Masa dibilang buddhis nyamar jadi orang Rohingya dan merusak? Ckckckck.. Ngelesnya ga tanggung2..oknum mereka terbiasa bgitu kali, jadi menganggap orang lain bgitu jga, hehehe
yang lucu tapi sekaligus miris adalah belakangan ini ada berita klo sebuah situs arkeologi bersejarah dirusak.
Gw sempat berpikir jangan2 itu situs Buddha seperti patung bersejarah di situs kuno, Buddha Bamiyan dihancurkan oleh taliban yang adalah fundamentalis muslim.
Ga taunya itu situs kuno muslim..
Jangan-jangan situs Buddha yang dirusak, kemudian memutarbalik fakta dan menyampaikan situs kuno muslim-lah yang di rusak. ( turut memberi opini )klo yang kali ini sih kayanya ngga, bro.
Memberi aku teringat tentang tulisan Ali Sina.
Oh gitu. Berarti opini aku tidak benar ;Dtulisan Ali Sina ga pernah baca, jadi ga bisa komen, hehehe
Berarti rangkaian perisitiwa dalam pikiran aku salah. Harus saya akui.
Kalo tulisan Ali Sina bagaimana ? ( menunggu pendapat anda )
Yang jadi perntanyaan saya, apakah ini tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha? :-?Tinggal sejauh mana manusianya melaksanakan. Apa memilih tidak melawan dan dizholimi terus2an (tetapi praktik ajaran Buddha :whistle: ) atau memilih membela diri demi mempertahankan diri dan keluarga, dan sasana.
Terus terang saja saya tidak tahu apa akar permasalahannya. (kalau ada yang tahu boleh dibagi nih, tapi yang valid ya)
Tapi apapun itu, apakah penyelesaiannya harus dengan cara seperti ini? (kok rasa2nya saya ngak setuju banget ya)
Bukankah ini hanya menambah daftar tradegi kekerasan kemanusiaan di muka bumi ini.
Yang jadi perntanyaan saya, apakah ini tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha? :-?senada dengan sanjiva..
Terus terang saja saya tidak tahu apa akar permasalahannya. (kalau ada yang tahu boleh dibagi nih, tapi yang valid ya)
Tapi apapun itu, apakah penyelesaiannya harus dengan cara seperti ini? (kok rasa2nya saya ngak setuju banget ya)
Bukankah ini hanya menambah daftar tradegi kekerasan kemanusiaan di muka bumi ini.
Sabbe satta bhavantu sukhittata. _/\_ _/\_ _/\_
senada dengan sanjiva..
mungkin bro hardy bisa mikir lagi,
jika ada case perampokan, oh saya buddhist, silakan rampok, gw gak melawan deh..
jika ada case pemerkosaan, oh saya buddhist, silakan perkosa, gw pasrah deh..
begitukah yang dimaksud dengan bro hardy ? jika iya, gak heran kalau buddhisme cepat punah.. terlalu baik sih :whistle: :P
Ngak begitu sih Bro, maksud saya apa tidak ada cara lain yang lebih sesuai dengan cara Buddhis.
Anggaplah cara-cara damai sudah ditempuh, maka tidak ada pilihan lain selain tindakan represif, apakah boleh anarkis?
Coba saya balikkan ada 3 orang beragama Buddha memperkosa 1 gadis I5l4m, boleh ngak semua orang Buddhis dibunuh/dihajar oleh orang I5l4m tanpa pandang bulu. Bagaimana?
Anda lucu, anda tidak tahu beritanya.. tapi bersikeras men-setting ini bentrok agama.. Baca lagi deh beritanya yang dikasih om jerry di atas, coba anda klik, lalu baca berita2 lain yang terkait, maka anda akan mengerti..Memang waktu posting itu saya tidak tahu beritanya, coba deh Anda baca postingan saya sebelumnya.
Dan saya ingat, di beritanya pun tertulis, pemerkosaan terhadap wanita setempat, tidak ditulis pemerkosaan terhadap wanita buddhist. Makanya jelas ini bentrok antar-etnis dan oknum tertentu yang tetap ngotot ini bentrok antar-agama.
Tapi jika anda tetap "memaksa" ingin mengatakan bentrok agama dan ingin case ini diselesaikan sesuai dengan cara2 agama.. Sekarang coba anda jawab sendiri deh, misal ada perampokan terhadap sekeluarga anda. Perampok udah gelap mata, gak bisa negosiasi. Apa yang akan anda lakukan.. ? Apakah anda boleh melawan ? Dan melawan bagaimana yang tidak anarkis ?Menurut saya perumpamaan Anda di atas terlalu memaksa, sedikitpun tidak relevan dengan kasus yang kita bicarakan.
