Sharing dr sahabat dan guru saya yang mempunyai idhi, beliau bilang binatang2 yang dibunuh, meskipun sudah mati tetapi masih merasakan sakit bahkan sampai saat kita mengunyahnya. mengapa? karena masih melekat akan badan jasmaninya.
Bagi yang sudah melepaskan duniawi jenis makanan sudah tidak relevan, seperti Buddha dan para bhikku yang harus melakukan pindapatta untuk mengumpulkan makanan dan mereka tidak boleh memilih makanan yang diberikan, selama tidak mencurigai bahwa daging yang dipersembahkan sengaja disembelih untuk mereka....
Betul bro William,:), tetapi alangkah baiknya bila kt sudah tau byk kebajikan yg dapat kita lakukan apabila kita bervegetarian. 1. mengurangi pembunuhan makhluk hidup, 2. menjaga kelestarian alam. bila alam tdk selaras tentu akan banyak bencana yg muncul. apabila kita merawat alam bahkan dalam hal terkecil ( membuang sampah pada tempatnya), berkahny sungguh besar. Kita perlu menanam akar kebajikan mendalam agar di tiap kehidupan dapat semakin berkembang & akhirnya mencapai KeBudha-an.
bro nayrexus..
jika anda membaca postingan2 lama di forum dc ini, sudah banyak dibahas manfaat vegetarian beserta pro dan kontra nya..
saya bahas dari sisi kesehatan saja. Tidak ada korelasi bahwa vegetarian pasti menyehatkan. Itu pandangan yang jelas keliru. Saya ambil contoh. Makanlah nasi porsi besar. Nasi berasal dari beras, dan katakanlah tidak ada pembunuhan di sana. Namun konsumsi nasi yang berlebihan bisa menyebabkan diabetes, dan diabetes bisa menyebabkan penyakit yang lain juga..
Dan tidak ada jaminan bahwa dengan bervegetarian pasti bebas tumor, cancer, segala macam. Sekali lagi pandangan itu jelas keliru. Dunia kedokteran saat ini saja belum bisa menemukan mengapa seseorang bisa menderita kanker secara tiba2.
Intinya apa, yang perlu disadari bukanlah vegetariannya, namun adalah menjaga pola hidup sehat. Dan menjaga pola hidup sehat sama sekali tidak ada hubungan dengan vegetarian. Kaum non vegetarian bisa hidup sehat juga walau konsumsi daging.
Di sisi lain, vegetarian yang menggunakan daging palsu justru tidak menyehatkan, karena sudah berupa hasil olahan. Saat ini terus terang saya juga sedang mencoba membatasi asupan kalori, dan saya mencoba vegetarian walau tidak full selama 1 bulan. Namun saya membatasi diri hanya mengkonsumsi sayuran, dan tidak daging2 palsu karena kaya akan gluten.
Mengenai gluten, silakan browsing apa efek nya dll, tidak akan saya bahas di sini..
Saya sengaja posting ini bukan untuk memojokkan anda, namun sudah terlalu banyak yang mengagung2kan vegetarian di forum ini dan endingnya berakhir dengan debat kusir..
Saran saya : jika anda rasa vegetarian memang bermanfaat, lakukanlah dengan bijak tanpa harus terlalu membandingkannya dengan non vegetarian :)
kalo menurut saya dalam mencapai pencerahan bukan dengan cara bervegetarian, tetapi melaksanakan latihan SIla, sammadhi, dan panna secara bertahap....
Kalo yang anda maksud adalah sebagai seorang Bodhisatta mgkn lain cerita,,,,tetapi kalo dari rujukan untuk berikrar menjadi seorang Bodhisatta harus didepan seorang sammasambuddha, dan saat ini sammasambuddha sudah parinibbana....
[at] nayrexus
Saya juga seorang vegetarian tapi saya sarankan anda jangan kait2kan vegetarian dengan buddhism di forum ini, anda capek sendiri nanti :)
Saya dulu seorang pemakan daging, ketika saya dioperasi saat smp saya diberikan daging, sup burung, ikan dll. Ketika rasa sakit itu datang karena habis dioperasi saya merenung betapa sakit-nya hewan2 yang dipotong itu, tapi saya tidak lantas bervegetarian.
Kemudian suatu hari setahun kemudian, mama saya pernah membeli seekor ayam dan dipelihara beberapa hari. Saya sore2 memberinya makan, suatu hari pulang sekolah saya mendapati ayam itu sudah hilang dan di meja makan diberi makan daging semur ayam. Saya waktu itu sangat tidak selera memakan-nya, ketika menggigit daging-nya saya merasa sedih. Namun saya juga belum bervegetarian. Namun saya semakin merenung kenapa saya harus makan daging.
Kemudian beberapa tahun semasa saya kuliah saya ikutin kegiatan agama Buddha (Keluarga Mahasiswa Buddhist) di kampus. Kemudian di kampus saya sering ikuti ceramah dari bhante2 yang didatangkan salah satu aliran. Ketika bhikku ditanya soal daging jawabannya tidak memuaskan saya, karena pengalaman masa lalu saya melalui perenungan.
Seiring bertambahnya kesadaran saya sering merenung ketika makan daging, bagaimana jika saya yang lahir menjadi hewan dan dipotong untuk diambil daging-nya?
Kemudian secara spiritual saya mulai memutuskan belajar bervegetarian semasa kuliah. Ketika saya melihat bagaimana hewan disembelih untuk diambil dagingnya, saya memutuskan bervegetarian secara total. (Bukan karena kesucian).
Dalam MN 12, Mahāsīhanādasutta, Buddha Gotama menjelaskan tentang praktik pertapaan kerasnya dulu sewaktu masih menjadi Bodhisatta yang mencari pencerahan, yang mengikuti pandangan beberapa petapa & brahmana "āhārena suddhī" (pemurnian melalui makanan), yang membawanya hanya makan dari jenis makanan tertentu (wijen, kacang, nasi) dalam jumlah sangat sedikit (1 butir per hari), namun ternyata pandangan itu tidak membawanya pada pencerahan. Pantang makanan = kebijaksanaan, entah pandangan dari mana ini.
Buddha mengajarkan jangan melekat pada kenikmatan indriah (lidah), terlepas apapun
objeknya (daging, vege, atau apapun).
-----
Penggusuran hutan untuk membuka ladang dan sawah ataupun perkebunan juga sama sekali tidak kalah. Hanya menyoroti pembukaan lahan untuk peternakan adalah informasi tidak seimbang. Kok tidak bahas real-estate atau pembangunan jalan? Juga, bagaimana air menggenangi tanah menjadi lahan penimbunan metan di dalam tanah tidak pernah dibahas oleh para vegextremist.
Ini salah satu contoh makanan tidak membuat orang bijaksana. Pantang makanan tertentu tidak menyebabkan sikap penipu seseorang memudar. Dari nafsu pada daging beralih pada nafsu pada pandangan vegetarianisme, seperti lepas dari penjara satu, masuk ke penjara lainnya.
Jangan lupa lahan pertanian dibuka juga untuk menghasilkan pakan ternak.
Ada fakta yang mengatakan bahwa gurun pasir tercipta karena dulunya tempat itu telah digunakan untuk memelihara ternak; karena di mana pun sapi dipelihara, tanahnya sering kali tidak dapat dipakai untuk bercocok tanam lagi. Konsumsi rumput yang berlebihan oleh lembu, domba, kambing, dan ternak lainnya telah mengubah hutan menjadi padang rumput atau lahan pertanian, lalu lahan tersebut pada akhirnya berubah menjadi gurun, atau tanah yang gersang dan semi gersang dapat berubah menjadi gurun.
Lapisan vegetasi alami tanah akan hilang dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh angin dan hujan. Sebagai akibatnya, air membawa lapisan atas tanah yang banyak mengandung unsur hara sehingga membuat lahan menjadi tidak subur dan tidak bisa ditanami lagi.
Dengan berjalannya waktu, hewan-hewan ini secara kolektif menghancurkan lapisan pelindung vegetasi alami tanah dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh air hujan. Angin kencang juga ikut membawa tanah yang telah terekspos ini menjadi daerah gurun. Dengan kondisi ini, jutaan ton lapisan atas tanah mungkin terkikis dalam sehari. Hal inilah yang membuat penduduk di daerah sekitar tanah itu terkena badai debu dan wilayah itu lambat laun berubah menjadi gurun.
Faktanya :
1. Inggris mengimpor gandum yang setara dengan £46.000.000 dari negara-negara dunia ketiga sebagai pakan untuk ternak
2. 80% tanah yang ditanami di Inggris dipakai untuk menanam makanan ternak ( 14.732.000 ha )
3. Dibutuhkan 8 kg protein kedelai untuk menghasilkan 0,5 kg daging
4. Sesuai dengan Laporan PBB, 33% dari daerah subur yang bisa ditanami di Bumi kita ini digunakan untuk memproduksi pakan hewan. Peternakan mengambil alih 70% dari ladang pertanian dan itu merupakan 30% dari total permukaan darat planet ini.
5. Tanah seluas 4000 m2 hanya dapat menghasilkan 75 kg daging sapi, tetapi sebaliknya jika ditanam kentang maka dapat menghasilkan 9080 kg kentang. 1 kg daging yang dihasilkan dengan mengorbankan hasil panen, telah mengakibatkan 17 kg humus terkikis. 20 orang yang bervegetarian dapat hidup dari hasil lahan yang setara dengan lahan yang digunakan 1 orang pemakan daging saja.
Ikut menambahkan.
-----
Penggusuran hutan untuk membuka ladang dan sawah ataupun perkebunan juga sama sekali tidak kalah. Hanya menyoroti pembukaan lahan untuk peternakan adalah informasi tidak seimbang. Kok tidak bahas real-estate atau pembangunan jalan? Juga, bagaimana air menggenangi tanah menjadi lahan penimbunan metan di dalam tanah tidak pernah dibahas oleh para vegextremist.
Ini salah satu contoh makanan tidak membuat orang bijaksana. Pantang makanan tertentu tidak menyebabkan sikap penipu seseorang memudar. Dari nafsu pada daging beralih pada nafsu pada pandangan vegetarianisme, seperti lepas dari penjara satu, masuk ke penjara lainnya.
5. Tanah seluas 4000 m2 hanya dapat menghasilkan 75 kg daging sapi, tetapi sebaliknya jika ditanam kentang maka dapat menghasilkan 9080 kg kentang. 1 kg daging yang dihasilkan dengan mengorbankan hasil panen, telah mengakibatkan 17 kg humus terkikis. 20 orang yang bervegetarian dapat hidup dari hasil lahan yang setara dengan lahan yang digunakan 1 orang pemakan daging saja.
Beliau memberi contoh : Keturunan Galia (Jerman selatan) yang tahun 1000 Masehi masih tinggal digua dan hidup dari berburu hewan, kalau sekarang mereka menjadi vegetarian, mereka cenderung menjadi tidak sehat. Orang Mongol yang makanan utamanya adalah daging, kalau menjadi vegetarian, akan menimbulkan berbagai penyakit seperti Diabetes.
orang galia makanan pokoknya celeng guling, dan mereka juga kuat2 perkasa terutama kalo berhadapan sama prajurit Romawi dan bajak laut
Udah lama gw ga baca Asterix, jadi pengen........
................. makan babi guling. ;D
Tolong undang kaucu kalau sudah pasti kapan pesta babi guling nya. ;D
Betul bro William,:), tetapi alangkah baiknya bila kt sudah tau byk kebajikan yg dapat kita lakukan apabila kita bervegetarian. 1. mengurangi pembunuhan makhluk hidup, 2. menjaga kelestarian alam. bila alam tdk selaras tentu akan banyak bencana yg muncul. apabila kita merawat alam bahkan dalam hal terkecil ( membuang sampah pada tempatnya), berkahny sungguh besar. Kita perlu menanam akar kebajikan mendalam agar di tiap kehidupan dapat semakin berkembang & akhirnya mencapai KeBudha-an.
Kalau begitu, piara babi saja, dalam satu kandang seluas 100 meter persegi, 1 pejantan dan 8 induk, bisa menghasilkan 60 sampai 100 ekor babi kecil, dan dalam 18 bulan dapat menghasilkan daging 6000 kg.
Kira kira ladang atau sawah seluas 100 meter persegi bisa menghasilkan berapa ton biji bijian?
Pakan yang diberikan dua kali sehari pagi dan sore hari yaitu konsentrat 1/3 dedak padi dan 2/3 ampas tahu untuk babi dewasa 40 kg sebanyak 3 kg/ekor dan anak 1,5 kg/ekor, dengan tambahan limbah pertanian seperti daun kubis, ubi jalar, singkong dan rumput-rumputan. Pemberian minum relatif tidak diberikan karena konsentrat tersebut diberikan dengan cara basah.
100 x 1.5kg x 2 x 18 bulan = pakan ternak sebesar = 54000 kg (babi kecil)
atau
100 x 3kg x 2 x 18 bulan = pakan ternak sebesar = 108000 kg (babi dewasa)
Thanks tuk sharing & nasihatny.^^
Sy jg berpikir seperti itu.. kehidupan sbg manusia sangat sulit didapat, kita ud berputar2 di 31 alam dari waktu tak berawal. Sebagian besar kt habiskan di alam2 apaya seperti neraka, binatang, setan (kelaparan), asura. sedangkan di alam manusia , dewa, brahma sangat jarang sekali.
jadi kehidupan kt sekarang sangat sangat sangat sangat beruntung krn terlahir jd manusia, berkecukupan, mengenal Dhamma. Kt harus manfaatkan sebaik2nya kesempatan ini untuk berjuang. klo umat awam sperti kita bisa mencoba lakukan segala upaya untuk membahagiakan sesama (cinta kasih dan welas asih), klo tdk bisa cukup jangan menyusahkan orang lain..^^
Kok Anda bisa tau sebagian besar berada dialam2 apaya?
cerita masa lalu, Bhikkhu devadatta juga vegetarian kok, tapi masuk neraka Avici ???
orang tidak menanam padi untuk diambil dedaknya, dan juga tidak bikin tahu untuk dijadikan ampas, dedak padi dan ampas tahu itu memang sudah ada, yg merupakan limbah dari makanan yg dikonsumsi oleh kaum vegetarian,
Namo Budhaya,
Sang Budha & para Bodhisatva pun Vegetarian.
Bhiku Devadata masuk neraka avici krn mlakukan slh 1 garuka kamma: melukai SammaSambudha.
tp suatu saat Bhikku Devadatta pun akan terlahir sbg seorang Sammasambudha.
Itu dari buku yg saya baca y.hehe
Kita pun bisa.. Harus yakin.
Setelah sepanjang hidupnya memakan ampas dan limbah, akhir hidupnya seperti ini :
(http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/c0.0.403.403/p403x403/310001_517662101611597_1608633774_n.jpg)
Namo Budhaya.
Sy tdk bisa membuktikan, hanya bisa disadari.
Sang Budha bersabda bahwa manusia yg brgerak naik k alam lbh tinggi stlh khidupanny bagai segengam pasir yg Beliau pegang dan manusia2 yg brgerak turun bykny bagai pasir d sungai gangga.(tdk trhinga)
http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_(Dhammika)#Vegetarianisme (http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_(Dhammika)#Vegetarianisme)
menurut anda, banyak hutan di sumatera dan kalimantan yg dibakar untuk pembukaan lahan yg dijadikan perkebunan kelapa sawit, itu untuk apakah?Biar saya tebak: untuk makan ternak?
Biar saya tebak: untuk makan ternak?
