//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta  (Read 27430 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Equator

  • Sebelumnya: Herdiboy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.271
  • Reputasi: 41
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #45 on: 19 February 2009, 12:14:59 PM »
Lucu ? ketawa lar... dasar gila...
kita di sini serius membahas, jika ada "lucu" anda tidak berhak menjawab, karena anda tidak serius / main2
TUHAN selalu mengetok pintu hati kita, tapi kita yang tidak membuka pintu hati kita.
memang kita semua pasti akan mati, bahkan ada hari KIAMAT, kepada siapa anda berserah ketika anda meninggal ?
ada NERAKA dan SURGA ? benar ?
siapa yang bisa membebaskan anda?
secara rohani anda harus Ada TUHAN
orang yang sakit di rumah sakit ? kita tidak tau apa yang telah dia perbuat sekarang dan dulunya, kita hanya melihat dia sekarang di rumah sakit.
jika sudah waktunya TUHAN akan panggil dia...


Saya tidak gila, dan saya tidak main2
Kalau anda merasa tidak mempunyai jawaban atas pernyataan saya, yah sebaiknya anda juga berhenti menghina orang dengan kata gila
Istilah Tuhan mengetuk pintu itu adalah istilah personifikasi, dan istilah seperti itu tidak ada diyakini oleh Buddhisme
Saat meninggal nanti Saya berserah kepada Tiratana sebagai pelindungku, segala hasil perbuatanku, pandanganku dan keyakinanku sendiri
Dari mana anda bilang secara rohani harus ada Tuhan ?
Ketahuilah wahai anda, anda sendiri tahu istilah Tuhan juga cuma dari Kitab/Buku doang kan ?
Neraka dan Surga tetaplah ada, namun kalo Tuhan itu benar2 pengasih dan penyayang, ia tidak akan menciptakan Neraka dong, berarti dibalik dia maha pengasih, dia juga maha menghukum lahh
Kayak polisi aja ciptain penjara juga
Kalo ciptaanNya sempurna, seharusnya neraka bakal kosong melompong, karena sudah baik semua sesuai dengan yang Ia mau
Buat apa Dia menciptakan penyakit ? Kalo cuma buat bikin sengsara umatNya semata
Makanya saya bilang sungguh konsep yang lucu
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #46 on: 19 February 2009, 12:21:25 PM »
 _/\_

sebelumnya terima kasih kepada semua saudara" seDhamma di DC...
mohon bantuannya memberi pencerahan kepada teman saya ini (kuang)
bagi teman" yg sudah mengerti dhamma tolong dibantu yah teman saya yg satu ini agar bisa tercerahkan...
Note* tapi gk usah pake urat yah...  :)

Thx.
 _/\_

 :backtotopic:
"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #47 on: 19 February 2009, 12:31:47 PM »
_/\_

sebelumnya terima kasih kepada semua saudara" seDhamma di DC...
mohon bantuannya memberi pencerahan kepada teman saya ini (kuang)
bagi teman" yg sudah mengerti dhamma tolong dibantu yah teman saya yg satu ini agar bisa tercerahkan...
Note* tapi gk usah pake urat yah...  :)

Thx.
 _/\_


gak pake urat kalee, tapi pake surat... :))

 :backtotopic:

Offline Equator

  • Sebelumnya: Herdiboy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.271
  • Reputasi: 41
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #48 on: 19 February 2009, 12:40:40 PM »
_/\_

sebelumnya terima kasih kepada semua saudara" seDhamma di DC...
mohon bantuannya memberi pencerahan kepada teman saya ini (kuang)
bagi teman" yg sudah mengerti dhamma tolong dibantu yah teman saya yg satu ini agar bisa tercerahkan...
Note* tapi gk usah pake urat yah...  :)

Thx.
 _/\_

 :backtotopic:

Oke bro Hen
Selama masih diskusi yang sehat dan wajar
Kelihatannya bro Kuang langsung syok dan emosi demi mendapati jawaban2 yang begitu banyak dari forum DC ini
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : TIDAK Ada Tuhan Pencipta
« Reply #49 on: 19 February 2009, 12:43:34 PM »
The Buddhist View of God

In the Buddhist texts Mahâ Brahmâ is represented as claiming the following attributes for himself:

"I am Brahmâ, the Great Brahmâ, the Supreme One, the Mighty, the All-seeing, the Ruler, the Lord of all, the Maker, the Creator, the Chief of all appointing to each his place, the Ancient of days, the Father of all that is and will be." (Dîgha Nikáya, II, 263).

The Buddha dismisses all these claims of Mahâ Brahmâ as being due to his own delusions brought about by ignorance. He argues that Mahâ-Brahmâ is simply another deva, perhaps with greater karmic force than the other gods, but nonetheless a deva and therefore unenlightened and subject to the samsâric process as determined by his karma. In such Suttas as the Brahmajâla sutta and the Agga¤¤a Sutta the Buddha refutes the claims of Maha Brahmâ and shows him to be subject to karmic law (i.e. cosmic law). Even though long-lived
Mahâ Brahmâ will be eliminated in each cycle of inevitable world dissolution and re-evolution. In the Khevadda Sutta Mahâ Brahmâ is forced to admit to an inquiring monk that he is unable to answer a question that is posed to him, and advises the monk to consult the Buddha. This clearly shows the Brahmâ acknowledges the superiority of the Buddha.

The Buddhist view is that gods may lead more comfortable lives and be addicted to all the sense pleasures, but in terms of wisdom might be inferior to humans. They are even represented as coming to receive instruction from monks and even lay persons. Later on with the Hindu revival and proliferation of God-cults the Buddhists were increasingly vocal against the pretensions of God and his retinue of lesser gods. Nargarjuna the Indian Buddhist philosopher of the 2nd century CE expressed a commonly shared Buddhist view when he wrote:

Quote
The gods are all eternal scoundrels
Incapable of dissolving the suffering of impermanence.
Those who serve them and venerate them
May even in this world sink into a sea of sorrow.
We know the gods are false and have no concrete being;
Therefore the wise man believes them not
The fate of the world depends on causes and conditions
Therefore the wise man many not rely on gods.


