//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Hikoza83

Pages: 1 [2] 3 4 5
16
Buddhisme untuk Pemula / Bagaimana Menjadi Bahagia? [Secara Ilmiah]
« on: 23 October 2008, 12:09:28 PM »
Bagaimana Menjadi Bahagia? [Secara Ilmiah]

SECARA TRADISIONAL, psikolog telah mempelajari aspek negatif dari pikiran, seperti depresi, gelisah dan neurosis. Misinya adalah untuk menyembuhkan penderitaan kita. Tetapi sekarang ini ada sebuah perkembangan minat yang sangat besar kepada aspek positif dari perilaku dan pikiran manusia. Semakin banyak sekarang psikolog yang mengalihkan perhatian mereka pada kebahagiaan dan kesejahteraan tubuh dan pikiran (well-being).

Salah satu dari mereka adalah Dr. Martin Seligman dari Universitas Pennsylvania. Dia berkata bahwa daripada puas dengan membawa kita dari “minus lima ke nol”, psikolog sekarang bertanya bagaimana membawa kita dari “nol ke positif lima”. Bidang penelitian yang baru ini disebut psikologi positif.

Tentu saja, filsuf telah mendiskusikan tema kebahagiaan selama ribuan tahun dan rak-rak di toko buku sudahlah penuh sesak dengan buku-buku siap pakai dengan tema tersebut. Tetapi psikologi positif mengklaim bahwa ia menawarkan sesuatu yang baru – sebuah pendekatan ilmiah terhadap tema kebahagiaan.

17
Buddhisme untuk Pemula / Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« on: 23 October 2008, 10:24:08 AM »
saya tertarik membaca judul artikel ini, ketika membongkar file2 lama..
dan menurut saya, pembahasan Dharmanya diuraikan secara sederhana dan menarik..
sehingga saya berminat untuk share kpd anggota DC..
semoga yang beruntung membacanya, merenungkan dan mempraktikkannya, dapat menggunakan manfaat dari kelahiran sebagai seorang manusia yang berharga ini untuk menjadi lebih baik.
Semoga berbahagia!
 _/\_


By : Zen

18
Buddhisme untuk Pemula / SO, VEGETARIAN OR NOT?
« on: 08 October 2008, 09:27:16 AM »
topik berkaitan tentang vegetarian selalu hangat utk dibahas oleh para pemula yang belajar Buddhisme. ketika membaca artikel dari buletin maya, Dharma Manggala ini, saya pikir mungkin berguna untuk memperluas pandangan kita dalam topik ini. maka, saya ingin berbagi dengan rekan2 DC.
Semoga artikel berikut dapat memberikan masukan yang berarti bagi perkembangan batin kita dan semua makhluk, dan semoga yang beruntung dapat memperoleh manfaatnya.
 _/\_

SO, VEGETARIAN OR NOT?
Oleh : Surya Wijaya
Editor : Khema Giri Mitto

Pengantar:
Vegetarianisme merupakan salah satu topik yang selalu hangat dibicarakan oleh umat Buddhist. Kenyataan yang ada adalah terdapat pendapat yang beragam. Ini merupakan suatu produk yang alamiah dari proses interpretasi ajaran Sang Buddha sendiri. Mulai dari edisi kedua, Buletin Maya Indonesia Dharma Mangala akan menampilkan secara bersambung berbagai pendapat tentang vegetarianisme. Tujuannya adalah untuk memberikan perspektif yang lebih lengkap. Ini diharapkan menjadi pijakan yang lebih kokoh agar kita pun dapat menarik interprestasi sendiri dan membawa manfaatnya ke dalam praktik kehidupan kita sehari-hari. Dalam edisi kali ini kami memuat artikel terakhir dari Vegetarian.
REDAKSI

Menjadi vegetarian dipandang dari buddhisme, khususnya aliran Mahayana, bukan bertujuan untuk mencapai kesucian, memurnikan diri ataupun menghimpun kebajikan/Merit (Punna). Menjadi Vegetarian, tidak akan menyebabkan kita menjadi suci apalagi untuk merealisasikan pencerahan. Ini adalah suatu tindakan yang sia-sia. Kalau hal ini memang benar-benar terjadi, maka para binatang pemakan tumbuhan (herbivora) seperti sapi, kambing, kelinci, gajah dan yang lainnya sudah pasti merealisasikan kesucian.

Motivasi seseorang untuk mempraktikkan vegetarian adalah metta karuna kepada para binatang. Mereka telah mengalami kesengsaraan yg luar biasa, mulai sejak dari lahir, dipelihara sampai gemuk, dan bila sudah saatnya tiba mereka akan disembelih, sampai akhirnya tiba di meja makan kita. Jadi sudut pandangnya adalah dari binatang yang bersangkutan, bukan dari sisi kita.

Sama seperti kita, para binatang itu pun mempunyai sebuah keinginan untuk hidup bahagia dan tidak menginginkan penderitaan walaupun itu kecil sekalipun. Kita memang tidak dapat menghidupkan kembali binatang yang telah dibantai, tetapi kita dapat merenungkan mengapa mereka dibantai. Kita juga dapat melakukan sesuatu untuk mencegah binatang-binatang lain yang masih hidup maupun yg akan dilahirkan untuk dibunuh dan dikonsumsi, di masa mendatang.