Banyak sekali latar belakang orang membuka lahan dengan menggusur hutan, tapi ujung-ujungnya pasti untuk ternak. Misalnya perkebunan sawit yang sangat merusak lingkungan namun menguntungkan itu, minyak sawitnya nanti dibuat sabun untuk mandiin ternak; pemotongan kayu oleh pekerja meubel juga tujuannya untuk membuat kandang ternak; pembukaan lahan untuk tambang logam, adalah untuk bikin pagar peternakan; pemotongan kayu untuk kertas juga adalah untuk catat jadwal makan ternak, perkebunan karet juga nanti karetnya untuk bikin atap kandang ternak, dll.
Lihat bagaimana bahayanya tidak vegetarian?
Biar saya tebak: untuk makan ternak?
Banyak sekali latar belakang orang membuka lahan dengan menggusur hutan, tapi ujung-ujungnya pasti untuk ternak. Misalnya perkebunan sawit yang sangat merusak lingkungan namun menguntungkan itu, minyak sawitnya nanti dibuat sabun untuk mandiin ternak; pemotongan kayu oleh pekerja meubel juga tujuannya untuk membuat kandang ternak; pembukaan lahan untuk tambang logam, adalah untuk bikin pagar peternakan; pemotongan kayu untuk kertas juga adalah untuk catat jadwal makan ternak, perkebunan karet juga nanti karetnya untuk bikin atap kandang ternak, dll.
Lihat bagaimana bahayanya tidak vegetarian?
lalu kalau semua itu untuk ternak, apa salahnya ternaknya kita makan? kalau tidak apakah kita harus makan pasir dan batu?
Kan bisa dibagi dua antara ternak dengan kita, jadi kita dan ternak sama2 mengkonsumsinya.
maksud anda kita harus makan dedak padi dan ampas tahu dan rumput? saya jadi ingat satu sutta tentang petapa berperilaku sapi
maksud anda kita harus makan dedak padi dan ampas tahu dan rumput? saya jadi ingat satu sutta tentang petapa berperilaku sapi
:o Ternyata tidak vegetarian sangat berbahaya ^:)^ ^:)^Nah, makanya mulailah vegetarian dan selamatkan bumi. ;D
BTW, orang yang ditanya sepertinya sudah lari dari diskusi ini dan 'sibuk' di thread lain :whistle:Sepertinya efek Vegextremism di mana-mana sama.
lalu kalau semua itu untuk ternak, apa salahnya ternaknya kita makan? kalau tidak apakah kita harus makan pasir dan batu?Justru kalau ternaknya kita tidak makan, maka tidak ada pembukaan lahan. Tidak akan ada yang buka kebon sawit, tidak ada yang buka pertambangan, tidak ada pertambahan lahan pertanian, semua hidup bahagia saling mengasihi, dan bumi selamat, tidak ada lagi keserakahan, kebencian, dan delusi.
Daripada masuk ke alam apaya karena ga vege, kan mending makan bareng ternak.http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17773.msg287809.html#msg287809
Sutta tentang sapi & pertapanya silahkan dibabarkan.
Nah, makanya mulailah vegetarian dan selamatkan bumi. ;D
Sepertinya efek Vegextremism di mana-mana sama.
Justru kalau ternaknya kita tidak makan, maka tidak ada pembukaan lahan. Tidak akan ada yang buka kebon sawit, tidak ada yang buka pertambangan, tidak ada pertambahan lahan pertanian, semua hidup bahagia saling mengasihi, dan bumi selamat, tidak ada lagi keserakahan, kebencian, dan delusi.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17773.msg287809.html#msg287809
Ini petapa berprilaku anjing....
Berawal dari ajakan moral yg sederhana agar kita memulai dari diri kita utk melakukan suatu perbuatan yg bermanfaat bagi makhluk lain
TS : Mari menjaga kebersihan lngkungan dan merawat bumi ini, kurangilah memakai plastik
A: Kenapa bukan pabrik plastik di tutup?
B: KEnapa cuma soroti plastik, masih banyak penebangan kayu dll yg merusak lingkungan? Minyak dan limbah yang tumpah ?? Kenapa gak ditangkap oknumnya?
C:Dari mana anda bisa tahu tidak memakai plastik bisa menjaga kebersihan lingkungan?
D; Kenapa hanya plastik?
E: Kenapa ................. dst............ dst........
F; mana referensinya????????
Ajakan dan nasehat yg sederhana terlalu susah di cerna oleh pikiran yg penuh dng pengetahuan.
Apa gunanya pengetahuan jika tidak membuat anda bijaksana dan tidak mampu melihat esensi yang sangat sederhana dari suatu ajakan moral untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat.
Pikiran yg rumit (dirumitkan oleh pengetahuan) hanya membuat segala sesuatu yg kjita lihat menjadi kabur.
atau hanya ingin menunjukkan ego?
Ada gap yg lebar antara Berpikir melakukan perbuatan bermanfaat dengan perbuatan nyata melakukan perbuatan bermanfaatDan ada gap yang lebih lebar lagi antara orang yang dari cara berpikirnya aja sudah salah, motivasinya keliru, niatnya tidak tepat sasaran, maka perbuatannya juga tidak akan bermanfaat.
Berawal dari ajakan moral yg sederhana agar kita memulai dari diri kita utk melakukan suatu perbuatan yg bermanfaat bagi makhluk lain
TS : Mari menjaga kebersihan lngkungan dan merawat bumi ini, kurangilah memakai plastik
A: Kenapa bukan pabrik plastik di tutup?
B: KEnapa cuma soroti plastik, masih banyak penebangan kayu dll yg merusak lingkungan? Minyak dan limbah yang tumpah ?? Kenapa gak ditangkap oknumnya?
C:Dari mana anda bisa tahu tidak memakai plastik bisa menjaga kebersihan lingkungan?
D; Kenapa hanya plastik?
E: Kenapa ................. dst............ dst........
F; mana referensinya????????
Ajakan dan nasehat yg sederhana terlalu susah di cerna oleh pikiran yg penuh dng pengetahuan.
Apa gunanya pengetahuan jika tidak membuat anda bijaksana dan tidak mampu melihat esensi yang sangat sederhana dari suatu ajakan moral untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat.
Pikiran yg rumit (dirumitkan oleh pengetahuan) hanya membuat segala sesuatu yg kjita lihat menjadi kabur.
atau hanya ingin menunjukkan ego?
rupaya ada yg terkena kentut zen
rupaya ada yg terkena kentut zenIya, hanya anda yang tidak terkena yah, seperti biasa. :jempol:
pikiran yg rumit tidak bisa melihat relasi antara bervegetarian dengan effek yang ditimbulkan dari makan daging secara global
dapat 2 -
;D ;D ;D
tulisan kentut zen , tidak ditujukan kepada siapa siapa. Disitu saya tidak mengquote tulisan siapapun
jadi siapa yg terkena?
bukti dapat 2 - :)) :)) :))
pasti dengan penuh dendam dan benci sama aye
lepaskanlah dendam dan amarah
tidak ada gunanya dendam dan amarah
_/\_
makanya lebih rajin lagi biar cepat mencapai 1000
Walaupun sudah 1000, bisa menolong orang lain tapi tidak bisa menolong diri sendiri, setuju? ^-^
padahal tulisan kentut zen tidak mengquote tulisan siapapun, tapi emang udah benci sama aye kaliTerbukti
_/\_
padahal tulisan kentut zen tidak mengquote tulisan siapapun, tapi emang udah benci sama aye kali
_/\_
padahal tulisan kentut zen tidak mengquote tulisan siapapun, tapi emang udah benci sama aye kaliBukan saya sih yang klik. Ini sekadar saran saja, kalau ada orang tidak suka, jangan selalu menunjuk ke luar bahwa orang itu penuh kebencian, coba berkaca dulu mungkin diri sendiri ada menyebalkan, sok tahu, sok bijak, atau punya entah sifat buruk apa. Intinya, jangan melulu nunjuk ke luar.
_/\_
Kalau dari sudut pandang ekonomi, yang organik mahal karena demand-nya masih rendah. Konsumen pasti memilih produk tanaman yang tampak "cantik" karena tidak diganggu hama. Petani yang organik juga takut kalau produknya tidak laku, sehingga memasang harga lebih tinggi. Tetapi coba dibayangkan kalau suatu saat nanti masyarakat sadar bahwa tanaman organik itu lebih baik, pastinya permintaan akan naik.. kemudian banyak petani yang beralih ke organik, sehingga supply juga meningkat.. dan akhirnya harga bisa menurun.
kenapa anda mengkategorikan BRP sebagai wujud kebencian?
salah satu yg kasih BRP saya kok.
jika ditanya apakah saya benci Anda, saya jawab tidak
kebencian itu ada di pikiran Anda, bukan saya.
spt post saya tentang BRP, bagi saya, postingan kamu hanya membuang2 tenaga
saya membantu pembaca lain agar tau nanti siapa poster tidak bermutu yg tulisannya tidak perlu dibaca
:)
numpang lewat...Boleh dibantu link-nya yang mana aja yah?
kok nggak di gabung aja yah 3 thread dengan topik berbeda tapi postingan nggak jauh2 dari BRP dan sodara2nya... ampe ane nggak sadar udah di thread berbeda , ;D
Namo Budhaya.
Sy tdk bisa membuktikan, hanya bisa disadari.
Sang Budha bersabda bahwa manusia yg brgerak naik k alam lbh tinggi stlh khidupanny bagai segengam pasir yg Beliau pegang dan manusia2 yg brgerak turun bykny bagai pasir d sungai gangga.(tdk trhinga)
Terlepas dari keyakinan beragama, saya pilih2 makanan karena alasan kesehatan. Emangnya agama bisa jamin saya selalu sehat? hehehe...
Pada umumnya saya tidak menentang makan ternak, tapi melihat fakta bahwa ternak yang diproduksi pada zaman ini banyak yang sudah terkontaminasi, misalnya diberi hormon pertumbuhan, dll.. kalau ternak itu dipelihara dengan cara yang alami, sih saya setuju.. tapi karena susah menentukannya, maka saya memilih lebih banyak mengonsumsi produk tanaman daripada produk ternak.
Produk tanaman juga harus pilih2, misalnya yang GMO (Genetically Modified Organisms) juga sebaiknya dihindari. Kalau bisa pilih yang organik walaupun lebih mahal. Kalau dari sudut pandang ekonomi, yang organik mahal karena demand-nya masih rendah. Konsumen pasti memilih produk tanaman yang tampak "cantik" karena tidak diganggu hama. Petani yang organik juga takut kalau produknya tidak laku, sehingga memasang harga lebih tinggi. Tetapi coba dibayangkan kalau suatu saat nanti masyarakat sadar bahwa tanaman organik itu lebih baik, pastinya permintaan akan naik.. kemudian banyak petani yang beralih ke organik, sehingga supply juga meningkat.. dan akhirnya harga bisa menurun.
misalnya diberi hormon pertumbuhan, dll.. kalau ternak itu dipelihara dengan cara yang alami, sih saya setuju.. tapi karena susah menentukannya, maka saya memilih lebih banyak mengonsumsi produk tanaman daripada produk ternak.
Wah sudah 6 halaman,
Saatnya tunggu TS-nya (Ryan) muncul untuk memberikan klarifikasi sebab dia yang memulai thread ini :whistle:
dari mana tau namanya ryan?
Wah sudah 6 halaman,
Saatnya tunggu TS-nya (Ryan) muncul untuk memberikan klarifikasi sebab dia yang memulai thread ini :whistle:
Maaf, boleh saya tau rujukan suttanya?
IMO, keduanya sama saja. Jika semua orang bervegetarian, maka usaha akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vegetarian. Dilakukan perluasan lahan juga, pembunuhan hama juga, dll. Just my opinion.
Klarifikasi apa yang diminta dari TS? ::) Bukannya sikapnya sudah jelas di awal thread. :-?
Ada fakta yang mengatakan bahwa gurun pasir tercipta karena dulunya tempat itu telah digunakan untuk memelihara ternak; karena di mana pun sapi dipelihara, tanahnya sering kali tidak dapat dipakai untuk bercocok tanam lagi. Konsumsi rumput yang berlebihan oleh lembu, domba, kambing, dan ternak lainnya telah mengubah hutan menjadi padang rumput atau lahan pertanian, lalu lahan tersebut pada akhirnya berubah menjadi gurun, atau tanah yang gersang dan semi gersang dapat berubah menjadi gurun.
_/\_
Maaf, mgkn terjadi kesalahpahaman di sini.
yg saya utarakan dgn pengandaaian itu merupakan untuk semua makhluk secara universal. Saya tidak pernah membicarakan mengenai harus vegetarian untuk mencapai kesucian.
Sy hnya bilang bahwa dgn vegetarian kita mengembangkan kebajikan yg besar (welas asih/compassion) yg mana apabila kita memiliki akar kebajikan mendalam maka kehidupan demi2 kehidupan dapat semakin dkt dengan realisasi nibanna.
Tuk referensi pengandaian dr Sang Budha tersebut sy ambil sr buku "kehidupan mulia ini" by Bhante Ashin
Trima kasih
Wah sudah 6 halaman,
Saatnya tunggu TS-nya (Ryan) muncul untuk memberikan klarifikasi sebab dia yang memulai thread ini :whistle:
Saran saya seperti tetap sama seperti di post #9 : anda boleh sharing soal vegetarian asal jangan kait2kan vegetarian dengan buddhism di forum ini
_/\_
Iy, hehe THANKS untuk masukannya bro.:-) (sy smpai lupa, akhr2 bru ingat.)
_/\_
Hehe gpp bro Ryan,
Saya cuma ingin anda tahu saja bahwasanya ada seorang dengan id Djoe dapat timpukan 4 bata gara-gara ikut beropini di thread ini _/\_
Ow, sy bru tw bs bata jg dsini. Masi bru brgbung soalny.hehe
Smoga id trsbt bs dpt pljrn dr bata. Bata d dunia nyata lbh keras soalny.hehe jst kding.:-)
Hehe gpp bro Ryan,
Saya cuma ingin anda tahu saja bahwasanya ada seorang dengan id Djoe dapat timpukan 4 bata gara-gara ikut beropini di thread ini _/\_
Dari statistik, tidak mungkin seluruh orang vegetarian, Sekarang di seluruh dunia jumlah penduduk yang bervegetarian hanya 1%. Lahan pertanian umumnya masih bisa ditanam kembali, berbeda dengan padang rumput.Terima kasih informasinya, om. Saya jadi mau nanya, apakah tidak terjadi pembunuhan dalam memproduksi sayur-sayuran? Dan apakah ada jaminannya kalau jumlah hama yang dibunuh jauh lebih sedikit dari jumlah pembunuhan hewan ternak? Mohon petunjuknya ya, om. _/\_
Ada fakta yang mengatakan bahwa gurun pasir tercipta karena dulunya tempat itu telah digunakan untuk memelihara ternak; karena di mana pun sapi dipelihara, tanahnya sering kali tidak dapat dipakai untuk bercocok tanam lagi. Konsumsi rumput yang berlebihan oleh lembu, domba, kambing, dan ternak lainnya telah mengubah hutan menjadi padang rumput atau lahan pertanian, lalu lahan tersebut pada akhirnya berubah menjadi gurun, atau tanah yang gersang dan semi gersang dapat berubah menjadi gurun.
Lapisan vegetasi alami tanah akan hilang dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh angin dan hujan. Sebagai akibatnya, air membawa lapisan atas tanah yang banyak mengandung unsur hara sehingga membuat lahan menjadi tidak subur dan tidak bisa ditanami lagi.