Mahâpajâpâramitâshastra [Lamotte trans. I, p.141][/size]

In the West a number of "arguments" have been adduced to prove or disprove the existence of God. Some of these were anticipated by the Buddha. One of the most popular is the "first cause" argument according to which everything must have a cause, and God is considered the first cause of the Universe. The Buddhist theory of causation says that every thing must have preconditions for its existence, and this law must also extend to "God" should such an entity exist. But while the "first cause" claims that God creates everything, it exempts God from the ambit of this law. However if exemptions are made with respect to God such exemptions could be made with respect to other things also hereby contradicting the principle of the first cause.

But the argument which the Buddha most frequently uses is what is now called the "argument from evil" which in the Buddhist sense could be stated as the argument from dukkha (suffering or un-satisfactoriness). This states that the empirical fact of the existence of dukkha cannot be reconciled with the existence of an omnipotent and omniscient being who is also all good. The following verses from the Bhûridatta Jataka bring this out clearly:

Quote
If the creator of the world entire
They call God, of every being be the Lord
Why does he order such misfortune
And not create concord?

If the creator of the world entire
They call God, of every being be the Lord
Why prevail deceit, lies and ignorance
And he such inequity and injustice create?
If the creator of the world entire
They call God, of every being be the Lord
Then an evil master is he, (O Aritta)
Knowing what's right did let wrong prevail!

sace hi so issaro sabbaloke
Brahmâ bahûbhûtapati pajâna.m
ki.m sabbaloke vidah alakkhi.m
ki.m sabbaloka.m na sukhi.m akâsi

sace hi so issaro sabbaloke
Brahmâ bahûbhûtapati pajâna.m
mâyâmusâvajjamadena c'api
loka.m adhammena kimatthakâsi


sace hi so issaro sabbaloke
Brahmâ bahûbhûtapati pajâna.m
adhammiyo bhûtapat Ari.t.tha
dhamme sat yo vidahi adhamma.m


The Buddha argues that the three most commonly given attributes of God, viz. omnipotence, omniscience and benevolence towards humanity cannot all be mutually compatible with the existential fact of dukkha.

From the Buddhist standpoint the classic theistic statement that "God created man in his (i.e. God's) image" has actually to be reversed. It is man who has created God in his (i.e. man's) image! And as man's own image changes so does that of his God. Thus in the present time with the rise of feminism there is an attempt to change the gender of God from a man to a woman (or perhaps even to a neuter). To liberate himself mankind has to shed his delusions, and one of these is the existence of God.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Surat Untuk Tuhan (copypaste)
« Reply #50 on: 19 February 2009, 12:46:13 PM »
6 September 2005


Mr / Ms GOD
c/o Angel in Heaven
Jl. Sorga No 666, Kapling I
Planet Sorga 11510 SORGA


Dear Tuhan (GOD),

Perkenankanlah AWAK menulis surat secara pribadi untuk ANDA, Tuhan. 

Dan sudilah kiranya ANDA sendiri yang membalas surat AWAK ini, Tuhan. 

Biasanya sih surat Awak KAGAK PERNAH ANDA BALAS, tapi YANG NGEBALAS MALAH orang-orang beragama (THEIST) yang seolah-olah dapet "SURAT KUASA" dan "HAK" untuk MENJAWAB dan NGEBALES semua surat-surat yang ditujukan ke ANDA (bener ngak sih Tuhan, ANDA ngasih "SURAT KUASA" ke mereka-mereka?). 

***
Tuhan, apakah ANDA benar "ADA"?

Kalo misalnya Awak jadi ANDA (Tuhan), maka Awak lebih memilih jadi "TIDAK ADA" daripada "ADA". 

Kenapa?

Karena REPUTASI ANDA sangat sangat BURUK, Tuhan. 

***
Membunuh SATU MANUSIA maka anda disebut PEMBUNUH,

Membunuh RATUSAN DAN RIBUAN MANUSIA maka anda disebut PENAKLUK / PENJAHAT PERANG / TERRORIS / ALGOJO / DIKTATOR / DSBNYA,

Membunuh JUTAAN MANUSIA maka anda disebut TUHAN. 

PERBEDAAN antara ANDA dengan ADOLF HITLER adalah, ANDA lebih JAGO dalam urusan BUNUH MEMBUNUH manusia secara massal (GENOCIDE). 

Ini adalah DAFTAR KERJAAN ANDA selama 100 TAON terakhir. 

***
Dalam 100 TAON terakhir ini, ada sekitar 1 JUTA ORANG yang MATI karena GEMPA BUMI dan VOLCANOES. 

JUTAAN laennya MATI karena HURRICANES, TYPHOONS, CYCLONES, TORNADOES. 

Sekitar 9 JUTA ORANG yang MATI karena BANJIR, dan sekitar 10 JUTA ORANG yang MATI karena BENCANA KEKERINGAN DAN KELAPARAN, BENCANA KEBAKARAN HUTAN, BENCANA TANAH LONGSOR, BENCANA LONGSORNYA GUNUNG ES, WABAH PENYAKIT MENULAR (EPIDEMIC), DSTNYA DSTNYA DSTNYA.. 

OK-LAH kalo ANDA mau MENGELES dan MELARIKAN DIRI dari TANGGUNG JAWAB MORAL dengan mengatakan semua BENCANA ALAM itu TIDAK SEMUANYA MURNI kerjaan ANDA, tapi SEBAGIAN adalah karena SALAHNYA si MANUSIA itu sendiri alias (HUMAN ERROR). 

TAPI INGAT, bahwa GEMPA BUMI, VOLCANOES, BADAI & TOPAN DISUSUL BANJIR serta BENCANA KEKERINGAN disusul WABAH PENYAKIT, tetap  KONTRIBUSI TERBESAR-nya adalah DATANG dari ANDA dan ANDA-lah yang harus MEMIKUL TANGGUNG JAWAB MORAL-nya. 