Menjadi vegetarian bukan berarti kita sama sekali tidak terlibat pembunuhan, tidak dapat disangkal, bahwa makan sayurpun, kita secara tidak langsung turut terlibat dalam pembunuhan hama, serangga dan sebagainya, namun bukan itu tujuan vegetarian, bukan untuk ‘menjadi suci' atau ' menjadi murni', atau tidak melakukan pembunuhan sama sekali. Bila kita tidak mampu menghilangkan sama sekali pembunuhan, ada baiknya kita berusaha membantu mengurangi terjadinya pembunuhan, dan salah satunya adalah mencoba untuk bervegetarian.

19
Buddhisme untuk Pemula / Mengapa Begini Mengapa Begitu
« on: 24 September 2008, 07:33:24 AM »
terinspirasi setelah membaca buku ini, saya berminat untuk mensharing artikel ini bagi para pemula yang belajar ttg Buddhisme.

Semoga Buddhadharma dapat berkembang ke seluruh penjuru dunia, khususnya di nusantara, dan semoga semua makhluk memperoleh manfaatnya.
 _/\_

Sumber : http://www.geocities.com/bbcid1/bukuiwonderwhy.htm


By : Zen

20
Tibetan / ORANG YANG BIJAKSANA
« on: 22 September 2008, 06:07:07 PM »
ORANG YANG BIJAKSANA

Roda doa, atau Roda Mani, adalah sebuah roda yang diisi dengan mantra-mantra dan sutra yang sangat banyak yang dibungkus searah jarum jam mengelilingi sebuah sumbu. Beberapa roda doa berukuran kecil seperti gangsingan. Beberapa lainnya berukuran sangat besar sehingga dapat memenuhi sebuah ruangan. Seseorang memutar roda doa ukuran besar ini dengan memegang gagangnya dan kemudian berjalan searah jarum jam mengelilingi roda tersebut. Jenis yang lainnya diletakkan pada air yang mengalir atau air terjun sehingga ia dapat memanen energi alami dan menyebarkan rahmat ke alam sekitarnya. Orang yang percaya memiliki keyakinan bahwa memutar roda doa ini atau mengibarkan bendera doa akan mengaktualisasikan doa-doa yang tertulis di dalamnya.

Propinsi Khan di Tibet mirip dengan daerah Barat Amerika yang liar. Orang-orang Kham adalah para penunggang kuda yang hebat, dan seperti halnya para penunggang kuda, mereka sangat mencintai kuda-kudanya. Hingga sekitar seabad yang lalu, Kham terdiri dari berlusin-lusin kerajaan yang lebih kecil, dimana setiap kerajaan tersebut memiliki angkatan perang sendiri, yang dibentuk melalui perekrutan wajib militer secara paksa.

Suatu ketika hidup seorang laki-laki tua jauh di sebelah timur Kham yang dikenal sebagai Pria Mani karena setiap hari, siang dan malam, dia selalu bisa ditemukan sedang memutar roda doa kecilnya dengan khusuk. Roda itu dipenuhi dengan mantra Kasih Sayang Yang Agung, Om Mani Padme Hung. Pria Mani itu hidup bersama anak lelakinya dan seekor kudanya yang bagus. Anak lelakinya adalah kebahagiaan dalam hidup pria tua itu; sedangkan kebanggaan dan kebahagiaan bagi anak lelaki tersebut adalah kudanya.

Istri pria tua itu, setelah melakukan kebajikan dan pengabdian yang panjang selama hidupnya, telah lama meninggal dan terlahir kembali di alam yang lebih beruntung. Sedangkan pria tua itu dan anaknya hidup sederhana, terbebas dari berbagai kebutuhan yang berlebihan, dan tinggal di salah satu rumah dari beberapa rumah batu yang kasar di tepi sungai di sebuah dataran yang luas.

Suatu hari kuda mereka menghilang. Tetangga-tetangga mereka ikut bersedih atas kehilangan satu-satunya harta milik pria tua yang berharga itu, tetapi pria tua yang selalu tenang itu tetap memutar roda doanya sambil terus menguncarkan mantra “Om Mani Padme Hung”, mantra nasional bangsa Tibet.

Kepada siapapun yang menyatakan duka-cita atas kehilangan kuda tersebut, ia hanya berkata, “Bersyukurlah untuk segala sesuatunya. Siapa yang bisa tahu apa yang baik dan apa yang buruk? Akan kita lihat ...”

Setelah beberapa hari, kuda yang hilang itu kembali, diikuti oleh sepasang kuda liar. Kuda-kuda liar ini kemudian dilatih oleh si pria tua dan anaknya. Para tetangga yang menyaksikan hal ini sangat bergembira dan mengucapkan selamat kepada pria tua itu. Pria tua itu hanya tersenyum dan berkata, “Saya berterima kasih ... Tapi siapa yang tahu? Kita akan lihat ...”.

