AIR MATA SANG BUDDHA
(PERCAKAPAN ANTARA BUDDHA DAN MARA)
Guru Agung Sakyamuni Buddha selama masih berada di dunia ini telah membabarkan DharmaNya selama 49 tahun. Begitu banyak makhluk-makhluk yang berjodoh dan berkondisi sudah masak telah diajarkan berbagai Dharma luhur untuk membebaskan diri dari siklus tumimbal lahir.
Sang Mara melihat Sakyamuni Buddha sudah menolong begitu banyak makhluk, hatinya tidak tenang, ia mendatangi untuk melihat Buddha, memohon Buddha segera memasuki Nirvana. “Kamu sudah menolong banyak orang, sudah saatnya memasuki Nirvana.”
Sang Buddha memeriksa diriNya dan hubunganNya dengan semua makhluk, memang jodohNya sudah berakhir, sehingga merespon positif permohonan Mara.
Sang Mara kemudian berkata, “Setelah kamu memasuki Nirvana, saya akan MERUSAK ajaranMu, yaitu: Buddhadharma.”
Buddha bersabda: “Buddhadharma adalah kebenaran Dharma, tidak ada kekuatan apapun yang dapat merusaknya.”
Mara berkata, “Ha..ha..ha..Walaupun kebenaran selamanya kekal, tetapi kesesatan dan kejahatan pun tak bisa lenyap. Saat kamu berada di dunia, tidak semua orang percaya kepada kamu. Bukankah saya punya KETURUNAN, anak dan cucu, yang juga banyak? Karakter orang pada dasarnya jahat, belajar menjadi jahat adalah mudah, tapi belajar menjadi baik adalah sulit. Setelah kamu memasuki parinirvana, orang yang percaya kamu makin lama makin sedikit, sebaliknya orang percaya pada saya (Mara) makin lama makin banyak.”
Buddha bersabda: “Kamu merusak ajaran Buddha tidak ada manfaatnya. Sinar Buddha adalah sinar yang memancar ke segala arah, sinar yang akan menerangi semua orang pelaku kebajikan, juga menerangi pelaku kesesatan dan kejahatan seperti kamu ini. Bilamana masa kesejatian Dharma (Zheng Fa 正法) sudah berakhir, keberuntungan kamu juga lenyap, selanjutnya penunggu kamu adalah neraka avici. Kamu terjatuh di neraka tersebut dan akan mengalami berbagai macam penderitaan yang tak terbatas.”
Mara berkata, “Saya mengetahui bahwa Buddha tidak pernah berdusta, tetapi Buddha, kamu harus mengetahui bahwa nasib dibentuk oleh aktivitas hati, saya dapat menghindar dari penderitaan neraka.”
Buddha bersabda, “Pelaku banyak kejahatan pasti tertangkap, bagaimana bisa menghindar?”
Mara berkata, “Orang suci hatinya tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Mara hatinya juga tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Saat kamu menuruti kata hati semua makhluk maka kamu (Buddha) tidak bisa menandingi saya (Mara). Kamu punya sila dan vinaya yang begitu ketat, yang dengan sekuat tenaga mengendalikan keserakahan dan hawa nafsu yang dapat mencelakakan. Mengajarkan orang untuk meninggalkan keserakahan (lobha) dan nafsu (tanha). Sedangkan saya sebaliknya memuaskan semua hati dan harapan semua makhluk, memenuhi keinginan dan nafsu mereka. Bilamana semua makhluk tidak memiliki keserakahan dan nafsu, bagaimana mungkin ada saya (Mara)?”
Buddha berkata, “Saya memiliki Buddha Sutra yang telah diwariskan dan dilestarikan.”
Mara berkata, “Kitab suci adalah kata-kata mati, mau mengajarkan kepada makhluk, harus menggunakan orang untuk menjelaskan.”
Buddha berkata, “Saya memiliki Sangha yang masih tinggal di dunia.”
Mara berkata, “Kamu berkehendak mengajarkan semua makhluk agar bisa menuntun dan mengajak orang baru. Kamu sebagai orangtua tentu tidak bisa menolak murid-murid saya menerima ajaranMu, bukan?”
Buddha berkata, “Saya tidak bisa menolak.”
Mara berkata, “Saat masa kemunduran Dharma (Mo Fa 末法) tiba, saya akan perintahkan anak dan keturunan saya untuk menyusup memasuki Sangha, memakai jubah bhiksu, untuk merusak ajaran Buddhadharma. Mereka akan menyalah-tafsirkan kitab suci (sutra), melanggar sila dan vinaya, walau sekarang saya tak dapat mencapai tujuan tersebut.”
Buddha setelah mendengar ucapan Raja Mara tersebut, lama sekali tidak bersuara, dua tetes air mata hangat pelan-pelan mengalir dan turun. Raja Mara melihat kejadian ini, memobilisasi orang tertawa dan kemudian pergi.
-------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari: Majalah Harmoni Edisi 18 (3 November 2010)
-------------------------------------------------------------------------
Numpang nanya
Ada yang tahu nama SANSEKERTA/SANSKRIT sutra ini?
Atau ini bukan SUTRA tapi hanya semacam SASTRA?
Kira-kira sutra/sastra ini punya Mahayana aliran apa ya? Zen? Tantrayana? Sukhavati?
(Theravada kayaknya gak mungkin karena ada bahas mengenai Zheng Fa dan Mo Fa)
Metta