***
Maapkan kelancangan Awak. 

Kalimat TUNTUTAN diatas memakai AZAS pra-duga TIDAK BERSALAH, jadi kalo ANDA merasa TIDAK BERSALAH, ya silahkan MEMBELA DIRI. 

LOGIKA-nya: 
 
PERTAMA:

ANDA yang DIAKUI (atau MENGAKU) sebagai yang MAHA PENCIPTA, pencipta ALAM SEMESTA BESERTA SEGALA ISINYA. 

Siapa yang SANGGUP menciptakan BENCANA ALAM yang begitu DAHSYAT-nya kalo bukan si MAHA GEDE, MAHA PENCIPTA, MAHA KUASA?

Dugaan pertama JATUH ke ANDA. 

ANDA adalah TERDAKWA utama.   

KEDUA:

Kalo ANDA bilang SETAN juga SANGGUP menciptakan TRAGEDI BENCANA ALAM, maka lagi-lagi ANDA yang harus BERTANGGUNG JAWAB, karena ANDA adalah MAHA PENCIPTA dan MAHA KUASA. 

SETAN adalah ciptaan ANDA juga (karena ANDA MAHA PENCIPTA segalanya), dan ANDA memiliki TANGGUNG JAWAB MORAL untuk MENGHENTIKAN perbuatan SETAN yang UDAH KETERLALUAN itu, ya toh?

Kalo ANDA bilang TIDAK SANGGUP menghentikan TRAGEDI BENCANA ALAM karya dari SETAN itu, maka ANDA jadi TIDAK MAHA KUASA lagi. 

Dan kalo ANDA bilang SANGGUP menghentikan karya SETAN itu, cuman masalahnya BELON MAU alias ANDA TIDAK MAU, maka ANDA lebih keterlaluan lagi karena ANDA jadi TIDAK MAHA PENGASIH & PENYAYANG lagi. 

***
TERLEPAS dari soal MAHA PENCIPTA dan MAHA KUASA, yang lebih penting adalah ANDA dikenal sebagai yang MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG. 

Sudah KERING rasanya AIR MATA anak manusia ini MENGALIR dari KELOPAK-nya. 

SEDIH dan PEDIH serta KECEWA melihat ANDA yang disebut yang MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG tapi TEGA ngeliat JUTAAN MANUSIA MATI karena BENCANA ALAM!! 

TRAGIS!! 

ANDA masih mau MELARIKAN DIRI dari TANGGUNG JAWAB MORAL ini?

Makanya kalo boleh milih, lebih baik ANDA memilih menjadi "TIDAK ADA" dan "TIDAK PERNAH ADA" alias "TIDAK EKSIS dan TIDAK PERNAH EKSIS" sehingga TIDAK PERLU MEMIKUL BEBAN TANGGUNG JAWAB atas REPUTASI YANG SANGAT MEMALUKAN tersebut. 

***
Sekian dulu surat Awak ini, karena PERCUMA cape-cape nulis panjang-panjang, kalo udah tahu PASTI tidak akan ANDA jawab, paling-paling ANDA mengutus wakil-wakil ANDA sebagai JUBIR (JURU BICARA) yang BELUM TENTU bener-bener dapet "SURAT KUASA" dan "HAK MENJAWAB" dari ANDA, wahai Sang Tuhan. 

***
Akhir kata, 

Orang-orang bilang GOD create MAN (Tuhan menciptakan Manusia), 

TAPI

Kata Awak dan beberapa teman-teman ATHEIST, 

MAN created GOD in his own image (Manusia-lah yang menciptakan Tuhan, sesuai IMAGE yang bisa dibayangkan oleh si Manusia itu sendiri). 

Makanya jadi-lah Tuhan dalam bentuk PERSONAFIKASI, yang bisa MEMBIMBING dan MENUNTUN (pake tangan), yang bisa MENDENGAR (pake telinga), yang bisa BERSABDA (pake mulut), dsbnya, dsbnya, dsbnya.. 

WHO made WHO?  (SIAPA yang menciptakan SIAPA?)   

ONCE AGAIN LET US REMEMBER, THAT MAN CREATED GOD IN HIS OWN IMAGE. 

Tapi Tuhan,

Bisa saja Awak SALAH, dan ANDA bener-bener ADA alias EKSIS. 

Makanya NGOBROL dan BALES dong surat Awak ini biar kita semua jelas bahwa ANDA itu beneran EKSIS. 

Kalo anda tetep DIAM MEMBISU SERIBU BAHASA, maka ya apa boleh buat, terpaksa dah Awak menunggu SAMPE HARI-nya TIBA. 

Dag-dag Tuhan, 

Dan SAMPAI JUMPA nanti di SORGA Kapling I, Jl Sorga No 666 (dengan catatan: kalo tanah disono masih belon terlalu mahal dan masih kebeli ama Awak). 

Yours sincerely,
Awak   
 
PS: Teman Awak dari YUNANI, titip CATATAN KAKI untuk TUHAN:

There is nothing to fear from GOD,
There is nothing to feel in death,
Good can be attained,
Evil can be endured. 

(THE FOUR HERBS OF EPICURUS, 341-270 BC) 

***
Mirip BUDDHISM ya,

BAIK dan TIDAK BAIK bisa dicapai oleh DIRI SENDIRI. 

KARENA DIRINYA SENDIRILAH SESEORANG MENJADI BAIK,
KARENA DIRINYA SENDIRILAH SESEORANG MENJADI TIDAK BAIK,

BAIK DAN TIDAK BAIK ADALAH TERGANTUNG DIRI SENDIRI DAN BISA DICAPAI OLEH DIRI SENDIRI,

BAIK DAN TIDAK BAIK BUKANLAH PEMBERIAN ORANG LAIN, BUKANLAH PEMBERIAN DEWA-DEWA, BUKANLAH PEMBERIAN TUHAN 

SUATU PEMIKIRAN YANG MENGANGKAT HARKAT, MARTABAT DAN HARGA DIRI DARI ANAK MANUSIA 

SUATU PEMIKIRAN YANG MENJAUHKAN ANAK MANUSIA DARI KEBIASAAN UNTUK MENJADI SEORANG PEMINTA-MINTA 

INILAH SALAH SATU PEMIKIRAN YANG MEMBUAT AWAK SALUT DENGAN AGAMA BUDDHA 

SEKIAN DAN SAMPAI JUMPA 
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #51 on: 19 February 2009, 12:52:03 PM »
Btw.. thread bernada serupa seperti ini sudah sangat banyak..
Saya rasa tidak ada gunanya membahas thread seperti ini..
Jika masih dilanjutkan, saya rasa pihak gmods / admin dapat melakukan tindakan yang sepantasnya.