Kemudian suatu hari, ketika mengendarai salah satu dari kuda liar itu, si anak lelaki jatuh dan kakinya mengalami patah tulang. Beberapa tetangganya membawa anak lelaki itu pulang ke rumahnya, mengutuk kuda yang liar itu, dan menyesali nasib si anak lelaki. Tetapi pria tua itu, duduk di sebelah ranjang anaknya, tetap memutar roda doanya terus menerus sambil dengan lembut membaca mantra Kasih Sayang Yang Agung dari Chenrenzig (Red: Avalokitesvara).

Ia tidak mengeluh maupun menjawab protes-protes tetangganya kepada nasib, tetapi hanya menganggukkan kepalanya dengan ramah, mengulangi apa yang pernah dikatakannya, “Sang Buddha adalah penuh kasih; saya bersyukur bahwa anak saya masih hidup. Kita akan lihat...”

Minggu berikutnya petugas-petugas militer muncul, mencari para wajib militer muda untuk dikirim ke garis depan pertempuran. Semua pria muda di daerah itu segera dibawa, kecuali anak lelaki pria tua itu yang sedang terbaring di ranjangnya. Kemudian para tetangganya mengucapkan selamat kepada pria tua itu untuk keberuntungannya yang sangat besar, dan menganggap semua itu adalah berkat karma baik yang dikumpulkan oleh si pria tua dengan selalu memutar roda doanya dan selalu terus menerus mengucapkan mantra dari sela-sela bibirnya yang keriput.

Si pria tua hanya tersenyum dan tidak berkata apapun. Suatu hari ketika anak lelaki dan ayahnya sedang melihat kuda-kuda mereka yang bagus merumput di padang, pria tua yang pendiam itu sekonyong-konyong menyanyi :

“Hidup terus berputar dan berputar,
naik dan turun laksana kincir air;
Hidup kita adalah laksana keranjang-keranjang kincir itu,
kosong dan berisi bergantian terus menerus.

Laksana tanah liat dari si pembuat tembikar,
keberadaan jasmani kita berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya:
Bentuk-bentuk itu hancur dan terbentuk lagi dan lagi,

Yang rendah menjadi tinggi, yang tinggi akan jatuh;
gelap akan berubah menjadi terang,
dan yang kaya akan kehilangan semuanya.

Jika kau, anakku, adalah anak yang luar biasa,
kelak kamu akan terlahir kembali ke dalam sebuah biara.
Tetapi jika kau sangat cemerlang, anakku,
Maka engkau akan menjadi pejabat yang mengurusi perselisihan orang lain.

Seekor kuda hanya akan menyebabkan kesulitan seharga seekor kuda.
Kekayaan adalah baik, Tetapi dengan cepat akan kehilangan kesenangannya,
dan dapat menjadi beban, sumber pertengkaran, pada akhirnya.

Tak seorang pun tahu karma apa yang sedang menunggu kita,
tetapi apa yang kita tabur sekarang akan matang
dalam kehidupan-kehidupan yang mendatang, itu adalah pasti.

Maka berbuatlah baik pada semuanya dan jangan terbias,
berdasarkan ilusi tentang ‘memperoleh’ dan ‘kehilangan’.
Janganlah punya harapan maupun ketakutan,
pengharapan maupun kecemasan;

Bersyukurlah untuk segala sesuatunya,
apapun jatah yang kamu punya.
Terimalah segala sesuatunya;
terimalah setiap orang; dan ikutilah
Hukum Sang Buddha yang tidak pernah salah.

Hiduplah sederhana dan gampang dirawat, tetaplah
secara alamiah hidup tenang dan dalam damai.
Kau dapat menembak anak panah ke langit jika kau suka, anakku,
tetapi anak-anak panah itu pada akhirnya pasti akan jatuh kembali ke tanah.”

Ketika pria itu bernyanyi, bendera-bendera doa beterbangan melayang menutup kepala pria tua itu, dan roda mani yang kuno tersebut, yang diisi dengan ratusan mantra tulisan tangan, tetap berputar. Dan kemudian di pria tua itu hening.

Sumber : The Mani Man, Das, Surya, 1992. The Snow Lion’s Turquoise Mane, Wisdom Tales from Tibet. Harper San Fransisco. New York.
Alih bahasa : Holiwati
Editor : Junarto M. Ifah

Dharma Manggala, Buletin Maya Indonesia.

21
Tibetan / PERSEMBAHAN TERBAIK DI TIBET
« on: 22 September 2008, 09:24:22 AM »
PERSEMBAHAN TERBAIK DI TIBET


Pada abad kesebelas masehi, di Tibet, hidup seorang bhikkhu bernama Ben. Dia dikenal sebagai seorang Geshe (gelar kesarjanaan– red) sekte Kadampa yang cerdas dan memiliki batin yang cerah. Dia juga terkenal karena latihan etikanya yang tanpa cacat dan sungguh-sungguh membaktikan dirinya dalam tekad suci Bodhisatva. Dia adalah praktisi Mahayana yang telah ‘cerah’.

Suatu kali Geshe Ben melakukan retret ( petapaan ) di gua gunung. Generasi yogi petapa telah melengkapi gua itu dengan pintu kayu keras, altar batu, dan sebuah perapian. Meski demikian, gua itu tetap mencerminkan sebuah gua sederhana yang jauh dari keramaian yang merupakan tempat terbaik dari para petapa melakukan meditasi.