Dengan berjalannya waktu, hewan-hewan ini secara kolektif menghancurkan lapisan pelindung vegetasi alami tanah dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh air hujan. Angin kencang juga ikut membawa tanah yang telah terekspos ini menjadi daerah gurun. Dengan kondisi ini, jutaan ton lapisan atas tanah mungkin terkikis dalam sehari. Hal inilah yang membuat penduduk di daerah sekitar tanah itu terkena badai debu dan wilayah itu lambat laun berubah menjadi gurun.
Setiap orang di dunia jika bisa mengurangi jatah makan daging separuh saja dari jatah biasa itu udah sangat baik. Ketika permintaan menurun maka ekspansi untuk peternakan juga berkurang. Langkah2 yang penting makan jangan suka berlebihan sampai dibuang, jangan pakai sampah plastik berlebihan (jika bisa pake kantongan sendiri lebih baik, sekarang di mall dijual), jangan pake sumpit sekali pakai.
Misalnya kalau makan di restoran tidak pernah panggil berlebihan, kalau ada sisa bisa minta bungkus pulang.
_/\_
Terima kasih informasinya, om. Saya jadi mau nanya, apakah tidak terjadi pembunuhan dalam memproduksi sayur-sayuran? Dan apakah ada jaminannya kalau jumlah hama yang dibunuh jauh lebih sedikit dari jumlah pembunuhan hewan ternak? Mohon petunjuknya ya, om. _/\_
Out of Topic: Bagaimana kalau saya kasih saran lain selain bervegetarian? Kalau jadi bhikkhu/ni bagaimana? Melakukan pindapatta dan makan hanya 1x dalam sehari? Pasti jumlah pembunuhannya berkurang ya... ^.^
Sudah pernah saya terangin di sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23800.msg434438.html#msg434438 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23800.msg434438.html#msg434438)Quote it here, please... *nanti saya thanks deh*
Sudah pernah saya terangin di sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23800.msg434438.html#msg434438 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23800.msg434438.html#msg434438)
Saya pernah baca kisah hidup seorang vegan yang profesinya adalah seorang penjagal. Dia cerita bagaimana sejak masih kecil sudah diajarkan cara menjagal kelinci oleh kakeknya. Dia mulai vegan sekitar umur 20-an (kalau tidak salah ingat).
Dalam bahasa jelasnya:
"Membunuh hewan, daging-nya lah yang dipesan. Memesan Sayur, seorang vegetarian tidak memesan HAMA untuk dimakan"
pesan pada kalimat itu yg saya tangkap adalah membunuh tidak apa2 asalkan tidak untuk dimakan, benarkah?
Maaf, mgkn terjadi kesalahpahaman di sini.Bisa dijelaskan dengan detail bagaimana memilih makanan adalah suatu kebajikan?
yg saya utarakan dgn pengandaaian itu merupakan untuk semua makhluk secara universal. Saya tidak pernah membicarakan mengenai harus vegetarian untuk mencapai kesucian.
Sy hnya bilang bahwa dgn vegetarian kita mengembangkan kebajikan yg besar (welas asih/compassion) yg mana apabila kita memiliki akar kebajikan mendalam maka kehidupan demi2 kehidupan dapat semakin dkt dengan realisasi nibanna.
Tuk referensi pengandaian dr Sang Budha tersebut sy ambil sr buku "kehidupan mulia ini" by Bhante Ashin
Trima kasih
Quote it here, please... *nanti saya thanks deh*
Saya tidak menampik adanya makhluk hidup yang mati dalam proses menanam. Ambil contoh membasmi hama. Namun seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, hamalah yang datang mengganggu tanaman sehingga petani memutuskan membunuh (tidak mengatakan ini benar). Sementara pemakan daging memesan dengan membayar sejumlah UANG bukan dihidangkan di depan anda dengan gratis(ADA UANG), berarti ada niat. Dan hidangan yang dimakan adalah daging yang dibunuh untuk dimakan dagingnya. Walau mungkin ada hama yang terbunuh, seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dibunuh. Sementara DAGING dipesan harus dibunuh terlebih dahulu bukan bangkai yang sudah mati karena berpenyakit.
Membunuh hewan, daging-nya lah yang dipesan. Memesan Sayur, seorang vegetarian tidak memesan HAMA untuk dimakan. (Ini yang baru dinamakan tidak ada niat), tapi pasti akan memicu pro kontra.
Jangan Lupa Hewan pun ikut mengkonsumsi berbagai macam tanaman (ada hama yang terbunuh),kemudian hewan dipotong lagi untuk dimakan daging-nya. Berarti pembunuhan terjadi 2x. Seorang vegetarian cuma menyebabkan hama terbunuh tapi hewan ternak tidak ikut terbunuh.
Memesan Daginglah menyebabkan hama terbunuh dan hewan ternak terbunuh. (karena Hewan juga perlu makan)
Sementara memesan Sayur menyebabkan hama terbunuh.
Makanan hewan ternak jumlahnya cukup banyak sebanding dengan yang dimakan manusia tapi ragam-nya lebih sedikit seperti jagung, gandum, dedak, dll
Manusia omnivora makan jagung, gandum, babi, sapi, ayam, seafood (udang, ikan) dll.
[...]Jadi kalo yang dibunuh adalah hama, yang makanannya sama dengan si vege, itu ga apa. Kalo bunuh hewan ternak, baru ga boleh.
Jangan Lupa Hewan pun ikut mengkonsumsi berbagai macam tanaman (ada hama yang terbunuh),kemudian hewan dipotong lagi untuk dimakan daging-nya. Berarti pembunuhan terjadi 2x. Seorang vegetarian cuma menyebabkan hama terbunuh tapi hewan ternak tidak ikut terbunuh.
[...]
Jadi kalo yang dibunuh adalah hama, yang makanannya sama dengan si vege, itu ga apa. Kalo bunuh hewan ternak, baru ga boleh.Mengenai hama sudah saya katakan seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, tapi sayur. Dalam proses hama datang menganggu tanaman, sehingga petani memutuskan membunuh misalnya (tidak dikatakan ini benar).
Ini ga salah yah definisi "cinta kasih" yang didengungkan oleh 'vegetarianisme' itu?
[at] nayrexus
Saya juga seorang vegetarian tapi saya sarankan anda jangan kait2kan vegetarian dengan buddhism di forum ini, anda capek sendiri nanti :)
Saya dulu seorang pemakan daging, ketika saya dioperasi saat smp saya diberikan daging, sup burung, ikan dll. Ketika rasa sakit itu datang karena habis dioperasi saya merenung betapa sakit-nya hewan2 yang dipotong itu, tapi saya tidak lantas bervegetarian.
Kemudian suatu hari setahun kemudian, mama saya pernah membeli seekor ayam dan dipelihara beberapa hari. Saya sore2 memberinya makan, suatu hari pulang sekolah saya mendapati ayam itu sudah hilang dan di meja makan diberi makan daging semur ayam. Saya waktu itu sangat tidak selera memakan-nya, ketika menggigit daging-nya saya merasa sedih. Namun saya juga belum bervegetarian. Namun saya semakin merenung kenapa saya harus makan daging.
Kemudian beberapa tahun semasa saya kuliah saya ikutin kegiatan agama Buddha (Keluarga Mahasiswa Buddhist) di kampus. Kemudian di kampus saya sering ikuti ceramah dari bhante2 yang didatangkan salah satu aliran. Ketika bhikku ditanya soal daging jawabannya tidak memuaskan saya, karena pengalaman masa lalu saya melalui perenungan.
Seiring bertambahnya kesadaran saya sering merenung ketika makan daging, bagaimana jika saya yang lahir menjadi hewan dan dipotong untuk diambil daging-nya?
Kemudian secara spiritual saya mulai memutuskan belajar bervegetarian semasa kuliah. Ketika saya melihat bagaimana hewan disembelih untuk diambil dagingnya, saya memutuskan bervegetarian secara total. (Bukan karena kesucian).
Mengenai hama sudah saya katakan seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, tapi sayur. Dalam proses hama datang menganggu tanaman, sehingga petani memutuskan membunuh misalnya (tidak dikatakan ini benar).
Mengenai makanan daging, kita memesan dengan sejumlah uang, dan untuk itulah hewan dipelihara dan dibunuh. Titik tolar sudah sangat jelas di sini, jika anda mengatakan vegetarian salah itu hak anda. Hewan tersebut tidak menganggu peternak malah menghasilkan uang karena dipesan untuk kepentingan makanan.
Sudah saya terangkan poin saya di post #9 bahwa alasan vegetarian saya sama sekali tidak pernah mengihubung2kan dengan ajaran Buddha (lihat quote di bawah ini)
Lagian para omnivora juga makan dua2nya baik daging dan sayuran bukan? Berarti logika-nya lebih banyak pembunuhan yg terjadi dong. Speechless, ini akan jadi endless debate menurutku.
Bisa dijelaskan dengan detail bagaimana memilih makanan adalah suatu kebajikan?
Namo Budhaya,
Kebajikan krn dr hati org trsbut timbul sifat welas asih/compassion. Klo orgny vege krn dia alergi daging itu tdk trmasuk mnrut sy.
Semua org sbetulny "vege" lho?
1. Vege
2. Vege + daging
Klo ad yg hny mkan daging sj, sy rasa tidak ada.
Begini, anda mau melakukan diskusi dengan saya? Kalau mau, kita bahas satu per satu dengan terperinci.
Namo Budhaya,Jadi dari vegetarian, timbul welas asih? Apakah anda mengatakan makanan yang berpengaruh pada sifat cinta-kasih?
Kebajikan krn dr hati org trsbut timbul sifat welas asih/compassion. Klo orgny vege krn dia alergi daging itu tdk trmasuk mnrut sy.
Semua org sbetulny "vege" lho?
1. Vege
2. Vege + daging
Klo ad yg hny mkan daging sj, sy rasa tidak ada.
Diskusi ini tidak berguna untuk saya, karena titik tolak pandangan kita berbeda. Jika anda memandang daging adalah makanan, yah itu argumen anda boleh dikatakan benar.Saya belum menetapkan argumen apapun. Saya hanya merespon argumen-argumen yang ada. Kalau memang tidak berguna untuk anda, dan tidak mau berargumen, saya jadi malah curiga motivasi anda berkeliaran di sini. Apakah maksudnya adalah memaksakan opini anda tanpa dasar argumentasi?
Sedangkan titik tolak pandangan saya adalah Hewan itu teman saya, dan saya tidak memakan teman saya walaupun sudah menjadi Daging. _/\_
Benar kata member2 di sini. Kenapa Om Top mengabaikan pembunuhan yang terjadi pada hama? Apakah hama bukan teman om? Mungkin perlu disadari pembunuhan makhluk karena makanan tidak dapat dihindari baik oleh yang vegan maupun yang makan daging.Nah, itu baru fair. Dalam urusan makan-memakan dalam daur hidup ini, kadang pembunuhan tidak langsung itu tidak terhindarkan, walaupun tidak kita inginkan. Pembunuhan dan kematian makhluk lain memang adalah bagian dari siklus energi. Bangkai binatang pun diuraikan dan berperan dalam kesuburan tanah. Apakah berarti makan sayuran yang ditanam di tanah bekas ada bangkai terurai = pembunuhan hewan? Sangat absurd.Jika mau membantu dunia mungkin boleh makan bahan kimia, limbah, sampah, dll. Joke=))
Manusia yang omnivora juga dapat mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk kok. Mungkin dengan membantu hewan yang butuh bantuan, dll. :)
...
Btw om Top, janji sudah ditepati.
Saya belum menetapkan argumen apapun. Saya hanya merespon argumen-argumen yang ada. Kalau memang tidak berguna untuk anda, dan tidak mau berargumen, saya jadi malah curiga motivasi anda berkeliaran di sini. Apakah maksudnya adalah memaksakan opini anda tanpa dasar argumentasi?
1. Kutu Putih pada daun atau batang. Dapat digunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
2. Tikus. Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit.
3. Berbagai serangga. Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman.
4. Aphids. Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
5. Berbagai serangga. Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar, dapat disemprotkan ke tanaman untuk mengendalikan berbagai jenis serangga.
6. Nematoda akar. Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tahi Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
7. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur. Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.
8. Bagaimanakah cara mengatasi serangan hama pada tanaman padi, kedelai dan hortikultura?
Tanaman Kecubung ternyata memiliki kegunaan yang dapat membantu serangan hama pada tanaman padi, kedelai dan hortikultura. Bagian buah dan daun pada tanaman kecubung ternyata mengandung racun syaraf yang sangat kuat. Cara menyiapkannya sangat sederhana, bagian buah, daun dan batang kecubung dilarutkan dalam air, lalu hasil saringannya disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan hama (Sumber: Suharto Budiyono, Bidang Bina PTPH DIY. Yogyakarta).
9. Cara apa yang dapat mengatasi serangan hama walangsangit dan kepiding?
Campuran minyak kelapa, air dan tembakau dapat mengatasi serangan hama yang dimaksud
Sebelumnya Argumen sudah saya berikan bahwa seorang vegetarian tidak memesan Hama untuk dimakan, seorang petanilah yang memutuskan membunuh hama. Sementara Daging dipesan dari hewan hidup yang harus dibunuh dulu untuk mendapatkan DAGING-nya.pertanyaan:
Lagian Hama bukan-nya tidak bisa dicegah sama sekali :
Dan Jangan Lupa Sebagian pertanian misalnya dengan teknik hidroponik juga tidak perlu untuk membunuh hama.
Kalau ada pembunuhan Argumen saya Omnivora menyebabkan double, karena makan sayur dan daging, Sementara vegetarian cuma menyebabkan Single.
Anyway Baiklah sdr Irkuem, karena saya dicurigai di sini, saya mohon pamit dulu dari DC.
Terima kasih atas sambutan teman2 DC selama ini.
_/\_
Jadi dari vegetarian, timbul welas asih? Apakah anda mengatakan makanan yang berpengaruh pada sifat cinta-kasih?
Jwb: vegetarian merupakan salah 1 cara prakteknya ,bukan welas asih itu sendiri. Welas asih/kasih sayang adalah sifat berusaha meringankan/menghilangkan penderitaan makhluk lain.
cth: kt melihat teman mengalami musibah lalu kt berusaha mnolongny. Ini pun sama, praktek kasih syg.:-)
Mengapa kalau alergi daging tidak termasuk?
Krn org trsebut bkn krn didasarkan mw mengurangi pnderitaan makhluk lain, tetapi krn tdk ada pilihan lain. Misalny dia tdk alergi blm tntu..
Anda tahu mengenai Vitamin B12? Asupan ini perlu untuk mempertahankan sistem saraf dan lainnya. Setahu saya, sebelum dikenal tempe dan sintesis cobalamin ini, manusia tidak punya asupan lain selain dari daging atau telur. Menurut anda bagaimana? Apakah manusia adalah herbivora?
Sblmny yg sy tau B12 yg nabati brasal dr tempe. Td bca2 lg trnyta ad jg dr tahu rumput laut, ragi dan vit B12 ktny diproduksi jg oleh tubuh scr alami.
Menurut sy manusia bkn omnivora ataupun herbivora. Tp klo sy jwb yg sbenarnya mgkn akan memicu debat brkepanjangan.
Untuk menghindari itu, silahkan dicari tau sj msg2. Trima kasih tuk yg ud menyimak. Semoga semua maju dalam Dhamma.:-)
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik , yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :sumber:http://organikhijau.com/pengendali.php
- merusak perkembangan telur, larva dan pupa
- menghambat pergantian kulit
- mengganggu komunikasi serangga
- menyebabkan serangga menolak makan
- menghambat reproduksi serangga betina
- mengurangi nafsu makan
- memblokir kemampuan makan serangga
- mengusir serangga
- menghambat perkembangan patogen penyakit.