Untuk Kuang

Sudah dijelaskan bahwa Buddhism menganut Humanosentris (melihat ke dalam diri sendiri) dan bukan Theosentris, jadi hentikan usaha Anda dalam postingan2 yang sifat useless seperti ini. Karena member yang ada di forum ini saya rasa semuanya sudah pernah mempelajari mengenai Tuhan secara personifikasi dari kecil, namun menemukan sesuatu yang rasa kami benar dan masih bisa dipertahankan kebenarannya oleh kami. Jadi jujur saja, postingan2 Anda untuk membuat kami percaya Tuhan itu sangat sia-sia. Karena dalam Buddhism yang dipercayai adalah Ketuhanan yaitu Nibbana, bukanlah Tuhan yang sifatnya personifikasi.

Jadi pribadi saya sarankan, kalau mau bermain di sini, ya mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan tanpa perlu menentang dasar2 Buddhism yang sudah mengakar di sini.



Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #52 on: 19 February 2009, 01:17:01 PM »
_/\_

sebelumnya terima kasih kepada semua saudara" seDhamma di DC...
mohon bantuannya memberi pencerahan kepada teman saya ini (kuang)
bagi teman" yg sudah mengerti dhamma tolong dibantu yah teman saya yg satu ini agar bisa tercerahkan...
Note* tapi gk usah pake urat yah...  :)

Thx.
 _/\_

 :backtotopic:

Oke bro Hen
Selama masih diskusi yang sehat dan wajar
Kelihatannya bro Kuang langsung syok dan emosi demi mendapati jawaban2 yang begitu banyak dari forum DC ini

iya bro...
soalnya semua bukti" dy berdasarkan pengetahuan umum saja,sedangkan kln para member DC yang sedikit mengerti/sudah mengerti ajaran dhamma berani memberikan komentar berdasarkan/berasaskan dhamma itu sendiri...mungkin karena berdasarkan seperti kata" Sdr. kuang dibawah ini

Tuhan & Ajaran Sang Buddha

BERBICARA MENGENAI KONSEP, SEKILAS dalam benak kita terbayang teori-teori yang kental kaitannya dengan sesuatu yang diteliti, dikaji, diperdebatkan, dan juga diyakini. Dalam konteks artikel ini, konsep yang dibahas adalah tentang tuhan. Secara umum pandangan yang ada menganggap seseorang yang beragama pasti atau harus mempunyai ”satu Tuhan yang diakui”. Konsep tuhan dari sudut pandang ini sangat jelas memersonifikasikan Tuhan, jadi tuhan dirupakan sebagai sosok atau makhluk seperti halnya manusia. Keyakinan akan konsep ini tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep tuhan sebagai makhluk adidaya yang mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar
kita.

Yang sulit adalah ketika kita mendapatkan kebenaran akan sesuatu konsep yang telah demikian lama mengakar dalam pikiran kita, bahwa konsep yang kita yakini selama ini ternyata keliru atau salah. Sulitnya karena kemelekatan kita pada konsep tersebut (bahwa tuhan dipandang sebagai sosok atau pribadi pengatur dan pencipta alam semesta dan isinya) telah begitu kuat. Jika kemelekatan (keyakinan) kita terhadap konsep itu begitu kuatnya maka kita akan selalu menjadi pendebat seluruh konsep yang ada walaupun konsep yang lain mungkin menawarkan sudut pandang yang sebenarnya.

Kontroversi

Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan, dalam Buddhis itu tuhannya yang mana, bagaimana pula karakteristiknya. Mengapa pula dalam sutta-sutta ataupun ceramah Dhamma konsep tentang tuhan ini sangat jarang disinggung. Bagaimana sesungguhnya konsep mengenai Tuhan dalam Agama Buddha? Mengapa perlu membahas tentang konsep ini? Menurut ahli-ahli di luar negeri, dikatakan bahwa agama Buddha dimasukkan sebagai agama yang Agnostik dan tidak mengenal tuhan pencipta. Selain itu, menurut para Atheis, dikatakan bahwa Buddhisme tidak bisa disebut sebagai agama karena tidak adanya tuhan dan segala macamnya, namun lebih cenderung ke filosofi. Sedangkan menurut historisnya, dikatakan bahwa di Indonesia, Walubi terpaksa menggunakan sebutan Sanghyang Adi Buddha sebagai tuhan dalam agama Buddha karena tekanan dari pemerintah.

Teori

Menjawab berbagai kontroversi tentang pemaknaan tuhan yang sesungguhnya dalam agama Buddha sudah sepatutnya menjadi tugas kita bersama sebagai penganut ajaran Buddha. Karena itu, dalam pembahasan berikut ini akan diuraikan dasar-dasar pandangan non-Buddhis terhadap konsep tuhan dalam Buddhisme, istilah-istilah yang digunakan untuk memperjelas mengenai teori ketuhanan dalam Buddhisme, dan bagaimana pandangan Sang Buddha mengenai konsep tuhan itu sendiri. Jawaban Sang Buddha kelak akan menguak tabir misteri tentang Atta dan doktrin penolaknya, Anatta (doktrin tiada inti diri).

Istilah agnostik, theis, dan atheis

Seorang agnostik adalah seorang yang percaya bahwa ada ‘sesuatu’ yang di luar pikiran manusia. Di sisi lain, seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada ‘tuhan’. Jadi seorang agnostik bisa sebagai seorang theis ataupun seorang atheis. Istilah ‘gnostic’ atau ‘agnostic’ dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. ‘Gnostic’ berasal dari akar kata ‘gnosis’, artinya ‘mengetahui’ (to know). Dengan kata lain, seseorang agnostik mengakui ketidaktahuannya mengenai keberadaaan ‘tuhan’. Menurut mereka, ‘tuhan’ mungkin saja ada, tetapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan ataupun ketidakberadaannya.