Di akhir waktu pengasingannya yang lama, Geshe Ben menerima kabar bahwa para penyokongnya (donatur –red) akan berkunjung keesokan harinya dengan membawa kebutuhan hidup, persembahan, dan ingin menerima restunya. Sebagai persiapan untuk menerima tamu-tamunya, Geshe Ben membersihkan dan memoles segala sesuatu yang ada di dalam gua dan menyusun persembahan yang indah-indah di altar. Kemudian dia mundur dan memandang tempat tinggalnya dengan penuh kekaguman.

“Astaga!!” Ben tiba-tiba berteriak keras dan mengamati hasil pekerjaannya,
“Kekuatan jahat apa yang telah memasuki tempat perteduhan orang munafik ini?“
Spontan ia bergerak ke sebuah sudut ruangan yang gelap dan mengambil segenggam penuh debu dan kotoran, lantas melemparkannya ke atas altar yang tanpa noda itu.
“Biarkan mereka melihat petapa ini dan tempat tinggalnya sebagaimana adanya!“, katanya dengan riang. “Lebih baik tidak mempersembahkan apa-apa daripada mempersembahkan demi kebajikan yang palsu.”

Pada saat itu Geshe Ben telah menyadari bahwa persembahan yang diaturnya sedemikian indahnya di tempat petapaannya yang segar itu bukan untuk dipersembahkan kepada Guru Agung Buddha melainkan hanya untuk memuaskan keakuannya, dengan tujuan untuk mengesankan tamu-tamunya.

“Biarkan mereka datang berkunjung sekarang,“ pikirnya dengan puas. Setahun kemudian, ketika Padampa Sangyay, Buddha Tingri, datang dari India dan mendengarkan cerita itu, Beliau berkata, “Senggenggam kotoran itu merupakan persembahan terbaik yang pernah dibuat di Tibet. “

Sumber : Das, Surya, The Snow Lion’s Turquoise Mane—
Wisdom Tales From Tibet, Harper San Fransisco.
Dikutip dari Majalah Manggala Edisi Juli-Agustus 1998.

22
Buddhisme untuk Pemula / Belas Kasih Dan Pribadi
« on: 22 September 2008, 08:30:33 AM »
Belas Kasih Dan Pribadi
Oleh: Yang Mulia Dalai Lama


Tujuan Hidup

Pertanyaan yang sering timbul dalam diri kita saat kita memikirkannya secara sadar atau tidak, adalah: Apakah tujuan hidup itu? Saya telah lama memikirkan pertanyaan ini dan saya ingin menyumbangkan pemikiran saya dengan harapan, agar pemikiran ini dapat secara langsung memberi manfaat praktis kepada mereka yang membacanya.

Saya percaya, bahwa tujuan hidup itu adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Sejak lahir, setiap manusia menginginkan kebahagiaan, bukan penderitaan. Kondisi sosial, pendidikan, ataupun ideologi, tidak dapat mempengaruhi hal ini. Kita semua menginginkan kepuasan batin. Saya tidak tahu apakah alam semesta dengan galaksi-galaksi, bintang-bintang dan planet-planetnya yang tidak terhitung jumlahnya itu, mempunyai arti yang lebih dalam. Yang pasti adalah, bahwa semua manusia yang hidup di atas bumi ini, menghadapi persoalan dalam mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Sehubungan dengan ini, yang penting adalah menemukan kondisi-kondisi yang dapat menciptakan kebahagiaan yang sempurna.

23
Buddhisme untuk Pemula / Antara Kaya & Miskin
« on: 17 September 2008, 01:18:24 PM »
Antara Kaya & Miskin
Oleh Yang Luhur Samanera Dhirayatano

Empat makanan Keinginan manusia

Pattakamma Sutta, Samyutta Nikaya menyebutkan bahwa terdapat empat hal di dunia ini yang selalu diagung-agungkan, dicita-citakan dan selalu di harapkan oleh setiao orang, tetapi hal itu sangat sulit untuk di dapatkan. Empat hal tersebut adalah:
1. Harapan untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma.
2. Cita-cita untuk menjadi orang yang terpandang di dalam masyarakat.
3. Harapan agar mempunyai umur yang panjang dan selalu sehat.
4. Setelah meninggal bisa terlahir di alam-alam bahagia, yaitu terlahir di alam surga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataannya keempat tersebut memang selalu di harapkan oleh setiap orang. Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kekayaan memang tidak sulit, tetapi untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma merupakan hal yang tidak mudah. Demikian juga setelah mendapatkan kekayaan kita mempunyai harapan agar kita menjadi orang yang terpandang. Jika seseorang mengumpulkan kekayaan dengan jalan yang benar, maka dia akan dihormati oleh masyarakat, dan tentunya akan membawa efek kepada keluarga dan juga kepada gurunya. Perbuatan baik yang telah kita tanam menyebabkan seseorang mendapat kesehatan dan umur panjang, tetapi menurut agama Buddha tidak ada sesuatu yang terbentuk bersikap kekal.

