//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Yumi

Pages: 1 ... 76 77 78 79 80 81 82 [83] 84 85 86 87 88 89
1231
_/\_ Thanks ya all....terutama buat my best friend Yummy<gadis siput>hehe, dan juga buat Pak jenderal LotharGuard..
 :lotus:



_/\_ yumi ikut bermudita-citta..
uda lama ga jumpa u di sini, senangnya melepas kangen dgn best friend.. hehe..
>:)< :x :-*

1232
:)) hahaha... anna caem..  _/\_ suruh koko bett traktir tuh.. cc snail bagiin grp nih bwt anna..  ;)  >:)<  :x  :-*

1233
at san, Hopeng = teman baik  ;)

1234
_/\_ hi berg.. thx ya uda bersedia masuk.. ko jhonson juga thx.. yg ultah betterday (hopeng saya)  ;)

1235
Buddha Tertawa

Guru Zen Hotei kadang dikenal sebagai “Buddha Tertawa”. Ia dulu berjalan di jalanan dengan sebuah karung besar di dalam mana ia meletakkan permen-permen, buah-buahan dan makanan lezat lainnya, dengan murah hati memberikannya kepada anak-anak yang bersama-sama datang mengelilinginya—agak bagaikan Sinterklasnya Buddhis!

      Suatu saat, guru Zen yang lain menanyakan, “(1) Apa signifikansi dari Zen?” Hotei dengan segera menghempaskan karungnya ke tanah. “(2) Apa aktualisasi dari Zen?” Lekas, ia mengayunkan karung itu ke atas bahunya dan melanjutkan perjalanannya.

      Sebuah interpretasi dari jawaban Hotei—(1) Signifikansi dari Zen adalah membiarkan berlalu semua beban duniawi dan menjadi bebas tanpa ragu (menyelamatkan diri sendiri). (2) Aktualisasi dari Zen adalah memungut beban dari menolong dunia menjadi bebas tanpa ragu (menyelamatkan yang lainnya).

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), The Laughing Buddha, p. 286

_________________________________________________________________________

Perayaan

Aku sedang memikirkan hari ulang tahunku. Terlintas olehku bahwa tidak ada yang benar-benar hebat telah dilahirkan kembali di dalam dunia samsara ini, mengalami sekali lagi putaran. Jika kamu seorang Bodhisattva, maka kamu boleh berkata kamu ada di sini untuk menolong makhluk-makhluk lain. Tetapi terimalah, kebanyakan dari kita berada di sini dikarenakan ketidak-tahuan dan terikat pada kemelekatan duniawi. Kecuali kita melakukan sesuatu untuk mengembangkan dan membebaskan diri kita sendiri dari penderitaan ini, tidak ada sebab sejati untuk perayaan.

      Tentunya ada lebih banyak sebab untuk refleksi khidmat daripada untuk perayaan. Di momen kita datang sudah sepenuhnya suatu adegan, kita membuat gaduh dan semuanya! Hari ulang tahun kita merupakan hari teramat kita menyebabkan para Ibu kita menderita hebat melahirkan kita. Dan kita datang dalam penderitaan hebat juga. Bayangkan mengalami ini lagi di kehidupan berikutmu.

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), Celebration, p. 144



Dedicated to Betterday..





MoM Bett, miss u so…

  :lotus: OMEDETTO TANJOUBI.. :lotus:
  >:)<  :x  :-* <:-P
03.08.08

1236
Happy Birthday..  :)

1237
Buddhisme untuk Pemula / Orang Brengsek Guru Sejati
« on: 28 July 2008, 05:23:03 PM »
Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang
mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing
With Difficult People.
Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik
dan tekunnya mendengar ocehan saya.
Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh
dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka
menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama, dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat
manusia sulit j adi baik.
Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap
dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian
adalah manusia sulit.

Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri
untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang
memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit.

Bila saya tunjukkan perilaku mereka; seperti keras kepala, menang
sendiri, dll dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku
manusia sulit, sebagian dari mereka hanya tersenyum kecut.

Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk
membersihkan kaca mata terlebih dahulu, sebelum melihat orang lain.

Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata
maka orangpun kelihatan kotor.

Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau
bukan Anda sendiri yang sulit.

Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikit
saja pun jadi sulit.

Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit
saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam
keadaan kaca mata bersih dan bening.

Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman
tentang manusia sulit.

Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah
guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah
manusia-manusia super sulit.

Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan
betapa menjengkelkannya mereka.

Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang
sendiri.

Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan
menghina orang lain.

Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita
sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan
sebrengsek itu.

Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan
suka menghina dulu.

Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan
putera-puteri saya sekasar dia kelak.

Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina,
menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah.

Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak
enaknya dihina anak kecil.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita
jadi orang sabar.

Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet.

Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan
longgar juga.

Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala,
mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super
sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini ( baca : tubuh dan
jiwa ini ) menj adi lebih longgar ( sabar ).

Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat
pintar, namun juga amat rajin mengkritik.

Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat.

Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur.

Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.

Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya,
pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain.

Dan gurunya ya itu tadi , manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan.
Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia
sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya
kontribusinya.
Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman
memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat
banyak sekali orang
menj adi pemimpin jempolan.

Rekan saya menj adi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh
purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita
menj adi orang dewasa.

Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri
untuk tidak menghina balik.

Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat
kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit
sebenarnya sedang membuat kita j adi hebat.

Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh
penghina-penghina saya.

Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha.

Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang
menghina t adi .

Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil
membantu orang yang t adi nya menghina kita.

***
Sumber :

Orang Brengsek Guru Sejati,

oleh : Gede Prama

1238
Keluarga & Teman / Re: Kopdar 2 di Medan
« on: 28 July 2008, 12:47:01 PM »
Total uda brp org nih yg ikut ke MW?   ;D

1239
Semua penghuni perempuan dan pengikutnya keluar dari istana dan berjalan sejauh setengah gàvuta dari sana. Di antara orang-orang ini, para laki-laki mengenakan jubah mengikuti teladan Bodhisatta. Para laki-laki ini seluruhnya berjumlah sembilan crore [90 juta].
…........................................
Setelah mencapai Kebuddhaan, Buddha berdiam selama empat puluh sembilan hari di dekat Mahàbodhi, kemudian Beliau menyanggupi permohonan brahmà untuk mengajarkan Dhamma. Sewaktu Beliau merenungkan siapa yang akan Beliau ajari pertama kali, Beliau melihat seratus ribu crore petapa [1 trilliun] yang menyertai-Nya sewaktu melepaskan keduniawian yang berbekal jasa-jasa masa lampau yang mereka miliki, dapat menembus Jalan dan Buahnya, Buddha segera menuju ke Taman Rusa (disebut Isipatana karena para petapa yang menguasai Jhàna dan terbang ke sana ke mari senang mampir di tempat ini). Delapan belas yojanà jauhnya dari Mahàbodhi.

Melihat Buddha mendekat dari kejauhan, sembilan ribu crore petapa [90 milyar], menyambutnya dengan melakukan kewajiban-kewajiban dengan penuh kesetiaan kemudian duduk di dekat Buddha. Kemudian Buddha mengikuti tradisi para Buddha membabarkan khotbah Dhammacakkapavatana Sutta kepada sembilan crore petapa [90 juta] serta para dewa dan brahmà yang datang untuk mendengarkan khotbah-Nya. Pada kesempatan itu, seratus ribu crore makhluk mencapai Jalan dan Buahnya.

~RAPB 1, pp. 321-322~

 _/\_ Ko indra, Dhammàbhisamaya pertama dari Dhammadassi Buddhavamsa tsb, apa memang tdpt perbedaan2 jumlah petapa yg ikut pd saat melepas keduniawian ya?