Menurut sy manusia bkn omnivora ataupun herbivora. Tp klo sy jwb yg sbenarnya mgkn akan memicu debat brkepanjangan.
Untuk menghindari itu, silahkan dicari tau sj msg2. Trima kasih tuk yg ud menyimak. Semoga semua maju dalam Dhamma.:-)
kalau manusia bukan omnivora atau herbivora, maka gak ada pilihan lain, manusia pasti karnovora = pemakan daging.
Selain itu, bisakah anda menjelaskan kenapa manusia punya gigi taring? gigi taring hanya dimiliki oleh pemakan daging, kambing dan sapi tidak punya gigi taring.
Setuju dengan bro Tesla..
Awal ketika TS membuat thread ini, saya juga mengingatkan jika praktek vegetarian memang baik, lakukan saja tanpa harus terlalu membandingkan dengan non vegetarian.. Dan belajarlah dari thread2 vegetarian sebelumnya tidak pernah usai dengan pro dan kontra.. mulai dari cap pelanggaran sila sampai global warming.. dan hanya itu saja yang diulang2..
Dan sampai saat ini sudah banyak page penuh reply.. adakah titik temunya ? masihkah ingin diteruskan ?
apakah ini praktek welas asih yang diagung2kan ?
Jadi bagi yang masih ingin memperpanjang ini, silakan dipikirkan lagi apa manfaat dan apa yang sebenarnya hendak dicapai ? pemuasan ego / apa
Semua org sbetulny "vege" lho?
1. Vege
2. Vege + daging
Klo ad yg hny mkan daging sj, sy rasa tidak ada.
Mengenai hama sudah saya katakan seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, tapi sayur. Dalam proses hama datang menganggu tanaman, sehingga petani memutuskan membunuh misalnya (tidak dikatakan ini benar)."Seorang non-vege di dim sum juga cuma mesen ceker ayam doang, tapi dalam prosesnya si ayam berontak-berontak, jadinya dipenggal dulu deh sama penjagalnya."
Mengenai makanan daging, kita memesan dengan sejumlah uang, dan untuk itulah hewan dipelihara dan dibunuh.Masa' sih? Memangnya kalau anda ke Fried Chicken harus indent dulu? Saya kok ke tempat makan di mana-mana yang jual daging, ga pernah disuruh indent ato invest dulu tuh.
Titik tolar sudah sangat jelas di sini, jika anda mengatakan vegetarian salah itu hak anda. Hewan tersebut tidak menganggu peternak malah menghasilkan uang karena dipesan untuk kepentingan makanan.Apa saya ada mengatakan vegetarian (praktik hanya makan sayur) = salah? ;D
Sudah saya terangkan poin saya di post #9 bahwa alasan vegetarian saya sama sekali tidak pernah mengihubung2kan dengan ajaran Buddha (lihat quote di bawah ini)Saya juga belum bahas sejauh itu kok, baru pakai contoh sehari-hari saja makan di Fried Chicken.
Lagian para omnivora juga makan dua2nya baik daging dan sayuran bukan? Berarti logika-nya lebih banyak pembunuhan yg terjadi dong. Speechless, ini akan jadi endless debate menurutku.
Jadi dari vegetarian, timbul welas asih? Apakah anda mengatakan makanan yang berpengaruh pada sifat cinta-kasih?
Mengapa kalau alergi daging tidak termasuk?
Jwb: vegetarian merupakan salah 1 cara prakteknya ,bukan welas asih itu sendiri. Welas asih/kasih sayang adalah sifat berusaha meringankan/menghilangkan penderitaan makhluk lain.Jika teman mengalami musibah misalnya rumahnya kebakaran, tidak ada tempat bernaung, hartanya hilang, kita berikan tempat bernaung atau sumbangan. Maka ada wujud nyata bahwa penderitaan teman kita itu berkurang, dari tidak punya tempat bernaung jadi punya tempat; dari tidak mampu beli makanan jadi punya uang untuk beli makanan.
cth: kt melihat teman mengalami musibah lalu kt berusaha mnolongny. Ini pun sama, praktek kasih syg.:-)
Mengapa kalau alergi daging tidak termasuk?Jadi kalau saya tidak salah menilai, walaupun makanan sama, tapi tergantung niatnya, betul?
Krn org trsebut bkn krn didasarkan mw mengurangi pnderitaan makhluk lain, tetapi krn tdk ada pilihan lain. Misalny dia tdk alergi blm tntu..
Namo Budhaya,Mengapa buru-buru kabur? Takut diminta pertanggung-jawaban?
Ini akan mjd last post sy d thread ini..
Manusia dr struktur fisiknya bkn mrupakan karnivora, sdkt cth:
karnivora memiliki struktur gigi dan rahang yg kuat untuk merobek daging & meremukkan tulang untuk mndapat sumsum tulang.
Karnivora memiliki asam perut yg kuat utk mencerna daging. Klo manusia btuh proses dimasak dulu klo tdk akan berbahaya. Usus karnivora pndek sdgkn manusia pjg.
https://wisnuvegetarianorganic.wordpress.com/2012/07/02/apakah-manusia-secara-alami-pemakan-daging-2/ (https://wisnuvegetarianorganic.wordpress.com/2012/07/02/apakah-manusia-secara-alami-pemakan-daging-2/)
Trima kasih.
Menurut sy manusia bkn omnivora ataupun herbivora. Tp klo sy jwb yg sbenarnya mgkn akan memicu debat brkepanjangan.Yang saya ketahui secara umum dalam rantai makanan itu ada
Untuk menghindari itu, silahkan dicari tau sj msg2. Trima kasih tuk yg ud menyimak. Semoga semua maju dalam Dhamma.:-)
welas asih itu dari hati, jika sesorang vegatarian karena tidak tega makhluk hidup di jagal bukankah itu welas asih, kasih yang muncul dari hati terhadap makhluk hidup yang tidak berdaya. Melihat makhluk hidup di mulutnya dipasang selang untuk memaksa makhluk tersebut makan.Welas asih itu dari hati, saya setuju.
Bukan makananan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih.Ini apa yah? Saya tidak lihat hubungannya dengan topik. Mungkin anda lagi-lagi mau menyatakan anda sudah berisi dan rendah hati yah? hehehe Silahkan saja. ;D
Mungkin hal terlalu sederhana ini terlalu sulit dilihat pikiran yang dipenuhi dengan pengetahuan.
Seperti padi yang makin berisi makin merunduk
Semakin banyak pengetahuan semakin berat kepala , semakin sulit untuk melihat hal hal sederhana tersebut
Ide seperti "makanan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih" keluar dari seorang berpengetahuan memang sesuai dengan kemampuan seorang yang berpengatahuan , seorang yang penuh berisi seperti padi yang berisi, makin merunduk :)) :)) :)) :))
Ini apa yah? Saya tidak lihat hubungannya dengan topik. Mungkin anda lagi-lagi mau menyatakan anda sudah berisi dan rendah hati yah? hehehe Silahkan saja. ;Dsudah jadi standar orang suci om, semua orang dianggap besar kepala, hanya dia yang bisa melihat dengan kerendahan hatinya dan mengatakan orang lain itu besar kepala.
sudah jadi standar orang suci om, semua orang dianggap besar kepala, hanya dia yang bisa melihat dengan kerendahan hatinya dan mengatakan orang lain itu besar kepala.Lucunya di tempat lain dia bilang hanya orang yang matanya terbuka yang belajar dari semua orang/segala hal, tapi dia sendiri tidak pernah mau belajar dari orang lain. Kalau orang tidak sependapat dengan dia, selalu menurutnya 'orang itu yang harus berubah, bukan saya'. ;D
sesuai dengan signature aye =))
Saya pernah baca kisah hidup seorang vegan yang profesinya adalah seorang penjagal. Dia cerita bagaimana sejak masih kecil sudah diajarkan cara menjagal kelinci oleh kakeknya. Dia mulai vegan sekitar umur 20-an (kalau tidak salah ingat).
Sapa vegan tu?? Link pls....KK tuh =))
Sapa vegan tu?? Link pls....
Anyway Baiklah sdr Irkuem, karena saya dicurigai di sini, saya mohon pamit dulu dari DC.
Terima kasih atas sambutan teman2 DC selama ini.
_/\_
Sharing dr sahabat dan guru saya yang mempunyai idhi, beliau bilang binatang2 yang dibunuh, meskipun sudah mati tetapi masih merasakan sakit bahkan sampai saat kita mengunyahnya. mengapa? karena masih melekat akan badan jasmaninya.
emank ad yg nick irkuem? Jgn cpt2 pamit kk, kn bs klarifikasi aj... hehe....Harusnya "Irkuiem", itu nick saya di forum tetangga dulu.
Org yg bervege itu penuh dgn lobha n moha
Bijak dmn nah coba ???
Blm tentu kok...
menurutku makn tuk kelangsungan hidup z.... jd yg lbh bgs jgn melekat pd makanan y... jgn pilih2 yg enak ato ga enak, tp pilih yg menyehatkan.
Dl prnh ntn film ad petapa yg makan makanan yg dikasi nenek yg uda bercampur nanah tu ad di sutta ga y?
Vegan mmg bgs kok, cm mgkn kdg promosinya berlebihan ga sesuai fakta ya....
kalau di perhatiin pendekatan vegan ama yg non vegan nyaris itu2 aja.. materi yg di bahas yah itu2 juga..
namanya juga promo dek miaka kalau gak di lebih2in sapa yg tertarik ;D
idhi ?
apa artinya idhi kok di google nggak ada ?
Sharing dr sahabat dan guru saya yang mempunyai idhi, beliau bilang binatang2 yang dibunuh, meskipun sudah mati tetapi masih merasakan sakit bahkan sampai saat kita mengunyahnya. mengapa? karena masih melekat akan badan jasmaninya.
Masa sih? :o serem bngt kl gt....
Ad ref di sutta/sutra?
Jika thread ini tidak dapat dipertanggung-jawabkan, maka untuk kerapihan forum akan dipindahkan atau bahkan didelete.
Namo Budhaya,
Silahkan thread ini dipindah atau didelete. Sesungguhnya sy membuat thread ini khususnya untuk berbagi dgn org yg ud vege dan yg mau bljr vege..
Trima kasih
Namo Budhaya,
Silahkan thread ini dipindah atau didelete. Sesungguhnya sy membuat thread ini khususnya untuk berbagi dgn org yg ud vege dan yg mau bljr vege..
Trima kasih
untuk menghapus jejak ego dan kemaluan seseorang?Anda ngomong apa sih, dari awal ga jelas. Tapi saya lihat anda ini memang terlalu banyak bicara seolah-olah sudah bijaksana. Bagaimana kalau anda saja menggantikan Top1 yang sudah tidak melanjutkan, lalu kita berdiskusi secara mendetail dan fokus di thread baru? Setuju?
Namo Budhaya,Saya tidak masalah jika seorang peminum kopi berbagi ke peminum kopi lainnya atau ke orang yang mau belajar minum kopi tentang enaknya kopi, serta manfaat dan efek lainnya. Tapi jika orang itu mengatakan 'meminum kopi bisa menjadikan anda bijaksana dan penuh cinta kasih', maka saya akan meminta pertanggung-jawabannya.
Silahkan thread ini dipindah atau didelete. Sesungguhnya sy membuat thread ini khususnya untuk berbagi dgn org yg ud vege dan yg mau bljr vege..
Trima kasih
Saya tidak masalah jika seorang peminum kopi berbagi ke peminum kopi lainnya atau ke orang yang mau belajar minum kopi tentang enaknya kopi, serta manfaat dan efek lainnya. Tapi jika orang itu mengatakan 'meminum kopi bisa menjadikan anda bijaksana dan penuh cinta kasih', maka saya akan meminta pertanggung-jawabannya.
Mengenai vegetarianisme/veganisme, saya tidak pro ataupun anti.
welas asih itu dari hati, jika sesorang vegatarian karena tidak tega makhluk hidup di jagal bukankah itu welas asih, kasih yang muncul dari hati terhadap makhluk hidup yang tidak berdaya. Melihat makhluk hidup di mulutnya dipasang selang untuk memaksa makhluk tersebut makan.setahu saya penafsiran pribahasa "padi yang makin berisi makin merunduk" bukan seperti ini...
Bukan makananan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih.
Mungkin hal terlalu sederhana ini terlalu sulit dilihat pikiran yang dipenuhi dengan pengetahuan.
Seperti padi yang makin berisi makin merunduk
Semakin banyak pengetahuan semakin berat kepala , semakin sulit untuk melihat hal hal sederhana tersebut
Ide seperti "makanan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih" keluar dari seorang berpengetahuan memang sesuai dengan kemampuan seorang yang berpengatahuan , seorang yang penuh berisi seperti padi yang berisi, makin merunduk :)) :)) :)) :))
welas asih itu dari hati, jika sesorang vegatarian karena tidak tega makhluk hidup di jagal bukankah itu welas asih, kasih yang muncul dari hati terhadap makhluk hidup yang tidak berdaya. Melihat makhluk hidup di mulutnya dipasang selang untuk memaksa makhluk tersebut makan.
Bukan makananan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih.
Mungkin hal terlalu sederhana ini terlalu sulit dilihat pikiran yang dipenuhi dengan pengetahuan.
Seperti padi yang makin berisi makin merunduk
Semakin banyak pengetahuan semakin berat kepala , semakin sulit untuk melihat hal hal sederhana tersebut
Ide seperti "makanan yang berpengaruh pada sifat cinta kasih" keluar dari seorang berpengetahuan memang sesuai dengan kemampuan seorang yang berpengatahuan , seorang yang penuh berisi seperti padi yang berisi, makin merunduk :)) :)) :)) :))
Apalagi kalau bilang : "Jika anda minum kopi , anda ikut menyelamatkan dunia";D Iya, kalau ada penjelasannya, saya juga mau tahu relevansinya bagaimana. Kalau memang benar dan masuk akal, tidak ada salahnya kita usahakan minum kopi bergalon-galon sehari, bukan? Tapi itu 'kan kalau benar...
=)) =)) =))
Jika kita sering menonton acara perihal satwa atai binatang misalnya Animal Planet, NatGeo Wild, dll maka kita akan melihat dan mengamati bahwa dunia ini terutama dunia binatang diliputi oleh saling makan memakan untuk hidup sehari hari. Pembunuhan antar binatang terjadi tiap detik di semua tempat di dunia apakah di darat, di udara, di sungai dan lautan, semua menjadi tempat pembunuhan dan saling makan antar binatang.Seperti bang tesla bilang sebelumnya, keberadaan kita saja sebetulnya sudah bisa jadi penderitaan bagi makhluk lain, tak terhindarkan walaupun ga sengaja.
Apakah vegetarian yang dilakukan manusia mampu mencegah jutaan, mungkin milyaran bahkan trilyunan binatang (dari yg lebih kecil dari semut hingga sebesar ikan paus) yang terbunuh setiap harinya?
sebenarnya di bahasan welas asih saya sudah ingin memberi anda GRP utk menetralkan BRP yg saya beri kemarin.Sama, tadi udah mau kasih thanks setelah baca postingan awal, lalu ga jadi setelah lihat lanjutannya.
tapi karena postingan berikutnya, dan saya kira saya dapat melihat niat Anda memposting tsb adalah untuk merendahkan pengetahuan, saya ingin menimpuk BRP lagi pada Anda ;D sayang tidak bisa...