Dalam teori Buddhis, memang tidak dikenal adanya konsep tuhan dengan definisi sebagai pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan watak atau sifat-sifat seperti manusia yang bisa marah, senang, benci, sayang, dsb, sehingga agama Buddha sering disebut atheis. Tentunya jawaban ini sangat tidak memuaskan beberapa pihak dan orang-orang yang sudah terlanjur melekat pada pandangan tuhan sebagai pribadi atau makhluk yang agung, tinggi, dan super power, di mana menuntut setiap agama harus mempunyai konsep yang sama seperti itu. Sayangnya, cara pandang kita sebagai penganut ajaran Buddha terhadap konsep tuhan ini memang sangat berbeda dibanding agama-agama lainnya.

Tuhan dalam agama Buddha didefinisikan sebagai yang mutlak, maka jika meminta definisi tuhan sebagai yang mutlak ini, kita dapat merujuk pada uraian Sang Buddha tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII:3. Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama theistik. 'Yang Mutlak' sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan, 'Yang Mutlak' itu sendiri disebut dengan 'tuhan yang maha esa'.

‘Tuhan’ sebagai tujuan akhir

Agama Buddha boleh-boleh saja dikatakan atheis karena jika melihatnya hanya dari sudut pandang personal, agama Buddha memang tidak ber-’tuhan’. Karena jelas-jelas agama Buddha memegang teguh konsep anatta (doktrin tiada inti diri/aku/jiwa yang kekal) yang merupakan salah satu bagian penting dari 3 corak umum yang universal (tilakkhana). Jika melihat definisi Tuhan dari sudut pandang impersonal (bukan pribadi), maka dalam ajaran Buddha terdapat Nibbana yang bisa disamakan dengan konsep Tuhan karena Nibbana adalah tujuan yang tertinggi dan termulia yang ingin dicapai oleh seorang penganut ajaran Buddha.

Tujuan akhir dari kita belajar, memperdalam pemahaman tentang Dhamma Sang Buddha, dan mempraktekkannya pun sesungguhnya karena kita menginginkan kebebasan yang mutlak, menuju pada pencapaian pencerahan yang tertinggi, yaitu Nibbana. Sama halnya dengan pandangan umum agama lain yang ingin mencapai atau berada di sisi ‘tuhannya’ setelah meninggal (tujuan akhirnya). Inilah sebabnya kita bisa menggunakan konsep Nibbana untuk mendefinisikan Tuhan dalam agama Buddha karena peranannya sebagai tujuan akhir, sama dengan peranan tuhan dalam agama-agama lainnya.

Hakekat ketuhanan

Dengan mengetahui bahwa tuhan dalam agama Buddha sesungguhnya tujuan akhir yang perlu kita capai sebagai pemeluk ajaran Buddha, maka merupakan sesuatu yang mutlak bagi kita untuk mengenali bagaimana hakekat ketuhanan (sifat-sifat tuhan) itu sendiri. Adapun hakekat ketuhanan dalam agama Buddha adalah tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha. Karena tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha, maka sifat-sifat tuhan adalah maha esa, karena hanya satu-satunya, dan mahasuci, karena terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha.

Karena itu, tuhan bisa dikatakan bersifat impersonal (bukan pribadi), yaitu memahami yang mutlak/tuhan sebagai anthropomorphisme (tidak dalam ukuran bentuk manusia) dan anthropopatisme (tidak dalam ukuran perasaan manusia). Jika masih berpandangan bahwa tuhan bersifat tidak impersonal, maka berarti masih berkondisi, yang berarti masih ada dukkha. Dengan demikian, bisa timbul pandangan bahwa ”tuhan dapat disalahkan”, sehingga kita tidak dapat mendudukkan tuhan dalam proporsi yang sebenarnya dan mengaburkan kembali pandangan yang semula bahwa ‘tuhan’ adalah yang tertinggi, mahasuci, mahaesa, mahatahu, dsb.

Yang mutlak (tuhan) dalam agama Buddha tidaklah dipandang sebagai sesuatu pribadi puggala adhitthana), yang kepadanya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya. Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan dan keberuntungan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa lampau, sesuai dengan hukum kamma yang merupakan satu aspek Dhamma.

Definisi dan asal muasal kata ”tuhan”

Dilihat dari agama dan kepercayaan yang ada, Tuhan/Dei/Deos/God/ Thien pada intinya memiliki pengertian penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power. Kepercayaan akan adanya tuhan dimulai dengan konsep politheis atau banyak tuhan dengan tugas-tugas tertentu seperti kepercayaan Mesir dan Yunani kuno.

Belakangan manusia mulai berpikir bahwa tuhan yang jumlahnya banyak tersebut tidaklah efektif lagi karena mengurangi kredibilitas sesuatu yang super power. Selain itu timbul pemikiran perlunya tuhan tertinggi untuk mengatur tuhan-tuhan yang lain yang merupakan cermin dari hirarki kerajaan. Akhirnya terbentuklah konsep monotheis, tuhan yang satu.

Etimologi (asal kata) ‘tuhan’ dalam bahasa Melayu juga memiliki sejarahnya sendiri. Kata ‘tuhan’ berasal dari kata ‘tuan’, sama artinya dengan kata ‘lord’ dalam bahasa Inggris, sama artinya dengan kata ‘gusti’, yaitu seseorang sebagai tempat mengabdikan diri.