Tinggal sejauh mana manusianya melaksanakan. Apa memilih tidak melawan dan dizholimi terus2an (tetapi praktik ajaran Buddha :whistle: ) atau memilih membela diri demi mempertahankan diri dan keluarga, dan sasana.Ini juga tidak relevan, sama sekali mentah.
Kalau ditanya, pilih mana misalnya kasus tempo doeloe: antara Nalanda dibumihanguskan dan bhiksu2 dibantai, atau melawan dan mempertahankan diri meski harus pakai kekerasan, bgm? Apa Burma mau dijadikan daerah bergolak 'Burma Utara' seperti halnya Thailand selatan dan Filipina selatan ?
Maaf ya sama sekali saya tidak ingin memojokkan anda. Terus saya juga bukan sok moralis.
Saya cuma berpikir apakah ketika melihat orang lain dianiaya, pantaskah saya membenarkan penganiayaan terhadapnya?
Kalau saya tidak bisa berempati kepadanya, setidaknya saya tidak pernah berkata dia pantas menerima itu semua.
Maaf ya, ini bukan masalah pribadi. Sedikitpun saya tidak ingin memojokkan anda.
Memang waktu posting itu saya tidak tahu beritanya, coba deh Anda baca postingan saya sebelumnya.
Coba deh baca ini biar kita sama-sama tahu.
http://internasional.kompas.com/read/2012/06/18/19042111/Sentimen.Sektarian.Mengancam.Demokrasi (http://internasional.kompas.com/read/2012/06/18/19042111/Sentimen.Sektarian.Mengancam.Demokrasi)
http://internasional.kompas.com/read/2012/06/22/02210928/Kerusuhan.Sisakan.Masyarakat.Terbelah (http://internasional.kompas.com/read/2012/06/22/02210928/Kerusuhan.Sisakan.Masyarakat.Terbelah)
Sejujurnya saya tidak berpikir kalau ini konflik agama, memang saya akui perumpamaan saya kurang tepat.
Mungkin tepatnya seperti ini: 3 orang etnis Anda memperkosa 1 gadis etnis lain, lalu kaum etnis lain membantai secara membabi-buta etnis Anda. Apakah boleh?
Menurut saya perumpamaan Anda di atas terlalu memaksa, sedikitpun tidak relevan dengan kasus yang kita bicarakan.Memangnya siapa yang mengatakan pantas menerimanya ?
Maaf ya sama sekali saya tidak ingin memojokkan anda. Terus saya juga bukan sok moralis.
Saya cuma berpikir apakah ketika melihat orang lain dianiaya, pantaskah saya membenarkan penganiayaan terhadapnya?
Kalau saya tidak bisa berempati kepadanya, setidaknya saya tidak pernah berkata dia pantas menerima itu semua.
Kalau anda sebaliknya, ya silakan saja itu kan hak anda (sedikitpun saya tidak pernah memaksa anda).
Begitu pula halnya dengan saya, biarkanlah saya dengan pendapat saya sendiri.
Bukankah kita siap dengan konsekwensinya masing-masing.
Data resmi terakhir pemerintah menyebutkan, kerusuhan memakan korban jiwa. Sebanyak 29 orang, 16 orang dari mereka berasal dari kelompok minoritas warga Muslim Rohingya, tewas dan sisanya berasal dari kubu warga mayoritas Buddhis.
Tak apa bro, ini diskusi bukan untuk kita bergontok2an.senada dengan bro sanjiva..
Gw mau dipojokkan pun sebenarnya tak apa sepanjang bermain di konteks diskusi, bukan ke pribadi. Takkan ada BRP melayang dari saya hanya karena dipojokkan dalam diskusi. :))
_/\_ _/\_ _/\_
Bro, sebelum berempati keluar (eksternal lingkup Buddhis) apalagi yg di luar ini sudah terkenal di seluruh dunia sebagai 'biang onar', cobalah juga berempati ke dalam lingkup Buddhis sendiri.Ini juga postingan yang menarik untuk melengkapi maksud dari realita kehidupan yang saya maksudkan juga. Gak bisa dipungkiri bahwa postingan sanjiva itu juga salah satu realita yang sifatnya "bom waktu" yang siap meledak. Kebencian yang mendalam karena dari dulu kaum buddhisme yang tertindas, kaum minoritas pun ikut memberi andil. Dan banyak tindak kekerasan yang dilakukan oleh "oknum agama I" sehingga tidak bisa dipungkiri muncul anggapan bahwa agama I adalah agama perang dan menyisakan banyaknya kebencian juga pada agama ini. Dan bisa jadi case ini juga mendarah daging di daerah konflik sana, dan ketika ada masalah "kecil" terjadi, bom waktu ini meledak dan terjadilah konflik besar.