......aye bantu aja deh kasih - nya =))
sebenarnya di bahasan welas asih saya sudah ingin memberi anda GRP utk menetralkan BRP yg saya beri kemarin.
tapi karena postingan berikutnya, dan saya kira saya dapat melihat niat Anda memposting tsb adalah untuk merendahkan pengetahuan, saya ingin menimpuk BRP lagi pada Anda ;D sayang tidak bisa...
sebenarnya di bahasan welas asih saya sudah ingin memberi anda GRP utk menetralkan BRP yg saya beri kemarin.bantu kasih juga dah ;D
tapi karena postingan berikutnya, dan saya kira saya dapat melihat niat Anda memposting tsb adalah untuk merendahkan pengetahuan, saya ingin menimpuk BRP lagi pada Anda ;D sayang tidak bisa...
he he he... topik jadul yg selalu memicu kontroversial
intinya argumentasi dari masing2 pihak (pro & kontra) ada benarnya juga ada salahnya (berlebihan/berlebih-lebihan)
jadi baiknya masing2 pihak jalankan saja apa yg dianggapnya baik, tanpa perlu mempertentangkannya dgn pihak lain
moga2 bermanfaat
peace for all
Bro Siswahardy, saya sama sekali tidak kontra vegetarian karena saya sendiri rutin melakukannya terutama kalau sudah terlalu sering diundang dinner yang pasti tidak terlepas dari daging;syukurlah kalau Kaucu tidak kontra vegetarian
yang saya tertawakan disini adalah klaim berlebihan tentang penyelamatan dari hewan sampai bumi ini, mungkin sebentar lagi penyelamatan seluruh alam semesta. ;Dkalau dikatakan vegetarian dapat menyelamatkan hewan atau bumi secara totalitas, saya rasa saya setuju dgn Kaucu kalau itu berlebihan
^:)^ hormat hamba kepada Kaucu
syukurlah kalau Kaucu tidak kontra vegetarian
kalau dikatakan vegetarian dapat menyelamatkan hewan atau bumi secara totalitas, saya rasa saya setuju dgn Kaucu kalau itu berlebihan
namun saya juga tak dapat membantah kalau vegetarian dapat memberikan kontribusi dalam penyelamatan hewan atau bumi
kalo mw nyelamatin makhluk lebh byk,, kamu jd Bhikku az , n ngajarin dhamma,, biar pada tahu ttg dhamma , biar pada bisa nyelamatin diri sendiri,,
apa tak lebih baik jadi Buddha? tapi lebih baik lagi ngak jadi apa2!
aye termasuk yang tidak suka daging
kalo bikin pengakuan yg lengkap dong, ayo ngaku tidak suka rumput juga
Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."
90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."
Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?
Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)
Salam. _/\_
Rumput laut enak dan bergizi. _/\_
apakah anda pernah makan di warteg?
saya kasih bocoran ke anda ya, orang yg mengaku ini bahkan tidak suka makanan enak dan bergizi
Prasmanan pun menyediakan pilihan, bukan tidak memilih. Jika paham maksud "Buddha hanya makan dari pemberian", maka pola pelayanan rumah makan apapun seharusnya tidak dipertanyakan lagi, sebab kuncinya ada di konsumen bukan di penyedia layanan.
_/\_
Para bhikkhu pun diperbolehkan mempertanyakan dan menolak makanan yg diberikan, jika makanan itu mencurigakan. anda seharusnya paham aturan ini jika anda pernah membaca vinaya pitaka
Memilih itu dalam asas manfaat, seperti sudah saya tulis di atas. Tidak mungkin bhikkhu menyantap sesuatu yang melanggar sila sebagai bhikkhu dan/atau menyantap sesuatu yang beracun atau menyebabkan kematian dan sakit 'kan? :-[
_/\_
ternyata anda salah paham, ada vinaya yg melarang bhikkhu memakan makanan tertentu, dan jika makanan itu dicurigai berpotensi melanggar vinaya, maka bhikkhu diperbolehkan menolak, bukan soal mati atau sakit, Sang Buddha sendiri meskipun tau makanan dari Cunda itu beracun toh juga tetap memakannya kok
Lebih enak menuruti nafsu dan keinginan. Ingin makanan apa, makan saja. Alasan agamis seperti: "Buddha tidak mengajarkan" bisa jadi pembenaran. Jika Buddha dulu tidak menuruti keinginan untuk menyantap daging, dan hanya makan pemberian, umat sekarang mengikuti hawa nafsu (lobha) dalam menentukan apa yang mau disantap.
Nanti akan ada lagi argumen: "Saya 'kan bukan Buddha, saya juga bukan bhikkhu."
Jawaban saya, "Lalu mengapa harus setaat itu pada Buddha soal menyantap daging, tapi mengesampingkan ajaran Buddha yang lain: Mengikis sifat lobha."
Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).
Demikian, mohon koreksinya. _/\_
Salah paham dimana? Saya kira saya sudah tulis: Asas manfaat. Jika bhikkhu melanggar sila dalam hal makanan, lalu untuk apa dia berkomitmen menjadi bhikkhu. :)
kalo bikin pengakuan yg lengkap dong, ayo ngaku tidak suka rumput jugayeah, daun2an juga aye kaga makan =))
jadi memilih untuk tidak melanggar sila itu menurut anda bukan asas manfaat?
Tampaknya belum paham.
Memilih untuk tidak melanggar sila tentu saja asas manfaat, sebab mengikuti tujuan awal dari kebhikkhuan, yang salah satunya menaati aturan (vinaya). Yang tidak asas manfaat itu, mengikuti hawa nafsu. Itu saya kira sudah cukup jelas. Terima kasih. _/\_
Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."
90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."
Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?
Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)
Salam. _/\_
Lebih enak menuruti nafsu dan keinginan. Ingin makanan apa, makan saja. Alasan agamis seperti: "Buddha tidak mengajarkan" bisa jadi pembenaran. Jika Buddha dulu tidak menuruti keinginan untuk menyantap daging, dan hanya makan pemberian, umat sekarang mengikuti hawa nafsu (lobha) dalam menentukan apa yang mau disantap.Buddha ada membahas soal vegetarian... adalah salah kalau alasannya "Buddha tidak mengajarkan".
Nanti akan ada lagi argumen: "Saya 'kan bukan Buddha, saya juga bukan bhikkhu."heheh ngarang dech...
Jawaban saya, "Lalu mengapa harus setaat itu pada Buddha soal menyantap daging, tapi mengesampingkan ajaran Buddha yang lain: Mengikis sifat lobha."
Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).
Demikian, mohon koreksinya. _/\_
yeah, daun2an juga aye kaga makan =))
buah2an juga ga makan =))
Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."
90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."
Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?
Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)
Salam. _/\_
Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).
Demikian, mohon koreksinya. _/\_
aturan no 1
anda tidak boleh mengurangi makan daging karena alasan pembunuhan
anda tidak boleh mengurangi makan daging karena alasan penyiksaan
jika alasan sesuai dengan pandangan saya, maka alasan yg bagus
Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."
90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."
Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?
Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)
Salam. _/\_
bagaimana kalau memilih makanan sehat dan bergizi dan kaya nutrisi? ini asas manfaat bukan?
saya masih tertarik dengan komentar ini, Rekan Sunya, sebagai praktisi apakah anda memilih makanan dari menu juga kalo masuk restoran? atau apakah anda akan menyerahkan keputusan itu kepada pelayan restoran? mohon jawaban yg jujur
btw, yg ini jangan dilupakan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14366.msg438055.html#msg438055
Buddha ada membahas soal vegetarian... adalah salah kalau alasannya "Buddha tidak mengajarkan".
jadi Buddha tidak menganjurkan vegetarian, tetapi juga tidak menentangnya.
jika ingin lakukan silahkan, jika tidak silahkan. tidak ada hubungannya dalam praktik kehidupan suci.
heheh ngarang dech...
setuju dg ini, praktik vegetarian benar, diawali dg niat baik dapat mengikis lobha, perbedaannya setipis kertas (^^) dg praktik vegetarian karena melekat pada vegetarian itu sendiri.
dan hal sama utk praktik non vegetarian, makan apa saja (omnivora), jika diawali dengan niat baik yaitu tidak memilih2 makanan, dan melihat makanan hanya nutrisi pensupport tubuh, juga merupakan latihan mengikis lobha.
_/\_
tidak memilih makan juga bukan praktik extremis seperti yg Anda bayangkan
ada makanan apa, makan saja.
tentu saja di level yg sangat halus ada pilihan.
jika ada 10 hidangan, bisa makan hanya 3-4 macam hidangan.
praktiknya yah wajar2 saja...
rumah tidak masak, harus makan diluar, yah harus milih mo makan di mana.
jujur aja, pertimbangan utama saya sih harga :P
ajaran Buddha bro, jalan tengah... jalan tengah...
praktik extremis tidak dianjurkan
Boleh saya minta penjelasan kenapa bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha?
Karena setahu saya lobha atau tidaknya terletak pada pikiran, bukan pada jenis makanan.
Ntar begitu keluar tagihan 5 jt, baru nyahok dah tuh...
Anda memilih bukan menggunakan pikiran?
Pikiran yang melekat pada rasa dan kegemaran pada daging, bukan lobha?
_/\_
Praktisi apa? Yang ditekankan di atas, memilih dengan lobha, bukan menyerahkan keputusan itu kepada pelayan restoran. Mungkin pengertian Anda harus lebih diperdalam. _/\_
Anda suka daging babi?
Anda suka ayam goreng?
Itu pertanyaan yang lebih esensial daripada mempersoalkan masuk ke restoran dan memilih atau menyerahkan pilihan pada pelayan.
_/\_
Kurang tepat, mengapa hanya kemelekatan pada kesenangan lidah yang disebut lobha?
Lobha janganlah disederhanakan menjadi hanya kemelekatan pada daging saja.
Walaupun bahannya terbuat dari tumbuhan, tetapi jika direka reka , diolah sedemikian rupa dengan tujuan memuaskan kesenangan lidah, termasuk lobha.
Seseorang masuk ke warung vegetarian lalu memilih makahan, maka dia juga memiiih berdasarkan kesenangan indra lidah nya sendiri.
Dan ada yang lebih berbahaya, yang sangat halus dan sulit dikenali, sering menimbulkan banyak penderitaan pada manusia, yaitu kemelekatan pada indra ke 6 (mano ayatana), kemelekatan pada suatu bentuk pikiran.
Kemelakatan pada suatu paham entah komunisme , kapitalisme bahkan ajaran agama manapun , termasuk lobha.
Kemelekatan pada bentuk pikiran adalah lobha; termasuk idea mengurangi makan daging dapat menyelematkan bumi. ;D
Yang menentang idea mengurangi makan daging dapat menyelamatkan bumi, termasuk lobha juga. :))
Dan dengan demikian forum ini menjadi ramai dan gaduh karena masing mempertahankan lobha pada bentuk pikirannya masing masing.
=))
apakah memilih atau tidak ketika di dalam restoran? jadi apakah anda termasuk dalam 90% atau 10%?
Jangan bertanya balik ketika orang lain bertanya.
Jawablah dahulu, baru bertanya: "Bagaimana dengan Anda?"
Jika alur diskusi yang baik tidak bisa dijaga, ego (baca: lobha menurut rekan Mokau) yang mendominasi diskusi. Bukan pengetahuan yang didapat, malah saling berbantah-bantahan dengan landasan ego.
Semoga hal demikian tidak terjadi.
Salam bahagia penuh hormat. _/\_
saya masih tertarik dengan komentar ini, Rekan Sunya, sebagai praktisi apakah anda memilih makanan dari menu juga kalo masuk restoran? atau apakah anda akan menyerahkan keputusan itu kepada pelayan restoran? mohon jawaban yg jujur
btw, yg ini jangan dilupakan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14366.msg438055.html#msg438055
bisa dicopaskan pertanyaan anda itu, karena saya tidak melihat pertanyaan anda itu. dan pada pukul 12:08:52 AM saya bertanya yg berikut ini pun belum anda jawab. bagaimana pula dengan soal etika itu di sini?
tapi demi memuaskan anda, baiklah saya akan menjawab duluan, saya masuk restoran dengan mempertimbangkan apa yg akan saya makan hari ini sesuai dengan kebutuhan dan keuangan saya, kemudian saya masuk lantas memesan makanan sesuai pertimbangan saya itu, singkatnya, ya saya akan memilih makanan apa yg akan saya makan.
Anda memilih bukan menggunakan pikiran?
Pikiran yang melekat pada rasa dan kegemaran pada daging, bukan lobha?
_/\_
Coba kita ganti kata daging dengan sayur-sayuran/vegetarian.
Masih bisa dibilang mengurangi lobha kah?
Aya-aya wae ini orang.. wkwkwk
Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).
Rekan Mokau yang bijak, saya tidak pernah menyebut hanya kemelekatan pada kenikmatan lidah yang disebut lobha. Ketika di topik tertentu kita menyoroti masalah tertentu, sudah pasti kita menggunakan terminologi yang lebih menyempit pada pokok permasalahan (dalam hal ini makanan).
Kalau bahan tumbuhan yanng direkayasa hingga memuaskan kesenangan lidah, saya tidak komentar karena saya pribadi jujur saja lebih senang sayuran murni, dengan cita rasa dan pengolahan yang wajar.
Kalau kemelekatan pandangan:
1. Terlalu jauh dari topik, yakni gaya hidup (makanan).
2. Terlalu relatif untuk dibahas, sebab semua manusia rata-rata punya pandangan (bentuk pemikiran), atau umumnya kita sebut prinsip hidup.
Mempertahankan pendapat bagi saya dalam konteks berbagi pemikiran dan pandangan, bukan mempertahankan lobha. Selama landasan atau dasar pemikirannya dapat dipertanggungjawabkan dalam aspek tertentu (misalnya ilmiah, logis dan obyektif) bagi saya tidak masalah mempertahankan pendapat atau pandangan.
Misalnya Anda sebut menyelamatkan bumi dengan vegetarian, bisa dilihat dari data: Berapa tingkat efisiensi energi bila beralih dari pemakan daging ke vegetarian, berapa luas hektar lahan yang bisa dikonservasi, berapa tingkat emisi (polutan) yang bisa dikurangi, dan sebagainya. Ini data yang bisa dilihat dengan obyektif dan logis, juga cenderung ilmiah (bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan). Mempertahankan pendapat model begini, saya kira tidak bisa dikatakan mempertahankan lobha.
Kecuali mempertahankan pendapat yang sudah salah dan tak bisa dipertanggungjawabkan, mungkin saya setuju bahwa itu lobha.
Demikian. Mohon koreksinya dan maaf jika ada kata-kata yang salah. _/\_
Bacalah sesuatu dengan teliti. Di postingan pertama sudah saya sebutkan:
Jadi yang aya-aya wae siapa? :)
_/\_
Anda amat aspiratif (mengedepankan) pernyataan Anda sendiri, dan kerap mengesampingkan pernyataan orang lain. :) Dua postingan di atas postingan yang Anda kutip tersebut, saya lebih dulu bertanya dan tidak pernah mempertanyakan ulang walau Anda belum menjawab. :)
Pertanyaan saya: Apakah Anda memilih dengan lobha? Bila ini belum dijawab, saya akan kutip postingan yang bersangkutan.