Oleh karena itu, setelah mendapatkan hal-hal tersebut diatas, maka harapan terakhir adalah dapat terlahir kembali di alam-alam yang membahagiakan. Jadi disini sudah jelas bahwa Sang Buddha menasehatkan kepda kita bahwa kekayaan atau harta materi bukanlah satu-satunya jalan tujuan dalam hidup kita, dan dalam mengumpulkan materi seseorang diharapkan untuk memperhatikan norma-norma etika dan norma-norma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lalu bagaimanakah pandangan agama Buddha mengenai kekayaan ini ditinjau dari orangnya? Apakah syarat-syaratnya sehingga seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang kaya? Apakah ukurannya, definisi atau batasannya sehingga sseorang dapat mengatakan dirinya kaya atau justru merasa bahwa dirinya masih miskin? Pada bahasan-bahasan berikutnya akan diterangkan lebih lanjut tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.

24
Buddhisme untuk Pemula / Mengenal Bodhisattva Metteyya
« on: 15 September 2008, 08:47:55 AM »
Mengenal Bodhisattva Metteyya

Special Thanks buat Bhante Uttamo Thera yang telah memberikan masukan dan bantuan pengeditan

Sumber : http://www.geocities.com/bbcid1/bukumaitreya.htm

1.   Siapakah Buddha?

Buddha adalah seorang yang telah mencapai pencerahan sempurna dengan usahaNya sendiri, sempurna dalam pengetahuan dan tindakanNya, sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana), Pengenal segenap alam semesta, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar, dan Yang Patut Dimuliakan.

2.   Saya mendengar bahwa Buddha telah mati sehingga Beliau tidak bisa menolong kita. Apakah betul?

Untuk orang-orang yang sederhana, Sang Buddha tampaknya telah mati. Misalnya anda berpikir bahwa guru yang anda hormati telah mati, bukanlah keyakinan itu akan membuat anda mengandalkan diri sendiri untuk mengusahakan keselamatan? Inilah makna dari "kematian" Sang Buddha.

Tetapi sebenarnya Sang Buddha tidak pernah mati, ia memasuki Maha Pari-Nibbana yang mana secara harafiah dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak pernah mati. Bagi mereka yang sadar, Sang Buddha tidak pernah mati. Kebenaran tidak pernah dapat mati; kelahiran dan kematian tidak berkuasa atas kebenaran.

3.   Bagaimana seorang Buddha bisa menolong kita? 

Sang Buddha merupakan guru kita, Beliau menolong kita dengan menunjukkan jalan tetapi kita sendiri yang harus melaksanakannya. Tak seorangpun yang dapat menyelamatkan kita kecuali diri kita sendiri! Ini adalah pesan yang paling indah yang telah diberikan Sang Buddha kepada kita. Sang Buddha bersabda:

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan;
Oleh diri sendiri seseorang menjadi ternoda.
Hanya oleh diri sendiri kejahatan dihentikan;
Oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Kesucian atau ketidaksucian tergantung pada diri sendiri.
Tak seorangpun yang dapat menyucikan yang lain.

- Dhammapada 165

25
Kafe Jongkok / Musik dan Tipe Kepribadian Anda
« on: 10 September 2008, 09:54:53 PM »
Jumat, 5 September 2008 | 15:58 WIB

SELERA musik dan tipe kepribadian ternyata berkaitan sangat erat.  Berdasarkan suatu riset berskala dunia, musik favorit bisa jadi merupakan cermin kepribadian diri Anda.

Penelitian ilmiah tentang hubungan selera musik dengan kepribadian dilakukan Professor Adrian North dari Heriot-Watt University. Dengan melibatkan puluhan ribu orang di seluruh dunia,  ia mengklaim  risetnya sebagai penelitian terbesar untuk jenis riset serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.

Kepada BBC, Jumat (5/9),  North menggambarkan risetnya ini sebagai suatu hal yang mengejutkan dan signifikan.  "Kami selalu menduga adanya hubungan antara selera musik dan kepribadian. Ini adalah untuk pertamakalinya bahwa kami telah berhasil menelitinya dalam detil yang nyata. Belum pernah ada satu pun yang meneliti dengan skala seperti ini sebelumnya," tegasnya.

Hasil temuan paling menarik dari riset North adalah adanya kemiripan antara penggila musik klasik dan heavy metal.  "Salah satu yang paling mengejutkan adalah adanya kesamaan antara penggemar musik klasik dan heavy metal. Mereka sama-sama kreatif, tenang tetapi tidak outgoing," ungkapnya.

North juga menyatakan riset ini akan sangat berguna bagi kepentingan marketing. "Jika Anda memahami selera musik seseorang, maka Anda akan dapat mengatakan seperti pada pribadinya, siapa dan menjual apa," tambahnya.

Dalam risetnya, North meminta lebih dari 36.000 partisipan dari seluruh dunia untuk merata-ratakan 104 jenis musik. Mereka juga ditanya mengenai aspek kepribadian. Riset ini masih akan berlanjut dan Prof North, yang juga Dekan Fakultas Psikologi  Heriot-Watt University, berencana melibatkan partisipan untuk ikut ambil bagian mengisi kuisioner singkat secara online.