1240
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Kebijaksanaan Seorang Guru
« on: 23 July 2008, 05:46:05 PM »
Alkisah ada seorang guru yang memiliki beberapa orang murid. Salah satu di antara muridnya ada yang gagu. Suatu hari sang guru menyuruh  muridnya yang gagu tadi untuk turun gunung. Sang guru berkata, “Besok, turun gunung dan sebarkanlah ajaran kebenaran yang telah kubabarkan kepada semua orang.” Muridnya yang gagu itu merasa rendah diri dan segera menulis di atas kertas, “Maafkan saya guru, bagaimana mungkin saya dapat menyebarkan ajaran guru, saya ini kan gagu. Mengapa guru tidak meminta murid lain saja yang lebih mampu membabarkan ajaran guru dengan lebih baik?”

Sang guru tersenyum dan meminta muridnya tadi merasakan sebiji anggur yang diberikan olehnya. “Anggur ini manis sekali,” tulis muridnya. Sang guru kembali memberikan sebiji anggur yang lain. “Anggur ini masam sekali,” tulis muridnya. Kemudian gurunya melakukan hal yang sama pada seekor beo. Biarpun diberi anggur yang manis atau masam, beo itu tetap saja mengoceh, “masam… masam…”

Sang guru menjelaskan pada muridnya, “Kebenaran bukanlah untuk dihafal, bukan pula cuma untuk dipelajari, tapi yang terutama adalah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Cacat tubuh yang kita miliki janganlah menjadi rintangan dalam mengembangkan batin kita. Kita jangan seperti sebuah sendok yang penuh dengan madu, tapi tidak pernah mengetahui manisnya madu itu. Kita jangan seperti beo yang pintar mengoceh, tapi tidak mengerti apa yang diocehkannya. Engkau memang tidak mampu berbicara dengan baik, tapi bukankah engkau bisa menyebarkan kebenaran dengan cara-cara lain, misalnya menulis buku? Lebih penting lagi, bukankah perilakumu yang sesuai dengan kebenaran akan menjadi panutan bagi yang lain?” Itulah cara mengajar terbaik: teladankan kebenaran dalam perilakumu, bukan cuma dalam ucapan.

Sumber: SMILE (Sinar Mas Internal Magazine), 7th edition, June 2008, p.26

1241
Keluarga & Teman / Re: Kopdar 2 di Medan
« on: 23 July 2008, 12:58:05 PM »
 :)

1242
Ko indra, baru tahu nih kalo sbg pembaca, diizinkan meralat.. ini ada satu lagi..
Poin (d) yg Pannàdhitthàna sebnrnya adlh Upasamàdhitthàna kan?
Udah baca ampe poin (5) dari kesimpulan di bawahnya baru ketahuan.. hehe..
soal jadi editor DC.. hihi.. jadi malu  :-[ nih... coz yumi kan jarang ol.. takut ga bisa menunaikan tugas dgn baik, hue..


………………………………………………………………………………………………...................
Demikianlah pandangan para guru apare. Tanpa mengkritik pandangan ini, Yang Mulia Mahà Dhammapàla menambahkan:
(a) Kesempurnaan Saccàdhitthàna terjadi pada saat kelahiran (Bodhisatta);
(b) kesempurnaan Pannàdhitthàna terjadi saat mencapai Pencerahan Sempurna;
(c) Kesempurnaan Càgàdhitthàna terjadi saat pembabaran Dhammacakka; dan
(d) Kesempurnaan Pannàdhitthàna terjadi saat Parinibbàna.