Salam. _/\_
Mungkin Sdr. indra belum memahami maksud dari 'memilih' yang saya maksud, yakni memilih dengan dasar lobha (hawa nafsu), bukan atas dasar manfaat. Untuk jelasnya, dapat dibaca ulang postingan pertama saya di thread ini:
_/\_
Rekan Mokau yang bijak, saya tidak pernah menyebut hanya kemelekatan pada kenikmatan lidah yang disebut lobha. Ketika di topik tertentu kita menyoroti masalah tertentu, sudah pasti kita menggunakan terminologi yang lebih menyempit pada pokok permasalahan (dalam hal ini makanan).
Kalau bahan tumbuhan yanng direkayasa hingga memuaskan kesenangan lidah, saya tidak komentar karena saya pribadi jujur saja lebih senang sayuran murni, dengan cita rasa dan pengolahan yang wajar.
Kalau kemelekatan pandangan:
1. Terlalu jauh dari topik, yakni gaya hidup (makanan).
2. Terlalu relatif untuk dibahas, sebab semua manusia rata-rata punya pandangan (bentuk pemikiran), atau umumnya kita sebut prinsip hidup.
Mempertahankan pendapat bagi saya dalam konteks berbagi pemikiran dan pandangan, bukan mempertahankan lobha. Selama landasan atau dasar pemikirannya dapat dipertanggungjawabkan dalam aspek tertentu (misalnya ilmiah, logis dan obyektif) bagi saya tidak masalah mempertahankan pendapat atau pandangan.
Misalnya Anda sebut menyelamatkan bumi dengan vegetarian, bisa dilihat dari data: Berapa tingkat efisiensi energi bila beralih dari pemakan daging ke vegetarian, berapa luas hektar lahan yang bisa dikonservasi, berapa tingkat emisi (polutan) yang bisa dikurangi, dan sebagainya. Ini data yang bisa dilihat dengan obyektif dan logis, juga cenderung ilmiah (bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan). Mempertahankan pendapat model begini, saya kira tidak bisa dikatakan mempertahankan lobha.
Kecuali mempertahankan pendapat yang sudah salah dan tak bisa dipertanggungjawabkan, mungkin saya setuju bahwa itu lobha.
Demikian. Mohon koreksinya dan maaf jika ada kata-kata yang salah. _/\_
Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).
Rekan Sunya, saya berharap anda lebih fair dalam berargumen.
Yang menyatakan bahwa dengan bervegetarian bisa mengikis sifat lobha, adalah anda sendiri.
Pada waktu saya menjelaskan lobha tidak hanya pada kenikmatan lidah, anda mengatakan hanya menggunakan terminologi yang sempit yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Jika anda mau menggunakan terminologi lobha, tentunya anda harus menerima makna keseluruhan dari lobha.
Lain halnya kalau anda menyebutkan bahwa dengan bervegetarian, akan bisa mengurangi keterikatan pada kenikmatan rasa daging.
Demikian juga, jika seorang vegetarian membuat gado gado, bukankah dia menambahkan bumbu yang digiling/diulek berupa kacang, bawang, gula, garam dll yang diukur dengan takaran tertentu atau dicicipi agar rasanya pas; ataukah anda membuat gado gado mencampurkan semua bahan tersebut dengan sayuran tanpa menggiling bumbunya terlebih dahulu?
Pada waktu saya menjelaskan mengenai kemelekatan pada pandangan, anda menyatakan itu terlalu jauh; padahal bukankan masih bagian dari lobha.
Atau anda membuat definisi baru dari terminologi lobha?
Sebaliknya anda tidak menganggap pandangan bahwa dengan bervegetarian bisa menyelamatkan bumi masih relevan dengan topik vegetarian.
Tidak heran jika cara anda berargumen mengundang bata beterbangan. ;D
_/\_
Di luar topik:
Saya agak heran dengan subyektivitas pengguna forum ini. Yang saya tulis dan Anda tulis senada, namun ucapan terima kasih dan reputasi plus cenderung dialamatkan pada teman sendiri. Rupanya sudah ada golongan dan mungkin kebencian disini?
Saya menulis begini, nanti akan memicu perdebatan lagi, "Katanya tidak mempermasalahkan reputasi, katanya minta reputasi minus, dsb."
Ini thread terakhir saya aktif, alasan saya sederhana: Tidak bermanfaat membahas sesuatu yang sudah dilihat pada siapa yang membahas, bukan apa yang dibahas. Dalam forum ini mungkin ada golongan-golongan yang tidak terlihat, atas dasar sekte dan juga hubungan tertentu.
Bila ada yang kurang paham alasan saya undur diri, dapat dilihat pada beberapa thread terakhir saya aktif. Terima kasih.
ahh, si om kayak ga tau pesona DC aja.... :PDi luar topik:
Saya agak heran dengan subyektivitas pengguna forum ini. Yang saya tulis dan Anda tulis senada, namun ucapan terima kasih dan reputasi plus cenderung dialamatkan pada teman sendiri. Rupanya sudah ada golongan dan mungkin kebencian disini?
Saya menulis begini, nanti akan memicu perdebatan lagi, "Katanya tidak mempermasalahkan reputasi, katanya minta reputasi minus, dsb."
Ini thread terakhir saya aktif, alasan saya sederhana: Tidak bermanfaat membahas sesuatu yang sudah dilihat pada siapa yang membahas, bukan apa yang dibahas. Dalam forum ini mungkin ada golongan-golongan yang tidak terlihat, atas dasar sekte dan juga hubungan tertentu.
Bila ada yang kurang paham alasan saya undur diri, dapat dilihat pada beberapa thread terakhir saya aktif. Terima kasih.
ahh, si om kayak ga tau pesona DC aja.... :P
setuju... niat mengurangi penderitaan mahkluk lain adalah niat yg baik, welas kasih, karuna, dan lain2...
saya kira semua poster disini yg menentang vege extremis jg setuju :)
jika bagi Anda pengetahuan (Nyana) adalah kotoran batin, merupakan debu yg menghalangi mata seseorang,
sepertinya Anda salah forum. Ini adalah forum buddhisme, pengetahuan adalah sesuatu yg menembus hakikat kebenaran.
dalam setiap pencerahan pasti ada pengetahuan.
Ignorance is root of evil :)
sebenarnya di bahasan welas asih saya sudah ingin memberi anda GRP utk menetralkan BRP yg saya beri kemarin.
tapi karena postingan berikutnya, dan saya kira saya dapat melihat niat Anda memposting tsb adalah untuk merendahkan pengetahuan, saya ingin menimpuk BRP lagi pada Anda ;D sayang tidak bisa...
Tampaknya bro dengan pengetahuan bro telah mengambil kesimpulan sepihak. Mengambil kesimpulan mewakili agama Buddha berdasarkan Pengetahuan "Ignorance is r0ot of evil". Berdasarkan itu mengatakan agama Buddha adalah tentang pemuja pengetahuan. Ignorance itu bukan penyebabnya tanpa pengetahuan. Jika demikian kenapa banyak scientist yang tidak menjadi buddha. Cara pandang ini yang saya maksud pengetahuan sebagai debu.
Jika bro mengatakah saya salah forum dan mengatakan ini forum budhisme, anda menjadikan agama buddhisme tak bedanya dengan ajaran tetangga lain yang hanya menjadi pengumpul pengetahuan. Jika pengetahuan bisa menembus hakikat kebenaran, kenapa pengetahuan anda tidak bisa menembus hakikat kebenaran? kenapa ignorance yang semakain menonjol
Tampaknya bro belum bisa membedakan antara pengetahuan dan pengertian/pemahaman. Pemahaan dan pengertianlah yang dapat menembus hakikat kebenaran. Pengetahuan adalah sesuatu yang mati, tetapi pengertian adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang, hidup.
Pengetahuan adalah tentang mengumpulkan, Pengertian adalah tentang pelepasan, transformasi
Saya bisa lihat efek dari pengetahuan terhadap cara pandang bro, tercermin dari cara bro menilai sesuatu
Seperti analogi
Orang tahu pisau dapat berguna, dapat digunakan untuk kebaikan dan kejahatan. Orang yg memiliki pengetahuan akan kegunaan tersebut memanfaatkan pengetahuan untuk kepentigan pribadinya. Kenapa pengetahuan menjadikan orang tersebut semakin ignorance?
_/\_
Tampaknya bro dengan pengetahuan bro telah mengambil kesimpulan sepihak. Mengambil kesimpulan mewakili agama Buddha berdasarkan Pengetahuan "Ignorance is r0ot of evil". Berdasarkan itu mengatakan agama Buddha adalah tentang pemuja pengetahuan. Ignorance itu bukan penyebabnya tanpa pengetahuan. Jika demikian kenapa banyak scientist yang tidak menjadi buddha. Cara pandang ini yang saya maksud pengetahuan sebagai debu.
Jika bro mengatakah saya salah forum dan mengatakan ini forum budhisme, anda menjadikan agama buddhisme tak bedanya dengan ajaran tetangga lain yang hanya menjadi pengumpul pengetahuan. Jika pengetahuan bisa menembus hakikat kebenaran, kenapa pengetahuan anda tidak bisa menembus hakikat kebenaran? kenapa ignorance yang semakain menonjol
Tampaknya bro belum bisa membedakan antara pengetahuan dan pengertian/pemahaman. Pemahaan dan pengertianlah yang dapat menembus hakikat kebenaran. Pengetahuan adalah sesuatu yang mati, tetapi pengertian adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang, hidup.
Pengetahuan adalah tentang mengumpulkan, Pengertian adalah tentang pelepasan, transformasi
Saya bisa lihat efek dari pengetahuan terhadap cara pandang bro, tercermin dari cara bro menilai sesuatu
Seperti analogi
Orang tahu pisau dapat berguna, dapat digunakan untuk kebaikan dan kejahatan. Orang yg memiliki pengetahuan akan kegunaan tersebut memanfaatkan pengetahuan untuk kepentigan pribadinya. Kenapa pengetahuan menjadikan orang tersebut semakin ignorance?
_/\_
Sekarang lebih jelas lagi "padi semakin berisi semakin menunduk"
lebih jelas antara yg berpengetahuan dengan yang berpengertian
Jika pengetahuan bisa menembus hakikat kebenaran, kenapa pengetahuan anda tidak bisa menembus hakikat kebenaran? kenapa ignorance yang semakain menonjol
Tampaknya istilah "pengetahuan" yang dibicarakan oleh bro Djoe dan bro Tesla; mengacu pada hal yang berbeda.Ya, saya setuju dengan analisis Mokau. Namun demikian, Buddha sendiri tidak pernah mencela pengetahuan dan orang yang belajar banyak. Yang dicela adalah kemelekatan pada pengetahuan itu sendiri termasuk buddha-dhamma.
Saya kira (mudah mudahan perkiraan ini benar) "Pengetahuan" yang dimaksud bro Djoe adalah pengetahuan mengenai ilmu , teknologi, keuangan dan lain lain; yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang lebih mengetahui untuk meng"akal"i yang lebih tidak tahu.
Sedangkan bro Tesla, menyebutkan "`Nana" (Jnana dalam bahasa Sanskerta), adalah Pengetahuan mengenai tahap tahap untuk merealisasi Nibbana, pada saat seorang melakukan Vipassana, maka argumen kedua belah pihak salah sambung.
Demikian pula istilah dari bro Tesla, "Ignorance is root of evil" , ignorance disni mengacu pada "Moha". yang bukan saja mengakibatkan "Evil" tetapi juga mengakibatkan "Dukkha".
Samakan dulu persepsi mengenai istilah tersebut baru berargumen lagi, kalau tidak sama lalu berdebat ; terjadilah debatkusirsopir
Monggo dilanjut argumennya.
_/\_
setuju... niat mengurangi penderitaan mahkluk lain adalah niat yg baik, welas kasih, karuna, dan lain2...
saya kira semua poster disini yg menentang vege extremis jg setuju :)
jika bagi Anda pengetahuan (Nyana) adalah kotoran batin, merupakan debu yg menghalangi mata seseorang,
sepertinya Anda salah forum. Ini adalah forum buddhisme, pengetahuan adalah sesuatu yg menembus hakikat kebenaran.
dalam setiap pencerahan pasti ada pengetahuan.
Ignorance is root of evil :)
sebenarnya di bahasan welas asih saya sudah ingin memberi anda GRP utk menetralkan BRP yg saya beri kemarin.
tapi karena postingan berikutnya, dan saya kira saya dapat melihat niat Anda memposting tsb adalah untuk merendahkan pengetahuan, saya ingin menimpuk BRP lagi pada Anda ;D sayang tidak bisa...
Tampaknya istilah "pengetahuan" yang dibicarakan oleh bro Djoe dan bro Tesla; mengacu pada hal yang berbeda.
Saya kira (mudah mudahan perkiraan ini benar) "Pengetahuan" yang dimaksud bro Djoe adalah pengetahuan mengenai ilmu , teknologi, keuangan dan lain lain; yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang lebih mengetahui untuk meng"akal"i yang lebih tidak tahu.
pengetahuan itu sendiri objek netral.
bahwa digunakan utk mengakali orang lain, itu niatnya yg ga bener, bukan pengetahuannya.
niatnya yg membutakan, bukan pengetahuannya.
pengetahuan tentang apapun itu mencerahkan.
Sekarang lebih jelas lagi " tong kosong bunyinya nyaring" :))
^:)^ ^:)^ ^:)^
Benar. pengetahuan hanyalah objek netral, pengetahuan tidak ada jahat atau baik. Ia hanyalah objek. Contoh pengetahuan yg diberikan dalam tulisan saya utuk menunjukkan sebuah contoh tentang pengetahuan. Tetapi pengetahuan itu sendiri menjadi hambatan/debu di mata utk mengenal kebenaran itu sendiri.