Musik dan Tipe Kepribadian Anda :

BLUES : Percaya diri tinggi , kreatif, outgoing, gentle dan tenang
JAZZ : Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing dan tenang
CLASSIC : Percaya diri tinggi, kreatif, introvert dan tenang
RAP : Percaya diri tinggi, outgoing
OPERA :    Percaya diri tinggi, kreatif, gentle
COUNTRY dan WESTERN : Pekerja keras, outgoing
REGGAE : Percaya diri tinggi, kreatif, bukan pekerja keras, outgoing,  gentle dan tenang
DANCE : Kreatif, outgoing, tidak gentle
INDIE :   Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerja keras, tidak gentle
BOLLYWOOD : Kreatif, outgoing
ROCK/HEAVY METAL : Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerjakeras, tidak outgoing, gentle, tenang
POP : Percaya diri tinggi, tidak kreatif, pekerja keras, outgoing, gentle, tidak tenang
SOUL : Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing, gentle, tenang

AC
Sumber : BBC
http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/05/1558234/musik.dan.tipe.kepribadian.anda

26
Kafe Jongkok / Wanita Lebih Tertarik Pria Mirip Ayahnya
« on: 10 September 2008, 09:48:37 PM »
Minggu, 7 September 2008 | 13:23 WIB

MENURUT suatu penelitian, wanita memiliki kecenderungan memilih suami atau pasangan hidup yang wajahnya mirip dengan sang ayah.  Kecenderungan ini tak hanya berlaku pada kaum Hawa. Para pria pun dapat memiliki kecenderungan memilih istri berwajah mirip ibunya.

Adalah para ilmuwan dari University of Pécs, Hongaria yang menyimpulkan adanya fenomena yang disebut sexual imprinting tersebut. Namun begitu, temuan yang dipublikasikan jurnal Proceedings B ini masih perlu diperkuat lagi dengan penelitian lanjutan.

Riset sebelumnya mengungkapkan bahwa wanita kerap menggunakan sosok ayah sebagai pola atau model dalam memilih pasangan, bahkan bila wanita ini anak adopsi. Fenomena ini menunjukkan bahwa imprinting dapat terjadi bukan hanya karena faktor gen.

Dugaan ini juga didukung  riset lain yang menunjukkan bahwa hubungan imprinting tidak terlihat pada wanita yang hubungannya buruk dengan ayah mereka.

Dipimpin Tamas Bereczkei, riset ini dilakukan dengan mengukur proporsi wajah dari 52 keluarga yang menjadi obyek penelitian. Peneliti menemukan kaitan yang erat antara calon suami dengan mertua laki-laki, terutama pada proporsi wajah di daerah pusat yakni hidung dan mata. Para wanita juga menunjukkan kemiripan dengan mertua wanita terutama pada bagian bawah wajah yakni bentuk dagu dan bibir.

"Hasil penelitian kami memberi dukungan terhadap hipotesa sexual imprinting yang menegaskan bahwa anak akan membuat pola mental dari orang tua lawan jenisnya dan mencari pasangan yang memiliki kemiripan dengan skema persepsi mereka," tandas Bereczkei.

Sumber : http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/07/13231840/wanita.lebih.tertarik.pria.mirip.ayahnya

27
Tibetan / PERMULAAN SINGKAT TENTANG SEJARAH BUDDHISME TIBETAN
« on: 10 September 2008, 08:27:12 PM »
PERMULAAN SINGKAT TENTANG SEJARAH BUDDHISME TIBETAN
Oleh: Losang Nyima S. Wijaya

Berdasarkan tradisi yang diceritakan turun temurun, dikatakan bahwa Tibet adalah tempat kediaman Avalokiteshvara, Bodhisattva welas asih, dan orang-orang Tibet adalah keturunan dari Beliau. Mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari hubungan antara seekor kera (ape), yang merupakan emanasi dari Avalokiteshvara, dan raksasa pemakan manusia (ogress), yang merupakan emanasi dari Arya Tara. Keturunan mereka melahirkan orang-orang Tibet di daerah Lembah Yarlung. Pada mulanya, bangsa Tibet tidak mempunyai seorang pemimpin pun hingga sekitar tahun 127 sebelum masehi. Menurut legenda, seorang Raja India bernama Rupati kabur melintasi pegunungan Himalaya setelah kekalahannya dalam perang Mahabharata dan tiba di Lembah Yarlung. Ia kemudian dinobatkan sebagai raja oleh dua belas pendeta Bon (agama asli dari Bangsa Tibet), yang meyakini bahwa ia turun dari surga. Para pendeta ini memberinya nama Nyatri Tsenpo. Sejak saat itu, orang-orang Tibet mulai membentuk sebuah peradaban yang nyata namun sederhana, didasarkan pada gagasan adanya hubungan saling ketergantungan antara manusia dan alam. Dalam periode sebelum masuknya Buddhisme ke Tibet, agama dan kebudayaan asli mereka adalah Bon. Sebagian dari ajaran Bon ini, walaupun telah berubah secara radikal melalui kontak mereka dengan Buddhisme, masih dilestarikan di antara para komunitas orang-orang Tibet di pengasingan.