Kesimpulan Berbagai Pandangan dari Berbagai Guru
1.   Para guru eke mengatakan bahwa empat Adhitthàna disempurnakan pada peristiwa pertama saat Bodhisatta masuk ke dalam rahim.
2.   Para guru keci mengatakan bahwa empat Adhitthàna disempurnakan pada peristiwa kedua saat tercapainya Pencerahan Sempurna.
3.   Para guru anne mengatakan bahwa empat Adhitthàna disempurnakan pada peristiwa ketiga saat pembabaran Dhammacakka.
4.   Para guru apare mengatakan bahwa empat Adhitthàna disempurnakan pada peristiwa keempat saat Parinibbàna.
5.   Mengikuti tradisi para penulis yang menyampaikan pandangan yang diakuinya, Yang Mulia Mahà Dhammapàla mengomentari apare vàda di urutan terakhir karena ia menyetujui dan menerima pandangan ini dengan tambahan, “Empat Adhitthàna menjadi sempurna pada peristiwa keempat sewaktu Nibbàna dicapai seperti yang disebutkan oleh para guru apare. Akan tetapi terbukti bahwa Saccàdhitthàna disempurnakan pada peristiwa pertama; Pannàdhitthàna disempurnakan pada peristiwa kedua; Càgàdhitthàna, pada peristiwa ketiga; dan Upasamàdhitthàna pada peristiwa keempat.

~RAPB 1, pp. 185-186~



1243
Cerita ini kurang tepat Yumi, cerita ini mengandung kesalahan tempat, waktu, dan tokoh. baca RAPB 1, hal. 1175

Wah..wah.. ternyata orang kaya Rajagaha yg menaruh patta emas itu di tiang (hal. 1175), dan yg mengambilnya ternyata bukan Buddha toh.. melainkan YM. Pindola yang menyebabkan Buddha menetapkan larangan bagi para siswa-Nya utk memperlihatkan kesaktian (hal. 1182-1183). Buddha menunjukkan kesaktian-Nya di dekat pohon mangga Kandamba (hal. 1189). Beliau juga menciptakan jalan, mendemonstrasikan Keajaiban Ganda, sinar 6 warna dll.

Kemudian..

Sejumlah besar brahmà dan dewa mengucapkan puji-pujian atas keagungan, kebesaran dan kemuliaan Buddha. Seluruh angkasa hiruk pikuk oleh nyanyian para makhluk surgawi. Mereka menyiramkan bunga-bungaan surgawi, musik dari ribuan alat musik surgawi bergabung dengan alat musik umat manusia membelah angkasa; suasana itu seperti perayaan festival besar yang dihadiri oleh semua makhluk.
Lalu.. Buddha naik ke alam Tavatimsa (hal. 1204-1205).

Banyak Orang Menangis Sedih Sewaktu Buddha Hilang dari Pandangan (hal. 1206-1208)
YM. Anuruddha memberitahukan pada orang2 yg bertanya mengenai keberadaan Buddha bahwa Beliau sedang berada di Tavatimsa membabarkan Abhidhamma Pitaka pada para dewa yg dipimpin ibu-Nya pada kehidupan sebelumnya.

Semua orang-orang di sana memutuskan, “Kami tidak akan pergi tanpa memberi hormat pada Tathàgata” dan mereka membangun gubuk-gubuk darurat yang terbuat dari daun-daunan dan semak belukar di tempat itu; beratap langit dan tanah menyerap semua kotoran dan sampah mereka, dan seluruh kawasan itu dalam kondisi bersih dan sehat.

Tathàgata sebelumnya telah memberikan instruksi kepada Yang Mulia Moggallàna untuk membabarkan Dhamma kepada orang-orang ini, dan siswa awam Culà Anàthapindika bertanggung jawab dalam menyediakan makanan, ia menyediakan kuah daging, makanan, daging, tembakau, daun teh, dupa, bunga, pakaian, dan semua barang-barang yang diperlukan oleh manusia. Dan seperti yang direncanakan, Moggallàna membabarkan Dhamma kepada mereka sepanjang vassa itu.

Hmm.. Mank beda yach.. ga sesuai.. tar akan coba yumi tanyakan lagi ke Bhante.. Thx ya.. untung ko indra ksh tau..  Yumi uda koreksi sesuai RAPB tuh.. ;D


1244
Saat seorang Bodhisatta memberikan dàna materi, Beliau memberikan dàna makanan dengan harapan, “Melalui dàna makanan ini, semoga semua makhluk memiliki umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan, kecerdasan, dan mencapai buah Kearahattaan.”

Dengan cara yang sama, Beliau mendanakan minuman untuk menghilangkan rasa haus akan kotoran terhadap objek indria makhluk-makhluk.

