Nirvana / Nibbana itu AFAIK merupakan "Keadaan", bukan suatu tempat yg menjadi destination / tujuan. Istilah mencapai Nibbana IMHO mesti dipahami sebagai "mencapai keadaan" dimana segala sesuatunya sudah tidak berarti / tidak berbentuk lagi.
Sesuai makna katanya, Nir= tidak ada, Vana = Bentuk. Maka Nibbana merupakan keadaan yg tidak berbentuk lagi. Bentuk di sini tidak melulu pada bentuk fisik / materi, melainkan bentuk2 pikiran, bentuk2 keinginan, bentuk2 emosi, bentuk2 pemahaman dsb.
berhentinya keinginan juga meliputi keinginan utk berbuat baik supaya mendapat buah kusalakamma, keinginan utk mencapai nirvana..
keinginan utk menjadi buddha, keinginan utk mencapai surga, keinginan yg lain2...
ketika seseorang masih terikat dengan keinginan utk berbuat baik agar mendapat buah kusalakamma, masih terikat dengan keinginan utk jadi buddha sekalipun... (dirinya jauh dari nirvana)..
segala sesuatunya terhenti bukan berarti nihilisme.. karena masih ada sisa kamma yg harus ditunggu hingga habis. Seorang arahat akan tetap bisa merasa lapar karena tubuh biologisnya, masih bisa mengantuk karena tubuh biologisnya, bahkan masih bisa nolong orang, berbuat baik tetapi bukan utk mendapatkan buah kusalakamma, melainkan itu merupakan sisa2 kamma yg harus habis sebelum akhirnya tubuh biologis ikut berhenti dari kehidupan.
Mind tidak terjebak lagi, namun soul dan body masih harus melanjutkan sisa kamma hingga habis..
Mind sudah berhenti (Nir-vana), sedangkan soul dan body mungkin masih ada....
Perbedaan pada orang awam adalah MIND masih terjebak... terjebak dalam pemikiran mau masuk surga, mau masuk nirvana, mau jadi buddha, mau berbuat baik utk menimbun kusalakamma.. dst...
Dalam level lebih ironis, MIND terjebak pada bentuk2, terjebak pada nafsu keinginan, sehingga ketika body dan soul hancur oleh kematian biologis, MIND masih berputar-putar hingga akhirnya terbentuk reinkarnasi karena MIND masih belum "terhenti"...
CMIIW