today, "kisah buddhist grup" sent me message about Chattapani, from Dhammapada IV 8-9
a laity named Chattapani, who is an anagami lived in Savatthi. One day, Chattapani visited Lord Buddha in Vihara Jetavana, to hear dhamma in honor and attention.
King Pasenadi has came to Lord Buddha too. Chattapani isn't standing because he think if he standing, it means he gave honor to King Pasenadi, not to Lord Buddha. The king thought that this is a contemptible and break the rule. Lord Buddha knew what is in King Pasenadi's mind; He praised Chattapani, who is great in Dhamma and already reached Anagami.
Hearing this, King Pasenadi is so fascinate and honoring Chattapani. At the following meeting, King Pasenadi asked Chattapani, "You're so smart, would you please come to the palace and give dhamma lesson to both of my wife?"
Chattapani ignored but he adviced to ask for Lord Buddha's permit and tell Him his purpose. Lord Buddha assigned Ananda to give regular dhamma lesson to Queen Mallika and Queen Vasabhakkhatiya in Palace.
after several days, Lord Buddha asked Ananda about the progrees of two Queens. Ananda replied that Queen Mallika listen to the Dhamma in earnest, while Queen Vasabhakhattiya not really learn the Dhamma.
Then the Buddha expounded lyrics to 51 and 52 the following:
Like a beautiful flower but it doesn't smell nice, so too would not be useful pearls of words uttered by people who do not carry it out.
Like a beautiful flower and smells good, so too it is useful pearls words spoken by the people who execute it.
indonesian :
Seorang umat awam bernama Chattapani yang merupakan seorang anagami tinggal di Savatthi. Pada satu kesempatan, Chattapani menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana, mendengarkan khotbah Dhamma dengan penuh hormat dan penuh perhatian.
Ketika itu Raja Pasenadi juga sedang mengunjungi Sang Buddha. Chattapani tidak berdiri sebab dia berpikir bahwa berdiri berarti dia memberikan hormat kepada raja bukan kepada Sang Buddha. Raja menganggap hal ini adalah suatu penghinaan dan melanggar peraturan. Sang buddha mengetahui pemikiran Raja Pasenadi; maka Beliau memuji Chattapani, yang sangat baik dalam Dhamma dan juga telah mencapai tingkat kesucian anagami.
Mendengar hal ini, Raja Pasenadi sangat terpesona dan memberikan penghormatan kepada Chattapani.
Pada pertemuan berikutnya, raja bertemu dengan Chattapani dan berkata, "Anda sangat pandai; dapatkah anda datang ke istana dan memberikan pelajaran Dhamma kepada kedua orang istriku?"
Chattapani menolak tetapi beliau menyarankan untuk meminta izin kepada Sang Buddha agar menugaskan seorang bhikkhu untuk memberikan pelajaran Dhamma. Raja menghampiri Sang Buddha dan menceritakan maksudnya. Sang Buddha memerintahkan Ananda untuk memberikan pelajaran Dhamma secara teratur kepada Ratu Mallika dan Ratu Vasabhakhattiya di istana.
Setelah beberapa waktu, Sang Buddha bertanya kepada Ananda tentang kemajuan dari kedua orang ratu tersebut. Ananda menjawab bahwa Ratu Mallika mendengarkan Dhamma dengan sungguh-sungguh, sedagkan Vasabhakhattiya tidak sungguh-sungguh belajar Dhamma. Mendengar ini Sang Buddha berkata bahwa Dhamma akan memberikan manfaat bagi seseorang yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, penuh hormat, dan penuh perhatian serta rajin mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 51 dan 52 berikut:
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tidak bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakannya.
Bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum; demikian pula sungguh bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang melaksanakannya.
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor), Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.