Hal ini dapat kita buktikan dengan mengamati dalam bahasa Jawa, seperti ‘gusti raja’, ‘gusti putri’ yang kemudian muncul istilah ‘gusti allah’. Selain itu juga dari satu sumber disebutkan, bahwa sebelum perkataan 'Tuhan' diperkenalkan kepada rakyat Indonesia, rakyat Indonesia telah ber-tuhan, akan tetapi tidak disebut dengan perkataan 'tuhan'. Di Jawa dikenal perkataan 'pangeran'. Perkataan ‘pangeran' itu mempunyai akar kata 'her', 'tempat diam untuk menghadap orang tua'; kata kerjanya 'angher', 'tinggal pada suatu tempat untuk mengabdi'; maka perkataan 'pangeran' berarti 'yang diikuti, yang diabdi'. Dalam hal ini tidak ada unsur memohon, meminta sesuatu, mengharapkan sesuatu dari 'Pangeran', akan tetapi karena mengabdi dan mengikuti, maka pasti akan diperoleh berkah atau buah (pahala). Tuhan atau pangeran dalam bahasa Jawa sering digambarkan sebagai : “gesang tanpa roh; kuwaos tanpa piranti; tan wiwitan datan wekasan; tan kena kinaya ngapa; ora jaman ora makam; ora arah ora enggon; adoh tanpa wangenan; cedak tanpa gepokan (senggolan); ora njaba ora njero; lembut tan kena jinumput; gede tan kena kinira-kira",

yang artinya :
"Hidup tanpa roh; kuasa tanpa alat; tanpa awal tanpa akhir; tak dapat diapa-siapakan; tak kenal jaman maupun perhentian; tak berarah tak bertempat; jauh tak terbatas; dekat tak tersentuh; tak di luar tak di dalam; halus tak terpungut; besar tak terhingga".

Kedatangan bangsa Barat dengan membawa agama Nasrani dan usaha menerjemahkan Injil khususnya kata ‘lord’ () ke dalam bahasa Melayu, memberikan perubahan kata ‘tuan’ menjadi ‘tuhan’. Hal ini terjadi karena kata ‘tuan’ memiliki konotasi yang sifatnya duniawi, dan dengan diubahnya kata tersebut menjadi kata ‘tuhan’ akan memberikan konotasi yang sifatnya spiritual.

Bagaimana dengan Buddhisme? Pada dasarnya dalam Buddhisme tidak terdapat ajaran mengenai tuhan dalam pemahaman pengertian sebagai penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power.

Tidak ada satupun pengertian dari ‘tuhan’ di atas yang dapat kita jumpai dalam teks-teks awal Buddhisme, kecuali beberapa sifat tertentu. Beberapa waktu yang lalu di Sri Lanka, timbul suatu gerakan protes untuk menghilangkan istilah tuhan dalam kurikulum sekolah, di mana istilah tuhan ini merupakan produk agama Nasrani yang juga mewabah di Sri Lanka.

Penggunaan kata ‘tuhan’ dalam agama Buddha di Indonesia merupakan suatu bentuk kompromi politik, di mana Indonesia hanya mengakui agama yang bertuhan meskipun tidak dijelaskan definisi atau pengertiannya apakah harus seragam, dan agama Buddha di Indonesia perlu menyesuaikan diri. Kemudian muncul istilah Sanghyang Adi Buddha yang oleh sebagian orang dianggap sebagai tuhan yang bisa melihat, mendengar, memberkahi, sehingga digunakan dalam upacara pengambilan sumpah seorang umat Buddha dalam sistem kenegaraan.

Sebenarnya jika kita melihat dan memerhatikan sila pertama Pancasila Dasar Negara Indonesia yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kita tidak bisa mengatakan dan mengartikannya bahwa Indonesia mengakui adanya satu tuhan, tetapi mengakui sifat-sifat tuhan yang mutlak. Kata ”ketuhanan” merupakan kata yang memiliki awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’, ketika suatu kata dasar diberi imbuhan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’ maka kata tersebut memiliki perubahan arti.

Dalam hal ini kata ‘tuhan’ yang merupakan kata benda ketika ditambah dengan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’ akan berubah menjadi kata sifat. Dengan kata lain, kata ‘ketuhanan’ berarti sifat–sifat atau hal-hal yang berhubungan dengan tuhan, bukan tuhan itu sendiri.

Kata ‘maha’ berasal dari bahasa Sanskerta/ Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata ‘maha’ bukan berarti ‘sangat’. Jadi adalah salah jika penggunaan kata ‘maha’ dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar.

Kata ‘esa’ juga berasal dari bahasa Sansekerta/Pali. Kata ‘esa’ bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata ‘esa’ berasal dari kata ‘etad’ yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata ‘ini’ (this – Inggris). Sedangkan kata ‘satu’ dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta maupun bahasa Pali adalah kata ‘eka’. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah ‘eka’, bukan kata ‘esa’.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti tuhan yang hanya satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur/mulia tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur/mulia, bukan tuhannya.

Dan apakah sifat-sifat luhur/mulia (sifat-sifat tuhan) itu? Sifat-sifat luhur/mulia itu antara lain: cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dan sebagainya. Dan ajaran agama Buddha mengandung semua hal itu. Dengan dasar acuan mengenai sifat-sifat Tuhan dalam agama Buddha, di mana peranannya sebagai tujuan akhir yang mutlak dicapai oleh semua makhluk, dan juga dari definisi serta asal kata ‘Tuhan’ itu sendiri secara historis dan harfiah seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya konsep tuhan dalam agama Buddha sama sekali tidak bertentangan sila pertama dasar negara Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, maupun UUD '45 pasal 29 ayat 1 dan 2.

Lebih jauh, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang Buddha, seperti yang dituliskan dalam Kitab Udana : "Atthi bhikkhave ajatam abhutam akatam asankhatam,no ce tam bhikkhave abhavisam ajatam abhutam akatam asankhatam, nayidha jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannayatha. Yasma ca kho bhikkhave atthi ajatam abhutam akatam asankhatam, tasma jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannaya'ti”

yang artinya:
"Para bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Para bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu". (Udana,VIII: 3)

Untuk memahami ‘yang mutlak’ ini, seseorang harus mengembangkan pengertiannya, dari pengertian duniawi (lokiya) sampai memperoleh pengertian yang mengatasi duniawi (lokuttara), yang hanya dapat dicapai oleh insan yang sadar, yang telah membebaskan diri dari cengkeraman kamma dan kelahiran kembali. Pengertian ini tidak dapat dimiliki oleh manusia yang batinnya masih dicengkeram oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha).