Apakah rasa apel bisa diperoleh lewat pengetahuan? Pengetahuan itu menjadi rintangan untuk merasakan apel. Disini yang dibahas pengetahuan yg bersifat baik atau jahat. Tetapi esensi dari pengetahuan itu sendiri merupakan rintangan dalam pencapaian pembebasan
Itulah yang membedakan ajaran buda dengan ajaran samawi, bayi yang belum tau apa2 bisa2 masuk neraka beda dengan ajaran buda ya =))
hmm, pusing amat soal makanan yah! bila pesan makanan di resto bisa di bilang lobha (karena kita memilih) sekali kali coba makan catering rumah yang di antar ke rumah biar yang memutuskan sayur apa yang anda makan hari ini di putuskan oleh catering rumah tersebut jadi anda tinggal makan dan bayar saja perbulan; tidak susah pikirin kalau pilih pilih makan di resto adalah lobha dsb.sebenarnya kalau makan makanan katering pun tetap lobha kalau kita menyenangi makanan tersebur, dan melekat pada cita rasanya.. ;D
sebenarnya kalau makan makanan katering pun tetap lobha kalau kita menyenangi makanan tersebur, dan melekat pada cita rasanya.. ;D
hmm, pusing amat soal makanan yah! bila pesan makanan di resto bisa di bilang lobha (karena kita memilih) sekali kali coba makan catering rumah yang di antar ke rumah biar yang memutuskan sayur apa yang anda makan hari ini di putuskan oleh catering rumah tersebut jadi anda tinggal makan dan bayar saja perbulan; tidak susah pikirin kalau pilih pilih makan di resto adalah lobha dsb.
siapa bilang makanan catering tidak memilih? setelah seminggu kalo makanan gak cocok, pindah ke catering lain, dan lagi layanan catering yg saya tahu juga menyediakan pilihan menu.
wah selama ini belum pindah catering nya masih yang dulu; setidak nya makanan nya bisa di makan meski kadang kadang menu nya tidak biasa (akhir nya jadi biasa saja)
hmm, Bila kemudian rantangan tersebut tidak sesuai selera seminggu langsung ganti lagi yang lain, tentu nya tidak sesuai dengan apa yang ditujukan pada kehendak latihan awal yaitu makan untuk menopang kehidupan, jadi tidak mempersoalkan rasa dari makanan tersebut.
lalu, memutuskan untuk tidak pindah catering karena makanannya bisa dimakan dan menunya tidak biasa, apakah ini bukan lobha juga?
sebenarnya kalau makan makanan katering pun tetap lobha kalau kita menyenangi makanan tersebur, dan melekat pada cita rasanya.. ;D
waduh-waduh... mau makan saja susahnya minta ampun ::)itulah ajaran para suci, kalau bisa dipersulit, ngapain dipermudah =))
adalah tidak fair bahwa menuduh orang yg tidak vegetarian, makan dengan niat memuaskan lidah.
kecuali jika orang tsb memang memiliki kesaktian utk melihat setiap niat dibalik tindakan orang lain.
memang tidak jarang dalam kehidupan sehari2 kita menilai orang lain berniat baik / buruk itu dari "tindakan" apa yg ia lakukan,
namun apa niat yg mendasari orang tsb kita tidak pernah tau (lagi2 kecuali Anda sakti). perlu disadari bahwa karena keterbatasan kita utk melihat niat dibalik tindakan itu lebih banyak membawa malapetaka (mis: dijauhi oleh kalyanamitta), sering niat baik tetapi diterima buruk oleh orang lain.
ketika seseorang makan daging, sama sekali tidak bisa dikatakan ia serakah akan daging,
sama halnya ketika seseorang minum air, sama sekali tidak tepat dikatakan ia serakah (lobha) thd air
justru menurut saya sangat pada topiknya,
thread ini dan vegetarian2 sebelumnya adalah bukti bahwa kemelekatan thd suatu bentuk pemikiran lebih banyak menyebabkan perpecahan drpd perdamaian. di mana selalu muncul gejala bahwa pandangan dirinya lebih baik dari orang lain, mis: ber-vegetarian lebih baik drpd tidak. dan kemudian muncul tindakan2 lain yang mendorong dunia agar berubah sesuai dengan pandangannya. padahal permasalahannya sangat sederhana dan lebih mudah merubah diri sendiri daripada orang lain. penderitaan hadir karena kita selalu menolak kenyataan yg memilukan (seperti kenapa orang lain tidak bisa melihat bervegetarian lebih baik?), kebebasan dari penderitaan dimulai dg melihat kenyataan apa adanya, bahwa hidup adalah dukkha. mau diputar balikkan bagaimanapun, mau menjadi vegetarian, mau mencukur rambut, melakukan ratusan sila, tetap saja hidup adalah dukkha. hidup Anda, hidup saya, hidup mahkluk lain, tidak pernah akan memuaskan dan selalu adalah penderitaan.
jika Anda berniat vegetarian dan berpikir itu baik, lakukanlah...
berusaha merubah orang lain agar sepaham dg Anda itulah masalah di thread ini (dan thread vege sebelumnya).
Orang lain tidak ingin menjadi vegetarian, melihat bahwa menjadi vegetarian menyelamatkan bumi adalah ide yang konyol,
manusia omnivora, utk apa bervegetarian? masih banyak jalan menyelamatkan bumi, mengurangi polusi spt mengurangi pemakaian energi, plastik, air bersih.
bahkan ide mengurangi polusi jg tidak bisa dianggap benar, ultimate-nya, suatu saat semua mahkluk akan mati, semua kondisi di dunia ini selalu berubah. alam akan otomatis menyeleksinya, jika kita tidak lolos seleksi, manusia punah juga sesuatu yg tidak terhindarkan. lebih baik selalu sadar, bahwa hidup adalah dukkha. bagaimanapun...
bisa dijelaskan dulu karena saya khawatir tidak dapat memahami bahsa anda yg terlalu tinggi buat saya, ketika saya dengan sengaja tidak menjawab suatu pertanyaan, maka itu lebih sering karena saya memang tidak mampu menjawabnya, saya bukan seorang yg maha tahu segala hal seperti halnya seseorang di sini. apakah yg dimaksud dengan lobha? terlepas dari apa maksud lobha ini, di atas saya sudah menjelaskan bahwa ketika saya memilih maka saya memilih berdasarkan apa yg saya inginkan dan apa yg telah saya putuskan sebelum saya memasuki restoran itu, suatu keputusan yg telah diperhitungkan, terutama agar tidak mengalami spt yg dikatakan salah satu member di sini, yaitu menghindari tagihan 50jt utk seporsi makanan. silakan anda yg lebih bijaksana mengkategorikan keputusan saya itu.
sekarang apakah sudah memuaskan anda sehingga anda sudi menjawab pertanyaan saya itu?
dan jika anda sudi, sekalian tolong dijawab, apakah anda juga praktisi vegetarian?
Jika cara Anda menjawab masih seperti ini, saya tidak layani lagi di thread ini.
Saya masih berkenan melayani postingan Anda, maka cobalah dengan lebih baik.
...
Di luar topik:
Saya agak heran dengan subyektivitas pengguna forum ini. Yang saya tulis dan Anda tulis senada, namun ucapan terima kasih dan reputasi plus cenderung dialamatkan pada teman sendiri. Rupanya sudah ada golongan dan mungkin kebencian disini?
Saya menulis begini, nanti akan memicu perdebatan lagi, "Katanya tidak mempermasalahkan reputasi, katanya minta reputasi minus, dsb."
Ini thread terakhir saya aktif, alasan saya sederhana: Tidak bermanfaat membahas sesuatu yang sudah dilihat pada siapa yang membahas, bukan apa yang dibahas. Dalam forum ini mungkin ada golongan-golongan yang tidak terlihat, atas dasar sekte dan juga hubungan tertentu.
Bila ada yang kurang paham alasan saya undur diri, dapat dilihat pada beberapa thread terakhir saya aktif. Terima kasih.
Pertanyaan Anda di baris terakhir sudah saya jawab di postingan untuk rekan Tesla di atas. Jika Anda masih belum bersedia menjawab pertanyaan yang sudah lalu (memilih dengan lobha), saya kira ini sudah tidak perlu diteruskan (karena minim kejujuran dan keterbukaan dalam berdiskusi, juga seperti saya tulis: Mengedepankan aspirasi sendiri, tapi tidak melihat dan menjawab pertanyaan dari rekan diskusi).
Demikian. Salam. _/\_
Rekan Sunya, saya berharap anda lebih fair dalam berargumen.
Yang menyatakan bahwa dengan bervegetarian bisa mengikis sifat lobha, adalah anda sendiri.
Pada waktu saya menjelaskan lobha tidak hanya pada kenikmatan lidah, anda mengatakan hanya menggunakan terminologi yang sempit yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Jika anda mau menggunakan terminologi lobha, tentunya anda harus menerima makna keseluruhan dari lobha.
Lain halnya kalau anda menyebutkan bahwa dengan bervegetarian, akan bisa mengurangi keterikatan pada kenikmatan rasa daging.
Demikian juga, jika seorang vegetarian membuat gado gado, bukankah dia menambahkan bumbu yang digiling/diulek berupa kacang, bawang, gula, garam dll yang diukur dengan takaran tertentu atau dicicipi agar rasanya pas; ataukah anda membuat gado gado mencampurkan semua bahan tersebut dengan sayuran tanpa menggiling bumbunya terlebih dahulu?
Pada waktu saya menjelaskan mengenai kemelekatan pada pandangan, anda menyatakan itu terlalu jauh; padahal bukankan masih bagian dari lobha.
Atau anda membuat definisi baru dari terminologi lobha?
Sebaliknya anda tidak menganggap pandangan bahwa dengan bervegetarian bisa menyelamatkan bumi masih relevan dengan topik vegetarian.
Tidak heran jika cara anda berargumen mengundang bata beterbangan. ;D
_/\_
bukan begitu, mungkin anda belum tahu dengan siapa anda berhadapan, seharusnya saya yg berkata begitu pada anda, dan anda sungguh sangat beruntung karena saya masih sudi melayani anda. mengenai anda tidak melayani saya, hal itu tidak perlu dianggap serius, karena bukankah anda memilik watak mengatakan sesuatu yg tidak anda lakukan? misalnya, bukankah anda pernah mengatakan sbb?
saya tidak melihat jawaban anda sebelumnya, jika seseorang mempertanyakan sesuatu yg sudah pernah anda jawab, maka anda setidaknya memberikan petunjuk di mana jawaban anda itu, lebih baik dalam bentuk link. tapi saya pikir jawaban "YA"/"TIDAK" akan jauh lebih mudah daripada menuliskan #reply atau link.
Salam Demikian _/\_
Demikian. Dan sejujurnya, saya bukan vegetarian, tadi baru makan sate babi.
Saya bukan murni vegetarian[/b], tapi jika dilihat dari presentasi mereka yang berdasarkan data ilmiah dan hasil survey, saya kira kita harus lebih obyektif sedikit dalam menilai, tidak terkungkung pandangan (subyektif) bahwa saya Buddhis Theravada (Theravadin) dan Buddha junjungan saya tidak mengajarkan (menganjurkan) vegetarian. Saya kira ini justru kemelekatan pandangan. Bagaimana menurut Anda? :)
Memangnya dengan siapa saya berhadapan? Indra yang perkasa? :) Ya, saya mungkin dulu juga seperti itu, saya mungkin paham. _/\_
Baik, jika Anda tidak melihat, saya bantu kutip (tidak perlu terima kasih seperti biasa).terlambat, saya sudah menemukan
Demikian. Jika Anda belum jawab juga, ini balasan terakhir untuk Anda.
Salam. _/\_
Memangnya dengan siapa saya berhadapan? Indra yang perkasa? :) Ya, saya mungkin dulu juga seperti itu, saya mungkin paham. _/\_
Baik, jika Anda tidak melihat, saya bantu kutip (tidak perlu terima kasih seperti biasa).
Demikian. Jika Anda belum jawab juga, ini balasan terakhir untuk Anda.
Salam. _/\_
Kasihan... lebih suka debat kusir daripada berdiskusi substantif. Mencari kesalahan dalam tulisan orang lain? :)
Salam bahagia untuk Anda, rekan Indra. _/\_
Rekan Tesla, adakah tulisan saya yang Anda kutip tersebut menuduh orang yang tidak vegetarian makan dengan niat memuaskan lidah? Jujur saya tidak mengerti, beberapa kawan Anda malah memberi ucapan terima kasih atas tulisan Anda. Inikah bentuk kotak-kotak diskriminasi di forum ini? :)
Seseorang makan apapun (analogi Anda tentang minum air) tidak bisa dikatakan lobha ataupun tidak, semua tergantung pada individu yang menjalani.
Vegetarian, konsep-konsep keagamaan lainnya, selalu membuat orang merasa lebih baik dari lainnya. Saya kira agak naif jika ini hanya difokuskan pada vegetarian. Pada faktanya, di forum ini saja ada yang merasa diri lebih benar dan pantas menghujat aliran lain. Saya tidak perlu merahasiakan ini lagi, saya kira penghinaan dan pelecehannya sudah jelas: Aliran True Buddha School (Master Lu) dan aliran Maitreya jadi bahan tertawaan dan bulan-bulanan penghinaan disini. Pelakunya jelas: Merasa diri lebih suci dari yang lain.
Anda juga sedang mengkhotbahkan "Hidup adalah Dukkha" 'kan? Dari berbagai aspek Anda mencoba menjelaskan seberapa logis konsep yang Anda yakini, dan Anda ingin orang ter-influence (terpengaruh). Apa bedanya dengan orang yang berkampanye vegetarian? :)
Rekan Tesla... jika saja kita mau bijak sedikit melihat kehidupan (kenyataan), maka kita akan lihat bahwa di dunia ini semua saling pengaruh-mempengaruhi; dari aspek agama, politik, idelogi kehidupan (falsafah), kesehatan, dsb.
Sangat naif menurut saya jika hanya melihat konsep vegetarian yang mempengaruhi orang banyak. Sedikit saja kita lihat; Anda mengobrol dengan teman Anda bicara tentang warung yang lebih enak. Anda bicara dengan saudara Anda memperkenalkan dokter yang lebih baik. Presiden A bertemu presiden B, berbicara masalah ideologi politik yang mereka anut, dan secara tidak langsung mempromosikan apa yang mereka yakini lebih baik.
Itu semua normal.
Dunia ini saling pengaruh-mempengaruhi, semua pemikiran adalah magnet bagi pemikiran lainnya.
Demikian. Dan sejujurnya, saya bukan vegetarian, tadi baru makan sate babi. Keliru jika menempatkan posisi thread ini sebagai perpecahan antar penganut vegetarian dan non-vegetarian. Saya kira diskusi itu sebuah hal positif, asal dikemukakan dengan santun dan saling menghargai.
Demikian.
Perkara Anda memvonis vegetarian adalah ide yang konyol, terkait penyelamatan bumi, mungkin bisa kita bahas secara lebih ilmiah jika Anda berkenan. Amat pragmatis sekali bagi saya jika argumen hanya didasari keyakinan, bukan data-data survey dan ilmiah yang valid.
Baik, terima kasih atas perhatian dan waktunya.sama-sama
Salam bahagia dan salam keterbukaan pemikiran. _/\_
Tentang gado-gado, jika alasannya mengurangi lobha dengan meniadakan bumbu (itu yang saya tangkap) maka Anda bisa menulis dengan lebih esensial, bahwa garam, gula, dsb harus dihilangkan untuk mengurangi lobha sebab di bumbu itu yang dominan adalah rasa yang bisa ditangkap lidah dengan bantuan media udara (lewat nafas). Jika ini poin Anda, bhikkhu pun harus makan dengan tanpa bumbu (garam, gula, terasi, dsb), sebab alasannya mengurangi lobha?
Bagi saya itu adalah kelucuan. :)
Ingat Jalan Tengah. Itu saja komentar singkat saya tentang kemelekatan pada bumbu yang Anda tulis di atas. :)
soal post saya ingin mempengaruhi orang lain... ah itu tidak benar...
awalnya saya cuma kasih BRP dan kurang niat (tenaga) utk reply
Rekan Tesla, adakah tulisan saya yang Anda kutip tersebut menuduh orang yang tidak vegetarian makan dengan niat memuaskan lidah? Jujur saya tidak mengerti, beberapa kawan Anda malah memberi ucapan terima kasih atas tulisan Anda. Inikah bentuk kotak-kotak diskriminasi di forum ini? :)
Forum ini memang sangat diskriminatif terhadap orang berguna vs orang tidak berguna; orang berperilaku baik vs perilaku buruk; dan orang jujur apa adanya vs orang munafik.
Tapi sungguh tak terduga anda yang mengklaim sudah berbatin seimbang, nampaknya teriritasi sekali dengan 'thanks' yang disematkan pada lawan diskusi anda. :))
apa memungkinkan di dunia maya untuk membedakan orang berguna dgn tidak berguna; berprilaku baik dgn buruk; dan jujur dgn munafik?Dalam konteks forum ini, tentu dilihat dari postingnya. Mungkin saja orang itu dianggap 'tidak berguna' dalam masyarakat, tapi selama ia posting hal-hal yang bisa membantu orang lain, memberi informasi, memberi pengertian, maka dalam forum ini ia akan dianggap orang berguna. Sama juga untuk berperilaku baik dan jujur. Jadi di sini memang kita kenali pribadi sebatas tulisannya saja.
soalnya di dunia nyata saja saya kesulitan
sorry, pertanyaannya OOT. mau dijawab boleh, ngak mau juga ngak apa2.