28
Mahayana / SEBUAH PUJIAN ATAS DUA BELAS AKTIVITAS TELADAN DARI SANG BUDDHA
« on: 10 September 2008, 08:22:46 PM »
SEBUAH PUJIAN ATAS DUA BELAS AKTIVITAS TELADAN DARI SANG BUDDHA

Hormat kepada-Mu, Raja Sakya,
yang memiliki tubuh yang bercahaya
Seperti gunung emas, yang mana,
melalui welas asih dan daya upaya yang mahir,
lahir di dalam suku Sakya
dan menghancurkan pasukan Mara
yang tidak dapat ditaklukkan makhluk lain

Hormat kepada-Mu yang pertama-tama membangkitkan
suatu tekad untuk mencapai pencerahan,
Dan kemudian menyempurnakan penghimpunan kebajikan dan
Kebijaksanaan transedental untuk menjadi pelindung
Bagi para makhluk melalui ajaran-Mu yang begitu luas dalam masa ini

Hormat kepada-Mu, yang sebagai pemimpin para dewa,
mengetahui bahwa saatnya
Telah tiba untuk membawa Dharma
kepada para makhluk, turun
Dari Surga Tu-shi-ta, Engkau telah melihat
sebuah suku yang mana kelak
Engkau akan dilahirkan, seperti seekor Gajah Agung,
yang memasuki rahim Ratu Mahamaya

Hormat kepada-Mu, keturunan dari suku Sakya,
Yang terlahir di Taman Lumbini sepuluh bulan penuh
kemudian Brahma dan Sakra datang memberi hormat dan
Para makhluk agung memproklamirkan dengan pasti bahwa
Engkau adalah ras dari Makhluk Agung

Hormat kepada-Mu,
Yang Tak Dapat Dibandingkan, yang mana,
Seperti seekor singa muda yang perkasa di antara para pemuda,
Menunjukkan keajaiban Anga-maga-dhara dan
Menghancurkan keangkuhan orang-orang yang sombong.

Hormat kepada-Mu, yang melalui berbagai upaya yang mahir,
Menopang sebuah kerajaan dan memiliki pasukan dan
Ratu sesuai dengan adat istiadat duniawi dan
Menolong mereka untuk terbebas dari segala kesalahan

Hormat kepada-Mu, yang memahami bahwa
masalah duniawi adalah tidak bermakna,
Melepaskan kehidupan sebagai perumah-tangga dan
Pergi untuk menempuh tahapan renunsiasi
Di setiap Stupa yang tak ternoda

Hormat kepada-Mu yang menjalani pertapaan
Selama enam tahun di sisi sungai Nairanjana,
Dengan giat bercita-cita untuk mencapai pencerahan dan
Sempurna dalam usaha, mencapai tahapan tertinggi dalam meditasi

Hormat kepada-Mu, yang mana, untuk menunjukkan
keberhasilan usaha-Mu yang telah dilakukan
sejak waktu yang tak bermula,
Duduk di bawah Pohon Bodhi di Magadha, dan
Merealisasikan Pencerahan Sempurna

Hormat kepada-Mu yang dengan cepat
memandang ke para makhluk
Dengan welas asih dan, di Varanasi,
dan tempat-tempat suci lainnya
Memutar Roda Dharma untuk menolong mereka juga
(menuju pembebasan dengan bertumpu pada) Tiga Kendaraan

Hormat kepada-Mu, Sang Bijaksana pemenang dalam pertempuran spiritual,
Yang menghancurkan setan-setan di daratan Khormo Jik dan
Mengakhiri pertengkaran yang keliru dengan
Devadatta, Keenam petapa heretical dan lainnya

Hormat kepada-Mu, yang kebajikannya
tak tertandingi di ketiga dunia,
Memanifestasikan Keajaiban Agung di Shravasti dan
Menyebabkan Sang Doktrin menjadi jauh lebih
dihormati oleh para Dewa,
Manusia dan para makhluk lainnya

Hormat kepada-Mu, yang mana untuk menggerakkan
para siswa-Mu yang malas untuk
memperkuat usaha mereka,
Memanifestasikan hancurnya tubuh Vajra-Mu
[yang sebenarnya] tidak akan pernah mati
Di Kushinagara yang murni
Dan memasuki Nibbana

Hormat kepada-Mu yang meninggalkan delapan
aspek dari Tubuh-Mu dan
Banyak reliks untuk menunjukkan bahwa,
pada hakekatnya, Engkau
Tidaklah lenyap begitu saja dan untuk
menolong agar para makhluk di masa mendatang
Mendapatkan nilai kebajikan melalui
penghormatan [yang] mereka lakukan.