Dengan demikian, jelaslah bahwa agama Buddha benar-benar mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa, yang mutlak. Hal ini penting sebagai penegasan kepada mereka yang mengira bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa dan dengan sendirinya agama Buddha dianggap tidak berlandaskan pada ketuhanan yang maha esa.

Sampai di sini, pembahasan kembali pada sifat-sifat tuhan dalam agama Buddha, yaitu tidak berkondisi dan terbebas dari lobha, dosa, dan moha. Dan dalam Buddhis, hal ini dikenal dengan Nibbana. Untuk mengetahui apakah sesuatu yang tidak berkondisi ini benar-benar ada, maka dapat digunakan acuan berdasarkan Kitab Suci Tipitaka, logika (Anumana: melihat yang tidak terlihat dari yang terlihat), dan mengalami langsung (merealisasi). Bagaimana menuju perealisasian Nibbana adalah tergantung pada usaha kita, dan untuk itu kita perlu memahami satu doktrin penting yang diajarkan Guru Agung kita, yaitu ajaran tentang anatta.

dari situ dapat kita lihat Sdr. Kuang sejak posting pertama berprinsip "Tuhan itu ada" karena
Quote
Keyakinan akan konsep ini tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep tuhan sebagai makhluk adidaya yang mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar
kita.
memank saya juga memegang prinsip seperti itu dan sama seperti Sdr. Kuang (sama persis),tapi setelah masuk ke forum ini saya BERSEDIA MEMBUKA DIRI untuk mempelajari lebih dalam dhamma itu sehingga hari demi hari saya mulai mengerti dan mengubah prinsip saya tsb walaupun pengetahuan Dhamma saya masih 0 besar sampai saat ini...
At the ends...
saya mungkin hanya bisa komentar agar Sdr. Kuang dapat membuka diri dalam pengertian menanggapi saran" dari para teman" DC,jgn langsung ditanggapi dengan panas dan dibalas dengan kepala panas juga semua reply yg bermakna n gk OOT dari teman" DC

That's all Folks
Thx.
 _/\_
"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline kuang

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #53 on: 19 February 2009, 01:19:19 PM »
Bro kuang, Buddhisme memang punya konsep Ketuhanan, tetapi bukan Ketuhanan Personal yang bisa mengirimkan Hitler menghukum orang lain, ataupun mengetuk pintu hati manusia.

Satu lagi, kalau mau posting tentang agama lain, silahkan di Board Buddhisme dan kepercayaan lain.

karena tentang hilter kan?
bukan saya yang mao posting, tapi ada yang mengalihkannya.
baca...

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #54 on: 19 February 2009, 01:24:04 PM »
Quote from: Kuang
Lebih jauh, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang Buddha, seperti yang dituliskan dalam Kitab Udana : "Atthi bhikkhave ajatam abhutam akatam asankhatam,no ce tam bhikkhave abhavisam ajatam abhutam akatam asankhatam, nayidha jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannayatha. Yasma ca kho bhikkhave atthi ajatam abhutam akatam asankhatam, tasma jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannaya'ti”

yang artinya:
"Para bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Para bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu". (Udana,VIII: 3)

Koreksi.. bukan Tuhan Yang Maha Esa, tapi KETUHANAN Yang Maha Esa.
Tuhan => Personifikasi.
Dan jika dibaca judul dari Udana VIII : 3 itu jelas2 mengenai NIBBANA, dan bukan TUHAN.

Makanya saya katakan dengan SANGAT JELAS. Usaha untuk memutarbalikan konsep Tuhan dengan Ketuhanan Buddhism sangatlah sia-sia.

Mohon pengertiannya.

_/\_
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #55 on: 19 February 2009, 01:25:17 PM »
Btw.. thread bernada serupa seperti ini sudah sangat banyak..
Saya rasa tidak ada gunanya membahas thread seperti ini..
Jika masih dilanjutkan, saya rasa pihak gmods / admin dapat melakukan tindakan yang sepantasnya.

Untuk Kuang

Sudah dijelaskan bahwa Buddhism menganut Humanosentris (melihat ke dalam diri sendiri) dan bukan Theosentris, jadi hentikan usaha Anda dalam postingan2 yang sifat useless seperti ini. Karena member yang ada di forum ini saya rasa semuanya sudah pernah mempelajari mengenai Tuhan secara personifikasi dari kecil, namun menemukan sesuatu yang rasa kami benar dan masih bisa dipertahankan kebenarannya oleh kami. Jadi jujur saja, postingan2 Anda untuk membuat kami percaya Tuhan itu sangat sia-sia. Karena dalam Buddhism yang dipercayai adalah Ketuhanan yaitu Nibbana, bukanlah Tuhan yang sifatnya personifikasi.

Jadi pribadi saya sarankan, kalau mau bermain di sini, ya mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan tanpa perlu menentang dasar2 Buddhism yang sudah mengakar di sini.





:jempol:

sip bro Forte...
tapi apakah kita salah untuk memberikan pencerahan kepada saudara Buddhis kita mengenai Dhamma..
bukankah jika dia nnt bisa mengerti dan akhirnya mengubah prinsipnya sesuai dengan dasar" Buddhism = kita berbuat suatu kebajikan?
sebelumnya maaf ya bro forte kalau saya masih memberikan reply di thread ini...
karena banyak org di dunia ini yg berprinsip spt Sdr. Kuang,bukankah ini misi kita untuk membabarkan Dhamma kepada umat" yg blm mengerti akan makna Dhamma?

Thx.
 _/\_
"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline kuang

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #56 on: 19 February 2009, 01:34:00 PM »
Btw.. thread bernada serupa seperti ini sudah sangat banyak..
Saya rasa tidak ada gunanya membahas thread seperti ini..
Jika masih dilanjutkan, saya rasa pihak gmods / admin dapat melakukan tindakan yang sepantasnya.