Kaum Buddhis sudah begitu teraniaya di mana2, ada yg sudah dibasmi habis sampai ke akar2nya seperti di Pakistan dan Afganistan, bahkan peninggalan orang matinya juga masih dibasmi (contoh: penghancuran patung Buddha di Bamiyan), nah mereka ini siapa yg membela?
Yang bisa membela, bersuara dan menyuarakan penderitaan umat Buddha hanyalah umat Buddha sendiri. Kalau mereka2 dari 'yg nakal itu', sudah banyak koq pendukungnya. Mulai dari sekedar dukungan moral, dukungan suara, sampai dukungan uang dan senjata.
Sama juga kadang2 saya prihatin ada pengumpulan sumbangan utk membantu kaum yg lain yg miskin / kesusahan, sementara umat Buddha sendiri ada yg begitu miskin hingga mati kelaparan tak ada yg mau bantu. Contoh umat2 kita di Tangerang (cina benteng), atau di singkawang. Padahal dengan kemiskinan mereka yg tidak kita bantu, mereka sangat potensial digaet masuk ke agama lain. Di daerah saya, sumbangan uang dari vihara bahkan diserahkan langsung oleh bhantenya ke.......... madrasah korban kebakaran :hammer:
Bukan berarti tidak boleh bantu agama lain, tapi seperti kata pepatah : sebelum membantu mengurusi anak orang lain, urusi dulu lah (dengan baik) anak sendiri. 8-> Jangan malah anak sendiri mati kelaparan sementara kita sibuk membantu anak tetangga.
Bro, sebelum berempati keluar (eksternal lingkup Buddhis) apalagi yg di luar ini sudah terkenal di seluruh dunia sebagai 'biang onar', cobalah juga berempati ke dalam lingkup Buddhis sendiri.
Kaum Buddhis sudah begitu teraniaya di mana2, ada yg sudah dibasmi habis sampai ke akar2nya seperti di Pakistan dan Afganistan, bahkan peninggalan orang matinya juga masih dibasmi (contoh: penghancuran patung Buddha di Bamiyan), nah mereka ini siapa yg membela?
Yang bisa membela, bersuara dan menyuarakan penderitaan umat Buddha hanyalah umat Buddha sendiri. Kalau mereka2 dari 'yg nakal itu', sudah banyak koq pendukungnya. Mulai dari sekedar dukungan moral, dukungan suara, sampai dukungan uang dan senjata.
Sama juga kadang2 saya prihatin ada pengumpulan sumbangan utk membantu kaum yg lain yg miskin / kesusahan, sementara umat Buddha sendiri ada yg begitu miskin hingga mati kelaparan tak ada yg mau bantu. Contoh umat2 kita di Tangerang (cina benteng), atau di singkawang. Padahal dengan kemiskinan mereka yg tidak kita bantu, mereka sangat potensial digaet masuk ke agama lain. Di daerah saya, sumbangan uang dari vihara bahkan diserahkan langsung oleh bhantenya ke.......... madrasah korban kebakaran :hammer:
Bukan berarti tidak boleh bantu agama lain, tapi seperti kata pepatah : sebelum membantu mengurusi anak orang lain, urusi dulu lah (dengan baik) anak sendiri. 8-> Jangan malah anak sendiri mati kelaparan sementara kita sibuk membantu anak tetangga.
Mengingat anda orang yang mau berdiskusi dengan kepala dingin. Yang menurut saya dapat menciptakan diskusi yang membangun, yang bisa memberikan faedah bagi kita bersama. Saya memutuskan untuk menanggapi postingan anda untuk saya.setuju bro, mari kita berdiskusi dengan kepala dingin >:)<
Sejujurnya saya sangat setuju dan peduli dengan apa yang anda sampaikan. Dan bahkan saya merasa Buddhis sangat membutuhkan orang-orang yang peduli seperti anda, seorang Pembela Buddhis (Patriarch).kondisi yg memaksa demikian, dan kita juga belajar dari sejarah masa lalu. Siapa yang mau sejarah yg kelam terulang kembali?
Tapi apakah dalam membela Buddhis. kita boleh menggunakan kaidah-kaidah yang sesungguhnya bukan dan bahkan bertentangan dengan Buddhis.