Melalui kebajikan dari eulogi singkat
Yang berisi pujian terhadap
perbuatan-perbuatan dari Yang Terberkahi
Guru kita dalam Ajaran yang Suci, semoga semua makhluk
Juga menjadi sama seperti Buddha dengan usaha mereka sendiri
Semoga aku dan semua makhluk menjadi persis seperti Engkau

Oh Raja Sakya, [semoga kami] dihiasi dengan rupa seperti diri-Mu
Rentang hidup seperti yang engkau alami,
rombongan yang seperti engkau miliki,
sebuah Tanah Murni seperti milikmu,
Dan tanda-tanda kesempurnaan seperti milik-Mu

Sumber:
http://www.geocities.com/Athens/Ithaca/4886/12acts.htm
Oleh : Acharya Nagarjuna
Alih Bahasa : Losang Nyima

29
Chan atau Zen / Seluruh Tubuh Adalah Mata
« on: 10 September 2008, 08:19:19 PM »
Seluruh Tubuh Adalah Mata

Master Zen, Tao-wu, bertanya kepada Yun-yen, “Bodhisattva Avalokitesvara (Kuan-yin) memiliki seribu tangan dan seribu mata. Mohon beritahu aku, manakah mata yang sebenarnya?"
Yun-yen kemudian bertanya, “Malam ketika anda sedang tidur dan guling anda jatuh ke lantai, kamu mengambilnya tanpa membuka matamu dan kembali tertidur. Katakan padaku, mata mana yang kamu gunakan untuk mengambil guling itu?"
Setelah mendengar ini, Tao-wu mengatakan “Dharma Bang, saya mengerti sekarang!”
“Kamu mengerti apa?”
“Mata adalah seluruh badan”

Yun-yen tersenyum dan berkata, “Kamu hanya mengetahui delapan puluh persen darinya.”
Tao-wu bertanya dengan, ”Jadi apa yang harus saya katakan?”
“Seluruh badan adalah mata!”

Perkataan “mata adalah seluruh bagian tubuh” adalah untuk mengerti melalui perbedaan.
Perkataan “Seluruh tubuh adalah mata”.
Pikiran kita yang sebenarnya adalah mata kita yang terbagus;
mengapa pula kita tidak menggunakannya untuk melihat.

Sumber Asli: Universal Gate #192, September 1995. Halaman 189.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Bodhi Buddhist Centre Indonesia.
http://www.geocities.com/bbcid1/mahayana3.htm

30
Buddhisme untuk Pemula / Tujuan Hidup Yang Ideal
« on: 10 September 2008, 08:57:34 AM »
Tujuan Hidup Yang Ideal
Oleh Yang Mulia Bhikkhu Saddhaviro

Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktekkannya.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara sedhamma yang berbahagia pada kesempatan yang sangat baik ini kita akan membicarakan mengenai tujuan hidup yang ideal. Saya akan mulai dengan cerita-cerita yang ada hubungannya dengan tujuan hidup.

Contoh orang pertama:
Ada seorang manusia yang mengalami kesulitan di dalam hidupnya, baik persoalan keluarga maupun persoalan pribadi lainnya. Dia merasakan hidup ini sungguh sulit, sampai-sampai hampir mau mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, karena merasa tidak kuat menanggung beban hidup ini. Akhirnya dia coba-coba datang ke vihara dan berkonsultasi dengan saya. Setelah dia menceritakan semua unek-uneknya, akhirnya dia bertanya, apa sih yang sebenarnya tujuan hidup ini, Bhante? Dalam hati saya mengatakan, andai kesulitan-kesulitan hidup yang diderita orang itu hilang, pasti dia tidak akan bertanya tentang apa sih tujuan hidup itu. Karena kesulitan yang melilit pada dirinya itu, membuat dia bingung hingga tidak tahu apa tujuan hidupnya ini.

Contoh orang kedua:
Orang yang kedua ini tidak seperti orang yang pertama. Dia tidak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Secara materi dia mampu, apa yang diinginkan bisa terkabul. Namun setelah menikmati keberhasilannya, setelah menuruti keinginannya, sesekali di malam sepi dia merenung, Oh hidup ini kok begini, hidup seolah-olah hanya monoton, pagi bangun, setelah bangun bekerja ke kantor, setelah mengerjakan perkerjaan dikantor, sore pulang menemui keluarga, dan malam hari tidur; pagi bangun lagi, bekerja lagi, dan seterusnya. Rutinitas kehidupan ini membuat ia bertanya kepada dirinya apa sih tujuan hidup ini. Pertanyaan yang sama dengan orang pertama tadi, walaupun dalam kondisi yang berbeda. Dalam hati, saya berkata, Oh orang ini bergelimangan dengan kekayaan duniawi, tetapi kekayaan batin atau kebutuhan rohaninya tidak terpenuhi, sehingga dia tidak tahu arah atau tujuan hidup ini.

Contoh orang ketiga:
Orang ini mempunyai pertanyaan yang sama, walaupun latar belakangnya berbeda dengan orang yang pertama dan kedua. Setelah dengan tekun dan serius ia berlatih Vipassana selama 10 hari penuh, dimana gurunya selalu menyuruh dia mengamati tentang anicca - tentang muncul, bertahan, lenyap -, begitu terus-menerus ia mengamati hal-hal yang berkaitan dengan jasmani dan batin itu, lalu ia merasa cocok dengan latihan itu.. Tetapi akhirnya ia juga bertanya, apa sih tujuan hidup ini?

Pages: 1 [2] 3 4 5
anything