Beliau memberi dàna pakaian untuk memperoleh kulit yang indah penuh hiasan dalam bentuk rasa malu dan rasa takut;

dàna kendaraan untuk mencapai kekuatan batin dan memperoleh kebahagiaan Nibbàna;

dàna wewangian untuk memberi keharuman pada moralitas yang tiada bandingnya;

dàna bunga dan obat-obatan agar memiliki kualitas-kualitas mulia dari seorang Buddha;

dàna tempat duduk untuk mendapatkan tempat duduk kemenangan di bawah pohon Bodhi;

dàna tempat tidur untuk memperoleh ‘tidur Buddha’ yaitu berdiam dalam Jhàna ke empat, sesuai dengan kalimat, “berbaring ke sebelah kiri adalah tidur indria, berbaring ke sebelah kanan adalah tidur singa, berbaring telentang adalah tidur peta, memasuki Jhàna ke empat adalah tidur Buddha;”

dàna tempat tinggal misalnya rumah peristirahatan, dan lain-lain, agar menjadi tempat berlindung makhluk-makhluk lain;

dan dàna pelita untuk memperoleh lima mata.


~RAPB 1~


Sekedar sharing.. Bhante Khemanando seusai Beliau melakukan pindapatta tgl 17 kemarin di Medan ada menjelaskan makna dari berdana bunga. Kira2 begini..

Peristiwa itu diambil ketika Buddha mau memasuki masa vassa ke 7 beliau di surga Tavatimsa. Jadi pada waktu itu ada seorang Brahma yang meragukan keberadaan seorang Arahat. Dia berpikir bahwa saat itu tidak ada seorang Arahat, maka dia lalu mengadakan sayembara dengan menaruh patta emas di atas tiang.

Pada waktu itu Buddha dan Y.M Mogallana mengetahui hal itu. Lalu dengan mengeluarkan patihariya (kekuatan abhinna Beliau), Buddha mengambil patta tersebut sebagai tanda bahwa di dunia ini ada seorang Arahat yang masih hidup.

Setelah melakukan hal itu, Buddha menghabiskan musim hujannya di surga Tavatimsa untuk mengajar Abhidhamma kepada ibunda-Nya.

Di saat kepergian Beliau itulah, para umat dan murid2 brahma tersebut memberi persembahan bunga, dupa dan lilin kpd Beliau.


 :lotus: _/\_

1245
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Sujàta Buddhavamsa
« on: 21 July 2008, 06:20:17 PM »
Setelah Buddha Sumedhà Parinibbàna, usia kehidupan manusia perlahan-lahan turun dari sembilan puluh ribu tahun menjadi sepuluh tahun, kemudian naik lagi sampai asankhyeyya. Ketika usia manusia turun lagi sampai pada sembilan puluh tahun, Bodhisatta Sujàta terlahir di Surga Tusita setelah memenuhi Sepuluh Kesempurnaan. Memenuhi permohonan para dewa dan brahmà untuk menjadi Buddha, Beliau turun ke alam manusia dan masuk ke rahim Ratu Pabhavati, permaisuri dari Raja Uggaha di Kota Sumangala. Sepuluh bulan kemudian, Bodhisatta lahir.
 

Kehidupan Istana
Saat menginjak dewasa, ia tinggal di tiga istana, yaitu: Siri, Upasiri, dan Nanda, dengan dilayani oleh istri-Nya, Putri Sirinanda dan dua puluh tiga ribu pelayan-Nya selama sembilan ribu tahun.

~RAPB 1, pp. 298-299~

Ada kesamaan dgn lama tahun yg tdp pd hal. 276 [Narada Buddhavamsa]. Yg turun lagi sampai 90 thn itu kayaknya 90.000 thn. Kalo ga jadi ga nyambung, kehidupan pangeran di istana aja uda selama 9.000 thn..  :)

Pages: 1 ... 76 77 78 79 80 81 82 [83] 84 85 86 87 88 89
anything