Memang betul banyak musuh di luar diri kita, tapi bukankah menurut Buddha musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.Hal2 di atas tidak akan membacok kita, menghancurkan patung Buddha dan vihara, memenggal bhikkhu dan memperkosa bhiksuni...
Contohnya: diantara kita saja gontok-gontokkan (tradisi/aliran) ngak habis-habisnya, ada inisiatif baik dari aliran berbeda tidak disambut baik.
Kalau postingan terdahulu ada yang bahas soal sel yang membelah, itu sama saja membicarakan diri kita sendiri.
Contohnya: di Theravada saja ada STI & STT, jangan2 nanti muncul STM (Myanmar) atau STS (Srilanka).
Begitu juga untuk yang lainnya. Bukalah mata kita lebar-lebar, mau jadi apa kita ke depan.
Sudahkah kita memerangi musuh itu (di dalam diri kita masing-masing). Kalau yang di luar mah musuh cecereh.
Kalau saya amati postingan terakhir anda hanya melanjuti apa yang anda posting sebelumnya.Kita belajar dari sejarah.
Inilah yang saya maksud membesar-besarkan masalah dan OOT.
Mengkait-kaitkannya dengan masa lalu yang tidak ada relevansinya dengan masa kini.
Apakah kita dapat melangkah ke depan kalau kita selalu dibayang-bayangi masa lalu.
Lalu bahkan melebarkannya ke regional yang berbeda, ke Thailand, Filipina, dsb.
Kenapa ngak kita kaji saja dahulu yang di Myanmar ini sampai tuntas.
Bahkan yang terakhir ke Indonesia, yang menurut saya semakin bias.
Memang kita akui masih banyak kebijakan yang diskriminatif terhadap kita, tapi kalau kita kaji lebih jauh dengan di Myanmar sangat berbeda.
Coba deh googling "Rohingya", cari berita yang tahun2 sebelumnya, mungkin bisa membuat pemahaman kita lebih jelas.
Mengingat temperamental mayoritas kaum mereka (I5l4m), terpikir ngak kalau komentar2 kita di sini (bukan cuma komentar anda ya) bisa memprovokasi mereka.
Saya tidak bisa bayangkan kalau di antara mereka ada yang memprovokasi untuk bikin kacau di Indonesia.
Saudara kita yang tidak tahu menahu (tahu beritanya saja ngak) menjadi korban kemarahan mereka.
Pokok-pokok pemikiran yang anda sampaikan telah saya pahami.Ya, senang berdiskusi dengan anda bro _/\_
Walaupun saya tidak 100% sependapat, namun saya pikir kita sudah sejalan.
Senang berdiskusi dengan anda. _/\_
Oh iya, saya manu menambahkan satu hal.
Pada dasarnya saya (secara pribadi) tidak khawatir kalau kesusahan itu datang, walaupun saya tidak menginginkannya.
Yang saya khawatirkan bila kesusahan itu datang akibat kelalaian diri sendiri, yang seharusnya dapat dihindari.
Metta Cittena.
Ini kalo masih jaman Junta pasti uda dibabat habis
Maksudnya? Bukankah di Myanmar masih dikuasai rezim militer (CMIIW).
klik here Muslims Killing in Burma and our Social Media / Islamic Parties (http://farazahmed.com/muslims-killing-in-burma-and-our-social-media-islamic-parties-1010.aspx)
klik here Muslims Killing in Burma and our Social Media / Islamic Parties (http://farazahmed.com/muslims-killing-in-burma-and-our-social-media-islamic-parties-1010.aspx)
melengkapi link Mas Tidar di atas, yg ini bahasa indonesia http://grevada.com/islam/kumpulan-foto-hoax-pembantaian-muslim-di-burma-myanmar/
melengkapi link Mas Tidar di atas, yg ini bahasa indonesia http://grevada.com/islam/kumpulan-foto-hoax-pembantaian-muslim-di-burma-myanmar/
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule. Buddha
Ini kalo masih jaman Junta pasti uda dibabat habis
kalo takut sama radikalisme satu agama, bukankah ada obatnya yaitu deradikalisasi. bisa kok.
ide radikal itu hanya subur di suatu keadaan yg dirasa kurang adil.
ide radikal tidak bakal laku pada kondisi yang dirasa adil dan mengayomi. mana ada orang yang jiwanya bahagia mau diajak radikal?
Tidak semudah itu menjalankan deradikalisasi. Jauh lebih mudah dan cepat menjalankan radikalisasi ketimbang sebaliknya.
Gw tidak setuju dengan pendapat ini.