Untuk Kuang

Sudah dijelaskan bahwa Buddhism menganut Humanosentris (melihat ke dalam diri sendiri) dan bukan Theosentris, jadi hentikan usaha Anda dalam postingan2 yang sifat useless seperti ini. Karena member yang ada di forum ini saya rasa semuanya sudah pernah mempelajari mengenai Tuhan secara personifikasi dari kecil, namun menemukan sesuatu yang rasa kami benar dan masih bisa dipertahankan kebenarannya oleh kami. Jadi jujur saja, postingan2 Anda untuk membuat kami percaya Tuhan itu sangat sia-sia. Karena dalam Buddhism yang dipercayai adalah Ketuhanan yaitu Nibbana, bukanlah Tuhan yang sifatnya personifikasi.

Jadi pribadi saya sarankan, kalau mau bermain di sini, ya mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan tanpa perlu menentang dasar2 Buddhism yang sudah mengakar di sini.




saran? maen mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan ?
saya sukanya maen DOTA, yo...
thanks ya kk, tapi anda SESAT lol

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #57 on: 19 February 2009, 01:34:53 PM »
Btw.. thread bernada serupa seperti ini sudah sangat banyak..
Saya rasa tidak ada gunanya membahas thread seperti ini..
Jika masih dilanjutkan, saya rasa pihak gmods / admin dapat melakukan tindakan yang sepantasnya.

Untuk Kuang

Sudah dijelaskan bahwa Buddhism menganut Humanosentris (melihat ke dalam diri sendiri) dan bukan Theosentris, jadi hentikan usaha Anda dalam postingan2 yang sifat useless seperti ini. Karena member yang ada di forum ini saya rasa semuanya sudah pernah mempelajari mengenai Tuhan secara personifikasi dari kecil, namun menemukan sesuatu yang rasa kami benar dan masih bisa dipertahankan kebenarannya oleh kami. Jadi jujur saja, postingan2 Anda untuk membuat kami percaya Tuhan itu sangat sia-sia. Karena dalam Buddhism yang dipercayai adalah Ketuhanan yaitu Nibbana, bukanlah Tuhan yang sifatnya personifikasi.

Jadi pribadi saya sarankan, kalau mau bermain di sini, ya mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan tanpa perlu menentang dasar2 Buddhism yang sudah mengakar di sini.





:jempol:

sip bro Forte...
tapi apakah kita salah untuk memberikan pencerahan kepada saudara Buddhis kita mengenai Dhamma..
bukankah jika dia nnt bisa mengerti dan akhirnya mengubah prinsipnya sesuai dengan dasar" Buddhism = kita berbuat suatu kebajikan?
sebelumnya maaf ya bro forte kalau saya masih memberikan reply di thread ini...
karena banyak org di dunia ini yg berprinsip spt Sdr. Kuang,bukankah ini misi kita untuk membabarkan Dhamma kepada umat" yg blm mengerti akan makna Dhamma?

Thx.
 _/\_
Dari page 1 - 4, apakah ada saling menghargai pendapat antar 2 kubu ini ?

kalau programming mode, bisa tambahin tuh pake for .. next
bisa pake coding ini

Code: (visual foxpro) [Select]
A = "Tuhan itu ADA"
B = "Tuhan itu TIDAK ADA"
for i = 1 to unlimited step 1
A = A + ":ngomel: "
B = B + ":ngomel: "
? A && tampilkan nilai A
? B && tampilkan nilai B
next

hasil

A: Tuhan itu ADA..
B: Tuhan itu TIDAK ADA..
A: Tuhan itu ADA.. :ngomel:
B: Tuhan itu TIDAK ADA.. :ngomel:
A: Tuhan itu ADA.. :ngomel: :ngomel:
B: Tuhan itu TIDAK ADA.. :ngomel: :ngomel:
...
dst


Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline kuang

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #58 on: 19 February 2009, 01:36:01 PM »
ini semua SESAT kk hendi, makanya saya tidak diterima disini, malah saya di fitnah disini
MUNAFIK...

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta
« Reply #59 on: 19 February 2009, 01:38:00 PM »
Btw.. thread bernada serupa seperti ini sudah sangat banyak..
Saya rasa tidak ada gunanya membahas thread seperti ini..
Jika masih dilanjutkan, saya rasa pihak gmods / admin dapat melakukan tindakan yang sepantasnya.

Untuk Kuang

Sudah dijelaskan bahwa Buddhism menganut Humanosentris (melihat ke dalam diri sendiri) dan bukan Theosentris, jadi hentikan usaha Anda dalam postingan2 yang sifat useless seperti ini. Karena member yang ada di forum ini saya rasa semuanya sudah pernah mempelajari mengenai Tuhan secara personifikasi dari kecil, namun menemukan sesuatu yang rasa kami benar dan masih bisa dipertahankan kebenarannya oleh kami. Jadi jujur saja, postingan2 Anda untuk membuat kami percaya Tuhan itu sangat sia-sia. Karena dalam Buddhism yang dipercayai adalah Ketuhanan yaitu Nibbana, bukanlah Tuhan yang sifatnya personifikasi.

Jadi pribadi saya sarankan, kalau mau bermain di sini, ya mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan tanpa perlu menentang dasar2 Buddhism yang sudah mengakar di sini.




saran? maen mainlah di board kafe jongkok, musik, atau pun kesehatan ?
saya sukanya maen DOTA, yo...
thanks ya kk, tapi anda SESAT lol
Kami senang dengan "KESESATAN" kami..
Karena walau KAMI SESAT.. KAMI TETAP BERBUAT BAIK

Bukti kami sesat tapi tetap baik.
Walau kami SESAT.. setidaknya kami TIDAK MEMAKSA kepercayaan kami pada orang lain.
Dan ini bisa dijadikan RENUNGAN bagi yang TIDAK SESAT.. tapi masih MENGOTOT di thread ini. :)

Saran saya : Jika Anda sudah sadar.. ya sudah.. mari lock thread ini.. dan tidak perlu diperpanjang.. karena masing2 menyadari ADANYA PERBEDAAN.



Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

 

anything