkannya jika bentuk itu tidak menyenangkan. Ia berdiam dengan perhatian pada jasmani tidak ditegakkan, dengan pikiran terbatas, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan di mana kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa. Masuk ke dalam apa yang disukai maupun tidak disukai, apa pun perasaan yang ia rasakanapakah menyenangkan atau menyakitkan atau bukan menyakitkan-juga-bukan-menyenangkania bergembira dalam perasaan itu, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya. [ ]Sewaktu ia melakukan hal itu, kegembiraan muncul dalam dirinya. Sekarang, kegembiraan dalam perasaan adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Ketika mendengar suatu suara dengan telinga … Ketika mencium suatu bau dengan hidung … Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah … Ketika menyentuh suatu objek sentuhan dengan badan … Ketika mengenali suatu objek pikiran dengan pikiran, [267] ia menginginkannya jika objek pikiran itu menyenangkan; ia tidak menginginkannya jika objek pikiran itu tidak menyenangkan … Sekarang, kegembiraan dalam perasaan adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

(AKHIR DARI LINGKARAN: LATIHAN BERTAHAP)

31-38. “Di sini, Para bhikkhu, seorang Tathāgata muncul di dunia ini, sempurna, tercerahkan sempurna … (seperti Sutta 27, §§11-18) [268-69] … ia memurnikan pikirannya dari keragu-raguan. [270]

39. “Setelah meninggalkan kelima rintangan ini demikian, ketidaksempurnaan batin yang melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhāna pertama ... Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua ... Dengan lenyapnya kegembiraan ... ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga ... Dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan ... ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat ... yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kesenangan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan.

(AKHIR DARI LINGKARAN: LENYAP SEPENUHNYA)

40. “Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, ia tidak menginginkannya jika bentuk itu menyenangkan; ia tidak menolaknya jika bentuk itu tidak menyenangkan. Ia berdiam dengan perhatian pada jasmani ditegakkan, dengan pikiran tanpa batas, dan ia memahami sebagaimana adanya kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan di mana kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa. [ ]Setelah meninggalkan apa yang disukai maupun tidak disukai, apa pun perasaan yang ia rasakanapakah menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkania tidak bergembira dalam perasaan itu, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya. [ ]Sewaktu ia tidak melakukan hal itu, kegembiraan dalam perasaan lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya kegembiraannya, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Ketika mendengar suatu suara dengan telinga … Ketika mencium suatu bau dengan hidung … Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah … Ketika menyentuh suatu objek sentuhan dengan badan … Ketika mengenali suatu objek pikiran dengan pikiran, ia tidak menginginkannya jika objek pikiran itu menyenangkan; ia tidak menolaknya jika objek-pikiran itu tidak menyenangkan … Dengan lenyapnya kegembiraannya, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

(PENUTUP)

41. “Para bhikkhu, ingatlah kebebasan melalui hancurnya keinginan ini seperti yang diajarkan secara ringkas oleh-Ku. Tetapi Bhikkhu Sāti ini, [271] putra seorang nelayan, terjebak dalam jaring besar keinginan, jala keinginan.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

Pages: 1 ... 17 18 19 20 21 22 23 [24] 25 26 27 28 29 30 31 ... 89
anything