Kalau benar seperti di atas, tentunya umat kr15ten di Indonesia ini pastilah jadi teroris semua. Lah mau ibadah dihalang2i, mau mendirikan gereja dihalangi, gereja sudah ada izin masih diberangus. Mereka dizalimi dan diperlakukan tidak adil, nyatanya tidak ada teroris kr15ten karena perlakukan tidak adil ini.
Kaum pendatang timteng di Eropa dan Amerika kurang apa diayomi dan dilindunginya oleh pemerintah. Bahkan mereka dapat tunjangan hidup, dikasih tanah untuk membangun tempat ibadah mereka, dll. Tapi nyatanya toh tetap jadi teroris kan?
Makanya keamanan di bandara Eropa dan Amerika ketatnya seperti sekarang ini. Sementara minoritas di negara m0slem bagaimana diperlakukannya? Boro2 dikasih tanah buat bangun gereja, sudah beli pake uang sendiri masih tidak bisa dibangun tempat ibadah. Sudah jadi tempat ibadahnya masih tidak boleh dipakai untuk ibadah.
Satu lagi, mungkin kebanyakan orang tidak tahu atau tidak sadar: mbahnya teroris Osama bin laden itu bukan orang miskin, dia dari keluarga kaya raya di arab saudi. Jadi bukan kemiskinan atau ketidakadilan sebagai sumber terorisme, melainkan faham (isme) atau ideologi tertentu yang mendasarinya.
1. saya bilang deradikalisasi bisa dilakukan, bukan masalah mudah atau susah. Mudah atau susah tergantung metode dan kemampuan pihak yang menjalankan deradikalisasi.
2. Apakah menjadi radikal itu harus jadi teroris? (kalau yang anda maksud teroris adalah orang2 yang meledakkan bom dan menggunakan senjata tajam dalam menebar teror)
3. Apa anda tidak tau kalau setidaknya ada kelompok2 yang memiliki basis dari 2 agama di Indonesia ini? Sejauh yang saya tau, ada 2 agama yg punya kelompok2 radikal. Di kabupaten saya tinggal ada 2 kelompok dari 2 agama yang berbeda yang mengusung radikalisme.
Dua-duanya tidak pakai bom dan tidak pakai senjata api, tapi sudah bikin saya dan anggota masyarakat lain resah, karena basis agamanya berseberangan. Untuk diketahui aja: 1 satu anak SMA pernah jadi korban kelompok ini, masuk bui, entah sekarang sudah bebas atau belum.
Sekali lagi, orang yang kena paham radikal tidak harus berubah menjadi teroris.
Coba anda periksa lagi semua terdakwa 911, apakah warga negara US atau orang-orang kiriman Alkoidah? Siapa yang jadi perancangnya, siapa yang jadi eksekutornya, bisa diperiksa apakah warga negara setempat atau bukan. Kalau pun warga negara, apakah jadi warga negara sebagai batu loncatan untuk melakukan serangan teror ?
Yakin nih cuma bandara? Kenapa cuma bandara? Nggak sekalian stasiun kereta?Ya, seperti di KA India juga
Madrid 11M (2004) kejadiannya di kereta. ;)
Kenapa harus dibuhungkan dengan kemiskinan?
Saya tidak ngetik orang jadi radikal karena miskin. Saya ngetiknya: orang yang jiwanya bahagia mana ada yang mau diajak radikal.
Faham atau ide radikal itu masuk ke otak orang-orang karena ada alasannya. Masuknya ide radikal ini juga kan ada pihak yang masukin ke otaknya orang-orang.
Catatan:Ngapain nyari di forum, mending langsung ke yg paling kredibel: dari orang yg (dulu) agamanya itu, bahasa ibunya bahasa timteng (jadi tidak bisa difitnah bahwa dia nggak ngerti maksud sebenarnya dari yg terutlis di kitab, bahwa dia salah mengartikan, dll), dan (ini yang plaing penting) dengan referensi isi ayat2 kitabnya sendiri, jadi bukan kibulan, bukan karangan, bukan opini pribadi, bukan penelitan ahli, dll.
saya juga termasuk orang yang males kutak-katik kitab suci agamanya orang lain untuk memaparkan bagian mana yang mendorong orang ke arah radikalisme relijius. Tapi, saya punya catatanya, dan mudah diperoleh di internet (dari sumber yang kredibel, bukan situs/forum tempat fitnah memfitnah).
saya pahamlah maksud Sanjiva. jadi, sebetulnya saya nggak berseberangan kok dengan anda.
tapi, sebagai bahan berkaca diri, ada baiknya iseng-iseng baca ini (semoga linknya bisa dibuka)
http://www.loonwatch.com/2012/07/warrior-monks-the-untold-story-of-buddhist-violence-i/