Halo, rekan Mokau.
Saya kurang paham bagaimana cara Anda memahami kalimat. Tapi disana sudah jelas saya tulis dan bahkan Anda kutip: Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Ini bagi saya sudah jelas bahwa vegetarian pun bisa mengandung lobha, makan daging pun juga bisa. Bagaimana Anda bisa mengartikannya dengan asosiasi bahwa makan daging berarti lobha?
Saya menerima makna keseluruhan pada lobha, jika itu yang mungkin Anda permasalahkan dan masih bingung dengan pendapat saya. Namun pada klarifikasi saya sebelumnya, yang Anda kutip di atas. saya sedang menjelaskan bahwa lobha yang saya maksud adalah lobha yang terkait dengan lidah. Itu saja, saya kira ini cukup mudah dipahami. Anda menjelaskan lobha secara umum, dan saya katakan di postingan saya bahwa yang saya soroti adalah lobha pada lidah (saya pun menerima makna lobha secara umum).
Masa begitu mau diperpanjang? :) Bahas yang substansial saja (inti), jangan berputar di kulit (bahasa). :)
Tentang gado-gado, jika alasannya mengurangi lobha dengan meniadakan bumbu (itu yang saya tangkap) maka Anda bisa menulis dengan lebih esensial, bahwa garam, gula, dsb harus dihilangkan untuk mengurangi lobha sebab di bumbu itu yang dominan adalah rasa yang bisa ditangkap lidah dengan bantuan media udara (lewat nafas). Jika ini poin Anda, bhikkhu pun harus makan dengan tanpa bumbu (garam, gula, terasi, dsb), sebab alasannya mengurangi lobha?
Bagi saya itu adalah kelucuan. :)
Ingat Jalan Tengah. Itu saja komentar singkat saya tentang kemelekatan pada bumbu yang Anda tulis di atas. :)
Bervegetarian adalah salah satu jalan menyelamatkan bumi, dan itu bisa diperdebatkan secara ilmiah dan logis. Saya bukan murni vegetarian, tapi jika dilihat dari presentasi mereka yang berdasarkan data ilmiah dan hasil survey, saya kira kita harus lebih obyektif sedikit dalam menilai, tidak terkungkung pandangan (subyektif) bahwa saya Buddhis Theravada (Theravadin) dan Buddha junjungan saya tidak mengajarkan (menganjurkan) vegetarian. Saya kira ini justru kemelekatan pandangan. Bagaimana menurut Anda? :)
Bila diskusi mau diperlebar pada kemelekatan pandangan, silakan. Saya ikuti alur saja (selalu begitu dari thread ke thread). :)
Silakan, jika mau melempar bata lagi juga tidak masalah. Bagi saya ini persoalan tukar pemikiran, bukan sentimentil perasaan dan emosional (usia saya sudah lewat untuk hal seperti itu).
Salam bahagia untuk Anda, dan saya terima juga bata Anda dengan senang hati (bila dilempar). Ingat, saya tetap sayang Anda walau diberi apapun.
Saya sayang semua... semoga semua berbahagia. _/\_
sama seperti dalam pikiran anda yg menghina LSY & Maitreya merasa lebih suci dari yg lain?
jadi dengan begini Anda mengakui vegetarian pelakunya jelas merasa lebih suci dari yg lain?
saya terbuka untuk disangkal ;D
silahkan sangkal "hidup adalah dukkha"
setiap logis saya juga bebas untuk disangkal,
saya ga merasa paling benar kok.
perbedaannya begini,
jika Anda memaparkan kebenaran, orang lain akan melihat, dan jika Anda benar, segala counter opinion dapat ditangkis.
nah sekarang ketika vegetarian mulai memberi argumennya, bahkan sampai2 memutarbalikkan fakta spt pelanggaran sila, mengikis lobha, dan disangkal itu semua tidak valid, malah mulai merengek, BRP lah, thank you lah...
soal post saya ingin mempengaruhi orang lain... ah itu tidak benar...
awalnya saya cuma kasih BRP dan kurang niat (tenaga) utk reply
ternyata yg di-BRP merengek... saya jadi terhanyut ingin menambah penderitaanya & memang diskusi ini jadi ajang debat saja
walau semua argumen saya, saya rasa paling benar, tapi semua itu juga pointless, niat awal saya emg utk debat
kalimat ini menjelaskan Anda tidak mengerti apa yg saya bicarakan ketika saya katakan itu ide yang konyol.
sama-sama
_/\_
lho analogi mOkau Kachu biar mengerti hal yg sama pada vegetarian
amazing... kalau soal gado2 mengerti jalan tengah, tapi kok soal makan daging tidak :(
akhirnya saya menemukan jawaban anda.
ternyata anda bukan murni vegetarian, bisa dijelaskan sebukan-murni apa anda itu?
apakah makan nasi + kangkung + babi, bisa dikatakan bukan-murni vegetarian? kalau benar begitu, maka semua manusia memang bukan-murni vegetarian.
Anda tidak memahami cara saya memahami kalimat.
Saya juga tidak memahami cara anda memahami kalimat
Score 1 - 1
Dari pada diperpanjang, ngopi aja dah ~o) - ~o)
Semoga anda selalu bahagia dan segera mendapat pencerahan.
_/\_
Logic banget. :)) :))
Pasti bukan murni vege nya (ada bahan dari hewan) juga didasari bukan murni lobha. :hammer: :whistle:
Saya mengingat 2 pernyataan Anda tentang dukkha, dan dari kedua kalimat tersebut tidak ada indikasi memberi peluang untuk disangkal.keimanan? apa pula hubungannya?
- mau diputar balikkan bagaimanapun, mau menjadi vegetarian, mau mencukur rambut, melakukan ratusan sila, tetap saja hidup adalah dukkha. hidup Anda, hidup saya, hidup mahkluk lain, tidak pernah akan memuaskan dan selalu adalah penderitaan.
- manusia punah juga sesuatu yg tidak terhindarkan. lebih baik selalu sadar, bahwa hidup adalah dukkha.
Kedua kutipan kalimat di atas adalah cenderung bentuk keimanan, bukan sebuah pernyataan yang mengundang untuk didiskusikan. Jika Anda jujur bahwa Anda sedang mengungkapkan keimanan Anda, dan mencoba mempengaruhi orang dengan pemikiran tersebut, baru saya bersedia memberi sangkalan (memulai diskusi tentang benar-tidaknya pernyataan Anda).
Kejujuran itu penting. Jika memang punya keimanan silakan nyatakan dengan jujur, jangan berdalih dengan, "Saya tidak merasa paling benar kok." Padahal di hati memang merasa sangat benar dengan keyakinan yang dianut, toh? Bukan begitu? :)
Kalau niatnya untuk debat (mungkin maksudnya debat kusir?), saya kira tidak bermanfaat lagi diteruskan (menurut saya). Jika ini diskusi dharma yang konstruktif (saling membangun dan mengkoreksi), saya masih bersedia mengikuti.
Tentang pernyataan Anda mengenai vegetarian adalah ide konyol, silakan berikan penjelasan daripada menyatakan bahwa saya tidak mengerti apa yang Anda maksud.
Demikian. Terima kasih untuk pendapat dan pemikirannya. Salam bahagia dan sukses selalu. _/\_
Apa yang Anda pahami tentang jalan tengah?
Kompromi pada hal yang wajar, dalam hal ini bumbu makanan, tapi bukan pada hal yang jelas-jelas bisa dihindari (mengurangi sampai meniadakan daging hewan dalam menu santapan sehari-hari). Anda tidak bisa makan tanpa rasa manis, asin, asam dan pedas, tapi Anda bisa makan sayur dan buah dengan lezat tanpa membuat makhluk lain dibunuh secara sengaja. Benar?
Jujur katakan pada semua, berapa orang yang makan daging karena lobha... alih-alih beralasan mengikuti ajaran Gautama (tentang non-vegetarianisme maupun jalan tengah).
Jujur saja, semua disini makan daging karena suka, bukan karena ajaran. :)
Salam jujur dari hati. _/\_
Jujur saja, semua disini makan daging karena suka, bukan karena ajaran. :)
Salam jujur dari hati. _/\_
Jujur saja, saya sangat suka makan daging. Apalagi babi, slurp...
Jujur saja, saya juga sangat suka makan buah.
Jujur saja, saya juga sangat suka makan sayur2an tertentu.
Maksud anda apa sih? Orang aneh, aya aya wae...
berarti anda termasuk vegetarian tidak murni
Bisa juga karnivora tidak murni
Gelas setengah isi atau setengah kosong. :whistle:
permasalahannya bukan terletak pada sulit atau mudah, namun bermanfaat atau tidaksetuju. kalo dipikir-pikir manusia itu kreatif ya. dari kegiatan makan saja sudah banyak sekali tujuan-tujuan yang ingin dicapai. ingin kenyang, menikmati rasa, dapat gizi A-Z, mengikis lobha, jadi suci, dan... menyelamatkan dunia.
contohnya: bagi sebagian anak belajar (pendidikan reguler) adalah hal yg sulit, tapi bukankah itu bermanfaat
manusia itu makluk omnivora bukan herbivora aka vegetarian liat saja bentuk gigi kita
ada gigi taring kan untuk mencabikcabik daging >:)<
Setauku susunan gigi manusia herbivore deh. Lupa baca dmana.
Oh ya, ngmg2 masalah vege, baca buku "Miracle of Enzyme" bagus banget.
Bukan di tekanin ke vege nya, tp pengganti vitamin dr daging ke sayur.
Jadi kan ada org blg protein sapi bagus, kalau vege ga dpt protein dr sapi itu gimana2.
Nah dsana d jelaskan kalau pengganti protein sapi itu dari kacang merah. Dan masih banyak yang lainnya.
Buruan beli.
yah sebenarnya di dalam lubuk hati terdalam gw pingin coba gaya hidup vegetarian
tp boroboro vegetarian gw masih sering ngeclub bijimana nih =))
Msh sering club, trs nyari istri ott;innerbeauty?
Well, well, perfect.
Keep dreaming, Buddha bless you. _/\_
looo kok sewot gak kenal anggota suju ya me =))
kalau nggak ada yg mesan sayur HAMA bisa jadi nggak akan terbunuh.. kan nggak bakal di petik sayur nya !! tinggal lah si hama dan keluarga nya serta anaknya yg lucu2 di sayur itu :))
inilah yg menjadi dilema bahkan para vegipun tdk dpt menghindari 100% tidak menghilangkan nyawa makhluk hidup lain pada saat melakukan aktivitas seperti merebus air....mandi.....berjalan.....makan sayur......bernapas.......lihat di bawah mikroskop betapa banyaknya mikro organisme yg tumimbal lahir ketika kita melakukan aksi2 tersebut......bahkan setiap sepersekian detik.....sel2 dlm tubuh kita hancur dan berkembang(endless circle selama subjek masi idup)
btw semua kembali pada niat...niat yg muncul...pada saat melakukan aktivitas2 yg telah sy contohkan di atas _/\_
Apakah sel didalam tubuh kita itu termasuk definisi makhluk hidup (satta)?.
kalo di pelajaran Biologi sih sel termasuk life creature....tp kalo dlm agama Buddha maybe hny disebut benda hidup seperti tanaman...cmiiw _/\_
Bisa minta refnya bahwa menurut biologi sel tubuh termasuk life creature?
Cell (biology)Kalimat itu bukan berarti "sel = unit kehidupan terkecil, diklasifikasikan sebagai makhluk hidup". Ini berarti mata adalah kumpulan makhluk hidup, kulit adalah kumpulan makhluk hidup. Seharusnya diartikan dari semua yang digolongkan sebagai makhluk hidup, satuan unit kehidupan terkecilnya adalah sel. Makhluk hidup itu sendiri bisa terdiri dari satu sel atau banyak sel, dst. Jadi kalau ada materi yang memiliki plasma atau ribosom, tapi tidak ada sel secara utuh, maka tidak bisa disebut makhluk hidup. (Konteksnya adalah kehidupan seluler, bukan virus.)
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Page semi-protected
Allium cells in different phases of the cell cycle
The cells of eukaryotes (left) and prokaryotes (right)
The cell is the basic structural and functional unit of all known living organisms. It is the smallest unit of life that is classified as a living thing (except virus, which consists only from DNA/RNA covered by protein and lipids), and is often called the building block of life.[1] Organisms can be classified as unicellular (consisting of a single cell; including most bacteria) or multicellular (including plants and animals). Humans contain about 100 trillion (1014) cells.[2] Most plant and animal cells are between 1 and 100 micrometres and therefore are visible only under the microscope.[3]
The cell was discovered by Robert Hooke in 1665. The cell theory, first developed in 1839 by Matthias Jakob Schleiden and Theodor Schwann, states that all organisms are composed of one or more cells, that all cells come from preexisting cells, that vital functions of an organism occur within cells, and that all cells contain the hereditary information necessary for regulating cell functions and for transmitting information to the next generation of cells.[4] Cells emerged on planet Earth at least 4.0–4.3 billion years ago.
The word cell comes from the Latin cella, meaning "small room".[5] The descriptive term for the smallest living biological structure was coined by Robert Hooke in a book he published in 1665 when he compared the cork cells he saw through his microscope to the small rooms monks lived in.[6]
kalo virus masih diperdebatkan ilmuwan apakah termasuk makhluk hidup atau bukan bcs virus butuh sel induk utk hidup dan berkembang....cmiiw _/\_
Cell (biology)
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Page semi-protected
Allium cells in different phases of the cell cycle
The cells of eukaryotes (left) and prokaryotes (right)
The cell is the basic structural and functional unit of all known living organisms. It is the smallest unit of life that is classified as a living thing (except virus, which consists only from DNA/RNA covered by protein and lipids), and is often called the building block of life.[1] Organisms can be classified as unicellular (consisting of a single cell; including most bacteria) or multicellular (including plants and animals). Humans contain about 100 trillion (1014) cells.[2] Most plant and animal cells are between 1 and 100 micrometres and therefore are visible only under the microscope.[3]
The cell was discovered by Robert Hooke in 1665. The cell theory, first developed in 1839 by Matthias Jakob Schleiden and Theodor Schwann, states that all organisms are composed of one or more cells, that all cells come from preexisting cells, that vital functions of an organism occur within cells, and that all cells contain the hereditary information necessary for regulating cell functions and for transmitting information to the next generation of cells.[4] Cells emerged on planet Earth at least 4.0–4.3 billion years ago.
The word cell comes from the Latin cella, meaning "small room".[5] The descriptive term for the smallest living biological structure was coined by Robert Hooke in a book he published in 1665 when he compared the cork cells he saw through his microscope to the small rooms monks lived in.[6]
kalo virus masih diperdebatkan ilmuwan apakah termasuk makhluk hidup atau bukan bcs virus butuh sel induk utk hidup dan berkembang....cmiiw _/\_
Sel tdk dapat dibantah memang hidup tapi tdk mencukupi utk disebut creature. Teks fi atas juga menyebutksn living thing
Buddha, guru junjungan saya juga makan daging... hehehehe... gw ikutan guru saya aja.
bismilahirohmanirohim...ijinkan sy mengajukan pertanyaan pd Koko Dilbert:
Apakah Koko Dilbert jg melaksanakan ekasanika, pattapinika, khalupacchabhattika seperti yg dilaksanakan oleh Buddha guru junjungan Koko?
mohon transparansinya setransparan mungkin....
wasalam hihihi ;)